You are on page 1of 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Prevalensi karies di indonesia mencapai sekitar 90% dari populasi anak
balita di Indonesia. Jenis karies gigi sulung umumnya terjadi adalah rampan karies
dan sindroma karies botol Heriandi (1992).
1
Rampan karies adalah karies yang terjadi sangat cepat dan mengenai
beberapa gigi serta sering menimbulkan rasa sakit sehingga anak sulit makan dan
rewel .Karies ini sering ditemukan pada anak usia di bawah lima tahun (balita),
Dengan penyebaran yang tertinggi pada anak usia tiga tahun.
2
Wei (1989)
menyatakan bahwa rampan karies terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme
dalam plak dan saliva akibat yang mengkonsumsi makanan olahan yang
mengandung sukrosa di antara dua waktu makan, serta menurunya sekresi saliva.
Kesehatan gigi anak yang buruk seperti rampan karies yang dapat menyebabkan rasa
sakit dan kesulitan mengunyah akan menyebabkan gangguan pada pemasukan
makanan yang akhinya akan mempengaruhi kedaan gizi anak sehingga tumbuh
kembang anak terganggu.
1
Hasil penelitian Ayhan (1996) menujukan berat dan tinggi badan anak
penderita rampan karies dan sindroma karies botol lebih rendah di bandingkan
dengan anak yang bebas karies.
1
Early childhood caries terjadi pada gigi yang baru
erupsi dan anak pra-sekolah.Gigi rahang atas lebih sering terkena dibanding gigi
2

rahang bawah karena di lindungi oleh lidah selama gerakan menghisap atau minum
susu. Early childhood caries (ECC) dapat didefinisikan sebagai adanya satu gigi
atau lebih yang terkena karies pada anak usia 6 tahun atau lebih muda. Salah satu
bakteri yang terdapat dalam Early childhood caries adalah streptococcus mutans.
ECC biasanya membutuhkan perawatan yang lama dan jika tidak diobati dapat
merusak gigi anak dan berpengaruh pada kesehatan umum anak.
3
Menurut laporan penelitian oleh pusat pengendalian dan pencegahan penyakit
pada tahun (2007) menunjukan bahwa gigi berlubang telah meningkat khususnya
pada anak balita dan anak pra sekolah, meningkat dari 24 % menjadi 28 %. Untuk
anak usia 25 tahun meningkat 70 % dari karies yang di temukan
3
.
Indonesia mencatat kemajuan yang cukup berarti dalam penyajian nutrisi bagi
anak sehingga harapan mencapai target millennium development goals tahun (2015).
Salah satu makanan tambahan pada anak balita adalah susu formula. Diharapkan
pemberian susu formula untuk balita diberikan agar kebutuhan gizi terpenuhi selama
masa pertumbuhanya.Prioritas utama adalah tetap pada air susu ibu sedangkan susu
formula berfungsi hanya sebagai pengganti susu ibu jika memang produksi ASI tidak
berhasil. Dalam susu formula ada tambahan nutrisi yang sudah terukur dan di
sesuaikan dengan gizi yang di butuhkan bayi karena itu pemberian susu formula
harus disesuauika dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah
dianjurkan.Banyak pilihan rasa serta kandungan yang berbeda beredar di pasar
dewasa ini membuat para konsumen khususnya orang tua mempunyai banyak pilihan
untuk menentukan susu formula apa yang harus dibeli.
4

3

1.2 RUMUSAN MASALAH
Lamanya pemberian susu formula berpengaru terhadap tingkat keparahan rampan
karies pada gigi anak
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan lamanya pemberian susu formula dengan tingkat
keparahan rampan karies pada anak dan banyakx gigi yang mengalami rampan
karies.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Untuk memberikan informasi mengenai lamanya pemberian susu formula dengan
tingkat keparaha karies rampan pada anak usia 2-6 tahun
1.5 HIPOTESIS
1. Makin lama anak minum susu formula makin parah karies yang ditemukan.
2. Makin lama minum susu formula makin banyak gigi yang mengalami karies.









4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYAKIT KARIES GIGI
2.1.1 Pengertian karies gigi
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik pada
suatu karbohidrat yang dapat diragikan menjadi masa yang asam yang
menyebabkan demineralisasi pada email.Tanda-tanda karies adalah adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya.Yang dapat menyebabkan terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa bahkan penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang
dapat menyebabkan nyeri.
4
2.1.2 Mekanisme karies
Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh empat faktor utama yang
berperan dalam proses terjadinya karies yaitu, host, mikroorganisme,
substrat, dan waktu.
Keempat faktor tersebut akan bekerjasama dan saling mendukung
satu sama lain. Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat misalnya
sukrosa kemudian hasil dari fermentasi tersebut menghasilkan asam,
sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai
pH 4,5-5.0. Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam
5

waktu 30-60 menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-
menerus maka akan menyebabkan demineralisasi email gigi. Kondisi asam
seperti ini sangat disukai oleh bakteri streptococcus mutans dan
lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam
proses terjadinya karies gigi.
Streptococcus mutans berperan dalam permulaan (initition)
terjadinya karies gigi sedangkang lactobacillus sp, berperan dalam pada
proses perkembangan dan kelanjutan karies gigi dengan tanda pertamakali
terjadinya karies yaitu terlihat white spot pada permukaan email kemudian
proses ini akan berjalan secaran perlahan-lahan sehingga lesi kecil tersebut
berkembang, dengan adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut
pada dentin disertai kematian odontoblast, dan apabila karies telah mencai
dentin dan tidak dilkukan pencegahan atau pengobatan proses karies
berlanjut ke pulpa.5
2.1.3 Faktor faktor yang mempercepat terjadinya karies
1. Plak
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta
produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi
bakteri ini tidak dapat terjadi secara kebetulan melaikan terbentuk
melalui serangkaian tahapan, jika email yang bersih terpapar dirongga
mulut maka akan di tutupi oleh lapisan organik amorf yang disebut
pelikel. Pelikel ini terutama terdiri dari atas glokoprotein yang
diendapkan dalam saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan
6

gigi.Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri
bakteri tertentu pada permukaan gigi.Bakteri yang mul-mula menghuni
pelikel terutama yang berbentuk kokus yang paling banyak adalah
streptococcus.Organisme tersebut tumbuh berkembangbiak dan
mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai
bentuk bakteri yang lain.Streptococcus mutans dan laktobacilus
merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera
memfermentasi dari karbohidrat menjadi masa asam menempel pada
permukaan gigi yang menyebabkan demineralisasi email jika tidak
dibersihkan.
2. Karbohidrat
Karbohidrat yang menempel pada permukaan gigi membutuhkan
waktu berubah menjadi masa asam yang mengakibatkan demineralisasi
email. Karbohidrat ini substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan
sintesa polisakarida ekstra sel.Walaupun demikian tidak semua
karbohidrat sama derajat kariogeniknya.Karbohidrat yang kompleks
misalnya pati relatif tidak berbahaya karena tidak di cerna secara
sempurna di dalam mulut, sedangkang karbohidrat dengan berat molekul
yang rendah seperti gula akan segera meresap ke dalam plak dan
metabolisme.Dengan demikian makanan dan minuman yang
mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai level
yang dapat menyebabkan demineralisasi email.Plak akan tetap bersifat
asam selama beberapa waktu.Untuk kembali ke pH normal sekitar 7 di
7

butuhkan waktu 30 60 menit.Oleh karena itu konsumsi gula yang
sering dan berulang ulang akan tetap menahan pH plak di bawah
normal dan menyebabkan demineralisasi email.
3. Permukaan gigi
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal terbentuknya
karies oleh karena itu gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat
mungkin terkena karies seperti pada gigi molar1terdapat fit dan fissure.
4. Waktu
Waktu sangat berpengaruh terhadap terjadinya karies,substrat
yang menempel pada permukaan gigi apabila tidak dibersihka akan
difermentasi oleh bakteri menjadi masa asam dalam waktu
tertentu.Karies gigi merupakan penyakit kronis , kerusakan berjalan
dalam periode bulan atau tahun.rata rata kecepatan karies gigi tetap
yang di amati di klinik adalah kurang lebih 6 bulan .kecepatan kerusakan
gigi anak anak (gigi sulung) lebih tinggi sedangkan kecepatan
kerusakan gigi penderita xerostomia
5

5. Keturunan
Dari 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat
bahwa anakanak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang
cukup baik.Disamping itu dari 46 pasang orang tua dengan presentase
karies yang tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi yang
baik,5 pasang dengan presentase karies sedang selebihnya 40 pasang lagi
dengan presentase karies yang tinggi.Tapi dengan teknik pencegahan
8

karies yang demikian maju pada akhirakhir ini, sebenarnya faktor
keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat di kurangi.
6. Jenis kelamin
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Milham-Turkehem
(1996) pada gigi M1 lakilaki dan perempuan di peroleh kesimpulan
bahwa presentase karies gigi pada wanita lebih tinggi di banding dengan
laki laki.
7. Umur
Umur digunakan dalam salah satu faktor predisposisi terjadinya
karies yang terdiri dalam 3 pase umur
1. Pase I gigi bercampur ,disini molar 1 paling sering terkena karies
karna gigi ini gigi yang paling pertama tumbuh
2. Pase II pubertas ( remaja )umur antara 14-20 tahun yaitu masa
pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan
pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang
terjaga. Inilah yang menyebabkan presentase karies lebih tinggi pada
pase ini.
3. Pase III antara 40-50 tahun pada umur ini sudah terjadi retraksi atau
menurunya gusi dan papilla sehingga, sisasisa makanan sering lebih
sukar dibersihkan,sehingga yang pada akhirnya menjadi salah satu
penyebab terjadinya karies


9

8. Saliva
Pengaruh saliva terhadap gigi sudah lama diketehui terutama
dengan mempengaruhi kekerasan email.Saliva ini dikeluarkan oleh
kelenjar parotis, kelenjar sublingualis dan kelenjar submandibularis,
selama 24 jam saliva dikeluarkan ketiga kelenjar tersbut diatas sebanyak
1000-2500 ml.Kelenjar submandibularis mengeluarkan 40% dan kelenjar
parotis 26%. Pada malam hari pengeluaran saliva lebih sedikit, secara
mekanis saliva berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan
yang dikunyah. Dalam saliva terdapat enzim-enzim yang bersifat
bakteriostatis yang dapat membuat beberapa bakteri mulut menjadi tidak
berbahaya, oleh karena itu seseorang yang hiposalivasi atau terkena
xerostomia akan lebih rentan terkena karies.
6,4

2.2 RAMPAN KARIES
2.2.1 Pengertian rampan karies
Rampan karies Yaitu karies yang terjadi secara cepat mengenai
bebrapa gigi serta sering menimbulkan rasa sakit sehingga anak menjadi
rewel, karies ini sering ditemukan pada anak usia 5 tahun.
1
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pada anak yang
minum susu atau cairan manis lainnya melalui botol pada waktu tidur maka
cairan dari botol atau susu yang diminum anak akan tergenang didalam
mulut dalam waktu yang lama. Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat
dengan timbulnya karies menyeluruh dalam waktu singkat (terjadi rampan
karies). Selain itu keadaan lain yang dapat menyebabkan rampan karies
10

adalah substrat lama berada dalam mulut, kebiasaan anak menahan makanan
didalam mulut dimana makanan tersebut tidak cepat ditelan. Dapat
disimpulkan bahwa anak minum susu formula melalui botol dengan
frekuwensi sering dan berlangsung lama maka anak menderita rampan
karies.
6

2.2.2 Komposisi susu formula
1 lemak susu
lemak susu mengandung sumber utama lipid yang dibutuhkan untuk
pembentukan lemak tubuh pada hari pertama setelah lahir.
2 Protein susu
Protein susu yang ada pada susu formula mengandung beberapa protein
khusus.Komponen utama protein dalam susu adalah kasein.Kasein
mempunyai komposisi asam amino yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak.
3 Laktosa
Laktosa adalah karbihidrat atau gula susu yang hanya ditemukan dalam
susu dan hanya dapat dibentuk oleh mamalia.Kandungan laktosa susu
sapid an kambing dibawah 5%.Laktosa mudah larut dengan tingkat
kemanisa 1/2-1/6 kaliglukosa,dimana bila susu dipanaskan maka laktosa
akan memebentuk laktulosa yang mudah larut dan mempunyai rasa yan
agak manis.


11

4 Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam proses
kehidupan.Susu formla mengandung vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air yaitu
vitamin B
1
, B
2
, B
6
, dan B
12
.
5 Mineral
Susu formula dilengkapi dengan mineral seperti kalsium dan fosfor.
Mineral ini dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk mempercepat
pertumbuhan tulang dan perkembangan otak pada bayi.
7
2.2.3 Mekanisme rampan karies akibat komsumsi susu formula
Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor
yang saling mempengaruhi. Ada empat faktor utama yaitu gigi, saliva,
mikroorganisme dan waktu sebagai. Proses terjadinya rampan karies sama
dengan karies biasa hanya terjadi lebih cepat, banyak ahli menghubungkan
dengan kondisi anak itu sendri dimana email gigi sulung lebih tipis. Bila
rampan karies berlangsung lebih awal terutama pada anak yang minum susu
botol dalam waktu yang lama akan timbul corak karies tertentu, disebut
rampan karies atau nursing bottle caries.
6
Seperti yang telah kita ketahui bahwa susu formula yang
mengandung sukrose dan glukosa yang diminum pada anak. Sukrosa dan
glukosa yang menempel pada gigi apabila tidak dibesihkan akan
difermentasi oleh mikroorganisme rongga mulut menjadi asam melalui
proses glikolisis. Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis
12

adalah lactobacillus dan streptococcus mutants.Asam yang dibentuk dari
hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi sehingga terjadi
proses demineralisasi email gigi dan di awali dengan lesi white-spot pada
gigi dan kerusakan tersebut akan berlanjut ke dentin dan proses kariespun
dimulai.
8
2.2.4 Prevalensi Rampan karies
Prevalensi rampan karies mencapai tingkat yang tinggi pada Negara
berkembang dan keparahanya meningkat seiring pertambahan usia
anak.Oleh karena itu gigi sulung diharapkan dalam kondisi yang baik untuk
perkembangan system stomatognatik anak yang baik dan adekuat. Gigi
sulung yang sehat penting untuk kemampuan bicara,mastikasi,pencegahan
kebiasaan oral yang buruk, dan berperan sebagai penuntun erupsi gigi
permanen.Selain itu, estetika dari gigi anterior menunjang perkembangan
kepribadian yang normal sehingga kepercayaan diri akan meningkat secara
poaitif dan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak pada masa depannya.9
Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies
gigi yang parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan
cepat dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak-
anak. Kesulitan makan adalah keluhan yang sering dialami anak penderita
rampan karies, karena sakit bila mengunyah sehingga, anak sering
mengemut makananya untuk menghindari terjadinya rasa nyeri bila
mengunyah, anak sering menangis karena rasa nyeri yang mengenai seluruh
gigi, serta adanya bau mulut.
9

13

2.2.5 Penggunaan Susu Formula Sebagai Pengganti ASI
Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan
morbiditas bayi, mengoptimalkan partumbuhan bayi, membantu
perkembangan kecerdasan anak, dan membantu memperpanjang jarak
kehamilan bagi ibu.
Di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui
program perbaikan gizi. Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI
eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit
untuk dicapai bahkan prevalensi ASI eksklusif dari tahun ketahun terus
menurun.Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997-2007)
memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2%
pada tahun (1997) menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007.
Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-
macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal,
memberikan tambahan karena ASI tidak berproduksi, menghentikan
pemberian air susu ibu karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta
ibu ingin mencoba susu formula,sehingga ibu memberikan susu formula
pada anak.
6,8

Studi kualitatif Fikawati & Syafiq (2010) melaporkan faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin
penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak
14

difasilitasi melakukan inisiasi menyusu dini. Salah satu caraadalah Bayi
yang lahir normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan
kulit ibu melekat pada kulit bayi selama 1 jam akan berhasil menyusui,
sedangkan bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya 50% tidak bisa
menyusui sendiri.Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa inisiasi
menyusu dini terbukti meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif. Inisiasi
Menyusu Dini dengan jelas telah tercantum dalam Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal (APN) dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Asuhan Persalinan Normal APN adalah standar asuhan persalinan yang
bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan. Bagi semua ibu bersalin
harus diterapkan oleh penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi.
Tujuan Asuhan Persalinan Normal APN adalah untuk menjaga
kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi
yang dilahirkannya. Penolong persalinan disini mungkin saja seorang bidan,
perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Karena bidan secara umum
merupakan penolong. Yang paling banyak membantu persalinan ibu di
Indonesia maka dalam studi ini penolong persalinan disebut sebagai bidan.
WHO (2001) merekomendasikan untuk memberikan hanya air susu
ibu saja sampai 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi.
Namun demikian ada beberapa rekomendasi dan catatan penting yang
diungkapkan dalam kajian tim pakar tersebut.Pertama rekomendasi ini bisa
dicapai bila masalah potensial seperti status gizi ibu hamil dan laktasi,
status mikronutrien (zat besi, seng dan vitamin A) bayi dan pelayanan
15

kesehatan dasar rutin bagi bayi (pengukuran pertumbuhan dan tanda klinis
defisiensi mikronutrien) sudah berhasil diatasi. Bila hal ini belum tercapai
maka mungkin akan timbul masalah seperti terjadinya growth faltering pada
bayi. Untuk mengatasi growth faltering ibu harus memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan kepada bayinya. Kedua, perlunya pemberian makanan
pendamping ASI yang tepat dan memperkenalkan makanan bergizi yang
adekuat dan aman dalam hubungannya dengan pemberian ASI
selanjutnya.Dalam hal ini perlu dikaji makanan pendamping ASI yang tepat
termasuk sesuai dengan kondisi gizi dan umur bayi. Rata-rata pemberian
ASI eksklusif di Indonesia hanya 1tahun 7 bulan maka perlu diberikan
petunjuk yang jelas mengenai makanan pendamping apa saja yang dapat
diberikan. Ketiga, kondisi yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini
adalah pemberian dukungan sosial dan gizi yang adekuat untuk ibu yang
sedang menyusui.
10,11,12

2.2.6 Dampak asupan susu formula pada gigi anak

Gambar 1. :karies rampan, jurnal international dentistry vol.11, No 4

2.2.7 Pencegahan dan perawatan rampan karies
Hal pertama yang dilakukan dalam penanggulangan rampan karies
adalah mengurangi aktivitas bakteri untuk menghentikan karies dan
mencegah penjalaran yang cepat kearah pulpa. Untuk mengurangi
perkembangan bakteri serta adanya bau mulut perlu pula dilakukan oral
16

profilaksis.Oral profilaksis dapat dilakukan dengan menyikat gigi secara
benar maupun dengan menggunakan alat bur atau alat lainnya yang lebih
canggih seperti air scaler maupun sand blaster Perawatan rampan karies
yang utama adalah menhilangkan rasa sakit, adanya rasa sakit perlu segera
ditanggulangi karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari anak tersebut.
Perawatan rasa sakit dapat diberikan baik secara lokal di gigi yang sakit
maupun secara oral atau diminum,pemberian lokal dapat diberikan dengan
menumpat secara langsung dengan obat-obatan eugenol melalui kapas yang
selanjutnya ditumpat sementara dengan zinc oxide eugenol tanpa
penggunaan kapas obat.Pemberian obat-obatan sedatif dan analgesik dapat
pula diberikan melalui obat minum atau oral. Obat ini diberikan pada rasa
sakit yang telah lanjut dalam pengendalian kariesnya.Penanggulangan
rampan karies harus dilakukan secara sistematis dan komprehensif serta
sesuai dengan prinsip pencegahan dan perawatan secara menyeluruh yang
berdasarkan urutan prioritas. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya karies botol antara lain :
1. Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain/ lap bersih.
Kemudian bersihkan/ sikat gigi anak, jika giginya sudah erupsi.
Bersihkan dan pijat gusi pada area yang ompong dan pemakaian flossing
semua gigi anak yang telah erupsi, biasanya pada usia 2- 2,5 tahun
2. Pergunakan botol hanya ketika makan saja jangan gunakan botol
minuman sebagai dot, jangan biarkan anak berjalan sambil
meminumnya dalam waktu yang lama. Ini tidak hanya menyebabkan
17

karies, tetapi juga anak dapat menderita cedera pada giginya ketika
mereka terjatuh sambil mengedot.
3. jangan pernah membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol
yang berisi susu, formula atau jus buah atau larutan yang manis
4. Jika anak membutuhkan botol atau dot untuk pemberian makan yang
reguler, pada malam hari, atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih
yang direkomendasikan oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan
pernah memasukkan dot dengan minuman yang manis
5. Hindari mengisi botol minum anak dengan larutan seperti air gula dan
soft drink
6. Jika air yang akan diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride,
tanyalah dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak.
7. Mulailah berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran,
buatlah kunjungan secara teratur.Jika anak mempunyai masalah dengan
giginya, segera periksakan ke dokter gigi.
13







18


BAB III
KERANGKA KONSEP











Variable yang tdk di teliti
Variable yang di teliti


Asupan susu
formula
Waktu
Pemberian susu
formula
Peranan orang
tua
Tingkat
keparahan karies
Ahli kesehatan
Ngemut
Komposisi susu
formula
karies
Penyebab
19


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik
4.2 RANCANGAN PENELITIAN
Cross sectional study
4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di TK Darma wanita universitas hasanuddin
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 14 - 15 Maret 2012
4.4 POPULASI PENELITIAN
Anak usia 2-6 tahun
4.5 METODE SAMPLING
Sampel diambil dengan metode purposive sampling
Kriteria inklusi:
Memenuhi syarat usia pra sekolah yaitu berusia 2-6 tahun
Sampel bersedia ikut dalam penelitian dan koperatif
Anak umur 6 tahunyang sudah memiliki gigi permanen muda
4.6 DATA
a. Jenis data : data primer
b. Pengolahan data : SPSS
20

c. Penyajian data : tabel
d. Analisis data : chi squer
4.7 VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
a. Variabel sabab : Minum susu formula
b. Variabel akibat : Karies rampan
4.8 DEFINISI VARIABEL OPRASIONAL
a. Rampan Karies adalah daerah yang terserang karies akibat proses bertahap
yang melarutkan email dan melibatkan beberapa gigi terus berkembang
kebagian dalam gigi yang menyebabkan gigi berlubang
b. susu formula adalah minuman dengan formula tertentu yang diberikan
pada bayi dan anak-anak yang berfungsi sebagai pengganti ASI.
4.9 KRITERIA PENELITIAN
a. Indeks CSI ( Caries Severity Index ) untuk mengukur tingkat keparahan
karies gigi dengan kriteria sebagai berikut ( lampiran : tabel 1).
10

b. Kuisioner yang berisi tentang lama pemberian susu formula pada anak(
Lampiran : Tabel 2 ).
6

4.10 ALAT DAN BAHAN
a) Alat :
Sonde
Mirror
Nirbeken
Pinset
21

Gelas
Handuk putih
Ekskavator
Kapas
b) Bahan :
Alcohol 70%
Aquadest
Betadin
4.11 JALANYA PENELITIAN
a. Pemeriksaan klinis gigi
- Penelitian di lakukan di TK Dharma wanita universitas hasanuddin
- Populasi yang di teliti adalah anak anak usia 2 6 tahun.
- Mencatat identitas sampel ( nama,umur,dan jenis kelamin ).
- Pemeriksaan karies gigi pemeriksaan di lakukan dengan
mendudukan anak di kursi menghadap pemeriksa.pemeriksaan di
lakukan di tempat yang terang dengan pencahayaan matahar secara
tidak langsung / senter dan menggunakan alat alat diagnostik.
- Pemeriksaan gigi klinis dengan melihat
Berapa gigi yang terkena karies
Dalamnya kavitas karies
b. Pembagian kuiesioner
Setelah pemeriksaan gigi dilakukan, maka peneliti
membagikan kuesioner kepada ibu sang anak.Kuesioner berisi
22

pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan cara
anaknya minum susu.
4.12 FORMAT DIISI ORANG TUA

















23


BAB V
HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara lama pemberian susu
formula dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak berusia dua hingga enam
tahun. Lama pemberian susu formula (tahun) diukur dengan menggunakan kuesioner
dan tingkat keparahan karies diukur dengan menggunakan CSI (Caries Severity
Index). Sebelum melihat hubungan antara lama pemberian susu formula dengan
tingkat keparahan karies, peneliti terlebih dahulu melihat hubungan antara kejadian
karies dengan pemberian susu formula. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Maret -
15 Maret 2012 di TK Dharmawanita Universitas Hasanuddin. Penelitian ini hanya
anak-anak TK yang berusia dua hingga enam tahun dengan pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling sehingga hanya anak-anak TK yang
memenuhi kriteria subjektif dari peneliti dan kriteria seleksi sampel yang diambil
sebagai sampel, sehingga jumlah sampel penelitian seluruhnya adalah 50 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan pengambilan data pada
sampel penelitian dilakukan dengan dua metode pengukuran, yaitu kuesioner dan
secara klinis menggunakan indeks keparahan karies (CSI). Melalui kuesioner, dapat
diperoleh data-data dasar mengenai identitas sampel, riwayat pemberian air susu ibu
(ASI), riwayat konsumsi makanan manis, perilaku menjaga kesehatan gigi, dan
pemberian susu
24

formula. Adapun pemeriksaan klinis dilakukan secara langsung dengan
menggunakan acuan CSI. Seluruh hasil penelitian dikumpulkan dan dilakukan
analisis data melalui penggunaan program SPSS 16.0. Hasil analisis data ditampilkan
dalam tabel distribusi sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi karakteristik sampel penelitian
Karakteristik sampel Frekuensi (n) Persen (%)
Mean SD

Jenis kelamin
Laki-laki 32 64
Perempuan 18 36
Usia 4.98 1.097
Minum susu formula
Ya 29 58
Tidak 21 42
Lama pemberian susu formula 1.56 1.752
Kejadian karies
Karies 43 86
Tidak karies 7 14
Total 50 100

Tabel 1 memperlihatkan distribusi karakteristik sampel penelitian yang
memiliki jumlah sebanyak 50 orang. Terlihat pada tabel 1 bahwa jumlah laki-laki (32
orang) lebih banyak daripada perempuan (18 orang). Rata-rata usia pada penelitian
ini adalah (4.98) atau lima tahun. Sampel penelitian yang minum susu formula lebih
banyak daripada yang tidak minum susu formula, yaitu 29 orang yang minum susu
formula (58%) dan 21 orang yang tidak minum susu formula (42%). Adapun, rata-
rata lama pemberian susu formula adalah (1.56) atau satu setengah tahun. Akan
tetapi, jumlah sampel yang memiliki karies mencapai 43 orang (86%) dan hanya
tujuh sampel (14%) yang tidak memiliki karies ketika dilakukan pemeriksaan klinis.


25

Tabel 2. Distribusi jawaban responden terhadap kuesioner penelitian
Kuesioner Frekuensi (n) Persen (%)
Apakah anak pernah minum ASI?
Ya 6 12
Tidak 44 88
Apakah anak diberikan susu formula / cairan manis dari botol?
Ya 29 58
Tidak 21 42
Apakah anak sering makan permen / kue kering?
1x sehari 10 20
2x sehari 16 32
3-4x sehari 17 34
5x sehari 7 14
Apakah anak bila makan ditahan lama dalam mulut?
Tidak 17 34
Selalu 18 36
Saat-saat tertentu 15 30
Apakah anak dibiasakan makan sayur?
Ya 40 80
Tidak 10 20
Apakah anak dibiasakan makan buah-buahan berserat?
Ya 40 80
Tidak 10 20
Apakah anak sudah dibiasakan menyikat gigi?
Yang terbiasa 5 10
Kadang-kadang 24 48
Tidak pernah menyikat gigi 21 42
Pada usia berapa, anak teratur menyikat gigi?
2 tahun 28 56
3 tahun 18 36
4 tahun 1 2
5 tahun 3 6
Total 50 100

Tabel 2 memperlihatkan distribusi jawaban responden terhadap kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner terdiri atas delapan pertanyaan
tertentu untuk setiap pertanyaan. Terlihat pada tabel 2 bahwa hampir seluruh
responden tidak memberikan ASI pada anaknya, namun 29 responden (58%) yang
memberikan susu formula dari botol setelah pernah memberi ASI. Adapun, seluruh
responden memberikan permen atau makanan manis kepada anaknya, namun
responden paling banyak memberikan makanan manis 3-4x sehari, sebanyak 17
26

responden (34%). Selain itu, terdapat 18 responden (36%) mengaku anak-anak
mereka selalu menahan makanan lama dalam mulut. Akan tetapi, seba
nyak 40 responden (80%). responden mengaku anak-anak mereka dibiasakan makan
sayuran dan buah-buahan berserat. Adapun, responden paling banyak mengaku tidak
setiap hari sudah membiasakan menyikat gigi anaknya, yaitu sebanyak 24 orang
(48%), sedangkan sebanyak 28 responden (56%) mengaku anaknya teratur menyikat
gigi pada usia dua tahun.
Tabel 3.lama pemberian susu formula dengan jumlah gigi yang terkena karies
Lama pemberian ( Tahun ) Jumlah gigi yang terkena karies Persen%
0-1 3-5 9,4%
0-2 5-9 11,2%
0-3 9-15 20,6%
0-4 15-18 23,3%
0-5 18-20 35,5%
Total 100%
Sumber : Data primer

Tabel 3 menunjukan lamanya pemberian susu dengan jumlah gigi yang
terkena karies.Terlihat pada table 3 bahwa responden yang memberikan susu
formula pada anak usia0 sampai 1 tahun dapat terjadi karies rampan 3 sampai 5 gigi
anak (9,45%). Sedangkan responden yang memberikan susu formula pada usia 0
sampai 2 tahun gigi yang terkena karies sebanyak 5 sampai 9 gigi (11,2%). Ibu yang
memberikan susu formula 0 sampai 3 tahun lebih banyak gigi yang terkena karies
yaitu 9 sampai 15 gigi yang mengalami karies (20,6%).sedangkan responden yang
memberikan susu formula pada anak pada usia 0 sampai 4 tahun lebih banyak lagi
gigi yang terkena karies 15 sampai 18 gigi mengalami karies (23,3%).responden
yang memberikan susu formula pada anaknya pada usia 0 sampai 5 tahun dan gigi
yang mengalami karies meningkat yaitu 18 sampai 20 gigi (35,5%).Ini
27

menunjukan bahwa semakin lama pemberian susu formula pada anak dapat
menyebabkan tingkat keparahan karies pada anak meningkat.
Tabel 4. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian karies
Pemberian susu formula
Kejadian Karies
Total p value
Karies Tidak Karies
Minum susu formula
Ya 24 (48,0%) 5 (10,0%) 29 (58,0%)
0.021*
Tidak 11 (22,0%) 10 (20,0%) 21 (42,0%)
Total 35 (70,0%) 15 (30,0%) 50 (100%)
*Chi-square test; p<0,05 : significan

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara pemberian susu formula dengan
kejadian karies. Terlihat pada tabel 4 bahwa responden yang memberikan susu
formula pada anak dan terjadi karies dini pada gigi ada sebanyak 24 sampel (48,0%),
sedangkan responden yang tidak memberikan susu formula dan tetap terjadi karies
dini pada anak berjumlah 11 sampel (22,0%). Adapun, responden yang memberikan
susu formula dan tidak terjadi karies dini pada anak berjumlah lima sampel (10,0%),
sedangkan responden yang tidak memberikan susu formula dan tidak karies
sebanyak 10 sampel (20,0%). Pada tabel 3 juga terlihat hasil uji statistik chi-square
dan diperoleh nilai p value sebesar 0.021, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara pemberian susu formula dengan kejadian karies. Hal ini juga didukung oleh
data yang menunjukkan bahwa sebagian besar sampel yang memberikan susu
formula, ternyata terjadi karies dini pada anak mereka.

Tabel 5. Hubungan antara lama pemberian susu dengan tingkat keparahan karies
Karies Tingkat keparahan karies

Minum susu
Lama minum susu

0,032
0,026

0,016
0,033
* Pearsons Correlation test; p<0.05 : significant
28

Dari hasil uji statistik tabel 5 memperlihatkan hubungan antara lama
pemberian susu dengan tingkat keparahan karies. Terlihat pada tabel 4 bahwa rata-
rata lama pemberian susu formula sekitar 1 tahun 5 bulan hingga 1 tahun 6 bulan
dapat menyebabkan karies hingga daerah pulpa dan sisa akar. Selain itu, jumlah gigi
yang terdiagnosis karies enamel lebih tinggi dibandingkan pada daerah lain, yaitu
lima hingga enam gigi. Paling sedikit diperoleh pada penelitian ini adalah karies
yang mencapai daerah pulpa, yaitu dua gigi. Melalui tabel 4 juga diperoleh hasil uji
statistik korelasi Pearson antara tingkat keparahan kariedengan lama pemberian susu
formula. Sejalan dengan tabel 4 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pemberian susu formula dengan kejadian karies, pada tabel 5 ini
juga diperoleh nilai p value di bawah 0.05 (p<0.05) untuk seluruh tingkat keparahan
karies, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemberian susu
formula dengan tingkat keparahan karies.
Jadi makin lama minum susu formula mumbuktikan makin banyak dari
sampel yang terkena karies.Demikian juga makin lama minum susu formula ditemui
pada sampel tingkat keparahan karies giginya meningkat








29


BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian ini dlakukan pada tanggal 14 15 Mei 2012 di TK Dharma wanita
Universitas Hasanudin kota Makassar sebanyak 50 orang dan hanya anak yang
berusia 2-6 tahun di lakukan penelitian.
Penggunaan susu formula di pengaruhi oleh keadaan social ekonomi dan ibu
bekerja.Maka dari itu para wanita turut andil untuk meluangkan waktunya bekerja
demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyaknya ibu yang meniti karirnya di luar
rumah menyebabkan mereka tidak mempunyai kesempatan banyak untuk menyusui
dan memberikan asupan gizi kepada anaknya terutama pemberian ASI, sehingga
memberikan susu formula untuk memenuhi asupan gizi pada anak.Penelitian pada
anak berusia 2-6 tahun tentang lamanya pemberian susu dapat di lihat sebagai berikut
Rata-rata usia pada penelitian ini adalah lima tahun. Sampel penelitian yang minum
susu formula lebih banyak daripada yang tidak minum susu formula, yaitu 29 orang
yang minum susu formula (58%) dan 21 orang yang tidak minum susu formula
(42%). Adapun, rata-rata lama pemberian susu formula adalah satu setengah tahun.
Pada penelitian ini jumlah sampel yang memiliki karies mencapai 43 orang (86%)
dan hanya tujuh sampel (14%) yang tidak memiliki karies ketika dilakukan
pemeriksaan klinis. Tabel 2 memperlihatkan distribusi jawaban responden terhadap
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner terdiri atas delapan
pertanyaan tertutup untuk setiap pertanyaan. Terlihat pada tabel 2 bahwa hampir
seluruh responden memberikan ASI pada anaknya, namun hanya 29 responden
30

(58%) yang memberikan susu formula dari botol setelah pemberian ASI. Adapun,
seluruh responden memberikan permen atau makanan manis kepada anaknya, namun
responden paling banyak memberikan makanan manis 3-4x sehari, yaitu sebanyak 17
responden (34%). Selain itu, terdapat 18 responden (36%) mengaku anak-anak
mereka selalui menahan makanan lama dalam mulut. Akan tetapi, sebanyak 40
responden (80%). responden mengaku anak-anak mereka dibiasakan makan sayuran
dan buah-buahan berserat. Adapun, responden paling banyak mengaku tidak setiap
hari sudah membiasakan menyikat gigi anaknya, yaitu sebanyak 24 orang (48%),
sedangkan sebanyak 28 responden (56%) mengaku anaknya teratur menyikat gigi
pada usia dua tahun.
Penyebab karies gigi pada dipengaruhi oleh host, mikroorganisme,
karbohidrat dan waktu. Orang tua yang engetahui cara pencegaha karies dapa
melakukan dengan memeberikan air minum setelah minum susu, mengosok gigi
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat mengurangi risiko terjadinya karies
gigi .pengobatan karies gigi pada anak kadang di lakukan restorasi atau pencabutan
gigi yang mengalami karies .pencegahan gigi sulung yang telah direstorasi
dilengkapai dengan topical aplikasi flour untuk mncegah terjadinya karies
10

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara pemberian susu formula dengan
kejadian karies. Terlihat pada tabel 4 bahwa responden yang memberikan susu
formula pada anak dan terjadi karies dini pada gigi ada sebanyak 24 sampel (48,0%),
sedangkan responden yang tidak memberikan susu formula dan tetap terjadi karies
dini pada anak berjumlah 11 sampel (22,0%). Adapun, responden yang memberikan
susu formula dan tidak terjadi karies dini pada anak berjumlah lima sampel (10,0%),
31

sedangkan responden yang tidak memberikan susu formula dan tidak karies
sebanyak 10 sampel (20,0%). Pada tabel 3 juga terlihat hasil uji statistik chi-square
dan diperoleh nilai p value sebesar 0.021, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara pemberian susu formula dengan kejadian karies. Hal ini juga didukung oleh
data yang menunjukkan bahwa sebagian besar sampel yang memberikan susu
formula, ternyata terjadi karies dini pada anak mereka.

Makan selama tidur meningkatkan risiko karies gigi karena kebersihan mulut
dan laju aliran saliva menurun saat tidur .jadi konsumsi minuman bergula dengan
botol harus di kurangi atau di hentikan .faktor resiko yang paling penting terkait
dengan karies gigi pada anak adalah paparan dari minum susu harus menentukan
pendekatan yang optimal dan pengobatan interceptive.Minuman atau makanan yang
bergula dengan konsentrasi yang sangat tinggi dapat berakibat buruk dan gula dalam
bentuk caramel yang di berikan diantara waktu tetap dapat mengakibatkan terjadinya
karies.Anak anak yang mengkomsumsi cukup protein buah segar dan sayur
sayuran akan menurunkan nafsu makan ngemil dan terbukti bahwa frekuensi
makanan berhubungan dengan peningkatan terjadinya karies gigi khususnya jika
jenis makanan yang diamankan di antara waktu makan mengandung gula yang muda
melekat pada gigi.
8


32


BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terbukti bahwa : Terdapat hubungan antara lama pemberian susu dengan
tingkat keparahan karies pada anak usia 2 6 tahun.Seperti sebelumnya telah
diuraikan bahwa makin lama makin lama minum susu formula, pada sampel
ditemukan tikngkat keparahan karies yang makin tinggi.
2. Terbukti bahwa :Terdapat hubungan antara kejadian karies dengan minum
susu formula. Yakni makin lama anak minum susu formula pada sampel
ditemukan banyak terkena rampan karies.
7.2 Saran
1. Diharapkan ibu memberikan susu botol sesuai dengan aturan pabrik agar
tidak merusak gigi pada anak.
2. Diharapkan ibu tidak selalu memberikan makanan makanan manis yang
banyak mengandung sukrosa oleh karena dapat memnyebabkan karies gigi.
3. Ibu ibu harus mengerti akibat yang d timbulkan karena pemberian susu
formula agar mereka dapat mencegah terjadinya karies dengan memberikan
air minum,kumur kumur air setelah minum susu formula atau mengosok
gigi.
33

4. Ibu ibu sebaiknya ikut memelihara gigi anaknya lebih dini seperti
memeriksakan gigi anak atau mengunjungi dokter gigi tiap 6 bulan





















34

DAFTAR PUSTAKA

1. Heriandi Y. Silver diamine fluoride salah satu alternative impregnasi karies
rampan pada anak Majalah ilmiah kedokteran gigi, 2001( 46 ):167-173
2. Sutadi H. penangulangan karies rampan serta keluhanya pada anak. JKGUI
2002 (1):5-8
3. Dye BA, Early childhood caries American academy of pediatric dentistry,
2007(284):.1-3
4. Pangestu RD. karakteristik konsumen susu formula balita Buletin penelitian
system kesehatan, 2007 : 309-314
5. Soesilo Diana, Santoso Erlayawati Rinna, Diyatri Indeswati, Peranan surbitol
dalam mempertahankan kestabilan saliva pada proses pencegahan karies, Dental
jurnal majalah kedokteran gigi, 2005 jan (38):p 25-26
6. Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi, Jakarta EGC.
1992 p. 6 28
7. Susilorini eko tri, Sawitri eiirry manik produk olahan susu, Jakarta penebar
swadaya.2007 p.28 35
8. Handayani ,Hendrastuti dan Fajriani sifat kariogenik makanan pada anak anak
J kedokteran gigi (1) :247 -250
9. Budisuari MA ,Oktarina,Mukjarab MA ,hubungan pola makan dan kebiasaan
menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulut(karies) di Indonesia,bulletin
penelitian system kesehatan ,2010 (1):p 83-91
35

10. Haryani W, Hadi H, Hendratini Y ,hubunhan antara komsumsi karbohidrat
dengan tingkat keparaha karies pada anak usia prasekolah di kecamatan depok
,sleman Yogyakarta ,2002(3):131 - 138
11. Yumiko kawashita,masayasu kitamura,and toshiyuki saito , international journal
of dentistry , early childhood caries 2011 jul ( vol 11):1-7
12. Iida Hiroko dkk:ECC pediatrics of ficial journal of American academy
pediatrics, 2011:p 944-951
13. Bechal, Oyston, Sally; kidd A.M Edwina in:narlan sumawinta,lilian yuliono
editor dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya, Jakarta EGC. 1991
p. 1-5 e
14. Wahjuri.P.H ,suryati F. hubungan antara asupan gizi dengan tumbuh kembang
anak usia 5 -6 tahun, jurnal penelitian kesehatan suara forikes, 2011 jan (11):44-
50

You might also like