You are on page 1of 73

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklim adalah unsur geografis yang paling penting dalam
mempengaruhi kehidupan manusia. Parameter iklim yang paling berpengaruh di
Indonesia adalah curah hujan. Unsur iklim seperti curah hujan disamping
menjadi sumber daya alam yang amat dibutuhkan, juga dapat menjadi sumber
bencana. Tingginya curah hujan di wilayah Indonesia menyebabkan wilayah ini
rentan terhadap bencana banjir.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia sebagai akibat dari
pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pertanian bertambah. Pada sisi
lain lahan yang cocok untuk pertanian sudah sangat berkurang. Sebagai
akibatnya, penduduk terpaksa menggunakan lahan yang kurang sesuai untuk
pertanian, misalnya lereng yang curam. Hal ini menyebabkan tanah tersebut
dengan mudah terkikis dan terangkut air hujan yang disebut dengan erosi.
Di daerah tropik basah seperti Indonesia, penyebab utama terjadinya
erosi adalah air. Namun demikian besar kecilnya erosi ditentukan banyak faktor
yang bisa mempengaruhinya. Menurut para ahli tanah faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya erosi adalah iklim, topografi (datar atau miringnya
tanah), vegetasi (keadaan tanaman), tanah (jenis dan sifat tanahnya), dan
2

manusia. Namun dari sekian banyak faktor, faktor manusialah yang paling
memegang peranan paling penting.
Erosivitas hujan adalah potensi kemampuan hujan yang dapat
menimbulkan erosi tanah (Wischmeier dan Smith, 1978). Besarnya potensi
tersebut dapat diukur dengan menghitung besarnya energy kinetic hujan.
Menurut Hudson (1955) besarnya energy kinetic hujan tergantung pada tiga gaya
yang bekerja pada tetesan air hujan yaitu (1). Gaya kebawah. (2). Gaya ke atas,
dan (3). Gaya gesekan air hujan dalam udara. Selanjutnya butiran hujan yang
jatuh bebas atas gaya gravitasi akan mengalami percepatan, teteapi pada suatu
saat tetesan hujan itu tidak lagi mendapat percepatan, sehingga kecepatannya
relative konstan. Kecepata yang konstan ini disebut kecepatan terminal dan
kurang lebih 95% dari butiran hujan tersebut dapat mencapai kecepatan terminal
setelah jatuhnya mencapai jarak 7-8 meter.

B. Tujuan
a. Mengetahui besarnya enerji kinetis hujan melalui pendekatan splash cup
dengan media pasir.
b. Mengetahui energi kinetis hujan pada berbagai macam vegetasi.
c. Melihat hubungan antara enerji kinetis hujan dengan jumlah curah hujan
bulanan.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA
Erosi tanah didefinisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau
terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain, baik
disebabkan oleh pergerakan air, angin, dan atau es. Di daerah tropis seperti
Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air hujan (Rahim 2003).
Menurut Hardjowigeno (1995) faktor yang mempengaruhi besarnya
erosi yang terpenting,yaitu: curah hujan, tanah, lereng, vegetasi, dan manusia.
Besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan
kekuatan disperse hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan
dan kerusakan akibat erosi (Arsyad 2006). Kekuatan menghancurkan tanah dari
curah hujan jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan pengangkut dari
aliran permukaan (Hardjowigeno 1995).
Selain curah hujan, berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap
erosi yang berbeda-beda. Kepekaan erosi tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah
tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-
sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi, yaitu: (1) Sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air dan (2)
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap disperse
dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan (Arsyad
2006).
4

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin
Pengaruh panjang lereng terhadap erosi bervariasi tergantung jenis
tanahnya (Baver 1959). Musgrave (1955) dalam Baver (1959) mengemukakan
bahwa pengaruh panjang lereng terhadap erosi tergantung intensitas hujan. Erosi
meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang
tinggi, tetapi erosi menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas
hujan yang rendah.
Menurut Seta (1987) tanaman dapat memperkecil erosi karena (1)
Intersepsi air hujan oleh tajuk tanaman (2) Pengurangan aliran permukaan (3)
Peningkatan agregasi tanah serta porositasnya dan (4) Peningkatan kehilangan
air tanah sehingga tanah cepat kering. Intersepsi air hujan oleh vegetasi
mempengaruhi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga dapat mengurangi
aliran permukaan dan mempengaruhi kekuatan perusak butir-butir hujan yang
jatuh ke tanah (Arsyad 2006).







5

III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya
adalah pasir lolos saringan 0,5 mm dan aquades 30 liter.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya adalah
splash cup 4 buah, timbangan analitik 1 buah, dapur pengering 6 buah, saringan
0,5 mm, kantong plasitk, botol pemancar.
B. Prosedur Kerja
1. Splash cup dibersihkan lalu dikeringkan
2. Diisi splash cups dengan tanah, kemudian ratakan dan timbang
3. Dicatat hasil timbangan
4. Dibasahkan tanah hingga kapasitas lapang
5. Ditaruh splash cups berisi tanah di dua tempat yakni lahan bervegetasi dan
lahan tanpa vegetasi
6. Diamkan hingga turun hujan
7. Kemudian keringkan tanah dalam splash cups
8. Timbang berat tanah setelah dikeringkan
9. Hitung energi kinetiknya.

6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
E =


E
TN1
=

= 20,48 J/m
2
mm
E
TN2
=

= 18,37 J/m
2
mm
E
N1
=

= 27,4 J/m
2
mm
E
N2
=

= 31,32 J/m
2
mm
A
TN1
= 325,8 gr
A
TN2
= 320,5 gr
A
N1
= 351,1 gr
A
N2
= 289,4 gr
B
TN1
= 319,0 gr
B
TN2
= 314,4 gr
B
N1
= 306,09 gr
B
N2
= 279,0 gr
diameter = 6,5 r= 3,25 cm
d = luar = r
2

= 3,14 (3,25)
2

= 3,14 (10,56)
= 33,166 cm
2

= 0,332 m
2
Tabel Data Sharing
Perlakuan / Kelompok Tanpa naungan Naungan
1 19,425 29,36
2 4,25 33,59
3 76,955 24,69
4 22,59 3,162
5 1,95 9,485
7

6 15,06 13,85
Jumlah 140,23 107,813
Rata-rata 23,372 17,968
= 0,05
db galat = 11
F
tabel
5% = 2,201
F
hitung
TN > F
tabel
5%
Kesimpulan : Energi Kinetik yang dihasilkan oleh curah hujan
mengakibatkan erosi percik.
F
hitung
N > F
tabel
5%
Kesimpulan : Energi Kinetik yang dihasilkan oleh curah hujan
mengakibatkan erosi percik.









8

B. Pembahasan
Enegi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena
gerakannya. Jadi, setiap benda yang bergerak memiliki energi kinetik.
Contohnya, energi kinetik dimiliki oleh mobil yang sedang melaju, pesawat yang
sedang terbang, dan anak yang sedang berlari.
Keterangan:
E
k
: Energi kinetik (J)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan benda (m/s)
Energi kinetik (mencari vt)
vt = v + 2gh
vt: nilai 0
g :gravitasi (10 m/s)
h : ketinggian yang ditanyakan (m)
Energi kinetik pegas
Keterangan:
E
k
: Energi kinetik pegas (J)
k : konstanta pegas (N/m)
x : perpanjangan pegas (m)

9

Energi kinetik relativistik

Gambar menunjukaan Gaya F
menyebabkan benda bergerak sejauh s sehingga
kecepatan benda berubah dari v
1
menjadi v
2
.
Benda bermassa m
1
bergerak dengan kecepatan v
1
. Benda tersebut
bergerak lurus berubah beraturan sehingga setelah menempuh jarak sebesar s,
kecepatan benda berubah menjadi v
2
. Oleh karena itu, pada benda berlaku
persamaan
v
2
= v
1
+ at dan s = v
1
t + at
2
.
Setelah mengetahui bahwa percepatan yang timbul pada gerak lurus
berubah beraturan berhubungan dengan gaya F yang bekerja padanya sehingga
benda bergerak dengan percepatan a. Besar usaha yang dilakukan gaya sebesar F
pada benda dapat dihitung dengan persamaan
W = Fs = m.a.s (48)
Oleh karena gerak benda adalah gerak lurus berubah beraturan, nilai a
dan s pada Persamaan (48) dapat disubstitusikan dengan persamaan a dan s dari
gerak lurus berubah beraturan, yaitu
a = (v
2
v
1
)/t dan s = (v
2
+ v
1
)t
sehingga diperoleh:
W = [m( v
2
v
1
)/t] (v
2
+ v
1
)t
Fs = m (v
2
v
1
) (v
2
+ v
1
)
10

Fs = (mv
2
2
mv
1
2
) (49)
Besaran mv
2
merupakan energi kinetik benda karena menyatakan
kemampuan benda untuk melakukan usaha. Secara umum, persamaan energi
kinetik dituliskan sebagai
EK = mv
2
(410)
dengan: EK = energi kinetik (joule),
m = massa benda (kg), dan
v = kecepatan benda (m/s).
Dari Persamaan (410), Anda dapat memahami bahwa energi kinetik
benda berbanding lurus dengan kuadrat kecepatannya. Apabila kecepatan benda
meningkat dua kali lipat kecepatan semula, energi kinetik benda akan naik
menjadi empat kali lipat. Dengan demikian, semakin besar kecepatan suatu
benda, energi kinetiknya akan semakin besar pula. Perubahan energi kinetik
benda dari EK = mv
1
2
menjadi EK = mv
2
2
merupakan besar usaha yang
dilakukan oleh resultan gaya yang bekerja pada benda. Secara matematis,
persamaannya dapat dituliskan sebagai
W = mv
2
2
mv
1
2

W = EK
2
EK
1
= EK
Beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan
berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2003) bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi erosi adalah :
11

1. Energi, yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang
lereng,
2. Ketahanan; erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah),
dan
3. Proteksi, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau
tidaknya tindakan konservasi. Morgan (1979) dalam Nasiah (2000)
menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari
tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah. Erosi adalah
akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan
(vegetasi), dan manusia terhadap tanah (Arsyad, 1989) yang dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut : E = f ( i.r.v.t.m ) Dimana : E =
Erosi , i = Iklim , v = Vegetasi, m = Manusia, f = fator, r = relief, t
= Tanah
a. Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan
dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang
mempengaruhi erosi adalah hujan (Arsyad 1989). Banyaknya curah hujan,
intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah
dan kecepatan permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor
lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen
transport dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan
12

temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap
evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti
memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.
b. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan
karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting
untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya
kecepatan dan volume air larian (Asdak, 1989). Unsur lain yang berpengaruh
adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 2006).
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan
sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana
kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air
berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng.
Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar
kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.
c. Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau
hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap
erosi (Arsyad, 2006). Asdak (1989) mengemukakan bahwa yang lebih berperan
dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena ia merupakan
stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan.
13

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi dalam lima bagian
(Arsyad, 2006), yakni:
1. Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman.
2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
3. Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan
dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas
struktur dan porositas tanah.
4. Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang
sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.
d. Tanah
Arsyad (2006), menerangkan bahwa berbagai tipe tanah mempunyai
kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh
butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat
lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.
e. Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi,
tergantung bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan
apakah tanah yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi
14

baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah
manusia akan mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya
secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan
yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 2006).
Untuk mengetahui besaran energi kinetik hujan pada lapangan atau
energi kinetik pada vegetasi dilakukan praktikum dengan metode splash cup,
metode splash cup ialah metode dengan menggunakan cup yang berisi tanah
berpasir yang ditaruh di tempat lapang dan di bawah tajuk tanaman atau berbagai
vegetasi. Dengan begitu dapat dilihat perbedaan energi kinetik pada lahan yang
tidak ada vegetasi dengan lahan yang dinaungi tajuk tanaman, metode ini dapat
di lihat hasilnya setelah terjadi hujan di lahan tersebut. Perhitungan energi kinetic
dilakukan dengan menimbang bobot kering tanah yang berada di splash cup,
kemudian dimasukkan kedalam rumus empiris. Dari data yang dihitung di dapat
kan hasil:
Rata- rata energi Kinetik pada lahan bervegetasi atau naungan : 0,415
Rata rata energi Kinetik pada lahan tanpa naungan (kontrol) : 0,82

Setelah didapatkan energi kinetik dari kedua lahan tersebut dilakukan
uji T untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan energi kinetik hujan
dilapang (kontrol) dengan di bawah vegetasi atau naungan. Setelah di uji F pada
lahan tanpa naungan atau vegetasi di dapatkan hasil F hitung : 3,698 dan F tabel :
2,201 yang berarti t hitug > t tabel dan ditarik kesimpulan bahwa Energi Kinetik
yang dihasilkan oleh curah hujan berpotensi mengakibatkan erosi percik. Pada
15

splash cup dengan naungan didapat hasil t hitung : 3,57 dan t tabel 2,201. t
hitung naungan < t tabel berarti Energi Kinetik yang dihasilkan oleh curah hujan
berpotensi mengakibatkan erosi percik.
Hasil praktikum yang dilaksanakan dengan splash cup terdapat
perbedaan namun perbedaan nilainya tidak terlalu jauh antara splash cup
naungan dengan aplash cup yang tidak dinaungi. Pada splash cup yang dinaungi
rata-rata nilai yang didapat adalah 23,372 dan pada splash cup yang tidak
dinaungi rata-rata nila yang didapat 17,968.










16

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat pebedaan nyata (signifikan) antara energi kinetik hujan tanpa nangan
dengan energi kinetik hujan di bawah Vegetasi atau naungan.
2. Keberadaan Vegetasi atau naungan mempengaruhi erosivitas hujan serta
energi kinetik hujan.
3. Morfologi suatu naungan atau macam naungan juga mempengaruhi energi
kinetis hujan, tanaman yang mempunyai tajuk yang luas, tebal, daun sempit
dan panjang, dan permukaan daun yang kasar akan mampu menahan air yang
besar dan menghambat cepatnya air sampai ke permukaan lahan.
B. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum keadaan harus lebih terkendali lagi dan
juga sebaiknya asisten lebih terkoordinir dengan baik.






17

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Asdak, C. 1989. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Baver, L.D. 1959. Soil Physics. 3rd ed. John Willey and Sons, Inc., New York.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Akademikan Pressindo, Jakarta.
Hudson, N. 1971. Soil Conservation. B. T Batsford Limited, London.
Morgan RPC. 1986. Soil Erosion and Conservation. New York :Longman
Group.
Rahim, S. E., 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Seta AK. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta.
Wischmeier WH, Smith DD. 1978. Predicting Rainfall-Erosion Losses from
Cropland East of The Rocky Mountains: a Guide for Selection of
Practices for Soil and Water Conservation. Washington DC: U. S.
Department of Agriculture, Agriculture Handbook No. 537.








18

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini erosi, banjir, longsor dan kekeringan
sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari
semakin banyaknya tanah yang mengalami penurunan kemampuan meresapkan
air yang sangat dipengaruhi oleh hantaran hidrolik jenuh. Hantaran hidrolik jenuh
merupakan kemampuan tanah untuk meresapkan dan melalukan air ke dalam
tanah. Jika hantaran hidrolik jenuh tanah buruk maka sebagian besar air hujan
yang jatuh menjadi aliran permukaan dan berpotensi menimbulkan banjir dan
menurunkan cadangan air tanah.
Hantaran hidrolik jenuh tidak berkaitan erat dengan sifat-sifat fisika
tanah. Secara umum hantaran hidrolik jenuh dipengaruhi oleh tekstur, struktur,
porositas, ukuran pori, kemantapan agregat serta peristiwa yang terjadi selama
proses aliran. Akan tetapi pengaruh sifat fisika tanah terhadap hantaran hidrolik
jenuh tidak sama.
Konduktivitas hidrolik adalah salah satu sifat hidrolik tanah, yang lain
tanah yang melibatkan karakteristik retensi cairan. Properti ini menentukan
perilaku cairan tanah dalam sistem tanah di bawah syarat-syarat tertentu. Lebih
khusus, konduktivitas hidrolik menentukan kemampuan tanah fluida mengalir
melalui sistem matriks tanah di bawah gradien hidrolik tertentu; karakteristik
19

retensi cairan menentukan kemampuan sistem tanah untukmempertahankan tanah
fluida di bawah kondisi tekanan tertentu.Konduktivitas hidrolik tergantung pada
ukuran butir tanah, struktur tanah matriks, jenis cairan tanah, dan jumlah relatif
fluida tanah (saturasi) hadir dalam matriks tanah.
Informasi penting yang digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam perencanaan bidang pertanian dan bidang lain y ang
berhubungan dengan pemanfatan sumberdaya lahan dan sumberdaya air
khususnya untuk perencanaan bangunan konservasi tanah dan air adalah
infiltrasi. Infiltrasi sebagai salah satu rangkaian dalam siklus hidrologi yang
mempunyai peranan dalam penyediaan air tanah. Secara umum infiltrasi
merupakan proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Proses
ini sangat berkaitan dengan kemampuan tanah melalukan air ke dalam tanah
yang disebut hantaran hidrolik tanah.
B. Tujuan
Mengetahui kemampuan suatu tanah meloloskan atau melewatkan air.





20

II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara kuantitatif hantaran hidrolik adalah kece patan bergeraknya
suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh atau dide finisikan sebagai
kecepatan air untuk menembus tanah pada periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam sentimeter per jam (Baver,1959).
Hillel (1980) menyatakan bahwa hantaran hidrolik dipengaruhi oleh
tekstur, struktur, porositas total dan distribusi ukuran pori. Hal tersebut didukung
oleh Hillel (1971), dalam Darmansyah, (2004) yang menyatakan bahwa hantaran
hidrolik tanah dipengaruhi oleh ukuran serta bentuk ruang pori yang dilalui air
dan viskositas cairan tanah.
Hantaran hidrolik nyata dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah.
Semakin sarang (porous) suatu tanah, serta mengandung retakan - retakan akan
semakin besar nilai hantaran hidroliknya dengan yang kompak. Hantaran hidrolik
dipengaruhi oleh total porositas, kondisi ukuran pori, pengembangan dan
pengerutan tanah, jenis kation dalam tanah (kimia tanah) serta aktivitas biologi
tanah. Tanah liat memiliki hantaran hidrolik yang lebih kecil daripada tanah
berpasir (Gardner, 1956 dalam Mariana, 2000). Menurut Foth (1984), hantaran
hidrolik dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk ruang pori yang dilalui air, dimana
hantaran hidrolik yang mempunyai porositas tinggi dengan jumlah pori besar
sedikit akan lebih rendah daripada tanah - tanah yang mempunyai porositas
rendah dengan jumlah pori besar banyak.
21

Hantaran hidrolik jenuh merupakan suatu karakteristik tanah yang
berhubungan dengan sifat geometri tanah yang bisa diukur, misalnya porositas,
distribusi ukuran pori, dan sifat lapisan tanah. Tanah dengan pori total tinggi
tetapi didominasi pori mikro akan memperlihatkan hantaran hidrolik jenuh yang
rendah daripada tanah dengan pori total rendah tetapi mempunyai pori makro
yang banyak (Millar et al., 1958).
ONeal (1949) mendefinisikan hantaran hidrolik jenuh sebagai
kapasitas tanah untuk meloloskan air, atau tingkat kecepatan perkolasi dari air
yang melalui kolom tanah di bawah kondisi standar. Secara kuantitatif hantaran
hidrolik jenuh diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan melalui
media berpori pada keadaan jenuh dan dinyatakan dalam satuan cm/jam (Sitorus
et al.,1987).
Schwab et al.(1966) mengatakan bahwa terjadinya agregasi tanah
yang baik akan meningkatkan pori tanah, terutama pori aerasi. Agregasi yang
terbentuk lebih besar dari 0.5 mm lebih efektif meningkatkan pori aerasi tanah.
Hal ini didukung oleh Baver,(1959) yang mengatakan bahwa distribusi ukuran
pori sangat menentukan tingkat hantaran hidrolik tanah. Pori tanah yang yang
berukuran makro lebih berperan dalam pertukaran air dan udara di dalam tanah
dibandingkan dengan pori yang berukuran mikro.



22

III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya adalah
air, dan lahan.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya adalah
bor tanah, pelampung, mistar rol 2 meteran, tali, ember, gayung air, pipa paralon
2,5 inchi, dan stopwatch.
B. Prosedur Kerja
1. Tanah dibor sampai kedalaman 60-80 cm.
2. Kemudian lubang dan tanah sekitarnya disiram, lubang diisi denngan air.
3. Alat pelampung diturunkan.
4. Penurunan permukaan air untuk setiap periode waktu diukur (1 menit diulang
5 kali, 2 menit diulang 3 kali, 3 menit diulang 3 kali, 5 menit diulang 3 kali),
dimasukkan ke dalam tabel pengamatan.





23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
h
awal
= 34
diameter lubang = 10 cm
jari-jari lubang = 5 cm



t t h h
1 1 35 1
2 1 36 1
3 1 36,5 0,5
4 1 37 0,5
5 1 38 1
7 2 39 1
9 2 40 1
11 2 41 1
14 3 42 1
17 3 43 1
20 3 44 1
25 5 45 1
30 5 46,5 1,5
35 5 47,5 1
24

X Y Ln X Ln Y X
2
Y
2
XY
1 35 0 3,55 1 1225 35
2 36 0,69 3,58 4 1296 72
3 36,5 1,09 3,59 9 1332,25 109,5
4 37 1,38 3,61 16 1369 148
5 38 1,60 3,63 25 1444 190
7 39 1,94 3,66 49 1521 273
9 40 2,19 3,68 81 1600 360
11 41 2,39 3,71 121 1681 451
14 42 2,63 3,73 196 1764 588
17 43 2,83 3,76 289 1849 731
20 44 2,99 3,78 400 1936 880
25 45 3,21 3,80 625 2025 1125
30 46,5 3,40 3,83 900 2162,25 1395
35 47,5 3,55 3,86 1225 2256,25 1662,5
183 570,5 29,89 51,77 3941 23460,75 8020

X
2
=
X
2

()


XY
=
XY


= 3941
()

= 8020
()()


= 3941 (2392,07) = 8020 7457,25
= 1548,93 = 562,75
25

Tan =

k = 1,15 . r . tan
=

= 1,15 (5) . 0,363


= 0,363 = 2,087


















26

B. Pembahasan
Hantaran hidrolik jenuh merupakan kemampuan suatu tanah untuk
meresapkan dan melewatkan air ke dalam tanah. Hantaran hidrolik merupakan
suatu parameter sifat fisik tanah yang menunjukkan kemampuan tanah untuk
meresapkan dan melakukan air ke dalam tanah. Tujuan pengukuran hantaran
hidrolik untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu tanah untuk
meloloskan atau melewatkan air (Hudson, 1971).
Hantaran hidrolik memiliki peran penting yaitu dalam menentukan
penggunaan dan pengelolaan praktis tanah, pengelolaan pada lahan pertanian.
Pengukuran hidrolik juga amat penting untuk beberapa aspek pertanian.
Masuknya air ke dalam tanah, aliran air drainase, evaporasi air dari permukaan
tanah dan penentuan besarnya erosi tanah dengan faktor permeabilitas tanah,
merupakan beberapa keadaan yang nyata dimana hantaran hidrolik memainkan
peranannya. Hantaran hidrolik sangat penting dalam perencanaan drainase suatu
wilayah dikarenakan:
a. Untuk membandingkan kecepatan HC pada horison-horison tanah yang
berbeda sebagai petunjuk pergerakan air dan permasalahan drainase yang
mungkin terdapat dalam profil tanah tersebut.
b. Dengan mengetahui HCnya, maka dapat dirancang sistem drainase
lapangan,terutama kedalaman dan jarak antar saluran (Hardjowigeno,S, 1985).
27

Pengukuran hantaran hidrolik menggunakan 2 metode yaitu metode
pendugaan (metode kolerasi) dan melalui metode pengukuran. Pendugaan
hantaran hidrolik melalui metode kolerasi dilakukan dengan memakai metode
distribusi ukuran butir atau metode permukaan spesifik. Kedua metode dapat
digunakan untuk pendugaan hantaran hidrolik karena adanya hubungan yang erat
antara ukuran dan jumlah pori serta ukuran butir dengan hantaran hidrolik.
Penetapan nilai hantaran hidrolik melalui pengukuran dapat dilakukan di
laboratorium atau lapangan. Metode yang sering digunakan adalah metode
constand head, falling head, dan ring sample (dilaboratorium). Sedangkan
dilapangan dipergunakan metode auger hole, inverse auger hole dan peizometer.
Ring sample adalah suatu alat yang dibuat dari logam anti karat tabung
silinder. Manfaat meggunakan alat ini adalah dapat digunakan untuk
menganalisis dengan mengambil contoh tanah utuh.
Metode Auger Hole terdiri dari memompa air keluar dari lubang auger
memperluas air di bawah meja dan kemudian mengukur tingkat kenaikan air di
dalam lubang. Ini merupakan prosedur yangdigunakan secara luas untuk
mengukur konduktivitas hidrolik jenuh jenuh tanah. Hasilnya adalah yang diukur
didominasi oleh nilai rata-rata konduktivitas horizontal profil. Dalam bentuknya
yang paling sederhana, terdiri dari persiapan dari sebagian menembus rongga
akifer, dengan sedikit gangguan dari tanah. Setelah persiapan rongga, air di
dalam lubang diperbolehkan untuk menyeimbangkan dengan air tanah, yaitu
28

tingkat di dalam lubang menjadi bertepatan dengan tingkat meja air. Pengujian
yang sebenarnya dimulai dengan menghapus seluruh jumlah air dari lubang dan
dengan mengukur tingkat kenaikan tingkat air di dalam rongga.
Metode Auger Hole adalah metode yang cepat, sederhana dan metode
yang dapat diandalkan untuk mengukur konduktivitas hidrolik tanah air di bawah
tanah. Hal ini kebanyakan digunakan dalam kaitannya dengan desain sistem
drainase dalam tanah tergenang air dan di kanal rembesan (Greendland, D. J and
R. Lal, 1977)
Metode pkinometer adalah sutu metode yang digunakan untuk
mengukur tanah-tanah yang mempunyai permukaan air tanah tinggi (tergenang)
dan tanah dengan nilai hantaran hidrolik sangat tinggi. Manfaat menggunkan
metode ini adalah dapat dipakai pada daerah pasang surut.
Metode constand head. Pengukuran hantaran hidrolik jenuh ini
digunakan metode constant head yang dikembangkan oleh De Boodt.
Prinsipnya : kecepatan pergerakan air melintasi tanah diduga dengan mengukur
jumlah air yang melintasi kolom tanah dalan jangka waktu
tertentu(Arsyad,1968).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
perhitungan analisis statistik menunjukkan bahwa nilai hantaran hidrolik adalah
2,087 cm/detik. Ini menunjukkan bahwa kemampuan tanah untuk meresap air per
tiap detik adalah 2,087 cm. Nilai hantaran hidrolik sangat di pengaruhi oleh
29

pengolahan lahan, namun tidak dipengaruhi oleh oleh jenis tanah yang diteliti.
Banyaknya penyerapan ini dikarenakan banyaknya perakaran tumbuhan di lahan
kebun campur sehingga mendukung tingginya hantaran hidrolik (Soepardi,
1983).
















30

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Konduktivitas hidrolik (HC) tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk
meresapkan dan melewatkan air ke dalam tanah.
2. HC berguna untuk menunjukan kemampuan tanah dalam keadaan jenuh untuk
melewatkan air.
3. Metode Auger Hole adalah metode yang cepat, sederhana dan metode yang dapat
diandalkan untuk mengukur konduktivitas hidrolik tanah air di bawah tanah.
4. Nilai hantaran hidrolik yang didapatkan adalah 2,087.
B. Saran
Sebaiknya alat yang sudah / agak rusak segera diperbaiki atau membeli
alat yang baru agar data yang dihasilkan dapat akurat.








31

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Baver, L.D. 1959. Soil Physics. 3rd ed. John Willey and Sons, Inc., New York..











I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam proses siklus hidrologi air yang berasal dari hujan akan
masuk ke dalam tanah dan ada yang melimpas yang dinamakan air limpasan,
untuk air yang meresap ke dalam tanah dapat masuk ke lapisan jenuh yang
32

dikenal dengan proses perkolasi dan ke lapisan yang tak jenuh yang dikenal
dengan infiltrasi.
Perubahan Infiltrasi yang terjadi dinyatakan dalam besar laju infiltrasi.
Laju Infiltrasi ini akan mempengaruhi besarnya kapasitas tampungan tanah
tersebut. Air yang menginfiltrasi itu pertama-pertama diabsorbsi untuk
meningkatkan kelembaban tanah, selebihnya akan turun ke permukaan tanah.
Dalam hal tertentu, infiltrasi itu berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah
hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan
berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maksimum setiap tanah
bersangkutan.
Kecepatan infiltrasi yang berubah-ubah sesuai dengan variasi
intensitas curah hujan umumnya disebut laju infiltrasi (I). Laju infiltrasi
maksimum yang terjadi pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (Ic).
Kapasitas infiltrasi itu berbeda-beda menurut kondisi tanah. Pada tanah yang
sama infiltrasi itu berbeda-beda, tergantung dari kondisi permukaan tanah,
struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, suhu dan lain-lain. Di samping intensitas
curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi oleh kelembaban tanah.
Laju infiltrasi juga dipengaruhi oleh kondisi tinggi muka air tanah,
sehingga pada masing-masing sifat tanah akan memiliki laju infiltrasi yang
berbeda. Pada lahan gambut misalnya tentu tidak akan sama besarnya dengan
laju infiltrasi pada lahan tanah pertanian. Atau kapasitas tampungan pada lahan
33

gambut juga tidak akan sama dengan kapasitas tampungan pada lahan atau tanah
berpasir.
Untuk itu perlu dikaji berapa besar pengaruh keberadaan air tanah
terhadap laju infiltrasi. Pada musim penghujan sering terjadi banjir di suatu
kawasan. Lamanya genangan tergantung pada sistem drainase perkotaan maupun
pertanian tersebut, di samping itu juga tergantung pada kemampuan tanah
menyerap air. Dengan mengetahui air yang terserap tanah, bisa diperkirakan
besarnya air yang terbuang melalui permukaan tanah. Di samping itu pada lahan
gambut muka air tanah relatif tinggi, sehingga infiltrasi yang terjadi sangat
lambat.
B. Tujuan
Menentukan laju infilrasi pada suatu lahan.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi dapat diartikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air
ke arah vertikal). Setelah keadaan jenuh pada lapisan tanah bagian atas
terlampaui, sebagian dari air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai
34

akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal dengan proses perkolasi. Laju maksimal
gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas
infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam
menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari
pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan
(Asdak,1995).
Kecepatan gerakan air sangat berkurang bila terjadi peralihan dari
aliran permukaan ke aliran bawah permukaan. Infiltrasi biasanya memberikan
tambahan kepada limpasan langsung (aliran cepat). Kecepatan infiltrasi biasanya
dinyatakan dalam satuan-satuan yang sama seperti intensitas presipetasi
(mm/jam). Laju infiltrasi dengan jelas tidak dapat melebihi intensitas presipitasi
di atas tanah gundul. Di hutan nilainya tidak dapat melebihi intensitas presipitasi
efektif (Lee, 1990).
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh intensitas hujan. Nilai laju infiltrasi (f)
dapat kurang dari atau sama dengan kapasitas infiltrasi (fp). Jika Intensitas Hujan
kurang dari kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi akan kurang dari kapasitas
infiltrasi. Dan, jika intensitas hujan lebih dari kapasitas infiltrasi maka laju
infiltrasi akan sama dengan kapasitas infiltrasi (Soesanto, 2008).
Kecepatan tanah untuk menginfiltrasikan air hujan dipengaruhi oleh
keadaan fisik tanah tersebut. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat mempengaruhi
laju infiltrasi adalah bulk density, porositas, permeabilitas dan pF. Pengolahan
tanah yang baik dapat menaikkan atau menurunkan sifat fisik tanah, sehingga
35

pengolahan tanah mempunyai pengaruh dalam menentukan laju infiltrasi
(Plaster, 2003)
Ada beberapa sifat fisik tanah yang dapat mempengaruhi besarnya
infiltrasi. Keterkaitan sifat fisik tanah dan infiltrasi sangat besar karena keduanya
saling mempengaruhi. Sifat fisik tanah merupakan sifat yang bertanggung jawab
atas peredaran udara, panas, air dan zat terlarut melalui tanah. Sifat fisik tanah
yang penting antara lain adalah tekstur tanah, struktur, porositas dan stabilitas
agregat. Beberapa sifat fisik tanah dapat dan memang mengalami perubahan
karena penggarapan tanah. Sifat fisik tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu batuan induk, iklim, vegetasi, topografi dan waktu (Hardjowigeno, 2003).






III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya
adalah tanah/lahan dan air.
36

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu double ring
infiltrometer, alat ukur, ember, gayung air, alat-alat tulis, alat pemukul ring (palu
12 kg) dan stopwatch.
B. Prosedur Kerja
1. Ring infiltrasi dimasukan ke dalam tanah (dipilih tempat yang baik, tidak
banyak akar mati),
2. Kayu berat diletakkan diatas ring secara melintang, kemudian kayu tersebut
dipukul sambil posisinya dipindah-pindah diatas ring infiltrasinya supaya
tekanan terhadap ring merata dan masuk kedalam tanah secara bersamaan,
3. Penggaris /alat pengukur diletakkan tegak lurus pada bagian dalam ring,
dibuat garis tera (titik nol). Diisi air ring sampai garis tera (titik nol). Pada saat
pengukuran, dicatat pada setiap penurunan permukaan air. Jika air yang ada
didalam ring sudah sangat kurang, ditambahkan lagi air dan dicatat penurunan
permukannya setiap pengukuran,
4. Pengukuran dilakukan pada ring dalam dengan interval waktu pengukuran
adalah sebagai berikut : menit 1-5 pengukuran dilakukan pada interval 1
menit, menit 5-7 dilakukan sesekali pengukuran (interval 2 menit), menit 7-25
dilakukan enam kali pengukuran (interval 3 menit), menit 25-50 dilakukan
lima kali 9interval 5 menit), menit 50-140 dilakukan sembila kali (interval 10
menit), pengukuran terakhir pada menit ke 160 (20 menit kemudian).
37

5. Pada saat ini diharapkan laju infiltrasi sudah konstan. Jika belum diperoleh
laju konstan diperoleh pada pengukuran menit ke 160, maka dianggap
fe=Df/Dt pada menit e 160,
6. Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk tabel.












IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan laju infiltrasi
38

No. Waktu (menit ke) Lama infiltrasi H (mm) h (mm)
1 1 1 138 2
2 2 1 137 1
3 3 1 136 1
4 4 1 136 0
5 5 1 136 0
6 7 2 136 0

Tabel persamaan Horton
No. X (t) Y (ln h) X
2
Y
2
XY
1 1 0,693 1 0,48 0,693
2 1 0 1 0 0
3 1 0 1 0 0
4 1 0 1 0 0
5 1 0 1 0 0
6 2 0 4 0 0
7 0,693 9 0,48 0,693

X
2
=
X
2

()


XY
=
XY


= 9
()

= 0,693
()()


= 81 8,167 = 0,693 0,808
39

= 72,833 = -0,115
k =

f = fe + (fo-fe) e
kt

=

= 0 + (2-0) (2,718)
(-0,0015) (7)

= 0,0015 = (2) (2,178)
(-0,011)
= 2,02
No. X (ln t) Y (ln h) X
2
Y
2
XY
1 0 0,693 0 0,48 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0
6 0,693 0 0,48 0 0
0,693 0,693 0,48 0,48 0

XY
=
XY


= 0
()()


= 0

= -0,2
= 0 0,08
= - 0,08
40

X
2
=
X
2

()

i = ef

= 0,48
()

= (2,718) (2,02)
(- 0,2)
= 0,48

= (2,718) (0,87)
= 0,48 0,08 = 2,364
= 0,48 008
= 0,4









B. Pembahasan
Infiltrasi adalah bagian presipitasi yang terserap oleh tanah mineral
dimana harga maksimum atau potensialnya adalah presipitasi efektif. Dapat
diartikan bahwa infiltrasi merupakan gerakan menurun air melalui tanah mineral.
41

Infiltrasi dari segi hidrologi sangat penting, karena hal tersebut menandai
peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke dalam tanah (Lee, 1990).
Laju infiltrasi adalah jumlah (volume) air yang melewati suatu luasan
penampang permukaan tanah per-waktu dengan satuan m
3
/m
2
/ det, atau sama
dengan satuan kecepatan = m/detik. Bila suatu saat air mulai menggenang
dipermukaan tanah, berarti laju penambah air dipermukaan tanah telah
melampauilaju infiltrasi tertinggi. Laju infiltrasi maksimum dinamakan
Kapasitas infiltrasi (Horton, 1971) dan oleh Hilell (1971)disebut sebagai
infiltrability.
Menurut Arsyad (2006), laju infiltrasi adalah banyaknya air yang
masuk ke dalam tanah per satuan waktu tertentu (l/menit, cm3/menit, m3/jam
atau cm/menit, dm/menit, inchi/jam), sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju
maksimum gerakan air ke dalam tanah per satuan waktu tertentu (l/menit,
cm3/menit, m3/jam atau cm/menit, dm/menit, inchi/jam). Pada saat tanah masih
kering, laju infiltrasi tinggi, setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi
akan menurun dan menjadi konstan. Kapasitas infiltrasi konstan atau minimum
adalah kapasitas infiltrasi ketika tanahnya telah mencapai kondisi jenuh (l/menit,
cm3/menit, m3/jam atau cm/menit, dm/menit, inchi/jam). Sifat-sifat tanah yang
membatasi kapasitas infiltrasi adalah ukuran pori yang halus, ketidakmantapan
agregat, kandungan air, dan lapisan tanah.
Kelemahan double ring infiltrometer diantaranya adalah (1) tidak
memperhitungkan pengaruh hujan sebenarnya (2) area penyelidikan sangat kecil,
42

hambatan lebih kecil hal ini mengakibatkan nilai infiltrasi lebih besar (3)
Struktur tanah akan berubah pada saat memasuk- kan pipa ke dalam tanah
(Subagyo, 1990).
Infiltrometer genangan ini tidak memberikan kondisi infiltrasi yang
sebenarnya terjadi di lapangan, karena pengaruh pukulan butir-butir hujan tidak
diperhitungkan dan struktur tanah di sekeliling dinding silinder telah terganggu
ada waktu pemasukannya ke dalam tanah. Tetapi meskipun mempunyai
kelemahan, alat ini mudah dipindah dan dapat digunakan untuk mengetahui
kapasitas infiltrasi di titik yang dikehendaki sesuai dengan tata guna lahan, jenis
tanaman dan sebagainya (Kohnke, 1968).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses infiltrasi adalah
persediaan air awal (kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur organik dan
jenis-jenis vegetasi (Asdak, 1995). Menurut Soesanto (2008), faktor-faktor yang
mempengahui infiltrasi adalah tekstur dan struktur, Kerapatan Limbak (Bulk
Density), vegetasi, kadar air tanah, porositas tanah, permeabilitas dan potensial
air.

1. Tekstur dan Struktur
Setiap jenis tanah mempunyai sifat fisik yang khas, diantaranya sifat
fisik yang erat hubungannya dengan tekstur dan stuktur. Kedua sifat ini
menentukan proporsi pori makro dan pori mikro. Tanah remah memberikan
kapasitas infiltrasi yang lebih besar dari tanah liat (Asdak, 1995).
43

2. Kerapatan Limbak (Bulk Density)
Kerapatan limbak tanah (bulk density) merupakan nisbah berat tanah
teragregasi terhadap volumenya, dengan satuan g/cm
3
atau g/cc. Kepadatan tanah
mengendalikan kesarangan tanah dan kapasitas sekap air. Bobot isi (bulk density)
merupakan petunjuk tidak langsung aras kepadatan tanahnya, udara dan air, dan
penerobosan akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Keadaan tanah yang padat
dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan karena akar-akarnya tidak
berkembang dengan baik (Baver et al. 1987 dalam Purwowidodo, 2005).
3. Vegetasi
Rahim (2003) menuliskan bahwa peranan yang penting dari tanaman
adalah melindungi tanah dari pukulan hujan secara langsung dengan jalan
mematahkan energi kinetiknya melalui tajuk, ranting, dan batangnya. Dengan
serasah yang dijatuhkannya akan terbentuk humus yang berguna untuk
menaikkan kapasitas infiltrasi tanah.
4. Kadar Air Tanah
Pori tanah dapat dibedakan atas pori kasar dan pori halus. Pori kasar
berisi udara atau air grafitasi, sedangkan pori halus terdiri dari air kapiler dan
udara (Hardjowigeno 2003). Kandungan air tanah adalah persentase air yang
dikandung oleh tanah atas dasar berat kering mutlak tanah (Arsyad 1989). Tanah
dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil daripada tanah dalam
keadaan kering (Asdak, 1995).
5. Porositas Tanah
44

Volume pori atau porositas adalah persentase dari seluruh volume
tanah, yang tidak diisi bahan padat, terdiri atas pori yang bermacam ukuran dan
bentuk mulai dari ruang submikroskopis dan mikroskopis di antara partikel
primer sampai pada pori-pori besar dan lorong yang dibuat akar dan binatang
yang meliang (Rahim 2003).
6. Permeabilitas
Tanah dengan struktur mantap adalah yang memiliki permeabilitas dan
drainase yang sempurna, serta tidak mudah didispersikan oleh air hujan.
Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah,
sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya pertukaran udara. Faktor
tersebut selanjutnya mempengaruhi kegiatan mikroorganisme perakaran dalam
tanah.
7. Potensial Air
Potensial air total merupakan penjumlahan dari potensial osmotik,
potensial matrik, potensial gravitasi, potensial piezometrik dan potensial tekanan
(Seyhan 1990). Potensial air sering disebut tegangan air (moisture tension).
Tegangan air sangat mempengaruhi kandungan air di dalam suatu massa tanah,
sehingga dengan kata lain, tegangan air mempengaruhi kadar air tanah. Makin
tinggi tegangan air berarti makin tinggi pula tenaga yang dibutuhkan untuk
menahan air tersebut di dalam tanah.
Dari beberapa faktor tersebut bila dikaitkan dengan hasil paktikum
diantaranya adalah :
45

1. Tekstur dan Struktur
Permukaan tanah yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah di
lahan kebun dengan tanah cenderung liat dengan tekstur tanah halus. Liat kaya
akan pori halus dan miskin akan pori besar sehingga kapisitas infiltasi kecil. Hal
ini dibuktikan dengan hanya pada ulangan ketiga tanah sudah jenuh air dengan
tidak ada lagi penurunan permukaan air.
2. Vegetasi
Vegetasi pada lahan praktikum didominasi oleh vegetasi penutup tanah
misalnya rumput maka vegetasi dan lapisan serasah akan melindungi permukaan
tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat
tanah, sehingga terjadi pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah dapat
menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi air
tanah.
3. Kadar air tanah
Kadar air tanah pada lahan praktikum cenderung tinggi hal ini terbukti
dari kondisi tanah yang masih basah karena sudah diguyur hujan pada hari
sebelumnya.
Siklus hidrologi adalah rangkaian peristiwa yang terjadi saat air dari
awan jatuh ke bumi hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh lagi ke bumi
(Arsyad 1989). Menurut Asdak (1995), air hujan yang mencapai permukaan
sebagian akan terserap ke dalam tanah (infiltrasi). Sedangkan air hujan yang
tidak terserap dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface
46

detention)untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah yang lebih rendah
menjadi aliran permukaan untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan
tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban air tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah jenuh maka air
hujan yang masuk ke dalam air tanah akan bergerak secara lateral (horisontal)
untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah dan
akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lain, air hujan yang masuk ke dalam dan
menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tersebut akan mengalir pelan-
pelan ke sungai, danau dan tempat penampungan air alamiah (baseflow).








V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
47

Infiltrasi merupakan gerakan menurun air melalui tanah mineral. Air
tersebut berasal dari hujan yang turun per satuan waaktu. Laju infiltrasi pada
lahan kebun diketahui sebesar 2,02 untuk persamaan hortan dan 2,364 untuk
persamaan kostiakov.
B. Saran
Sebaiknya dalam pengumpulan laporan jangan terlalu dekat dengan
waktu UAS.











DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
48

Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Akademikan Pressindo, Jakarta.
Kohnke H. 1968. Soil Physics. New York: McGraw-Hill Book Company.
Lee, R. 1988. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Plaster EJ. 2003. Soil Science and Management 4
th
Edition. Thomson Learning,
New York.
Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah. Laboratorium Pengaruh Hutan Jurusan
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Rahim, S. E., 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Soesanto. 2008. Kompetensi Dasar Mahasiswa Mampu Melakukan Analisis
Infiltrasi. Laboratorium Teknik Pengendalian dan Konservasi
Lingkungan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember. Jember: Tidak dipublikasikan.
Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk Komoditas Pertanian.
Edisi Pertama tahun 1990, ISBN 979-9474-25-6. Balai Penelitian Tanah,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor,
Indonesia
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-dasar Hidrology. Gajah Mada Universitas Press,
Yogyakarta.



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
49

Hutan terutama hutan hujan tropis merupakan sumberdaya alam yang
memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu peran
penting dari hutan yaitu memperkecil resiko terjadinya banjir, erosi dan tanah
longsor. Peran hutan dalam pengendalian aliran permukaan, banjir, erosi dan
tanah longsor sangat ditentukan oleh kerapatan penutupan lahan, struktur tajuk,
dan interaksi dengan sifat tanah dan batuan serta iklim tempat tumbuh hutan.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, pemanfaatan dan pengelolaan
hutan tanpa memperhatikan aspek kelestarian fungsinya, telah mengakibatkan
kerusakan hutan yang sangat mengkhawatirkan. Kementerian Kehutanan
menyebutkan bahwa laju kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 1,17 juta ha
per tahun (Kementerian Kehutanan, 2009). Salah satu penyebab terjadinya
kerusakan hutan adalah perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan non
hutan untuk berbagai tujuan. Dampak perubahan penggunaan hutan di dalam
suatu DAS dicerminkan oleh perilaku hidrologi, antara lain: perubahan laju
aliran permukaan, debit sungai, erosi dan sedimentasi.
Perubahan perilaku hidrologi, erosi dan sedimentasi dapat diketahui
melalui pengukuran langsung terhadap besaran perubahan tersebut, maupun
melalui pendugaan menggunakan parameter-parameter klimatik dan bio-fisik
DAS.
Pendugaan erosi umumnya menggunakan persamaan umum
kehilangan tanah yang dikenal dengan USLE (Universal Soil Loss Equation)
yang pertama kali diperkenalkan oleh Wischmeir dan Smith (1965), kemudian
50

mengalami pengembangan metode pendugaan komponen USLE (MUSLE,
RUSLE). Penelitian tentang USLE telah banyak dilakukan (Nugraha, 2003;
Bhestari, 2005; Hermiawati, 2006) yang umumnya memberikan hasil lebih besar
dibandingkan dengan hasil pengukuran secara langsung.
Erosi dan sedimentasi merupakan serangkaian proses yang berkaitan
dengan proses pelapukan, pelepasan, pengangkutandan pengendapan material
tanah/kerak bumi. Erosi dapat disebabkan oleh angin, air atau aliran gletser (es).
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah erosi oleh air hujan.
A. Tujuan
1. Menghitung indeks erosivitas hujan (R) menurut metode Wischmier dan
Smith (1959) atau EI30.
2. Menghitung indeks erosivitas hujan menurut R. LAL (1976) atau Aimp.
3. Menghitung KE > 1 (Ke. 25).
4. Menduga EI30 menurut rumus Bols.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses erosi oleh air dimulai pada saat tenaga kinetik air hujan
mengenai air tanah. Tenaga pukulan air hujan ini yang menyebabkan terlepasnya
partikel-partikel tanah dari gumpalan tanah yang lebih besar. Semakin tinggi
51

intensitas hujan akan semakin tinggi pula tenaga yang dihasilkan dan semakin
banyak partikel tanah yang terlepas dari gumpalan tanah. Tanah yang terlepas ini
akan terlempar bersama dengan percikan air (Morgan, 1980).
Menurut Darmawidjaja (1981), benturan tetesan air hujan dengan
permukaan tanah akan menghancurkan ikatan struktur tanah dan terlepas menjadi
partikel-partikel tanah yang kemudian memercik bersama dengan percikan air
hujan. Peristiwa ini menyebabkan tanah akan terkikis dan proses ini dikenal
dengan erosi percikan air hujan atau Rain Splash Erotion, serta merupakan tahap
terpenting dari proses erosi, karena merupakan awal terjadinya erosi.
Menurut Utomo (1983),erosi dialam akan selalu ada dan tetap terjadi
dan bentuk permukaan bumi akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Proses
pengikisan permukaan bumi secara alamiah disebut erosi geologi atau erosi alam,
sedang erosi yang disebabkan oleh aktifitas manusia disebut erosi yang
dipercepat.
Menurut Gupta (1979),pada kondisi erosi yang dipercepat besarnya
laju pengikisan tanah jauh lebih besar dari padalaju pembentukan tanah, sehingga
akan mengurangi tingkat kesuburan tanah.
Aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya proses
pengangkutan partikel-partikel tanah.Kemampuan limpasan permukaan dalam
mengangkut partikel tanah tergantung dari besarnya energi potensial yang
dimiliki oleh aliran permukaan tersebut, semakin besar energi potensial yang
dimiliki maka semakin besar pula kemampuan limpasan tersebut dalam
52

mengangkut partikel tanah. Hudson (1976), memandang erosi dari dua segi
yakni:
1. Faktor penyebab erosi, yang dinyatakan dalam erosivitashujan, dan
2. Faktor ketahanan tanah terhadap erosivitashujan, yang dinyatakan sebagai
erodibilitastanah.
Erosi merupakan fungsi dari erosivitasdan erodibilitas.Pada dasarnya
proses erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi,
vegetasi dan manusia terhadap tanah. Secara umum, faktor-faktor tersebut dapat
dinyatakan dengan persamaan yang dikenal dengan Persamaan Umum
Kehilangan Tanah (PUKT), yaitu kehilangan tanah (A) dipengaruhi oleh indeks
Erosifitas (R), Faktor Erodibilitas (K), Faktor Panjang Kemiringan (L), Fakor
Kemiringan (S), Faktor Pengelolaan Tanaman (C), Faktor Pengendali Erosi (P)
(CD. Soemarto,1995)




III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
53

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya
adalah kertas pias.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pen marker dan
alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Kertas pias yangterlampir dibagi menjadi beberapa periode a-b, b-c, c-d dan
seterusnya sesuai dengan grafik hujan yang ada. Pembagian ini berdasarkan
kemiringan kurva.
2. Selanjutnya analisis sifat-sifat hujan yang diperoleh dibuat dalam bentuk
table.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
54

EI
30
=

.
I
1
=


. 20 mm = 10 mm/menit
I
2
=


. 10 mm = 10 mm/menit
I
3
=


. 25 mm = 10 mm/menit
I
4
=


. 15 mm = 10 mm/menit
I
5
=


. 15 mm = 10 mm/menit

E
1
= 210,3 + 89 log I
1
= 210,3 + 89 log 10 = 299,3
E
2
= 210,3 + 89 log I
1
= 210,3 + 89 log 10 = 299,3
E
3
= 210,3 + 89 log I
1
= 210,3 + 89 log 16,67
= 210,3 + 89 (1,22) = 318,88
E
4
= 210,3 + 89 log I
1
= 210,3 + 89 log 11,25
= 210,3 + 89 (1,05) = 303,75
E
5
= 210,3 + 89 log I
1
= 210,3 + 89 log 11,25
= 210,3 + 89 (1,05) = 303,75
I
30
=

jumlah hujan tertinggi


=

ml = 16 mm/30 menit 2
= 32 mm/jam
EI
30
=


= 487,994

Bagan hujan
Besarnya
hujan (mm)
Lamanya
hujan (menit)
Intensitas
hujan
(mm/menit)
Log I I
30

55

a-b 20 120 10 1
32 mm/jam
b-c 10 60 10 1
c-d 25 90 16,67 1,22
d-e 15 80 11,25 1,05
e-f 15 80 11,25 1,05

Kesimpulan : I
30
> 25 mm/jam
32 mm/jam > 25 mm/jam
Hal ini berarti intensitas hujan yang terjadi berpotensi mengakibatkan
terjadinya erosi.














B. Pembahasan
Erosi merupakan salah satu sebab timbulnya kerusakan tanah.
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dan diangkut dari
56

satu tempat ke tempat lain. Secara umum erosi adalah proses penghancuran tanah
dan kekuatan air dan angin (Zachar, 1992).
Di daerah tropis basah gaya utama penyebab erosi adalah hujan,
dimana hujan menghancurkan agregat tanah dan mengangkutnya. Sedangkan
kemampuan hujan untuk mengerosikan tanah disebut erosivitas hujan (Sukmana,
1979). Menurut Kohnke dan Bertrand (1959), sifat-sifat hujan yang
mempengaruhi erosi adalah intensitas hujan, distribusi hujan, jumlah curah
hujan, kecepatan jatuh butir hujan, bentuk butir hujan dan energi kinetik hujan.
Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang jatuh
dalam suatu waktu yg singkat misal: 5, 10, 15 atau 30 menit. (mm per jam atau
cm per jam). Intensitas hujan dapat diklasifikasikan berdasarkan Kohnke dan
Bertrand (1959) sebagai berikut:
Intensitas hujan (mm/jam) Klasifikasi
0-5 Sangat Rendah
6-10 Rendah
11-25 Sedang
26-50 Agak Tinggi
51-75 Tinggi
>75 Sangat Tinggi

Wischermier dan Smith (1958) dalam Arsyad (1989) mengemukakan
bahwa terdapat interaksi antara energy kinetik hujan dan intensitas maksimum
selama 30 menit (EI
30
) berkolerasi sangat erat terhadap erosi.
Indeks erosi hujan (erosivitas hujan) EI
30
adalah pengukur kemempuan
suatu hujan untuk menimbulkan erosi. Kemampuan hujan untuk menimbulkan
57

atau menyebabkan erosi dinamakan dengan daya erosi hujan atau erosivitas
hujan. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari intensitas, massa, lama dan
kecepatan jatuh butir hujan. Karena itu penggunaan individu sifat hujan secara
tyerpisah untuk menentukan erosivitas hujan seringkali tidak memberikan hasil
yang memuaskan. Maka sebaiknya menggunakan erosivitas hujan dengan
menghitung energi kinetiknya (Seta,1987). Energi kinetik hujan didapatkan dari
persamaan:
E=210+89+log I
Dimana: E adalah energi kinetik dan I adalah intensitas hujan
Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu air
tertentu yang dinyatakan dalam meter kubik persatuan luas atau secara lebih
umum dinyatakan dalam tinggi air yaitu milimeter (mm). Besarnya curah hujan
dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau untuk masa tertentu seperti per
hari, per bulan, per musim, atau per tahun.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil perhitungan
didapatkan nilai EI
30
adalah 32 ini menunjukaan indeks erosivitas hujan
menyebabkan erosi karena lebih dari 25 mm/jam dan termasuk kedalam
klasifikaasi intensitas hujan yang tinggi. Hujan yang dapat menimbulkan erosi
adalah hujan yang memiliki intensitas hujan yang lebih dari 1 (satu) inci/jam atau
setara dengan 25 mm/jam dan dikenal dengan istilah indeks erosivitas hujan
Ke>1.

58


















V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
59

EI
30
adalah pengukur kemampuan suatu hujan untuk menimbulkan
erosi. Kemampuan hujan untuk menimbulkan atau menyebabkan erosi
dinamakan dengan daya erosi hujan atau erosivitas hujan. Rumus menghitung
Energi kinetik hujan adalah E=210+89+log I. Hasil dari praktikum didapatkan
nilai EI
30
adalah 32 mm/jam. Nilai intensitas hujan tersebut perpotensi
menimbulkan erosi.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum, hendaknya praktikan dapat lebih serius
dan teliti untuk mengurangi error.









DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 1989. Pemanfaatan Iklim dalam Mendukung Pengembangan
Pertanian. Bogor: Penerbit IPB, Bogor.
60

Bhestari PA. 2005. Integrasi konsep keruangan dalam model prediksi erosi
USLE (Universal Soil Loss Equation) di Sub DAS Ciliwung Hulu
Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Darmawijaya, 1981. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hudson, N. 1971. Soil Conservation. B. T Batsford Limited London.
Kementerian Kehutanan. 2009. STATISTIK KEHUTANAN INDONESIA 2008
(Forestry Statistics of Indonesia 2008). Kementerian Kehutanan,
Jakarta.
Kohnke H, Bertrand AR. 1959. Soil Conservation. McGraw-Hill Book Company
Inc, USA.
Hermiawati L. 2006. Analisis perbandingan pendugaan erosi menggunakan
metode USLE dan unit SPAS pada model DAS mikro Skripsi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Morgan RPC. 1986. Soil Erosion and Conservation. Longman Group, New
York.
Nugraha D. 2003. Pendugaan erosi menggunakan metode Universal Soil Loss
Equation (USLE) dan metode morgan, morgan, dan finney: studi
kasus di RPH Tanggulun, BKPH Kalijati, KPH Purwakarta Skripsi.
Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor.
Seta AK. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta.
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik, Edisi kedua. Erlangga, Jakarta.
Utomo, W. H., 1989. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang, Malang.
Wischmeier WH, Smith DD. 1965. Predicting Rainfall-Erosion Losses from
Cropland East of The Rocky Mountains: a Guide for Selection of
Practices for Soil and Water Conservation. Washington DC: U. S.
Department of Agriculture, Agriculture Handbook No. 537.
Zachar D. 1982. Soil Erosion. Developmentsin Soil Science 10. Amsterdam:
Elsevier Scientific Publishing Company.
61



















I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
62

Sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan
menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang
diperlukan. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan,
kemiringan lereng, tanaman penutupdan kemampuan tanah untuk menyerap
dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yangdisebabkan oleh
aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan,
kegiatanpertambangan, perkebunan dan perladangan. Di daerah beriklim basah
seperti di Indonesia, erosilebih disebabkan oleh air, sedangkan erosi oleh angin
tidaklah berarti.Erosi sangat berdampak langsung terhadap kondisi suatu tanah,
antara lain dengan menipisnyalapisan permukaan tanah bagian atas, yang
akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan(degradasi lahan).
Survai topografi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menentukan posisi tanda-tanda (features) baik buatan manusia maupun
alamiah yang terdapat dipermukaan tanah. Dalam topografi juga
memperlihatkan karakter vegetasi dengan menggunakan tanda-tanda yang
sama seperti halnya jarak horisontal di antara beberapa features dan elevasi
masing-masing dalam suatu datum tertentu. Dalam peta topografi disajikan
dengan garis-garis koturr atau dengan bayangan (hill shading) yang dilakukan
dengan cara asir yaitu serangkaian garis pendek yang ditarik menurut arah
kelandaiaan atau biasa juga disebut lereng atau kemiringan
Yang dimaksud dengan kontur yaitu garis yang menghubungkan
titik-titik dengan elevasi yang sama, sedangkan suatu bidang datar yang
63

memotong permukaan tanah diperlihatkan di atas peta sebagai garis kontur.
Garis kontur pada peta dibuat menurut posisi horisontal sebenarnya terhadap
permukaan tanah, sehingga pada peta topografi garis-garis kontur dapat
memperlihatkan kelandaian/kemiringan bagian topografi bukit, lembah,
punggung serta menunjukan elevasi bagan tersebut (Wirshing.J.R, 1995).
Mengingat pentingnya kontur dalam topografi, maka pembuatan kontur harus
dilakukan secara benar dan teliti, sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar
dari pekerjaan.
B. Tujuan
Membuat garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol.






II. TINJAUAN PUSTAKA
Peta topografi dimaksudkan sebagai gambaran yang merupakan
sebagian atau seluruh permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan
64

cara tertentu dan skala tertentu yang mencakup unsur-unsur alam dan atau unsur
buatan manusia (Yuwono,2001).
Dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi
elevasi) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Pengukuran
yang dilakukan untuk memperoleh hubungan. Posisi diantara titik-titik dasar
disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk
pengukuran detail yang hasil akhirnya berupa peta (Suyono dan Takasaki,1997).
Dalam peta topografi digunakan garis kontur (contur line), yaitu garis
yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama. Peta
khorografi merupakan peta yang menggambarka seluruh atau sebagian
permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil. Dalam peta khorografi
digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah. Untuk
mengetahui ketinggian suatu tempat dan untuk memperhatikan tingkat keamanan
suatu lereng. Ciri utama peta topografi adalah menggunakan garis kontur.
Dimana garis tersebut dapat memberikan informasi baik secara relif maupun
secara absolut (Wongsotjitro, 1985).
Kontur merupakangaris hubung antara titiktitik yang mempunyai
tinggi yang sama. Kontur sering digunakan untuk menyatakan tinggi pada peta
topografi, hal ini dikarenakan kontur lebih mudah untuk memberikan gambaran
pada pengguna peta. Kontur pada sebuah peta dapat digunakan untuk menaksir
kemiringan tanah, menghitung rencana galian ataupun timbunan tanah, membuat
65

profil atau sayatan tanah dari data yang telah ada (peta dan kontur) dari satu titik
tertentu ke titik lainnya (Purworahardjo, 1986).
Tujuan dari interpolasi ini adalah untuk meletakkan titik dengan
ketinggian tertentu (sesuai ketinggian kontur yang akan ditarik) pada garis antara
dua titik tinggi yang telah ada (Soedomo, 2003).
Ada tiga jenis fitur geografis, yaitu point/titik, line/garis, dan
polygon/luasan. Point adalah lokasi diskrit yang biasanya digambarkan sebagai
simbol atau label dan digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tidak
mempunyai luasan seperti titik tinggi atau puncak gunung. Line adalah fitur yang
dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan yang terlalu
sempit untuk digambarkan sebagai luasan seperti sungai, jalan, garis kontur.
Polygon adalah fitur yang dibentuk dari garis yang tertutup menggambarkan
suatu area yang homogen seperti batas negara, kecamatan, danau, dan lain-lain
(Gunarso, 2003).





III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
66

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya adalah
lereng bukit.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya adalah
patok bambu, tali raffia, apnilever, ondol-ondol, ATK..
B. Prosedur Kerja
1. Ondol-ondol disiapkan
2. Tititk B ditentuan pada bagian lereng yang lebih renddah sesuai dengan beda
tinggi (interval vertical = IV) yang diinginkan, maksimal 1,5m.
3. Kaki ondol-ondol diletakan pada titik Bsedangkan kaki lainnya digerakan
keatas atau ke bawah sedemikian rupa hingga tali bandul persis pada titik
tengah palang yang sudah ditandai. Titik yang baru ini, misalnya titik B1,
adalah titik yang sama tinggi dengan titik B.
4. Dari titik B1 ditentukan titik B2 dengan cara yang sama dengan tahap 5
demikian seterusnya sehingga diperoleh sejumlah titik pada lahan yang akan
ditentukan garis konturnya.
5. Tititk tersebut ditandai dengan patok kayu atau bambu.
6. Titik titik yang ditandai patok dihubungkan deengan tali rafia sehingga
membentuk garis yang sama tingi. Jika garisnya patah-patah, hilangkan sudut-
sudutnya dengan menggeser patk ke atas atau kebawah sehingga terbentuk
garis sabuk gunung yang bagus.
67

7. Garis yang terbentuk tersebut adalah garis sabuk gunung pertama
8. Dilanjutkan pekerjaan yang sama untuk membuat garis kontur kedua dan
ketiga dengan beda tinggi maksial 1,5m sehingga membentuk huruf S .
Pada garis kontur tersebut dapat dibuat teras gulud, teras bangku, strip ruput
ataupun pertanaman lorong.
9. Digunakan alat apnilever dengan cara mengekerkan pada garis kontur
tertinggi untuk mengukur kemiringan.











IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
68



B. Pembahasan
Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan, yaitu pada Zona
intramontain, yang mana terdapat sekitar empat buah patahan naik dan beberapa
patahan normal yang membuat adanya block faulting di daerah tersebut,
diperkirakan terjadi adanya kegiatan tektonik sekitar Mio-Pliosen yang dibarengi
dengan munculnya batuan intrusi, sehingga banyak dijumpai kemiringan lapisan
batuan hingga 700. Patahan naik dan patahan normal tersebut memotong di
tengah DAS Serayu yang berarah Tenggara-Baratlaut, yaitu berkisar dari N 2850
E Sampai N 3150 E. Selain itu terdapat juga patahan geser atau mendatar yang
berarah hampir arah Utara-Selatan, umumnya banyak terdapat pada bagian
Tenggara dan bagian Barat laut daerah penyelidikan, yang mengakibatkan
adanya pergeseran dari sebaran Formasi Rambatan, Tapak dan Formasi Ligung.
Selain itu juga mengakibatkan adanya pergeseran dan overlaping dari patahan-
patahan naik dan patahan normal, yang diperkirakan terjadi akibat kegiatan
tektonik disekitar Plio-Pleistosen. Struktur lipatan tidak dijumpai di daerah
tersebut, umumnya banyak dijumpai lapisan batuan yang homoklin, miring ke
arah Timurlaut (Ahmad Munir, 2008).
Dengan mempelajari pembuatan kontur kita dapat mengetahui keadaan
wilayah hitam yang ingin digambarkan atau dipetakan pada ketinggian yang
69

sama. Di dalam pembuatan kontur, terdapat beberapa sifat sifat garis kontur
yaitu :
1. Jarak horizontal 2 buah garis kontur akan semakin rapat dengan kontur
interval .
2. Pada tanah dengan lereng seragam maka garis kontur akan semakin sejajar
dan berjarak satu sama lain .
3. Garisgaris kontur tidak akan berpotongan satu sama lain kecuali dalam
keadaan khusus.
4. Pada permukaan datar atau rata garis kontur akan merupakan suatu garis
lurus, berjarak sama dan sejajar satu sama lain.
Suatu garis kontur tidak akan terletak pada dua buah garis kontur yang
lebih tinggi atau lebih rendah evaluasinya (NGSFC, 1995).
Selain menunjukan bentuk ketinggian permukaan tanah, di dunia
pertanian garis kontur juga dapat digunakan untuk:
1. Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections) antara dua
tempat.
2. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan
3. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan
tertentu
4. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling terlihat
(Harjadi, 1979).
70

Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada
lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah
suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan
berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman
dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan.
Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah,
teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan
penanaman mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di
Indonesia dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan (Harjadi, 1979).
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, menujukan bahwa
daerah bukit serayu merupakan daerah yang landai dimana topografi atau jarak
ketika melihat dipeta terlihat jarang sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan.
Garis kontur adalah suatu garis yang menghubungkan tempattempat
yang sangat tinggi dan suatu permukaan tanah di dalam peta. Dari simbolsimbol
yang ada garis kontur yang lebih sering dipakai dalam penggambaran sebuah
peta, karena selain banyaknya elevasi yang dapat digambarkan, garis kontur
merupakan petunjuk langsung dari suatu elevasi tertentu. Garis kontur ini dapat
kita bayangkan sebagai tepi dari suatu danau atau laut. Kerapatan jarak kontur
pada suatu peta dengan lainya menunjukkan keadaan wilayah yang curam.
Sebaliknya semakin jarang jarak antara garis kontur pada suatu peta menunjukan
bahwa daerah yang disebut termasuk dalam kategori landai (Nurjati, 2004).

71



















V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
72

Garis kontur digunakan untuk mengatur jarak tanamn didaerah
pegunungan (biasanya tanaman perkebuan/kehtanan) dan kemiringan pada garis
kontur yang kita dapat adalah 20%.
B. Saran
Untuk kedepannya sebaiknya pengaturan waktu keberangkatan dan
kepulangan lebih diperhatikan lagi agar tidak saling menunggu berjam-jam.












DAFTAR PUSTAKA
Gunarso, Petrus, dkk. 2003. Modul Pelatihan Dasar-dasar Pengelolaan Data
dan Sistem Informasi Geografis, Malinau research forest.
73

Harjadi, S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Garmedia, Jakarta.
Munir, Ahmad. 2008. Karakteristik Daerah Aliran Sungai (Das) Serayu Provinsi
Jawa Tengah Berdasarkan Kondisi Fisik, Sosial Serta Ekonomi. Jurnal
Universitas Indonesia.
NASA GSFC dan NIMA. 2004. EGM96: The NASA and NIMA Joint
Geopotential Model. http://cddis.nasa.gov/926/egm96/egm96.html .
Diakses 26 Januari 2013.
Nurjati, Chatarina. 2004. Modul Ajar: Ilmu Ukur Tanah 1. Program Studi Teknik
Geodesi ITS, Surabaya.
Purworahardjo, Umaryono. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C. Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Sosrodarsono, Suyono, dan Masayoshi Takasaki. 1997. Pengukuran Topografi
dan Teknik Pemetaan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Soedomo, Agoes Soewandito. 2003. Dasar-dasar Perpetaan. ITB, Bandung.
Wirshing, James, dan Roy Wirshing. 1995. Pengantar Pemetaan. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Yuwono. 2001. Kartografi Dasar. Program Studi Teknik Geodesi FTSP ITS,
Surabaya.

You might also like