You are on page 1of 10

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Animalia
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Upordo : Spirurina
Family : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Species : Wuchereria bancrofti

Cacing
1. Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang
berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria
(mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
2. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65
100 mm, ekornya berujung tumpul, untuk makrofilarial
yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm, ekor
melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang
lebih 250 mikron, bersarung pucat.
3. Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran
limfe dan kelenjar limfe. Sedangkan pada malam hari
mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan pada
siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam,
misalnya: paru-paru, jantung, dan hati

Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah
orang yang terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh
nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding
lambung dan bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva
stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang
disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh
menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai
bermigrasi mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva
infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia (hospes). Bersama-sama dengan aliran darah
dalam tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva
mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan larva
stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe
dan akan terjadi pembengkakan. Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan
menghisap darah orang yang terkena filariasais,sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke
dalam tubuh nyamuk. Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi sebelumnya tumbuh di dalam
tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang dalam otot nyamuk. Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai
bergerak aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk.Nyamuk pembawa mikrofilaria itu lalu gentayangan menggigit
manusia dan memindahkan larva infektif tersebut. Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk
ke pembuluh limfe.

Effect pathogen yang nampak pada Wuchereria dapat disebabkan oleh bentuk
dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Bentuk dewasa atau larva yang
sedang tumbuh dapat menyebabkan kelainan berupa reaksi inflamasi dan
system lympatic. Sedangkan bentuk microfilarianya yang hidup didalam
darah belum diketahui apakah menghasilkan product-product yang bersifat
pathogen, kecuali pada accult filariasis.
Hasil metabolisme dari larva Wuchereria yang sedang tumbuh menjadi
dewasa pada individu yang sensitif dapat menyebabkan reaksi allergi seperti:
urticaria, "fugitive swelling". (pembengkakan, nyeri, pembengkakan pada
kulit extremitas) dan pembengkakan kelenjar lymphe. Gejala ini dapat timbul
awal dalam waktu beberapa bulan (kurang lebih 3 1/2 bulan) setelah
penularan. Pemeriksaan darah tepi untuk mencari mikrofilaria pada stadium
ini biasanya negatif (gagal ditemukan), tetapi pada biopsi kelenjar lymphe
setempat mungkin dapat ditemukan cacing Wuchereria bancrofti muda atau
dewasa.

Apabila seseorang terserang Whuceria bancrofti, maka gejala
yang tampak antara lain:
1. Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, demam dapat
hilang bila si penderita istirahat dan muncul lagi setelah si
penderita bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah
lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan.
Diikuti dengan radang saluran kelenjar limfe yang terasa
panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal
lengan ke arah ujung (Retrograde lymphangitis) yang dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
3. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahandan merasa panas (Early
lymphodema).

Bentuk menyimpang dari whuceria bancrofti ditandai oleh hipereosinivilia,
adanya microfilaria di jaringan tetapi tidak terdapat di dalam darah, dan titer
antibody antifilaria yang tinggi. Microfilaria mungkin ditemukan di cairan
limphatik. Tes serologi telah tersedia tetapi tidak dapat diandalkan sepenuhnya.
Diagnosa berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan pemeriksaan
laboratorium:
1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel atau
cairan chyluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott dan
membran filtrasi.
2. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari mengingat periodisitas
mikrofilarianya umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-
kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai pada saluran dan kelenjar limpah
dari jaringan yang di curigai sebagai tumor.
3. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan pelacak DNA
yang spesies spesifik dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasi larva
filarial dalam cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat
membedakan antara larva filarial yang menginfeksi manusia dengan yang
menginfeksi hewan. Penggunaannya masih terbatas pada penelitian dan survey.

Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari
gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor) misalnya
menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi
dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk,
mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan
pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian
berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan
memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara
berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah
endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling
efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri
dengan cara 3M.

You might also like