You are on page 1of 34

FITRIYANA HENDRIANY

VONI AYUNITA
LILA SANDY ISMAIL
Kamis, 10 Mei 2012

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI RSUD H. SYAMSUDIN, SH SUKABUMI
NESTESI PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE II
Pembimbing: Dr. Indra K Ibrahim, Sp.An
LAPORAN KASUS
A
IDENTITAS
Nama : Tn. PH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 48 tahun
Alamat : Kp. Cicau Sukaraja Sukabumi
No. CM : A088093
BB : 58 kg
TB : 160 cm
Bayar : Jamkesmas
Diagnosa : Batu Pyelum Dextra
Dokter : Dr. Abusurur, Sp.U



Pasien , 48 tahun dengan batu pyelum dextra pro
extended pyelitotomy dextra

Alergi (-), asma (-), batuk (-), pilek (-), demam (-),
muntah (-), mencret (-), riwayat TB (-), riwayat stroke
(-), hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (+), pasien
didiagnosa diabetes mellitus oleh dokter Sp.PD
tanggal 17 April 2012, saat pertama pemeriksaan, gula
darah sewaktu 280 mg/dl disertai adanya keluhan
sering haus, sering lapar dan sering bangun pada
malam hari untuk buang air kecil (frekuensi lebih
dari 5 kali dalam satu malam), gigi goyang (-), gigi
palsu (-), riwayat operasi sebelumnya (-)


Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
TD : 140/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36
0
C
RR : 20 x/menit


Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), Reflek cahaya (+), isokor
Hidung : Septum nasi ditengah, sekret (-/-)
Mulut : Malampati I , buka mulut 4 jari
pasien, mukosa lembab, hiperemis(-)
Leher : TMD 7 cm, KGB (-)



Paru
Inspeksi : simetris, gerakan dinding dada sama dada
kiri dan kanan
Palpasi : NT (-/-), vocal fremitus sama dada kiri dan
kanan
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : kanan linea sternalis dextra
Kiri linea mid clavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II murni, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi: Datar, bekas luka (-), bekas operasi (-), massa (-)
Palpasi: NT (-), hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Perkusi: Timpani keempat kuadran
Auskultasi: Bising Usus (+) normal

Punggung : deformitas (-), skoliosis (-), lordosis (-)
Ekstremitas
Akral hangat
Edema (-/-)
RCT < 2 detik

Tahanan :


5 5
5 5
Pemeriksaan Penunjang
7 Mei 2012
Hb : 10,9 g/dl
Leukosit : 7400 / ul
Trombosit : 260.000 / ul
Ht : 31,2 %
LED : 15/34 mm/1 jam
Waktu perdarahan : 2 00 menit
Waktu pembekuan : 7 00 menit
GDS (j. 15.00) : 120,9 mg/dl
Ureum : 32,4 mg/dl
Kreatinin : 1,16 mg/dl

Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit
Na : 141, 5
K : 3,88
Ca : 9,0
Cl : 106,2

Radiologi Tanggal : 19/04/2012
Foto thoraks:
Kesan : tidak tampak cardiomegali
Tidak tampak KP aktif
EKG : Sinus Rythm

OBAT
Metformin 3 x 500 mg

ADVIS
Periksa Gula Darah Sewaktu tanggal 8
Mei 2012 jam 06.00 pagi.
Sedia darah PRC 500 cc
Puasa jam 2 malam


Intraoperasi
Tanggal : 08-05-2012
Keadaan Prabedah
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/90 mmHg
Nadi : 111 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 37
0
C
GDS jam 06.00 : 155 mg/dl
Rontgen thoraks : Tidak tampak cardiomegali dan tidak
tampak KP aktif
Status Fisik : ASA II


Anestesi Umum:
Posisi : Lateral
Premedikasi : - Ondancentron 4 mg
- Ranitidine 30 mg
Teknis Anestesi : ETT no 7,5
Anestesi dengan : O2 + N2O + Halotan
Respirasi : Controlled

Medikasi
Fentanyl 60 mg
Propofol 150 mg + 20 mg
Atracurium 40 mg
Sulfat Atropin 0,25 mg
Asam Tranexamat 500 mg
Carbazochrome 50 mg
Ketorolac 50 mg
Furosemid 10 mg
Cairan
Ringer Lactat 300 ml (terpasang dari
bangsal)
NaCl 0,9 % 500 ml + Chrome 50 mg +
Asam Tranexamat 500 mg
Wida HES 500 ml
NaCl 0,9 % 500 ml
Ringer Lactat 500 ml
Cairan yang diberikan selama operasi
= 2300 ml

Terapi Cairan, Laki-laki , BB 58 kg
Maintenance
4 x 10 kg = 40
2 x 10 kg = 20
1 x 38 kg = 38
Jumlah 98 ml/jam

Pengganti Puasa = maintenance x lama puasa
= 98 x 8 jam
= 784 ml
Medium tissue trauma (4cc/kgBB/jam)
BB x 4 cc/kgBB/jam
= 4 x 58 kg/jam
= 232 cc/jam

Cairan Perioperatif
Jam pertama = (1/2 x puasa) + maintenance + IWL
= (1/2 x 784) + 98 + 232
= 392 + 98 + 232
= 722 cc
Jam kedua = (1/4 x puasa) + maintenance + IWL
= (1/4 x 784) + 98 + 232
= 196 + 98+ 232
= 526 cc
Jam ketiga= (1/4 x puasa) + maintenance + IWL
= (1/4 x 402) + 67 + 185
= 196 + 98 + 232
= 526 cc

Lama Pembedahan 2,5 jam
Total Cairan Perioperatif ( 722 ml + 526 ml + (526ml) = 1511 ml

Perdarahan intraoperatif = 15 kasa
kecil dan 350 cc pada suction
(15x10cc) + 350 cc : 500 ml
Total : 1511 ml + 500 ml = 2011 ml
Selisih = 2300 ml 2011 ml = 289 ml


Keadaan Pasca Bedah
KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TandaVital :
TD : 150 /60 mmHg
Nadi : 110 x/mnt
RR : 18 x/mnt
Suhu : afebris

Intruksi Pasca Bedah
Kontrol Tekanan darah, nadi, respirasi tiap
15 selama 6 jam
O2 via nasal kanul 2 liter/menit
Puasa sampai BU (+) normal (4 jam post
operasi)
Analgesik drip ketorolac 30 mg 2 ampul
dalam Nacl 0,9 % 500 ml 20 tpm
Analgetik bolus intravena (ketorolac 30 mg)
dapat diulang setiap 8 jam.
Periksa Darah Rutin (Hb, Leukosit, Trombosit,
GDS, Ureum, Kreatinin) dan Elektrolit (Na, K)
Bila Hb < 8 g/dl, transfusi


Anestesi pada pasien dengan
diabetes mellitus tipe 2
Tinjauan pustaka
DEFINISI
Diabetes mellitus adalah penyakit
kronik yang disebabkan oleh defisiensi
insulin ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam plasma
Diabetes
mellitus
Dm tipe i Dm tipe ii
klasifikasi
LIVER
Insulin supply or action
-
+
The Pathophysiology of Type 2 DM
+
Glikogenolisis
Glukoneogenesis
FFA
HGP
Glukosa
LIPOLYSIS
ADIPOSE TISSUE
PANCREAS
LACTIC ACID
Glukosa
Glikogen
KRITERIA DIAGNOSIS

Gejala diabetes (+) konsentrasi glukosa plasma
sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/k), didefinisikan
sebagai setiap saat tanpa memperhatikan waktu
terakhir makan

Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dl (7,0
,mmmo/L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada
asupan kalori dalam 8 jam terakhir

Kadar glukosa plasma 2 jam setelah minum 75
gram glukosa oral pada tes toleransi glukosa oral
200 mg/dl


Pembedahan
Respon katabolik
Peningkatan sekresi
katekolamin, glukagon,
kortisol dan penurunan
sekresi insulin
Hiperglikemia,
penurunan penggunaan
gula darah, peningkatan
glukoneogenesis,
katabolisme protein
Sekresi peptida seperti
interleukin I dan berbagai
hormon termasuk growth
hormon dan prolaktin
Analgesia epidural tinggi
dapat menghambat respon
katabolik terhadap
pembedahan dengan cara
blokade aferen dan saraf
otonom
EFEK PEMBEDAHAN DAN PEMBIUSAN
PADA METABOLISME
FAKTOR RESIKO UNTUK PASIEN BEDAH
DIABETES MELLITUS

Penelitian menunjukkan bahwa pembedahan
pada pasien diabetes dapat meningkatkan
mortalitas sampai 10 kali, yang disebabkan oleh:
Sepsis
Neuropati autonomik
Komplikasi aterosklerosis (penyakit arteri
koroner, stroke, penyakit pembuluh darah
perifer)
Ketoasidosis dan koma hiperglikemik
hiperosmolar

PENILAIAN PRABEDAH

Penilaian laboratorium dasar yang mencakup
gula darah puasa, elektrolit, ureum, kreatinin,
dan EKG

Komplikasi kardiovaskuler (penyakit arteri
koroner, gagal ginjal kongestif, hipertensi)
hendaknya diatasi dahulu karena berkaitan
dengan meningkatnya mortalitas pada pasien
diabetes mellitus

PENGARUH OBAT ANESTESI PADA
PENDERITA Diabetes Mellitus

Pengaruh propofol pada sekresi insulin tidak
diketahui. Pasien-pasien diabetik menunjukkan
penurunan kemampuan untuk membersihkan
lipid dari sirkulasi. Meskipun hal ini tidak relevan
selama anestesia singkat jika propofol
digunakan untuk pemeliharaan atau hanya
sebagai obat induksi

Ketamin menunjukkan peningkatan kadar
gula akibat efek simpatomimetiknya
PENGARUH OBAT ANESTESI PADA
PENDERITA Diabetes Mellitus

Penggunaan halotan cukup memuaskan
karena kurang pengaruhnya terhadap
hormon, pertumbuhan, peningkatan kadar gula
atau penurunan kadar insulin

Enfluran dan isofluran tak nyata pengaruhnya
terhadap kadar gula darah
TEKNIK ANESTESIA PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS

Penggunaan spinal, epidural, spiangnik dan
blokade regional yang lain dapat mengatur sekresi
hormon katabolik dan sekresi insulin residual

Anestesia regional dapat memberikan risiko yang
lebih besar pada pasien diabetes dengan neuropati
autonomik

Risiko infeksi dan gangguan vaskular dapat
meningkat dengan penggunaan teknik regional pada
pasien diabetes. Abses epidural lebih sering terjadi
pada anestesia spinal dan epidural
KONTROL METABOLIK PERIOPERATIF

Pembedahan pada penderita DM tipe II tidak
meningkatkan risiko sehingga hanya membutuhkan
sedikit perubahan terapi yang sudah ada sebelumnya

Untuk bedah yang relatif kecil, jangan diberikan
obat anti diabetes oral kerja pendek pada hari operasi,
dan obat kerja lama 2 hari sebelum pembedahan

Untuk bedah besar, dosis kecil insulin mungkin
dibutuhkan untuk mengontrol kadar gula darah dan
glikosuria
PERAWATAN PASCA BEDAH

Infus glukosa dan insulin harus tetap
diteruskan sampai kondisi metabolik pasien
stabil dan pasien sudah boleh makan

Infus glukosa dan insulin dihentikan hanya
setelah pemberian subkutan insulin kerja
pendek

Setelah pembedahan besar, infus glukosa
dan insulin harus diteruskan sampai pasien
dapat makan makanan padat

You might also like