You are on page 1of 17

Parkinsons Disease

DEFINISI
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/neostriatum
(striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat
dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron
dopaminergik substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma
yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada penyakit
parkinson juga terjadi pada daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus
basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf
otonom.


EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang, 510% orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum
usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1% di seluruh dunia dan 1,6% di Eropa, meningkat
dari 0,6% pada usia 6064 tahun sampai 3,5% pada usia 8589 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri,
dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000400.000
penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia 1885 tahun (sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa). Statistik
menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena
dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.

ETIOLOGI
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah: infeksi oleh virus non-konvensional (belum diketahui); reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum; pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui;
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary).Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya.Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang
diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 tahun, sampai 200 per
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikroglial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor risiko
yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya
perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor
lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan
dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi,
industrialisasi, ataupun gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi
perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini
mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap
timbulnya penyakit parkinson.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit
parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang kromosom 4
(PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan
autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin
(PARK2) di kromosom 6.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat me-
nimbulkan kerusakan mitokondria.
b. Pekerjaanpada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian
pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi
Nocardia astroides.
d. Diet konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres oksidatif merupakan
salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,
kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala cedera kranioserebral dapat menyebabkan penyakit parkinson,
meski peranannya masih belum jelas benar.
f. Stres dan depresi beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului
gejala motorik. Depresi dan stres dihubungkan dengan penyakit parkinson karena
terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif.

KLASIFIKASI
1. Parkinsonismus primer/idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktik sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas.
Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan oleh pasca-ensefalitis virus, pasca-infeksi lain: tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya: golongan fenotiazin,
reserpin, tetrabenazin, dan lain-lain; perdarahan serebral petekial pascatrauma yang
berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumo r serebri, hipoparatiroid, dan
kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-
lentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral,
atropi palidal (parkinsonismus juvenilis).

PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena penurunan
kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 4050%
yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).Lewy bodies adalah inklusi
sitoplasmik eosinofilik konsentrik dengan halo perifer dan dense cores. Adanya Lewy bodies
dengan neuron pigmen dari substansia nigra adalah khas, akan tetapi tidak patognomonik
untuk penyakit parkinson, karena terdapat juga pada beberapa kasus parkinsonism atipikal.
Untuk lebih memahami patofisiologi yang terjadi, perlu diketahui lebih dahulu tentang
ganglia basalis dan sistem ekstrapiramidal.

Dalam menjalankan fungsi motoriknya, inti motorik medula spinalis berada dibawah
kendali sel piramid korteks motorik, langsung atau lewat kelompok inti batang
otak.Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat traktus piramidalis, sedangkan yang
tidak langsung lewat sistem ekstrapiramidal, dimana ganglia basalis ikut
berperan.Komplementasi kerja traktus piramidalis dengan sistem ekstapiramidal
menimbulkan gerakan otot menjadi halus, terarah dan terprogram.
Ganglia Basalis ( GB )tersusun dari beberapa kelompok inti , yaitu :
1. Striatum ( neostriatum dan limbic striatum )
Neostriatum terdiri dari putamen ( Put ) dan Nucleus Caudatus ( NC )
2. Globus Palidus ( GP )
3. Substansia Nigra ( SN )
4. Nucleus Subthalami ( STN )
Pengaruh GB terhadap gerakan otot dapat ditunjukkan lewat peran sertanya GB dalam
sirkuit motorik yang terjalin antara korteks motorik dengan inti medula spinalis .Terdapat
jalur saraf aferen yang berasal dari korteks motorik, korteks premotor dan supplementary
motor area menuju ke GB lewat Putamen. Dari putamen diteruskan ke GPi ( Globus Palidus
internus ) lewat jalur langsung ( direk ) dan tidak langsung ( indirek ) melalui GPe ( Globus
Palidus eksternus ) dan STN. Dari GPe diteruskan menuju ke inti inti talamus ( antara lain :
VLO : Ventralis lateralis pars oralis , VAPC : Ventralis anterior pars parvocellularis dan CM
: centromedian ). Selanjutnya menuju ke korteks dari mana jalur tersebur berasal. Masukan
dari GB ini kemudian mempengaruhi sirkuit motorik kortiko spinalis ( traktus piramidalis ).8
Kelompok inti yang tergabung didalam ganglia basalis berhubungan satu sama lain
lewat jalur saraf yang berbeda beda bahan perantaranya (neurotransmitter/NT).
Terdapat tiga jenis neurotransmitter utama didalam ganglia basalis , yaitu : Dopamine
( DA ) ,Acetylcholin ( Ach ) dan asam amino ( Glutamat dan GABA)

2 Patofisiologi Ganglia Basalis
Agak sulit memahami mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan di ganglia
basalis oleh karena hubungan antara kelompok kelompok inti disitu sangat kompleks dan
saraf penghubungnya menggunakan neurotransmitter yang bermacam macam .Namun ada
dua kaidah yang perlu dipertimbangkan untuk dapat mengerti perannya dalam patofisiologi
kelainan ganglia basalis.
1. Satu unit fungsional yang dipersarafi oleh lebih dari satu sistem saraf maka
persarafan tersebut bersifat reciprocal inhibition ( secara timbal balik satu komponen saraf
melemahkan komponen yang lain ). Artinya yang satu berperan sebagai eksitasi dan yang lain
sebagai inhibisi terhadap fungsi tersebut. Contoh klasik reciprocal inhibition adalah dalam
fungsi saraf otonom antara saraf simpatik dengan NT noradrenalin ( NA ) dan saraf
parasimpatik dengan NT asetilkolin ( Ach ).
2. Fungsi unit tersebut normal bilamana kegiatan saraf eksitasi sama atau seimbang
dengan saraf inhibisi .Bilamana oleh berbagai penyakit atau obat terjadi perubahan
keseimbangan tersebut maka timbul gejala hiperkinesia atau hipokinesia tergantung
komponen saraf eksitasi atau inhibisi yang kegiatannya berlebihan.
Patofisiologi GB dijelaskan lewat dua pendekatan , yaitu berdasarkan cara kerja obat
menimbulkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik , dan
perubahan keseimbangan jalur direk ( inhibisi ) dan jalur indirek ( eksitasi ).
PATOFISIOLOGI
Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung
neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang
menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang. Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan
dopamin dari ujung saraf nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan
reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output striatum
disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars retikularis lewat 2
jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan dengan reseptor D2 .Maka bila
masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada kelainan gerakan.
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars
kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap
reseptor D1 maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel
saraf dopaminergik rusak dan dopamin berkurang 80%.Reseptor D1 yang eksitatorik tidak
terangsang sehingga jalur direk dengan neurotransmitter GABA (inhibitorik) tidak
teraktifasi.Reseptor D2 yang inhibitorik tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen
ke globus palidus segmen eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga
fungsi inhibitorik terhadap globus palidus segmen eksterna berlebihan.Fungsi inhibisi dari
saraf GABAergik dari globus palidus segmen ekstena ke nucleus subtalamikus melemah dan
kegiatan neuron nukleus subtalamikus meningkat akibat inhibisi.
Terjadi peningkatan output nukleus subtalamikus ke globus palidus segmen interna /
substansia nigra pars retikularis melalui saraf glutaminergik yang eksitatorik akibatnya terjadi
peningkatan kegiatan neuron globus palidus / substansia nigra. Keadaan ini diperhebat oleh
lemahnya fungsi inhibitorik dari jalur langsung ,sehingga output ganglia basalis menjadi
berlebihan kearah talamus.
Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah GABAnergik
sehingga kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan dari talamus ke korteks
lewat saraf glutamatergik akan menurun dan output korteks motorik ke neuron motorik
medulla spinalis melemah terjadi hipokinesia.

Gambar.2.: Skema teori ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsung
Keterangan Singkatan
D2 : Reseptor dopamin 2 bersifat inhibitorik
D1 : Reseptor dopamin 1 bersifat eksitatorik
SNc : Substansia nigra pars compacta
SNr : Substansia nigra pars retikulata
GPe : Globus palidus pars eksterna
GPi : Globus palidus pars interna
STN : Subthalamic nucleus
VL : Ventrolateral thalamus = talamus
Kajian Biomolekuler penyakit Parkinson
Studi postmortem secara konsisten menyoroti adanya kerusakan oksidatif dalam
patogenesis PD, dan khususnya kerusakan oksidatif pada lipid, protein, dan DNA dapat
diamati pada substansia nigra pars compakta (SNc) otak pasien PD sporadik. Stress oksidatif
akan membahayakan integritas neuron sehingga mempercepat degenerasi neuron. Sumber
peningkatan stress oksidatif ini masih belum jelas namun mungkin saja melibatkan disfungsi
mitokondria, peningkatan metabolisme dopamin yang menghasilkan hidrogen peroksida dan
reactive oxygen species (ROS) lain dalam jumlah besar, peningkatan besi reaktif, dan
gangguan jalur pertahanan antioksidan (Jenner 2003).
Penurunan selektif sebesar 30-40 % pada aktivitas complex-I rantai respirasi
mitokondria ditemukan dalam SNc penderita penyakit Parkinson (Svhapira, dkk 1990).
Mitokondria terekspos oleh lingkungan yang sangat oksidatif, dan proses fosforilasi oksidatif
berhubungan dengan produksi ROS. Banyak bukti mengarah pada peran utama disfungsi
mitokondria sebagai dasar patogenesis PD, dan khususnya, defek mitokondria complex-I
(complex-I) dari rantai respirasi.Defek complex-I mungkin yang paling tepat menyebabkan
degenerasi neuron pada PD melalui penurunan sintesis ATP.
Beberapa studi epidemiologi memperlihatkan bahwa pestisida dan toksin lain dari
lingkungan yang menghambat complex-I terlibat dalam patogenesis PD sporadik (Sherer,
dkk, 2002a). MPTP menghambat complex-I dan menimbulkan gejala Parkinson pada
manusia dan model binatang (Dauer & Przedborski, 2003).
Bukti terbaru menunjukkan cacat pada ubiquitin proteasome system (UPS) dan
protein yang salah peran juga mendasari patogenesis molekuler penyakit Parkinson. Gagasan
ini didukung oleh fakta bahwa -synuclein, parkin, dan DJ-1 yang merupakan kelainan
genetik, saling mempengaruhi fungsi UPS maupun mitokondria, yang mungkin menghasilkan
permulaan jalur yang terlibat dalam degenerasi neuron pada penyakit Parkinson.
Agregasi -synuclein secara jelas menurun dari inhibisi complex-I dan agregasi
semacam itu bisa juga menghambat atau membanjiri fungsi proteasomal. Jika inhibisi
complex-I merupakan inti patogenesis PD, maka dalam rangkaian kejadian yang dipicu oleh
agregasi -synuclein, peningkatan stress oksidatif, dan defisit sintesis ATP, semuanya itu bisa
mengganggu fungsi normal UPS. Inhibisi terhadap UPS akan menghasilkan akumulasi
protein di samping ditargetkan untuk degradasi, beberapa diantaranya bersifat sitotoksik,
yang dalam kombinasinya dengan bahaya oksidatif akan pasti mengakibatkan kematian
neuron dopaminergik. Parkin, UCH-L1, dan DJ1 terlibat dalam pemeliharaan fungsi UPS,
sementara PINK1, bersama dengan parkin dan DJ1, akan meregulasi fungsi normal
mitokondria; penyakit terkait mutasi dalam gen ini akan mengarah pada sekelompok kejadian
yang mengawali kematian neuron DA. Namun, jalur kejadian ini selain mengakibatkan
inhibisi proteasome tetapi dapat juga bolak-balik mengganggu fungsi mitokondria.
Pengamatan ini mengarah pada hubungan silang berderajat besar antara mitokondria dan
UPS, dan disfungsi pada masing-masing atau semua sistem akan mengarah pada poin akhir
yang umum dari degenerasi neuron DA.



Gambaran Patologi Anatomi pada Penyakit Parkinson
Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung
neuromelanin di dalam batang otak , khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang
menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.


Gambar . Lesi Substasia Nigra pada Penyakit Parkinson
Substansia nigra pada penderita penyakit Parkinson memperlihatkan depigmentasi
menyolok pada pars kompakta , menunjukkan degenerasi sel saraf yang mengandung
neuromelanin.
Dengan mikroskop elektron terlihat neuron yang bertahan hidup mengandung inklusi
eosinofilik sitoplasmik disertai halo ditepinya yang dikenal sebagai Lewy Body. Lewy body
ditemukan di nucleus batang otak tertentu biasanya mempunyai diameter > 15 cm , berbentuk
sferis dan inti hialin yang padat. Komponen struktural yang predominan pada Lewy body
terlihat berupa bahan filamen yang tersusun dalam pola sirkuler dan linear , kadang terjulur
kearah dari inti yang padat elektron. Lewy body bukan gambaran yang spesifik pada penyakit
Parkinson karena juga ditemukan pada beberapa penyakit neurodegeneratif lain yang langka.

GAMBARAN KLINIS
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang didapat
dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal atau kram otot,
distonia fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala
psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita parkinson :
1. Tremor
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal,
kadang kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil rolling).Pada sendi tangan fleksi
ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi ekstensi, pada kepala fleksi ekstensi atau
menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur tertarik tarik.Tremor terjadi pada saat
istirahat dengan frekuensi 4-5 Hz dan menghilang pada saat tidur.Tremor disebabkan oleh
hambatan pada aktivitas gamma motoneuron. Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya
sensitivitas sirkuit gamma yang mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik
halus. Berkurangnya kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang dipicu dari
tingkat lain pada susunan saraf pusat. Tremor pada penyakit Parkinson mungkin dicetuskan
oleh ritmik dari alfa motor neuron dibawah pengaruh impuls yang berasal dari nukleus
ventro-lateral talamus. Pada keadaan normal, aktivitas ini ditekan oleh aksi dari sirkuit
gamma motoneuron, dan akan timbul tremor bila sirkuit ini dihambat.
2. Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot protagonis
dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis dan otot antagonis
sewaktu gerakan.Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot
antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas
yang terlibat.
3. Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang
misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan pakaian atau
mengkancingkan baju, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak bibir dan lidah
menjadi lamban. Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan
gerakan spontan berkurang sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan
ludah berkurang sehingga ludah keluar dari mulut. Bradikinesia merupakan hasil akhir dari
gangguan integrasi dari impuls optik sensorik, labirin , propioseptik dan impuls sensorik
lainnya di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang
mempengaruhi alfa dan gamma motoneuron.
4. Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal
stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada.Hanya 37% penderita penyakit Parkinson
yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan
kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata,
pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
5. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta
mimik.Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit muka
seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
6. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil
dan rapat.Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
7. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke
dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak
melenggang bila berjalan.
8. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang
kecil dan khas pada penyakit Parkinson.Pada beberapa kasus suara mengurang sampai
berbentuk suara bisikan yang lamban.
9. Disfungsi otonom
Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif neuron
di ganglia simpatetik.Ini mengakibatkan berkeringat yang berlebihan, air liur banyak
(sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinensia dan adanya hipotensi ortostatik yang
mengganggu.
10. Gerakan bola mata
Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi menjadi sulit,
gerak bola mata menjadi terganggu.
11. Refleks glabela
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang.Pasien dengan
Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Disebut juga sebagai tanda
Mayersons sign
12. Demensia
Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson.Penderita banyak yang
menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya.Disfungsi visuospatial
merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan.Degenerasi jalur dopaminergik termasuk
nigrostriatal, mesokortikal dan mesolimbik berpengaruh terhadap gangguan intelektual.
13. Depresi
Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi.Hal ini dapat terjadi disebabkan kondisi
fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan,
kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan.Tetapi hal ini dapat terjadi juga walaupun
penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya.Hal ini disebabkan keadaan depresi
yang sifatnya endogen.Secara anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita
Parkinson terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron
norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin
yang letaknya diatas substansia nigra.
Diagnosis
Diagnosis berdasarakan anamnesi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap
kunjungan penderita :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi
hipotensi ortostatik.
2. Menilai respon terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diektensikan,
menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor atau rigiditas yang sangat, berarti
belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemmampuan fungsional, disini pasien disuruh menulis
kalimat sederhana dan menggambarka lingkaran-lingkaran konsetrasi dengan tangan kanan
dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandinga waktu follow up berikutnya.
Diagnosis penyakit parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria :
1. Secara klinis
- Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia
atau
- 3 dari 4 motorik : tremor, rigiditas, bradiknesia dan ketidakstabilan postural.
2. Kriteria Koller
- Diadapatkan 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor saat istirahat atau
gangguan refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang langsung 1 tahun atau lebih.
- Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal
1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.
3. Kriteria Gelb dan Gilman
- Gejala kelompok A (khas pada penyakit parkinson) terdiri dari :
1) Resting tremor
2) Bradikinesia
3) Rigiditas
4) Permulaan asimetris
- Gejala kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif, terdiri dari :
1) Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama.
2) Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun pertama.
3) Halusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun pertama.
4) Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama.
Diagnosis possible : terdapat paling sedikit 2 gejala kelompok A dimana salah satu
diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan tak terdapat gejala kelompok B, lama gejala
kurang dari 3 tahun disertai respon tak jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis.
Diagnosis probable : terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala kelompok A, dan tidak
terdapat gejala kelompok B, lama penyakit paling sedikit 3 tahun dari respon jelas terhadap
levodopa atau dopamine agonis.
Diagnosis pasti : memenuhi semua kriteria probable dan pemeriksaan histopatologis
yang positif.

Pemeriksaan penunjang
- EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
- CT scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalus eks
vakuo)
Komplikasi
Sebagian orang dengan Penyakit parkinson secepatnya akan mengalami dementia, suatu
kondisi yang meliputi gangguan memori dan kepribadian.
Kesulitan lain penyakit parkinson meliputi :
Kesukaran mengunyah dan menelan.
Gangguan kencing.
Konstipasi.
Gangguan Tidur.
Kelainan fungsi seksual.


PENGOBATAN
Dari waktu ke waktu, keuntungan obat sering mengurangi atau menjadi kurang konsisten,
walaupun gejala pada umumnya dapat dikendalikan cukup baik. Dokter dapat
merekomendasikan perubahan gaya hidup seperti fisioterapi dan diet sehat.
Fisioterapi terutama sangat menolong untuk orang-orang dengan Penyakit parkinson pada
tahap awal dan dapat membantu meningkatkan mobilitas dan cakupan gerakan otot.
Farmakologi
Levodopa. Dipertimbangkan sebagai terapi gold standar untuk Penyakit parkinson.
Levodopa adalah suatu unsur alami yang ditemukan dari tumbuhan dan binatang. Dopamin
tidak dapat melewati sawar darah otak, tetapi prekursor Levodova dapat melewatinya
sehingga dapat diubh menjdi dopamin dalm otak. Peningkatan dopamin dalam sel dapat
mengurangi gejala Penyakit parkinson, tetapi dengan berlalunya waktu, efek samping
levodopa dapat meningkat dan memerlukan penyesuaian dosis.
Dopamine agonists. Tidak sama dengan levodopa, sebagai gantinya meniru efek dopamine
di dalam otak dan menyebabkan neurons bereaksi seolah-olah jumlah dopamine cukup.
Dopamine agonis digunakan baik sebagai tambahan yang berarti pada
therapy
levodopa dan juga pada awal Penyakit parkinson, terutama pada orang dewasa muda. Efek
samping dopamine agonis adalah sama dengan levodopa, mungkin menyebabkan pergerakan
tanpa disengaja dan menyebabkan halusinasi atau sleepiness.
Selegiline (Atapryl, Carbex, Eldepryl). Obat ini dinggunakan sebagai suatu tambahan yang
berarti untuk therapy levodopa, dengan tujuan mencegah penguraian kedua-duanya menjadi
dopamine dan dopamine membentuk levodopa. Dengan menghambat aktivitas enzim
monoamine oxidase B (MAO-B), enzim yang memetabolisme dopamine di dalam otak.
COMT Inhibitor. Obat ini memperpanjang efek levodopa dengan menghambat suatu enzim
yang memecah dopamine didalam hati dan organ lain. Tolcapone (Tasmar) adalah suatu
penghambat COMT yang kuat dengan mudah menyeberang blood-brain-barier. Tetapi
Tasmar dihubungkan dengan kerusakan hati dan kegagalan hati.
Anticholinergics. Obat ini adalah perawatan yang utama untuk Penyakit parkinson sebelum
levodopa. Secara umum, membantu pendalian tremor pada awal penyakit. Antcholinergics
dapat juga menyebabkan permasalahan mental, mencakup gangguan memori, kebingungan
dan halusinasi. Sejumlah obat anticholinergic seperti trihexyphenidyl (Artane) dan
benztropine (Cogentin). Obat anti alergi Diphenhydramine (Benadryl) dan antidepressants
seperti amitriptyline (Elavil) bekerja seperti anticholinergics dan mungkin digunakan orang
dewasa lebih tua.
Amantadine (Symmetrel, Symadine). Obat Antiviral ini mungkin ditentukan untuk orang-
orang pada Penyakit parkinson lanjut, terutama jika mereka mempunyai masalah dengan
gerakan tanpa disengaja yang diebabkan oleh levodopa (dyskinesia). Efek samping
meliputi mata kaki bengkak dan bintik kulit berwarna ungu.
Coenzyme Q-10. Struktur kecil di dalam sel merangsang mitochondria yang penting bagi sel
untuk bekerja secara normal. Salah satu dari unsur ini adalah coenzyme Q-10, yang
mengangkut elektron selama proses pernapasan selular dimana sel mendapatkan energi
mereka dari oksigen. Orang-Orang dengan Penyakit parkinson mempunyai coenzyme Q-10
yang rendah.


Non-Farmakologi
Prosedur berhubungan dengan pembedahan biasanya digunakan untuk Penyakit parkinson
yang tidak respon dengan pemberian levodopa dan therapi obat lain. Pendekatan pembedahan
sedang di evaluasi kembali. Prosedur yang berikut mungkin suatu pilihan ketika gejala tidak
bisa dikendalikan dengan pengobatan.
Thalamotomy. Prosedur ini telah digunakan bertahun-tahun untuk mengurangi tremor pada
orang-orang dengan Penyakit parkinson, walaupun kurang menolong untuk aspek
parkinsonism. Thalamotomy melibatkan mengangkat sejumlah jaringan kecil didalam
thalamus untuk meneruskan pesan dan memancarkan sensasi. Pmbedahan dapat
menyebabkan gangguan suara dan kadang-kadang tidak terkoordinasi. Karena alasan itu,
pada umumnya dilaksanakan pada satu sisi otak, dengan manfaat terbatas pada satu sisi
badan.
Pallidotomy. Telah ada perbaharuan pallidotomy karena meningkatnya teknik imaging yang
dapat membantu ahli bedah untuk menunjukkan dengan tepat area untuk lakukan
pallidotomy dengan ketepatan yang lebih besar. Dalam memeriksa prosedur ini, suatu arus
elektrik digunakan untuk menghancurkan jumlah kecil jaringan dalam pallidum (globus
pallidus), bagian dari otak yang bertanggung jawab pada banyak gejala Penyakit parkinson.
Pallidotomy dapat meningkatkan tremor, kekakuan dan pergerakan lambat dengan
penghambatan saluran antara globus pallidus dan thalamus. Sangat menolong membalas
pergerakan yang tanpa disengaja yang disebabkan oleh obat.
Stimulasi Otak. Menanamkan alat stimulasi Otak dapat membantu mengendalikan
goncangan dan menggigil disebabkan oleh Penyakit parkinson. Stimulator otak terdiri dari
suatu unit yang ditanamkan pada dinding yang memancarkan rangsangan gerakan elektris
melalui suatu kawat ke electroda kecil menempatkan suatu struktur jauh di dalam otak.
Struktur ini, inti subthalamic, mengendalikan aspek fungsi motor.

PROGNOSIS
Penyakit parkinson adalah penyakit kronis dan progresif yang lambat laun akan menuju
kepada kelumpuhan. Tremor merupakan gejala utama yang di keluhkan pada sebagian besar
pasien parkinson tetapi pada beberapa orang ada gejala gejala lain selain tremor yang
merupakan gejala utama. Tidak seorang pun dapat meramalkan gejala yang mana yang sangat
mempengaruhi pasien karena intensitas dari gejala dan variaso pada setiap orang berbeda-
beda.
6

PENCEGAHAN
Disini Modern Cancer Hospital Guangzhou (Pusat Penelitian dan Pusat Perawatan Sel Induk)
akan menjelaskan secara singkat tentang pencegahan Parkinson.
1.Kehidupan sehari-hari, pertama kita harus mengatur tatanan kehidupan kita setiap harinya,
tidur tepat waktu, bangun tidur tepat waktu, jangan begadang, bekerja dan beristirahat sesuai
waktu.
2.Dalam melakukan pengobatan pasien harus keyakinan yang baik terhadap mentalitas dan
rehabilitasi. Pasien harus memiliki sikap dan keyakinan yang positif dan optimis dalam
melakukan pengobatan, mengurangi beban pada jantung.Hindari kelelahan mental.Tekanan
mental dengan menggunakan otak secara berlebihan dapat menyebabkan reseksi awal pada
sel-sel otak.
3.Menghindari dingin, anti-dingin, resistensi pada pasien Parkinson sangat kurang, pilek
tidak hanya akan menyebabkan kambuhnya penyakit bahkan memperburuk situasi, akan
mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit.
4. Memperhatikan olahraga yang teratur, olahraga dapat meningkatkan kebugaran fisik, tapi
tidak melakukan olahraga secara berlebihan, terutama pada pasien Parkinson dengan
melakukan gerakan yang berlebihan akan memperburuk gejala Oleh karena itu, pasien harus
memilih sesuai dengan situasi mereka sendiri yang akan membantu memulihkan dengan
melakukan olahraga sehat. Pasien dengan penyakit berat atau pasien terbaring di tempat tidur
dalam jangka panjang, harus diberikan massage yang tepat untuk mencegah terjadinya luka
yang disebabkan oleh baring.
5.Memperhatikan berbagai infeksi, mempertahankan hidup yang teratur, harus makan
makanan yang kaya akan protein seperti: ayam, bebek, ikan, daging tanpa lemak, tahu,
kedelai, telur, protein nabati dan protein hewani serta buah-buahan dan sayuran segar, nutrisi
sangat penting bagi pasien, memperhatikan daya cerna makanan.
6.Memperhatikan pola makan, pasien penyakit Parkinson lebih terkait dengan terjadinya
disfungsi otonom, mudah sembelit, pola makan yang ringan, banyak makan makanan berserat
kasar dan makan semangka, pisang dan buah-buahan lain yang memiliki efek pencahar.
Selain itu, obat dopa tidak hanya untuk perut kosong, seperti telur, daging dan makanan yang
kaya akan protein lainnya yang baik untuk dimakan pada malam hari, sehingga tidak
mempengaruhi khasiat obat.
7. Menghindari memasak dengan menggunakan panci aluminium. Dalam kehidupan sehari-
hari, yang terbaik adalah tidak menggunakan panci aluminium untuk memasak, karena
dekomposisi ion aluminium akan disimpan dalam sel, mempercepat penurunan sel.

Daftar Pustaka
1. Mardjono M,Sidharta.P, Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian rakyat, Jakarta
2000.hal 60-1.
2. Mansjoer A, Wardhani WI, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, Penerbit
Media Aesculapius FK UI, Jakarta, 2000.hal 60-1
3. Price.S, Wilson L, Patofisiologi,Edisi 4, Buku 2 Penerbit EGC,Jakarta 1995.hal 991-5
4. http://www.Parkinson`sdesease-mayoclinic_com9.htm
5. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=4&iddtl=326&UID=200510
02173735222.124.4.139
6. http://www.ninds.nih.gov/disorders/parkinsons_disease/parkinsons_disease.htm

You might also like