Professional Documents
Culture Documents
"
Usia umatku antara ,- sampai .- ta!un dan sedikit sekali ang melebi!i
demikian itu.
(. $a(am"ma(am Hadits Hasan
Sebagaimana !adits s!a!i! yang terbagi menjadi dua ma(am,
hadits hasan pun terbagi menjadi dua ma(am, yaitu !asan lid)ati! dan
!asan lig!airi!.
Hadits !asan lid)ati! adalah hadits hasan dengan sendirinya,
karena telah memenuhi segala (riteria dan persyaratan yang
ditemukan. Hadits hasan lid?atih ebagaimana de+enisi penjelasan
diatas.
Sedangkan hadits !asan lig!airi! ada beberapa pendapat
diantaranya adalah :
<
L!(.(it. Abdul $ajid &h!n, hlm. 06B.
/0 JDq 0*-j`' b M=:0
|J$2 M${ 0!% =
M8 0F
adala! !adits d!ai& jika diriwaatkan melalui jalan "sanad#
lain ang sama atau lebi! kuat.
/0 0*-j`' b a,D`-3 08$02
.'= &J h(9 x-ag |B
M=$`' 06=
adala! !adits d!ai& jika berbilangan jalan sanadna dan sebab
ked!ai&an bukan karena &asik atau dustana perawi.
,ari dua de+enisi diatas dapat dipahami baha !adits d!ai&
bias naik manjadi hasan lighairih dengan dua syarat yaitu :
08 Harus ditemukan periayatan sanad lain yang
seimbang atau lebih kuat.
18 Sebab kedhai+an hadits tidak berat seperti dusta dan
+asik, tetapi ringan seperti ha+alan kurang atau terputusnya sanad
atau tidak diketahui dengan jelas 3majhul8 identitas perai.
d. &ehujjahan hadits Hasan
Hadits hasan dapat dijadikan hujjah alaupun kualitasnya dibaah
hadits shahih. Semua +u:aha sebagian $uhadditsin dan /shuliyyin
mengamalkannya ke(uali sedikit dari kalangan !rang sangat ketat
dalam mempersyaratkan penerimaan hadits 3musyaddidin8. 2ahkan
sebagian muhadditsin yang mempermudah dalam persyaratan shahih
3mutasahilin8 memasukkan kedalam hadits shahih, seperti Al"Hakim,
)bnu Hibban, dan )bnu &hu?aimah.
4. Hadits ,hai+
a. Pengertian
Hadits ,hai+ bagian dari hadits mardud. ,ari segi bahasa d!ai& 3
*-j'8 berarti lemah laan dari Al-/awi 3ME'8 yang berarti kuat.
&elemahan hadits dhai+ ini karena sanad dan matannya tidak memenuhi
(riteria hadits kuat yang diterima sebagian hujjah. ,alam istilah hadits dhai+
adalah :
/0 Had 0xI q DEx m$aR
2=$0R
Adala! !adits ang tidak meng!impun si&at !adits !asan sebab satu dari
beberapa sarat ang tidak terpenu!i.
Atau de+enisi lain yang bias diungkapkan may!ritas ulama :
/0 Had 0xI i*\]?' q=
Hadits ang tidak meng!impun si&at !adits s!a!i! dan !asan.
*ika hadits dhai+ adalah hadits yang tidak memenuhi sebagain atau
semua persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya sanadnya tidak
bersambung 3muttasshil8, Para perainya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi
keganjilan baik dalam sanad aau matan 3syad?8 dan terjadinya (a(at yang
tersembunyi 3.)llat8 pada sanad atau matan.
B
b. (!nt!h hadits dhai+
hadits yang diriayatkan !leh At"Tarmid?i melalui jalan hakim Al"
Atsram dari Abu Tamimah Al"Hujaimi dari Abu Hurairah dari #abi SAW
bersabda :
B
)bid. hlm. 0=@
= >3 jSL Cm$=
$,0 = F/ DaEB $x
7vo >! Dmd?0
barang siapa ang mendatang seorang wanita menstruasi "!aid#
atau pada dari jalan belakang "dubur# atau pada seorang dukun, maka
dia tela! mengingkari apa ang diturunkan kepada 0abi Mu!ammad
1A2.
,alam sanad hadits diatas terdapat se!rang dhai+ yaitu Hakim Al"
Atsram yang dinilai dhai+ !leh para ulama. Al"Ha+i?h )bnu Hajar dalam
Thari: At" Tah?ib memberikan k!mentar : *B k' padanya
lemah.
(. Hukum periayatan hadits dhai+
Hadits dhai+ tidak identik dengan hadits mawd!u( 3hadits palsu8.
,iantara hadits dhai+ terdapat ke(a(atan para perainya yang tidak terlalu
parah, seperti daya hapalan yang kurang kuat tetapi adil dan jujur.
Sedangkan hadits madhu9 perainya pendusta. $aka para ulama
memperb!lehkan meriayatkan hadits dhai+ sekalipun tanpa menjelaskan
kedhai+annya dengan dua syarat, yaitu :
08 tidak berkaitan dengan akidah seperti si+at"si+at Allah
18 Tidak menjelaskan h!kum syara9 yang berkaitan dengan halal dan
haram, tetapi, berkaitan dengan masalah maui9?hah, targhib a
tarhib 3hadits"hadits tentang an(aman dan janji8, kisah"kisah, dan
lain"lain.
,alam meriayatkan hadit dhai+, jika tanpa isnad atau sanad
sebaiknya tidak menggunakan bentuk kata akti+ 3mabni ma9lum8 yang
meyakinkan 3ja?am8 kebenarannya dari -asulullah, tetapi (ukup
menggunakan bentuk pasi+ 3mabni majhul8 yang meragukan 3tamridh8
misalnya : M=:0 diriayatkan, )Eo dipindahkan, d*B
M=$aJ pada sesuatu yang diriayatkan dating. Periayatan dhai+
dilakukan karena berhati"hati 3ikhtiyath8.
d. Pengamalan hadits dhai+
Para ulama berpendapat dalam pengamalan hadits dhai+. Perbedaan itu dapat
dibagi menjadi 4 pendapat, yaitu :
08 Hadits dhai+ tidak dapat diamalkan se(ara mutlak baik dalam
keutamaan amal 3Dadhail al a9mal8 atau dalam h!kum sebagaimana yang
diberitahukan !leh )bnu sayyid An"#as dari Eahya bin $a9in. pendapat
pertama ini adalah pendapat Abu 2akar )bnu Al"Arabi, Al"2ukhari,
$uslim, dan )bnu ha?am.
18 Hadits dhai+ dapat diamalkan se(ara mutlak baik dalam +adhail al"
a9mal atau dalam masalah h!kum 3ahkam8, pendapat Abu ,aud dan
)mam Ahmad. $ereka berpendapat baha hadits dhai+ lebih kuat dari
pendapat para ulama.
48 Hadits dhai+ dapat diamalkan dalam +adhail al"a9mal, mau9i?hah,
targhib 3janji"janji yang menggemarkan8, dan tarhib 3an(aman yang
menakutkan8 jika memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang
dipaparkan !leh )bnu Hajar Al"As:!lani, yaitu berikut :
Tidak terlalu dhai+, seperti diantara perainya pendusta
3hadits madhu98 atau dituduh dusta 3hadits matruk8, !rang yan daya
iangat hapalannya sangat kurang, dan berlaku pasi: dan bid9ah baik
dalam perkataan atau perbuatan 3hadits mungkar8.
$asuk kedalam kateg!ri hadits yang diamalkan 3ma9mul
bih8 seperti hadits muhkam 3hadits ma:bul yang tidak terjadi
pertentanga dengan hadits lain8, nasikh 3hadits yang membatalkan
h!kum pada hadits sebelumnya8, dan rajah 3hadits yang lebih unggul
dibandingkan !p!sisinya8.
Tidak diyakinkan se(ara yakin kebenaran hadits dari
#abi, tetapi karena berhati"hati semata atau ikhtiyath.
e. Tingkatan hadits dhai+
Sebagai salah satu syarat hadits dhai+ yang dapat diamalkan diatas
adalah tidak terlalu dhai+ atau tidak terlalu buruk kedhai+annya. Hadits yang
terlalu buruk kedhai+annya tidak dapat diamalkan sekalipun dalam +adhail al"
a9mal. $enurut )bnu Hajar urutan hadits dhai+ yang terburuk adalah
madhu99, matruk, mu9allal, mudraj, ma:lub, kemudian mudhatahrib.
05
BAB III
PENUTUP
A. &esimpulan
Pembagian hadits bila ditinjau dari kuantitas perainya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu hadits mutaatir dan hadits ahad. /ntuk hadits mutaatir
juga dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : mutaatir ma9nai dan mutaatir
.amali. Sedangkan hadits ahad dibagi menjadi dua ma(am, yaitu masyhur dan
ghairu masyhur, sedangkan ghairu masyhur dibagi lagi menjadi dua bagian
yaitu, a?i? dan ghairu a?i?.
Sedangkan hadits bila ditinjau dari segi kualitas hadits dapat dibagi
menjadi dua ma(am yaitu hadits ma:bul dan hadits mardud. Hadits ma:bul
terbagi menjadi dua ma(am yaitu hadits mutaatir dan hadits ahad yang
shahih dan hasan, sedangkan hadits mardud adalah hadits yang dahi+.
2. Saran"saran
2aha didalam mempelajari studi hadits hendaklah benar"benar
mengetahui pembagian hadits baik dari segi kuantitas maupun kualitas hadits
itu sendiri, supaya timbul ke ihtiyathan kita dalam menyampaikan hadits, dan
untuk bias membedakan keshahihan suatu hadits harus mengetahui
pembagian"pembagian hadits. ,itakutkan nanti kita termasuk g!l!ngan !rang"
!rang yang menyebarkan hadits"hadits palsu.
05
)bid. hlm. 0=7.
DAFTAR PUSTAKA
$!h. #!!r Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, *akarta : ;uang Persada Press,
155<
Abdul $ajid &h!n, Ulumul Hadits, *akarta: Am?ah 3(etakan keempat8, 1505.