You are on page 1of 33

A.

KASUS
Identitas Pasien
Nama Pasien An. JK Umur/TTL 1 th
No. Rekam Medik 902xxx BB 8,6
Alamat Kalibagor TB 65 cm
Status Jaminan Umum Jenis Kelamin Laki-laki

Riwayat MRS
Tanggal MRS 7-3-2014 Tanggal KRS 10-3-2014
Riwayat MRS Pasien panas 4 hari, batuk +, pilek+, sudah berobat ke poli
anak hari selasa belum sembuh
Riwayat Penyakit
Riwayat Obat/Supplemen Thyrax 50 mcg no XXX
Riwayat lifestyle
Alergi
Diagnosa Bronchitis, Febris, tumbuh kembang lambat, DHF

Parameter Penyakit
TTV Tanggal
7/3 8/3 9/3 10/3
TD 100/70
N 108 110 100
RR 30 28 30 28
Suhu 38,2 37,7 37,3 35,2
Batuk + + + +
Mual - - - -
Pilek - +(jernih) +(jernih) +(encer)
Ma,Mi + + + +
Demam + + + +








Data Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal
7 8 9 10 11
Hb 9,0
Leu 10310
Ht 27%
eritrosit 3,0
trombosit 86000
MCV 88,8
MCH 29,6
RDW 13,1
MPV 9,9
Basofil 0,2
Eosinofil 0,0
Batang 0,1
Limfosit 68,8
Monosit 5,4

Pemeriksaan Penunjang
Nama
Pemeriksaan:
-


Hasil
-
Tanggal: -








B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
- Hipotoroid
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
diatur sebagai berikut :
a. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
b. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang
meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain (Baradero,2009)
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi
karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH (Baradero,2009)
Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik
yang ditemukan pada masa dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan, karena maturitas jaringan dan organ atau jaringan spesifik yang
merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid,
sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid tergantung pada usia mulai
timbulnya pada masa bayi atau anak. Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi
baru lahir tidak diobati, dapat menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi
neurologik yang menetap (Rusdi, 2009)
(Kaneshiro, 2010)

- Bronkhitis
Bronkhitis merupakan peradangan pada saluran pernafasan utama paru-paru
yaitu bronkhus.Bronkitis kronis adalah batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak / sputum sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam 1
tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun. Perubahan struktur pada paru
menimbulkan perubahan fisiologik yang merupakan karakteristik bronkitis seperti
batuk kronik, sputum produksi, obstruksi jalan napas, gangguan pertukaran gas,
hipertensi pulmonal dan kor-pulmonale (Mullins, 2003)
Akibat perubahan bronkiolus dan elveoli terjadi gangguan pertukaran gas
yang menimbulkan 2 masalah yang serius yaitu :
a. Aliran darah dan aliran udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai
(mismatched). Sebagian tempat (alveoli) terdapat adekuat aliran darah
tetapi sangat sedikit aliran udara dan sebagian tempat lain sebaliknya.
b. Performance yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot
respirasi sehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas,
menimbulkan hipoventilasi dan tidak cukupnya udara ke alveoli
menyebabkan CO2 darah meningkat dan O2 dalam darah berkurang.
(Tockman, 2003)
Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab pada bronkitis sangat
kompleks, berawal dari rangsang toksik pada jalan napas menimbulkan 4 hal
besar seperti inflamasi jalan napas, hipersekresi mukus, disfungsi silia dan
rangsangan refleks vagal saling mempengaruhi dan berinteraksi menimbulkan
suatu proses yang sangat kompleks (Anzueto, 2003).


- DHF

Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah (kapiler), yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
otomatis jumlah trombosit berkurang (trombositopenia), terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, plasma
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa demam dan
mencapai puncaknya pada masa terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit > 20 %) bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit menimbulkan dugaan
bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
melalui kapiler yang rusak. (Sri rejeki H.Hadinegoro,2001)

- Febris
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi
sepanjang hari, 0,50C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5 0 C diatas normal
pada malam hari.Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas
tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi
melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal
termostat di hipotalamus selalu diatur pada set pointsekitar 370C, setelah
informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan
dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point (Kayman,2003).
Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar
lebih rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan
meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan
pengeluaran panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan
produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus
anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas. Bila hipotalamus
anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi
keringat (Victor, 1994).
-

(Finkelstein, 2000)

Ketika tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan
diopsonisasi (harfiah=siap dimakan) komplemen dan difagosit leukosit darah,
limfosit, makrofag (sel kupffer di hati). Proses ini melepaskan sitokin, diantaranya
pirogen endogen interleukin-1 (IL-1), IL-1, 6, 8, dan 11, interferon 2 dan ,
Tumor nekrosis factor TNF (kahektin) dan TNF (limfotoksin), macrophage
inflammatory protein MIP1. Sitokin ini diduga mencapai organ sirkumventrikular
otak yang tidak memiliki sawar darah otak. Sehingga terjadi demam pada organ
ini atau yang berdekatan dengan area preoptik dan organ vaskulosa lamina
terminalis (OVLT) (daerah hipotalamus). Pirogen endogen ini setelah berikatan
dengan reseptornya di daerah preoptik hipotalamus, akan merangsang
hipotalamus untuk mengaktivasi fosfolifase-A2 yang selanjutnya akan
melepaskan asam arakhidonat dari membran fosfolipid dan kemudian oleh enzim
siklooksigenase-2 (COX-2) akan diubah menjdi prostaglandin E2(PGE2)
(Finkelstein,2000).
Rangsangan prostaglandin inilah baik secara langsung atau melalui
penglepasan siklik AMP menset termostat pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini
merupakan awal dari berlangsungnya reaksi terpadu sistem saraf otonom,
endokrin dan perubahan perilaku dalam terjadinya demam. Ketika demam
meningkat (karena nilai sebenarnya menyimpang dari set level yang tiba-tiba
neningkat), pengeluaran panas akan dikurangi melalui kulitsehingga kulit
menjadi dingin (perasaan dingin), produksi panas juga meningkat karena
menggigil (termor). Keadaan ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya
mendekati set level normal (suhu normal). Bila demam turun, aliran darah ke kulit
meningkat sehingga orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan
keringat yang banyak (Finkelstein,2000).
Pada mekanisme tubuh alamiah, demam bermanfaat sebagai proses imun.
Pada proses ini, terjadi pelepasan IL-1 yang akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi
(demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan sel T dan B terhadap organisme
patogen. Konsentrasi logam dasar di plasma (seng, tembaga, besi) yang
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dikurangi.Selanjutnya, sel yang rusak
karena virus, juga dimusnahkan sehinga replikasi virus dihambat. Namun
konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam
(peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan
konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan
metabolisme, juga peningkatan kadar sisa metabolism, peningkatan frekuensi
denyut jantung (8-12 menit/C) dan metabolisme energi. Hal ini menimbulkan
rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, peningkatan gelombang tidur yang
lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak), pada keadaan tertentu demam
menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena demam) serta
kejang (Crocetti,2001).

2. Etiologi
- Hipotiroid
Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroidisme primer,
sekunder, tersier, serta resistensi jaringan tubuh terhadap hormon tiroid.
a. Hipotiroidisme primer terjadi akibat kegagalan tiroid memproduksi
hormon tiroid
b. Hipotiroidisme sekunder adalah akibat defisiensi hormon TSH yang
dihasilkan oleh hipofisis
c. Hipotiroidisme tersier disebabkan oleh defisiensi TRH yang dihasilkan
oleh hipotalamus.
(Hassan, 2007)
Penyebab terbanyak hipotiroidisme adalah akibat kegagalan produksi hormon
tiroid oleh tiroid (hipotiroidisme primer). Penyebab lebih lengkap hipotiroidisme
dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Primer Tiroiditis Hashimoto
Terapi Iodium radioaktif untuk penyakit Graves
Tiroidektomi pada penyakit graves, nodul tiroid, atau kanker tiroid
Asupan iodida yang berlebihan (pemakaian radiokontras)
Tiroiditis sub akut
Defisiensi iodium
Kelainan bawaan sintesis hormon tiroid
Obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron)
Sekunder Hipopituitari akibat adenoma hipofisis, terapi ablatif terhadap
hipofisis, serta kerusakan hipofisis
Tersier Defisiensi hipotalamus
Resistensi
jaringan

perifer
terhadap
hormon
tiroid
(Rusdi, 2009)

- Bronkhitis
Bronchitis disebabkan karena infeksi, penyakit ini juga dapat muncul sendiri
atau akibat dari adanya gangguan paru-paru kronis. Pada bronchitis akut
disebabkan oleh virus, kuman-kuman lain yang sering ditemukan pada dahak
penderita adalah pneumococcus, streptococcus beta-hemolitik, dan haemophilus
influenzae. Sedangkan pada bronchitis kronis penyakit jantung menahun dan
keadaan hipersensitivitas juga bisa menyebabkan penyakit ini. Pada orang tua,
penyakit ini biasanya timbul sebagai akibat adanya gangguan paru-paru yang
kronis.(Tockman,2003)
Bronchiolitis adalah gangguan yang paling sering disebabkan bayi dengan
infeksi virus saluran pernapasan bawah (LRTI). Ini adalah infeksi saluran
pernapasan bawah yang paling umum dalam hal iniadalah pada anak anak . Hal
ini ditandai dengan peradangan akut, edema dan nekrosis sel-sel epitel yang
melapisi kecil udara, peningkatan produksi lendir, dan bronkospasme. Tanda dan
gejala biasanya rhinitis, takipnea, mengi, batuk, crackles, penggunaan otot
aksesori, dan / atau cuping hidung. Banyak virus menyebabkan con-sama
stellation gejala dan tanda-tanda. Yang paling umum etiologynya adalah
respiratory syncytical virus (RSV) (Mullins, 2003).

- DHF
Penyakit Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam group arboviruses (virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
asthropod). Penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti yang banyak ditemukan dan hampir selalu menggigit di dalam rumah
pada waktu siang hari (Sumarmo, 1998).



-Febris
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari -hari
yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu
tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C. Derajat suhu yang dapat dikatakan
demam adalah rectal temperature >- 38,0
o
atau oral temperature >- 37,5
o
ataau
axillary temeparture >- 37,2
o
C (Kaneshiro, 2010).
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak
antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis
media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain . Infeksi virus yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah
dengue, demam chikungunya, dan virus -virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur
yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis,
criptococcosis, dan lain lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan
demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson& Baltimore,
2007).

3. Guideline terapi




C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1. Subjective

NamaPasien : An. JK
No. RekamMedik : 902xxx
Alamat : Kalibagor
Status Jaminan : Umum
Umur/TTL : 1tahun
BB : 8,6 kg
TB : 65cm
JenisKelamin : laki-laki
MRS : 7/3/2014
KRS : 10/3/2014
Riwayat MRS : Pasien panas 4 hari, batuk +, pilek +, sudah berobat ke polianak
hari selasa belum sembuh
RiwayatPenyakit : -
RiwayatObat : thyrax 50mcg no.xxx
Riwayat Lifestyle : -
Alergi : -
Diagnosa : bronchitis, febris, tumbuh kembang lambat, DHF


2. Objective
Parameter Penyakit
TTV Tanggal Nilai
Normal
Keterangan
7/3 8/3 9/3 10/3
TD 100/70 100/65 Normal
N 108 110 100 100-110 Normal
RR 30 28 30 28 16-20 Naik
Suhu 38,2 37,7 37,3 35,2 36,5-37,5 Turun dari hari
kehari
Batuk + + + +
Mual - - - -
Pilek - +(jernih) +(jernih) +(encer)
Ma,Mi + + + +
Demam + + + +

Data Laboratorium
Pemeriksa
an
Tanggal Nilai
Normal
Keterangan
7 8 9 10 11
Hb 9,0 10,5-13 g/dl Turun
Leu 10310 6000-17000 Normal
Ht 27% 33-38% Turun
eritrosit 3,0 3,7-4,9
mill/mn
3

Turun
trombosit 86000 250000-
600000/mn
3

Turun
MCV 88,8 70-84 Naik
MCH 29,6 23-30 Normal
RDW 13,1 <15 Normal
MPV 9,9 6,5-11m
3
Normal
Basofil 0,2 0-1% Normal
Eosinofil 0,0 0-3% Normal
Batang 0,1 5-11% Turun
Limfosit 68,8 45-76% Normal
Monosit 5,4 3-6% Normal

3. Assessment
Diagnosa pasien:
- Hipotiroid
Sebelumnya pasien telah mempunyai riwayat obat/suplemen yaitu Thyrax 50 mcg
no XXX, yang merupakan obat hipoteroidisme. Obat ini diberikan karena pasien
mengalami keterlambatan atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Bronkhitis
Diketahui RR pasien mengalami peningkatan, hal ini berhubungan dengan
diagnose pasien yakni bronchitis dan pasien mempunyai riwayat batuk dan pilek
serta pasien kurang minum sehingga banyak sputum pada saluran pernapasan
mengakibatkan pasien sesak napas.
- DHF
Pada penderita DHF parameter yang berpengaruh adalah Hb, Ht dan trombosit.
Pada case ini kadar hemoglobin , trombosit, eritrosit dan batang mengalami
penurunan. Pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi
kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan
merupakan kelainan hematology paling awal yang dapat ditemukan pada
penderita DHF. Pada kasus ini hematokrit mengalami penurunan yakni 27%
dengan nilai normal 33-38%. Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat sesuai
dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan
bahwa penigkatan nilai hematokrit merupakan manifestasi hemokonventrasi yang
terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi
berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan
sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai
hematokrit tidak meningkat bahkan menurun (Sri et al, 1999) .

- Febris
Pada kasus ini pasien mengalami febris, hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu pada hari pertama. Namun semakin lama suhu semakin
menurun namun pasien masih mengalami demam. Demam ini timbul akibat
pasien mengalami DHF. Gejala demam yang merupakan salah satu gejala
sistemik penyakit infeksi paling umum, tidak merupakan indicator yang kuat
untuk pemberian AM. Pemberian AM berdasarkan adanya demam tidak bijaksana
karena: (1) pemberian AM yang tidak pada tempatnya dapat merugikan pasien
(berupa efek samping), dan masyarakat sekitarnya (berupa masalah resistensi); (2)
demam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi virus, yang cukup tinggi angka
kejadiannya dan tidak dapat dipercepat penyembuhannya dengan pemberian AM
yang lazim; (3) demam dapat juga terjadi pada penyakit noninfeksi, yang dengan
sendirinya bukan indikasi pemberian AM . Karena AM hanya mempercepat
penyembuhan penyakit infeksi, maka AM hanya diperlukan bila infeksi
berlangsung lebih dari beberapa hari dan dapat menimbulkan akibat cukup berat,
misalnya pada tifus abdominalis, faringitis oleh S. pyogenes dengan kemungkinan
komplikasi penyakit jantung rematik di kemudian hari. Kesimpulannya, indikasi
untuk memberikan AM pada seorang pasien haruslah dipertimbangkan dengan
seksama dan sangat tergantung pada pengalaman pengamatan klinik dokter yang
mengobati pasien. Untuk memutuskan perlu-tidaknya pemberian antimikroba
(AM) pada suatu infeksi, perlu diperhatikan gejala klinik, jenis dan patogenisitas
mikrobanya, serta kesanggupan mekanisme daya tahan tubuh hospes (Spratt,
1994).





Assessment DRP pada pasien

Tanggal Subyektif Obyektif Assessment
7 Wrong dose: ambroxol
Dosis : 2 x 2,5 ml (ISO Indonesia,2010)
7 Mual (-) Drug without indication: inj ranitidine
Pasien tidak mengalami mual muntah
7 Drug without indication: inj ampicillin
Tidak ada parameter yang
mengindikasikan untuk penggunaan obat
ini
7 Drug without indication: gentamisin
Tidak ada parameter yang
mengindikasikan untuk penggunaan obat
ini

4. Plan
Tujuan Terapi
-Mengatasi keluhan dan tanda hipotiroid
-Mengatasi demam pasien
-Untuk memulihkan kondisi pasien
-Mengatasi bronkhitis pasien
-Mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain
-Mengatasi DRP yang terjadi pada pasien

Terapi non Farmakologi
-Mengkonsumsi ikan dan minyak ikan. Ikan mengandung asam lemak omega-3
EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) yang tinggi.
Menurut para ahli, kedua bahan tersebut sangat penting untuk fungsi tiroid, bahkan
membantu sel agar lebih sensitif terhadap hormon tiroid. Asam lemak Omega-3
juga memiliki efek anti-inflamasi yang bermanfaat untuk penyakit aoutoimun
tiroid, yang biasanya dikaitkan dengan peradangan.
-Memperbanyak makan sayur dan buah, karena mengandung iodine tinggi. Fungsi
tiroid yang normal jelas membutuhkan asupan iodine yang cukup; tanpa itu,
hormone dalam jumlah normal tidak dapat dibuat, TSH disekresikan berlebih dan
tiroid menjadi hiperplastik dan hipertropi, buah dan sayur memiliki kandungan
iodine yang cukup
-Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula, susu (ASI/PASI), hal ini
agar pasien terhindar dari dehidrasi
-Pasien mengalami bronkhitis sehingga menghindari udara dingin dengan
memakai pakaian tebal atau tetap berada didalam ruangan ketika udara dingin,
hindari pula kipas angin yang banyak menarik udara dari dalam ruangan, minum
banyak cairan(air putih), dan menghindari asap rokok serta debu (Victor,1994).

Terapi Farmakologi
1. KAEN 3A
Mengandung elektrolit mEq/L Na+ = 60; Cl- = 50; K+ = 10; Laktat = 20;
Dekstrosa = 27 gr/L (Anonim, 2010)

Indikasi:
-Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
-Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
-Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A (Anonim, 2010)

Alasan penggunaan karena pasien jarang minum sehingga digunakan untuk
memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dan untuk kasus-kasus demam
dengan usia 2 bln keatas.
2. Po paracetamol
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik
yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas (Anonim, 2010)
Obat Generik
Paracetamol / Parasetamol
Obat Bermerek :
Alphamol, Biogesic, Bodrexin Demam, Contratemp, Cupanol, Dumin,
Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Grafadon, Ikacetamol, Itamol, Itamol Forte,
Kamolas, Lanamol, Maganol, Moretic, Naprex, Nasamol, Nufadol,
Pamol, Panadol Biru, Praxion, Progesic, Propyretic, Pyrex,
Pyridol, Sanmol, Sanmol Tablet, Tempra, Turpan, Xepamol
Penyakit Terkait : Sakit Kepala, Migrain, Demam
Komposisi
Paracetamol Tablet : Setiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.
Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung
Parasetamol 125 mg.
Paracetamol Sirup 160 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung
Parasetamol 160 mg.
Paracetamol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung
Parasetamol 250 mg.
Indikasi
-Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri pasca
operasi minor, nyeri trauma ringan.
-Menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Pada kondisi
demam, paracetamol hanya bersifat simtomatik yaitu meredakan keluhan demam
(menurunkan suhu tubuh) dan tidak mengobati penyebab demam itu sendiri.
Kontraindikasi
Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap
Paracetamol.
Penderita gangguan fungsi hati berat.
Peringatan dan Perhatian
-Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan.
-Gunakan Parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Penggunaan paracetamol melebihi dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan efek
samping yang serius dan overdosis.
-Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit hati/liver, penyakit
ginjal dan alkoholisme. Penggunaan parasetamol pada penderita yang
mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati.
-Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita G6PD deficiency.
-Hati-hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu menyusui.
Parasetamol bisa diberikan bila manfaatnya lebih besar dari pada risiko janin atau
bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui ASI namun efek pada bayi belum
diketahui pasti.
Efek Samping
-Mual, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan.
-Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
-Reaksi hipersensitivitas/alergi seperti ruam, kemerahan kulit, bengkak di wajah
(mata, bibir), sesak napas, dan syok.
Dosis:
Paracetamol Tablet
Dosis anak 1-5 tahun: - tablet tiap 4-6 jam.
(ISO Indonesia, 2010)
Alasan penggunaan karena pasien mengalami demam yang disebabkan oleh DHF,
sehingga diberikan antipiretik untuk menurunkan demam. Pemberian paracetamol
disarankan pada penderita DHF karena efek sampingnya lebih ringan (Setiabudi,
2005).
3. Ambroxol
Ambroksol mempunyai sifat mukokinetik dan sekretolitik
Ambroksol meningkatkan pembersihan sekresi yang tertahan pada saluran
pernapasan dan menghilangkan mukus statis, memudahkan mengencerkan dahak.
Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi bronkial yang
abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis asmatik,
asma bronchial (Anonim, 2010)
Ambroxol Syrup
Kandungan :
Tiap 5 ml mengandung Ambroxol HCl/Ambroksol HCl 15 mg

Indikasi :
Kelainan saluran pernafasan akut & kronik yang berhubungan dengan sekresi
bronkhial yang abnormal, terutama pada bronkhitis kronik yang memburuk,
bronkhitis asmatik, asma bronkial.



Perhatian :
Kehamilan, menyusui.

Efek Samping :
Gangguan pada saluran pencernaan yang bersifata ringan, reaksi alergi.

Kemasan & No Reg. :
Botol 60 mL, GKL 9720921737A1

Dosis :
-Dewasa & anak yang berusia di atas 12 tahun : 3 kali sehari 10 ml (pengobatan
jangka panjang).
-Anak berusia 5-12 tahun : 2-3 kali sehari 5 ml.
-Anak berusia 2-5 tahun : 3 kali sehari 2,5 ml.
-Anak berusia kurang dari 2 tahun : 2 kali sehari 2,5 ml.

Penyajian :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
(ISO Indonesia, 2010)
Alasan penggunaan karena pasien mengalami batuk yang diakibatkan oleh
bronkhitis sehingga diberikan ambroksol untuk membersihkan sekresi yang
tertahan pada saluran pernapasan dan memperlancar pernapsan (Anonim, 2012).


4. Thyrax
Dalam pengobatan hipotiroidisme, senyawa tiroksin dan triiodotironin yang
dipakai adalah isomer L (Levo). Isomer ini digunakan karena memiliki aktifitas
yang jauh lebih tinggi daripada isomer dextro. Tiroksin diabsorbsi paling baik di
duodenum dan ileum. Akan tetapi tingkat absorpsinya dipengaruhi oleh keasaman
lambung, flora saluran cerna, makanan dan obat lainnya. Absorpsi melalui jalurT3
sekitar 95%, sedangkan Levotiroksin 80%. Absorpsi Levotiroksin dihambat oleh
sukralfat, resin kolestiramin, Fe, kalsium dan Al (OH)
3
(Katzung, 2002)
Kandungan
Natrium tiroksina setara levotiroksina 0,1 mg/tablet
Indikasi
Terapi pengganti pada hipotiroid akibat berbagai etiologi; untuk menekan kadar
hormon stimulasi tiroid (TSH). pada penyakit gondok, modul-modul dan setelah
pengobatan kanker tiroid secara radiologi dan atau pembedahan; untuk menekan
obat-obat lain yang gastrogenik seperti litium; sebagai diagnostik bantu tes
supresi
Kontra Indikasi
-
Efek Samping
Dosis tinggi mengakibatkan takikardia, nervus, tremor, sakit kepala, panas
dipermukaan badan, berkeringat dan ber-kurangnya berat badan; kelebihan dosis
mengakibatkan krisis tirotoksik
Perhatian
Hipertiroidisme, peny KV &/ miksedema berat & lama
Dosis
-Dewasa: 0,05-0,1 mg/hari; dosis dinaikkan tiap dua minggu dengan 0,025-0,05
mg sampai hasil yang diinginkan; pemeliharaan 0,1-0,2 mg/ hari (2-3 mcg/kg
bb/hari)
-Anak <6 bulan: 25-50 mcg
-Anak 6-12 bulan: 50-75 mcg
-Anak 1-5 th: 75-100 mcg
-Anak 6-12 th: 100-150 mcg
-Anak >12 th: 150-200 mcg
Interaksi
Antikoagulan oral, antidiabetik, digitalis, kolestiramin, fenitoin.
Kemasan
Tablet 100 mcg x 100.
( ISO Indonesia, 2010)
Alasan penggunaan: karena pasien di diagnose tumbuh kembang lambat, obat ini
merupakan terapi hormon yang baik bagi pasien

Saran terapi bagi An.JK
Obat dosis freq 7/3 8/3 9/3 10/
3
Bawa pulang
IV FD KAEN 3A 12 tpm
Po PCT 90 mg 3 x 1
Ambroxol 2 x 2,5
Thyrax 50 mcg 1 x 1 1 x 1
@50mcg


KIE
KIE untuk keluarga psien
- Cara meminum obat dan frekuensinya
- Meningkatkan motivasi untuk melaksanakan pola hidup sehat pada pasien
Nama
Obat
Jadwal
Minum
Jumlah Manfaat Hal yang perlu
diperhatikan
Po PCT Pagi, siang,
malam
90 mg
3x sehari
Sebagai
antiperitek untuk
mengatasi demam
Jika suhu sudah
turun penggunaan
paracetamol
dihentikan
Ambroxol Pagi, malam 2x cth Meningkatkan
pembersihan
sekresi yang
tertahan pada
Reaksi alergi
saluran
pernapasan
Tyrax Pagi 1 x sehari Sebagai terapi
hormon
Penggunaan tidak
boleh dihentikan,
sampai tiroid pasien
normal

KIE untuk pasien
- Memberikan jadwal minum obat pada pasien seperti yang diberikan pada
keluarganya
- Hindari paparan dengan benda-benda yang dapat mengiritasi hidung, tenggorokan
dan paru-paru seperti debu
- Makan makanan yang sehat
- Jangan berbagi makanan, cangkir, gelas atau alat-alat makan lainnya dengan
orang lain
KIE untuk tenaga kesahatan lain
- Pemeriksaan fisik dan laboratorium meliputi keadaan umum, suhu badan,
pembesaran hepar, bintik perdarahan pada kulit, tes rumpel leede, hemoglobin
(Hb), hematokrit (Hct), dan trombosit.
- Pemeriksaan laboratorium T3, T4 dan TSH untuk mengetahui kadar tiroid pasien
- Pemantauan dapat dilakukan 3 bulan sampai 6 bulan sekali dengan mengevaluasi
pertumbuhan linear, berat badan, perkembangan motorik dan bahasa serta kemampuan
akademis untuk yang sudah bersekolah. Selain itu umur tulang pula dapat dipantau tiap
tahun (Anonim, 2010)
- Perlu adanya pemeriksaan anemia mengingat Hb pasien sangat rendah, sehingga
diharapkan dapat diketahui apakah pasien anemia atau tidak, dan dapat mengetahui jenis
anemia pasien sehingga pengobatan selanjutnya dapat ditentukan



Monitoring
Hal yang perlu dimonitoring dari pengobatan adalah













D. KESIMPULAN

1. Problem medik pasien sesuai diagnose adalah bronchitis, febris, tumbuh kembang
lambat dan DHF. Terdapat beberapa DRP pada pasien An.JK yaitu : drug without
indication pada inj ampicillin, inj gentamisin dan inj ranitidine; wrong dose pada
ambroxol
2. Penatalaksanaan terapi farmakologis tidak ada penambahan obat, sangat
disarankan untuk pemberian ASI dari ibu agar dapat meningkatkan imun anak





Obat Monitoring Target keberhasilan
Keberhasilan ESO
Ambroxol Pembersihan sekresi
yang tertahan pada
saluran pernapasan
Gangguan pada
saluran pencernaan
yang bersifat ringan,
reaksi alergi
Memperlancar aliran
udara
Paracetamol Menurunkan suhu
tubuh
Sangat jarang,
biasanya ringan
Suhu tubuh menjadi
normal
Thyrax Menaikkan kelenjar
tiroid sebagai terapi
hormon
Takikardi, sakit
kepala
Hormon tiroid
normal
Dokumen Farmasi Pasien (DFP)

NamaPasien : An. JK
Status Jaminan : Umum
Umur/TTL : 1tahun
BB : 8,6 kg

Keluhan utama (Subjective) :
Pasien panas 4 hari, batuk +, pilek +, sudah berobat ke polianak hari selasa belum
sembuh

Riwayat penyakit dahulu:
-

Riwayat pengobatan:
Thyrax 50 mcg no XXX

Diagnosa:
Bronchitis, Febris, tumbuh kembang lambat, DHF

Data Klinik (Objective)
TTV Tanggal Keterangan
7/3 8/3 9/3 10/3
TD 100/70 Turun
N 108 110 100 Naik pada
tanggal 8 dan 9
RR 30 28 30 28 Naik
Suhu 38,2 37,7 37,3 35,2 Turun dari hari
kehari
Batuk + + + +
Mual - - - -
Pilek - +(jernih) +(jernih) +(encer)
Ma,Mi + + + +
Demam + + + +

Data Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal Keterangan
7 8 9 10 11
Hb 9,0 Turun
Leu 10310 Normal
Ht 27% Turun
eritrosit 3,0 Turun
trombosit 86000 Turun
MCV 88,8 Naik
MCH 29,6 Normal
RDW 13,1 Normal
MPV 9,9 Normal
Basofil 0,2 Normal
Eosinofil 0,0 Normal
Batang 0,1 Turun
Limfosit 68,8 Normal
Monosit 5,4 Normal

ASSESSMENT AND PLAN
No Problem Paparan problem Rekomendasi
1 Drug without
indication
Penggunaan ampicillin
dan gentamisin yang
tidak disertai data dari
parameter penyakit yang
mendukung
Sebaiknya ada
pemeriksaan lebih
lanjut untuk
memutuskan
pemakaian antibotik
2 Drug without
indication
Penggunaan inj ranitidine
yang dirasa tidak perlu
karena pasien tidak
mengalami mual muntah
Sebaiknya inj
ranitidine tidak
digunakan

TERAPI
obat dosis freq 7/3 8/3 9/3 10/3 Bawa pulang
IV FD KAEN 3A 12 tpm
Po PCT 90 mg 3 x 1
Ambroxol 2 x 2,5
Thyrax 50 mcg 1 x 1 1 x 1
@50mcg

MONITORING
No Parameter Nilai Normal Jadwal Pemantauan 7/3 8/3 9/3 10/3
1 TD 120/80 Setiap hari pada
kondisi istirahat

2 RR 16-20 Setiap hari pada
kondisi istirahat

3 Suhu 36,5-37,5 Setiap hari
4 Hb 10,5-13 g/dl Setiap hari
5 Leu 6000-17000 Setiap hari
6 Ht 33-38% Setiap hari
7 eritrosit 3,7-4,9
mill/mn
3

Setiap hari
8 trombosit 250000-
600000/mn
3

Setiap hari












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi, Edisi 9.
Anonim. 2012. Ambroxol 30 mg . http://www.dechacare.com Diakses tanggal 3 Maret 2014
Anzueto AR, Schaberg T. 2003 . Acute exacerbation of Chronic bronchitis. London : Science
Press Ltd.
Baradero, Mary, dkk, 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:
EGC.
Crocetti M, Moghbelli N, Serwint J. Fever phobia revisited: Have parental misconceptions about
fever changed in 20 years. Pediatric 2001(107); 1241-6.
Ferry JR, Kemp S. Pediatric Hypothyroidism .2010.
http://emedicine.medscape.com/article/922777-overview . diakses tanggal 4 April 2014
Finkelstein JA, Christiansen CL, Platt R. Fever in Pediatricprimary care:Occurrence,
management and outcome. Pediatrics 2000(105);260-63.
Hassan R, Alatas H. Hipotiroidisme. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hal. 266-7
Jenson, H.B., and Baltimore, R.S., 2007. Infectious Disease: Fever without a focus. In:
Kliegman, R.M., Marcdante, K.J., Jenson, H.B., and Behrman, R.E., ed. Nelson
Essentials of Pediatrics. 5thed. New York: Elsevier, 459-461.
Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus /ency/article/000980.htm. Diakses tanggal 4
April 2014
Katzung, BG, et al. Thyroid Antithyroid Drugs, In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic
and Clinical Pharmacology. United States: McGraw Hill. 11
th
ed
Kayman H. Management of Fever:making evidence-based decisions. Clin Pediatr.Jun 2003 (42);
383
Mullins JA, Lamonte AC, Bresee JS, Anderson LJ. Substantial variability in community
respiratory syncytial virus season timing. Pediatr Infect Dis J. 2003;22:857862
Rusdi, Susanto. Kelainan Tiroid Masa Bayi: Skrining hipotiroidisme neonatal, Hipotiroidisme
kongenital, dan hipotiroidisme didapat. 2009. http://pediatrics-
undip.com/journal/KELAINAN%20TIROID%20MASA%20BAYI.pdf diakses tanggal
4 April 2014
Setiabudi, R., 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru
Spratt BG. Resistance to antibiotics mediated by target alterations. Science 1994;264:388-93
Sri Rejeki H.Hadinegoro,dkk, 2001, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,
DKKS RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan.
Tatro, David S., PharmD, 2003, A to Z Drug Facts, Facts and Comparisons, San Franscisco.
Tim Redaksi,2010. ISO Indonesia volume 45 . Jakarta: PT ISFI Penerbitan

Tockman MS,dkk. The epidemiologi of COPD. In: Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Ed.
Petty TL.New York: Marcel Dekker Inc, 1985 : 435
Victor Nizet, Vinci RJ, Lovejoy FH. Fever in children. Pediatr Rev.1994 (15); 127-34

You might also like