You are on page 1of 20

PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI

KUANTITAS DAN KUALITAS HADITS


MAKALAH
DIPRESENTASIKAN PADA KULIAH
STUDY AL-HADITS
DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR. H. SULAIMAN ABDULLAH
OLEH :
BENPANI
KONSENTRASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalaat dan
salam sem!ga dilimpahkan"#ya kepada junjungan kita #abi $uhammad SAW.
$akalah ini membahas %Pembagian hadits dari Segi &uantitas dan
&ualitas hadits' yang menjadi tugas bagi mahasisa Pas(a Sarjana )A)# STS
*ambi dalam mata kuliah Study Al"Hadits pada Pr!di k!nsentrasi &urikulum
Pendidikan )slam yang dibimbing !leh Pr!+. ,r. H. Sulaiman Abdullah
Penulis menyadari baha makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kekhila+an. Oleh karena itu kepada semua pemba(a dan pakar dim!h!n saran dan
kritik yang bersi+at membangun demi kesempurnaan makalah ini.
kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi
sempurnanya makalah ini, u(apan terima kasih yang sebesar"besarnya. Sem!ga
makalah ini dapat berman+aat.
Amin yan -abbal .Alamin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bea!a"#
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan banyak bermun(ulan penelitian
tentang kajian keilmuan )slam, terutama dalam ilmu hadits banyak sekali
bahasan dalam ilmu hadits yang sangat menarik dan sangat penting untuk
dibahas dan dipelajari, terutama masalah ilmu hadits.
Sebagian !rang bingung melihat jumlah pembagian hadits yang banyak
dan beragam. Tetapi kemudian kebingungan itu menjadi hilang setelah
melihat pembagian hadits yang ternyata dilihat dari berbagai tinjauan dan
berbagai segi pandangan, bukan hanya segi pandangan saja. $isalnya hadits
ditinjau dari segi kuantitas jumlah perainya, hadits ditinjau dari segi kualitas
sanad dan matan.
/ntuk mengungkapkan tinjauan pembagian hadits maka pada bahasan
ini hnya akan membahas pembagian hadits dari segi kuantitas dan segi
kualitas hadits saja.
B. R$%$&a" Ma&aa'
0. Pembagian Hadits dari segi kuantitas perai
1. Pembagian hadits dari segi kualitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pe%(a#)a" Ha*)t& &ar) &e#) K$a"t)ta& Pera+)
Para ulama hadits berbeda pendapat tentang pembagian hadits ditinjau
dari aspek kuantitas atau jumlah perai yang menjadi sumber berita. ,iantara
mereka ada yang mengel!mp!kkan menjadi tiga bagian, yakni hadits
mutaatir, masyhur, dan ahad. Ada juga yang menbaginya menjadi dua, yakni
hadits mutaatir dan hadits ahad. /lama g!l!ngan pertama, menjadikan
hadits masyhur sebagai berdiri sendiri, tidak termasuk ke dalam hadits ahad,
ini dispns!ri !leh sebagian ulama ushul seperti diantaranya, Abu 2akr Al"
*ashshash 3456"475 H8. Sedangkan ulama g!l!ngan kedua diikuti !leh
sebagian besar ulama ushul 3ushuliyyun8 dan ulama kalam 3mutakallimun8.
$enurut mereka, hadits masyhur bukan merupakan hadits ynag berdiri
sendiri, akan tetapi hanya merupakan bagian hadits ahad. $ereka membagi
hadits ke dalam dua bagian, yaitu hadits mutaatir dan ahad.
0
0. Hadits $utaatir
a. Pengertian Hadits $utaatir
Se(ara etim!l!gi, kata mutaatir berarti : $utatabi9 3beriringan
tanpa jarak8. ,alam termin!l!gi ilmu hadits, ia merupakan haidts yang
diriayatkan !leh !rang banyak, dan berdasarkan l!gika atau kebiasaan,
mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta. Periayatan seperti itu terus
menerus berlangsung, semenjak thaba:at yang pertama sampai thaba:at
yang terakhir.
,ari redaksi lain pengertian mutaatir adalah :

! " #$%&' !( )*+
#,-' ./01023 4! 56&'
0
$. #!!r Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, *akarta, ;aung Persda Pres, 155<. hlm. <=.
Hadits yang berdasarkan pada pan(a indra 3dilihar atau didengar8
yang diberitakan !leh seg!l!ngan !rang yang men(apai jumlah banyak
yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat berb!h!ng.
1
/lama muta:addimin berbeda pendapat dengan ulama muta9akhirin
tentang syarat"syarat hadits mutaatir. /lama muta:addimin berpendapat
baha hadits mutaatir tidak termasuk dalam pembahasan ilmu isnad al"
hadits, karena ilmu ini membi(arakan tentang shahih tidaknya suatu
khabar, diamalkan atau tidak, adil atau tidak perainya. Sementara dalam
hadits mutaatir masalah tersebut tidak dibi(arakan. *ika sudah jelas
statusnya sebagai hadits mutaatir, maka ajib diyakini dan diamalkan.
4
b. Syarat Hadits $utaatir
08 Hadits $utaatir harus diriayatkan !leh sejumlah
besar perai, dan dapat diyakini baha mereka tidak mungkin sepakat
untuk berdusta. /lama berbeda pendapat tentang jumlah minimal
perai. Al">adhi Al"2a:ilani menetapkan baha jumlah perai hadits
mutaatir sekurang"kurangnya 6 !rang, alasannya karena jumlah #abi
yang mendapat gelar /lul A?mi sejumlah 6 !rang. Al")stikhari
menetapkan minimal 05 !rang, karena 05 itu merupakan aal bilangan
banyak. ,emikian seterusnya sampai ada yang menetapkan jumlah
perai hadits mutaatir sebanyak 75 !rang.
18 Adanya keseimbangan antara perai pada thaba:at
pertama dan thaba:at berikutnya. &eseimbangan jumlah perai pada
setiap thaba:at merupakan salah satu persyaratan.
48 2erdasarkan tanggapan pan(aindra
2erita yang disampaikan para perai harus berdasarkan
pan(aindera. Artinya, harus benar"benar dari hasil pendengaran atau
penglihatan sendiri. Oleh karena itu, apabila berita itu merupakan hasil
renungan, pemikiran, atau rangkuman dari suatu peristia lain, atau
1
Abdul $ajid &h!n, Ulumul Hadits, 3(etakan ke @8 *akarta: Ama?!n, 1505. hlm. 040.
4
$. #!!r Sulaiman. Loc.cit., hlm <=.
hasil istinbath dari dalil yang lain, maka tidak dapat dikatakan hadits
mutaatir.
@
(. $a(am"ma(am mutaatir
Hadits mutaatir ada tiga ma(am, yaitu :
08 Hadits mutaatir La+?hi, yaitu hadits yang diriayatkan
dengan la+a? dan makna yang sama, serta kandungan h!kum yang
sama, (!nt!h :
78 79: ; *! .!<9= 56 >?!
@?(A*!B C0D-E :F<'
-asulullah SAW bersabda, %2arang siapa yang ini sengaja berdusta
atas namaku, maka hendaklah dia siap"siap menduduki tempatnya di
atas api neraka.
$enurut Al"2a??ar, hadits ini diriayatkan !leh @5 !rang
sahabat. Al"#aai menyatakan baha hadits ini diriayatkan !leh
155 !rang sahabat.
18 Hadits $utaatir $a9nai, yaitu hadits mutaatir yang
berasal dari berbagai hadits yang diriayatkan dengan la+a? yang
berbeda"beda, tetapi jika disimpulkan, mempunyai makna yang sama
tetapi la+a?nya tidak. A!nt!h hadits yang meriayatkan baha #abu
$uhammad SAW mengangkat tangannya ketika berd!9a.
78 4 G HB: 79: ; 4!I *!
.!9= JDJ KL MN: O* P " QR
S, TU " VEA9W C=:X Y:Z('
[.!=
Abu $usa Al"Asy9ari berkata baha #abi $uhammad SAW, tidak pernah
mengangkat kedua tangannya dalam berd!9a hingga nampak putih kedua
ketiaknya ke(uali saat melakukan d!9a dalam sh!lat istis:!9 3H-. 2ukh!ri
dan $uslim8
@
)bid, hlm. <<
48 Hadits $utaatir .Amali, yakni amalan agama 3ibadah8
yang dikerjakan !leh #abi $uhammad SAW, kemudian diikuti !leh
para sahabat, kemudian diikuti lagi !leh Tabi9in, dan seterusnya,
diikuti !leh generasi sampai sekarang. A!nt!h, hadits"hadits nabi
tentang shalat dan jumlah rakaatnya, shalat id, shalat jena?ah dan
sebagainya. Segala amal ibadah yang sudah menjadi ijma9 di kalangan
ulama dikateg!rikan sebagai hadits mutaatir .amali.
$engingat syarat"syarat hadits mutaatir sangat ketat, terutama hadits
mutaatir la+?hi, maka )bn Hibban dan Al"Ha?imi menyatakan baha hadits
mutatir la+?hi tidak mungkin ada. Pendapat mereka dibantah !leh )bn
Shalah. ,ia menyatakan baha hadits mutaatir 3termasuk yang la+?hi8
memang ada, hanya jumlahnya sangat terbatas. $enurut )bn Hajar Al"
As:!lani, Hadits mutaatir jumlahnya banyak, namun untuk mengetahuinya
harus dengan (ara menyelidiki riayat"riayat hadits serta kelakuan dan si+at
perai, sehingga dapat diketahui dengan jelas kemustahilan perai untuk
sepakat berdusta terhadap hadits yang diriayatkannya.
&itab"kitab yang se(ara khusus memuat hadits"hadits mutaatir adalah
sebagai berikut :
08 Al"A?har Al"$utanatsirah +i Al"$utaatirah, yang dsusun
!leh )mam Suyuthi. $uhammad .Ajaj Al"&hatib, kitab ini
memuat 0604 hadits.
18 #a?hm Al"$utanatsirah min Al" Hadits al $utaatir yang
disusun !leh $uhammad bin *a9+ar Al"&attani 3. 04@6 H8
6
1. Hadits Ahad
&ata ahad merupakan bentuk plural dari kata ahid. &ata ahid berarti
%satu' jadi, kara ahad berarti satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai
sembilan. $enurut istilah hadits ahad berarti hadits yagn diriayatkan !leh
!rang per!rangan, atau dua !rang atau lebih akan tetapi belum (ukup syarat
6
)bid. Hlm. B0
untuk dimasukkan kedalam kateg!ri hadits mutaatir. Artinya, hadits ahad
adalah hadits yang jumlah perainya tidak sampai pada tingkatan mutaatir.
=
/lama ahli hadits membagi hadits ahad menjadi dua, yaitu masyhur dan
ghairu masyhur. Hadits ghairu masyhur terbagi menjadi dua, yaitu a?i? dan
ghairu a?i?.
A. Hadits $asyhur
$enurut bahasa, masyhur berarti %sesuatu yang sudah tersebar dan
p!pular'. Sedangkan menurut istilah ada beberapa de+inisi, antara lain :
C0=: \]?' ,^D T _!(J D`L
$33 D-a \]?' = ./D-a
%Hadits yang diriayatkan dari sahabat tetapi bilangannya tidak sampai
pada tingkatan mutaatir, kemudian baru mutaatir setelah sahabat dan
!rang yang setelah mereka.'
Hadits masyhur ada yang berstatus shahih, hasan dan dhai+. Hadits
masyhur yang berstatus shahih adalah yang memenuhi syarat"syarat hadits
shahih baik sanad maupun matannya. Seperti hadits ibnu /mar.
b .Vc 0-de )*!B
%2arang siapa yang hendak pergi melaksanakan shalat jumat hendaklah ia
mandi.'
Sedangkan hadits masyhur yang berstatus hasan adalah hadits yang
memenuhi ketentuan"ketentuan hadits hasan, baik mengenai sanad
maupun matannya. Seperti hadits #abi yang berbunyi:
Tf :$g Tf= :$g
%tidak memberikan bahaya atau membalas dengan bahaya yang setimpal.'
Adapun hadits masyhur yang dhai+ adalah hadits yang tidak
memenuhi syarat"syarat hadits shahih dan hasan, baik pada sanad maupun
pada matannya, seperti hadits :
=
)bid. Hlm. B5
h!2 .i!-' ^jJ$B >! )k
.l! md!=
menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan
perempuan.
,ilihat dari aspek yang terakhir ini, hadits masyhur dapat
dig!l!ngkan kedalam :
08 Mas!ur dikalangan ahli hadits, seperti hadits yang
menerangkan baha -asulullah SAW memba(a d!9a :unut sesudah
rukuk selama satu bulan penuh berd!9a atas g!l!ngan -i9il dan
Cakan. 3H.-. 2ukhari, $uslim, dll8.
18 Mas!ur dikalangan ulama ahli hadits, ulama"ulama
dalam bidang keilmuan lain, dan juga dikalangan !rang aam,
seperti :
.!n .!9 d!n
o' CDJ=
48 Mas!ur dikalangan ahli +i:h, seperti :
>p 79: ; >!<I ; *!
.!<9= Hi* :$'
%-aulullah SAW melarang jual beli yang didalamnya terdapat tipu daya.'
@8 $asyhur dikalangan ahli ushul Di:h, seperti :
b .&L .q r< DsAca
5ItB 0!B $ca
b= .&L DsAcaB r<
tP 0!B $^ca
Apabila seorang !akim memutuskan suatu perkara kemudian dia
berijti!ad dan kemudian ijti!adna benar, maka dia memperole! dua
pa!ala "pa!ala Ijti!ad dan pa!ala kebenaran#, dan apabila ijti!adna itu
sala!, maka dia memperole! satu pa!ala "pa!ala Ijti!ad#.
68 Mas!ur dikalangan ahli Su+i, seperti :
u0F vF *wxy u0((LatB
z$a{ u0E!ZB |!} ~iB
>oB$
Aku pada mulana adala! !arta ang tersembuni, kemudian aku ingin
dikenal, maka kuciptakan mak!luk dan melalui merekapun mengenal-$u
=8 Mas!ur dikalangan ulama Arab, seperti ungkapan,
%&ami !rang"!rang Arab yag paling +asih mengu(apkan %3d!a8'
sebab kami dari g!l!ngan >uraisy'.
7
2. Hadits ;hairu $asyhur
/lama ahli hadits membagi hadits ghairu masyhur menjadi dua
yaitu, A?i? dan ;harib. A?i? menurut bahasa berasal dari kata a??a"yai?u,
artinya %sedikit atau jarang'. $enurut istilah hadits A?i? adalah hadits
yang perainya tidak kurang dari dua !rang dalam semua tingkatan
sanad.'
$enurut Al"Thahhan menjelaskan baha sekalipun dalam sebagian
Thaba:at terdapat perainya tiga !rang atau lebih, tidak ada masalah, asal
7
)bid. hlm. B4
dari sekian thaba:at terdapat satu thaba:at yang jumlah perainya hanya
dua !rang. Oleh karena itu, ada ulama yang mengatakan baha hadits
.a?a? adalah hadits yang diriayatkan !leh dua atau tiga !rang perai.'
,ari pengertian diatas dapat dikatakan baha suatu hadits dapat
dikatakan hadits A?i? bukan hanya yang diriayatkan dua !rang pada
setiap tingkatnya, tetapi selagi ada tingkatan yang diriayatkan !leh dua
rai, (!nt!h hadits .a?i? :
Tf 1aJ .D0L `L h?L
*' CD'= CD'==
<F'= -
tidak beriman seorang di antara kamu, se!ingga aku lebi!
dicintaina dari pada dirina, orang tuana, anakna, dan semua
manusia, 3H.-. 2ukhari dan $uslim8
Adapun !adits %!arib, menurut bahasa berarti %al-mun&arid
3menyendiri8. ,alam tradisi ilmu hadits, ia adalah %hadits yang
diriayatkan !leh se!rang perai yang menyendiri dalam
meriayatkannya, baik yang menyendiri itu imamnya maupun selainnya'.
$enurut )bnu Hajar yang dimaksud dengan !adits g!arib adalah
%hadits yang dalam sanadnya terdapat se!rang yang menyendiri dalam
meriayatkannya, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi'.
Penyendirian perai dalam meriayatkan hadits itu bias berkaitan
dengan pers!nalitasnya, yakni tidak ada yang meriayatkannya selain
perai tersebut, atau mengenai si+at atau keadaan perai itu sendiri.
$aksudnya si+at dan keadaan perai itu berbeda dengan si+at dan kualitas
perai"perai lain, yang juga meriayatkan hadits itu. ,isamping itu,
penyendirian se!rang perai bias terjadi pada aal, tengah atau akhir
sanad.
B. Pe%(a#)a" 'a*)t& *ar) &e#) K$a)ta&
Sebagiamana telah dikemukakan baha hadits muataatir
memberikan penertian yang a'in bi al'at!, aritnya #abi $uhammad benar"
benar bersabda, berbuat atau menyatakan ta'rir 3persetujuan8 dihadapan para
sahabat berdasarkan sumber"sumber yang banyak dan mustahil mereka
sepakat berdusta kepada #abi. &arena kebenarannya sumbernya sungguh telah
meyakinkan, maka dia harus diterima dan diamalkan tanpa perlu diteliti lagi,
baik terhadap sanadnya maupun matannya. 2erbeda dengan hadits ahad yang
hanya memberikan +aedah ?hanni 3dugaan yang kuat akan kebenarannya8,
mengharuskan kita untuk mengadakan penyelidikan, baik terhadap matan
maupun sanadnya, sehingga status hadits tersebut menjadi jelas, apakah
diterima sebagai hujjah atau dit!lak.
Sehubungan dengan itu, para ulama ahli hadits membagi hadits dilihat
dari segi kualitasnya, menjadi tiga bagian, yaitu !adits s!a!i!, !adits !asan,
dan !adits d!ai&.
0. Hadits shahih
$enurut bahasa berarti %sah, benar, sempurna, tiada (elanya'. Se(ara
istilah, beberapa ahli memberikan de+enisi antara lain sebagai berikut :
$enurut )bn Al"Shalah, Hadits s!a!i! adalah %hadits yang
sanadnya bersambung 3muttasil8 melalui periayatan !rang yang adil
dan d!abit! dari !rang yang adil dan dhabith, sampai akhir sanad tidak
ada kejanggalan dan tidak ber(illat.
$enurut )mam Al"#aai, hadits shahih adalah %hadits yang
bersambung sanadnya, diriayatkan !leh perai yang adil lagi
dhabith, tidak sya?, dan tidak ber9illat.'
,ari de+enisi diatas dapat dipahami baha syarat"syarat hadits
shahih adalah : 08 sanadnya bersambung, 18 perainya bersi+at adil, 48
perainya bersi+at dhabith, @8 matannya tidak sya?, dan 68 matannya tidak
mengandung .illat.
1. Hadits Hasan
a. Pengertian
dari segi bahasa hasan dari kata al"husnu 3q 8 bermakna al"
jamal 37de8 yang berarti %keindahan'. $enurut istilah para ulama
memberikan de+enisi hadits hasan se(ara beragam. #amun, yang lebih
kuat sebagaimana yang dikemukan !leh )bnu hajar Al"As:!lani dalam An"
#ukbah, yaitu :
= ,L )EF 7Da G3
(j`' )]A< DF?' a )!<-
Tf= bR /0 i*\]?' 36'
VB ` (j' \0!B 36'
k!abar a!ad ang diriwaatkan ole! orang ang adil, sempurna
ked!abitanna, bersambung sanadna, tidak ber(illat, dan tidak ada sa)
dinamakan s!a!i! lid)ti!. *ika kurang sedikit ked!abitanna disebut
!asan Lid)ti!.
,engan kata lain hadits hasan adalah :
/0 )]3< C0D0F9 )EF 7Da-'
M6'k )<8 0P(g = b=6'
!<-'=
Hadits !asana adala! !adits ang bersambung sanadna, diriwaatkan
ole! orang adil, kurang sedikit ked!abitanna, tidak ada keganjilan "sa)#
dan tidak +illat.
Ariteria hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih.
Perbedaannya hanya terletak pada sisi kedhabitannya. Hadits shahih ke
dhabitannya seluruh perainya harus ?amm 3sempurna8, sedangkan dalam
hadits hasan, kurang sedikit kedhabitannya jika disbanding dengan hadits
shahih.
<
b. A!nt!h hadits Hasan
hadits yang diriayatkan !leh At"Tirmid?i, )bnu $ajah, dan )bnu
Hibban dari Al"Hasan bin /r+ah Al"$aharibi dari $uhammad bin Amr
dari Abu salamah dari Abi Hurairah, baha #abi SAW bersabda :

"
Usia umatku antara ,- sampai .- ta!un dan sedikit sekali ang melebi!i
demikian itu.
(. $a(am"ma(am Hadits Hasan
Sebagaimana !adits s!a!i! yang terbagi menjadi dua ma(am,
hadits hasan pun terbagi menjadi dua ma(am, yaitu !asan lid)ati! dan
!asan lig!airi!.
Hadits !asan lid)ati! adalah hadits hasan dengan sendirinya,
karena telah memenuhi segala (riteria dan persyaratan yang
ditemukan. Hadits hasan lid?atih ebagaimana de+enisi penjelasan
diatas.
Sedangkan hadits !asan lig!airi! ada beberapa pendapat
diantaranya adalah :
<
L!(.(it. Abdul $ajid &h!n, hlm. 06B.
/0 JDq 0*-j`' b M=:0
|J$2 M${ 0!% =
M8 0F
adala! !adits d!ai& jika diriwaatkan melalui jalan "sanad#
lain ang sama atau lebi! kuat.
/0 0*-j`' b a,D`-3 08$02
.'= &J h(9 x-ag |B
M=$`' 06=
adala! !adits d!ai& jika berbilangan jalan sanadna dan sebab
ked!ai&an bukan karena &asik atau dustana perawi.
,ari dua de+enisi diatas dapat dipahami baha !adits d!ai&
bias naik manjadi hasan lighairih dengan dua syarat yaitu :
08 Harus ditemukan periayatan sanad lain yang
seimbang atau lebih kuat.
18 Sebab kedhai+an hadits tidak berat seperti dusta dan
+asik, tetapi ringan seperti ha+alan kurang atau terputusnya sanad
atau tidak diketahui dengan jelas 3majhul8 identitas perai.
d. &ehujjahan hadits Hasan
Hadits hasan dapat dijadikan hujjah alaupun kualitasnya dibaah
hadits shahih. Semua +u:aha sebagian $uhadditsin dan /shuliyyin
mengamalkannya ke(uali sedikit dari kalangan !rang sangat ketat
dalam mempersyaratkan penerimaan hadits 3musyaddidin8. 2ahkan
sebagian muhadditsin yang mempermudah dalam persyaratan shahih
3mutasahilin8 memasukkan kedalam hadits shahih, seperti Al"Hakim,
)bnu Hibban, dan )bnu &hu?aimah.
4. Hadits ,hai+
a. Pengertian
Hadits ,hai+ bagian dari hadits mardud. ,ari segi bahasa d!ai& 3
*-j'8 berarti lemah laan dari Al-/awi 3ME'8 yang berarti kuat.
&elemahan hadits dhai+ ini karena sanad dan matannya tidak memenuhi
(riteria hadits kuat yang diterima sebagian hujjah. ,alam istilah hadits dhai+
adalah :
/0 Had 0xI q DEx m$aR
2=$0R
Adala! !adits ang tidak meng!impun si&at !adits !asan sebab satu dari
beberapa sarat ang tidak terpenu!i.
Atau de+enisi lain yang bias diungkapkan may!ritas ulama :
/0 Had 0xI i*\]?' q=
Hadits ang tidak meng!impun si&at !adits s!a!i! dan !asan.
*ika hadits dhai+ adalah hadits yang tidak memenuhi sebagain atau
semua persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya sanadnya tidak
bersambung 3muttasshil8, Para perainya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi
keganjilan baik dalam sanad aau matan 3syad?8 dan terjadinya (a(at yang
tersembunyi 3.)llat8 pada sanad atau matan.
B
b. (!nt!h hadits dhai+
hadits yang diriayatkan !leh At"Tarmid?i melalui jalan hakim Al"
Atsram dari Abu Tamimah Al"Hujaimi dari Abu Hurairah dari #abi SAW
bersabda :
B
)bid. hlm. 0=@
= >3 jSL Cm$=
$,0 = F/ DaEB $x
7vo >! Dmd?0
barang siapa ang mendatang seorang wanita menstruasi "!aid#
atau pada dari jalan belakang "dubur# atau pada seorang dukun, maka
dia tela! mengingkari apa ang diturunkan kepada 0abi Mu!ammad
1A2.
,alam sanad hadits diatas terdapat se!rang dhai+ yaitu Hakim Al"
Atsram yang dinilai dhai+ !leh para ulama. Al"Ha+i?h )bnu Hajar dalam
Thari: At" Tah?ib memberikan k!mentar : *B k' padanya
lemah.
(. Hukum periayatan hadits dhai+
Hadits dhai+ tidak identik dengan hadits mawd!u( 3hadits palsu8.
,iantara hadits dhai+ terdapat ke(a(atan para perainya yang tidak terlalu
parah, seperti daya hapalan yang kurang kuat tetapi adil dan jujur.
Sedangkan hadits madhu9 perainya pendusta. $aka para ulama
memperb!lehkan meriayatkan hadits dhai+ sekalipun tanpa menjelaskan
kedhai+annya dengan dua syarat, yaitu :
08 tidak berkaitan dengan akidah seperti si+at"si+at Allah
18 Tidak menjelaskan h!kum syara9 yang berkaitan dengan halal dan
haram, tetapi, berkaitan dengan masalah maui9?hah, targhib a
tarhib 3hadits"hadits tentang an(aman dan janji8, kisah"kisah, dan
lain"lain.
,alam meriayatkan hadit dhai+, jika tanpa isnad atau sanad
sebaiknya tidak menggunakan bentuk kata akti+ 3mabni ma9lum8 yang
meyakinkan 3ja?am8 kebenarannya dari -asulullah, tetapi (ukup
menggunakan bentuk pasi+ 3mabni majhul8 yang meragukan 3tamridh8
misalnya : M=:0 diriayatkan, )Eo dipindahkan, d*B
M=$aJ pada sesuatu yang diriayatkan dating. Periayatan dhai+
dilakukan karena berhati"hati 3ikhtiyath8.
d. Pengamalan hadits dhai+
Para ulama berpendapat dalam pengamalan hadits dhai+. Perbedaan itu dapat
dibagi menjadi 4 pendapat, yaitu :
08 Hadits dhai+ tidak dapat diamalkan se(ara mutlak baik dalam
keutamaan amal 3Dadhail al a9mal8 atau dalam h!kum sebagaimana yang
diberitahukan !leh )bnu sayyid An"#as dari Eahya bin $a9in. pendapat
pertama ini adalah pendapat Abu 2akar )bnu Al"Arabi, Al"2ukhari,
$uslim, dan )bnu ha?am.
18 Hadits dhai+ dapat diamalkan se(ara mutlak baik dalam +adhail al"
a9mal atau dalam masalah h!kum 3ahkam8, pendapat Abu ,aud dan
)mam Ahmad. $ereka berpendapat baha hadits dhai+ lebih kuat dari
pendapat para ulama.
48 Hadits dhai+ dapat diamalkan dalam +adhail al"a9mal, mau9i?hah,
targhib 3janji"janji yang menggemarkan8, dan tarhib 3an(aman yang
menakutkan8 jika memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang
dipaparkan !leh )bnu Hajar Al"As:!lani, yaitu berikut :
Tidak terlalu dhai+, seperti diantara perainya pendusta
3hadits madhu98 atau dituduh dusta 3hadits matruk8, !rang yan daya
iangat hapalannya sangat kurang, dan berlaku pasi: dan bid9ah baik
dalam perkataan atau perbuatan 3hadits mungkar8.
$asuk kedalam kateg!ri hadits yang diamalkan 3ma9mul
bih8 seperti hadits muhkam 3hadits ma:bul yang tidak terjadi
pertentanga dengan hadits lain8, nasikh 3hadits yang membatalkan
h!kum pada hadits sebelumnya8, dan rajah 3hadits yang lebih unggul
dibandingkan !p!sisinya8.
Tidak diyakinkan se(ara yakin kebenaran hadits dari
#abi, tetapi karena berhati"hati semata atau ikhtiyath.
e. Tingkatan hadits dhai+
Sebagai salah satu syarat hadits dhai+ yang dapat diamalkan diatas
adalah tidak terlalu dhai+ atau tidak terlalu buruk kedhai+annya. Hadits yang
terlalu buruk kedhai+annya tidak dapat diamalkan sekalipun dalam +adhail al"
a9mal. $enurut )bnu Hajar urutan hadits dhai+ yang terburuk adalah
madhu99, matruk, mu9allal, mudraj, ma:lub, kemudian mudhatahrib.
05
BAB III
PENUTUP
A. &esimpulan
Pembagian hadits bila ditinjau dari kuantitas perainya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu hadits mutaatir dan hadits ahad. /ntuk hadits mutaatir
juga dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : mutaatir ma9nai dan mutaatir
.amali. Sedangkan hadits ahad dibagi menjadi dua ma(am, yaitu masyhur dan
ghairu masyhur, sedangkan ghairu masyhur dibagi lagi menjadi dua bagian
yaitu, a?i? dan ghairu a?i?.
Sedangkan hadits bila ditinjau dari segi kualitas hadits dapat dibagi
menjadi dua ma(am yaitu hadits ma:bul dan hadits mardud. Hadits ma:bul
terbagi menjadi dua ma(am yaitu hadits mutaatir dan hadits ahad yang
shahih dan hasan, sedangkan hadits mardud adalah hadits yang dahi+.
2. Saran"saran
2aha didalam mempelajari studi hadits hendaklah benar"benar
mengetahui pembagian hadits baik dari segi kuantitas maupun kualitas hadits
itu sendiri, supaya timbul ke ihtiyathan kita dalam menyampaikan hadits, dan
untuk bias membedakan keshahihan suatu hadits harus mengetahui
pembagian"pembagian hadits. ,itakutkan nanti kita termasuk g!l!ngan !rang"
!rang yang menyebarkan hadits"hadits palsu.
05
)bid. hlm. 0=7.
DAFTAR PUSTAKA
$!h. #!!r Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, *akarta : ;uang Persada Press,
155<
Abdul $ajid &h!n, Ulumul Hadits, *akarta: Am?ah 3(etakan keempat8, 1505.

You might also like