You are on page 1of 12

Toleransi Beragama dalam Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Agama Islam

Disusun Oleh
Kelompok 6
1. Fatikhatul K Ika S (21030111120001)
2. Amelia Miranty (21030111120002)
3. Gilas Gigih Prasetyo (21030111120003)



JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

BAB I
LATAR BELAKANG

Toleransi adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok-kelompok masyarakat
yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi
merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik
dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep
yang jelas. Tidak ada paksaan dalam agama , Bagi kalian agama kalian, dan
bagi kami agama kami adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain
ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah
hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu
menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.
Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya
kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka.
Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan
pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam
masyarakat Islam.
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia,
tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan
makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama
dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi
beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia
terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik
sehingga menyedot perhatian besar dari Islam. Makalah berikut akan mengulas
pandangan Islam tentang toleransi.
BAB II
PERMASALAHAN

Permasalahan toleransi beragama memang selalu menarik untuk dibahas.
Terlihat sepele namun di dalamnya menyimpan pertautan emosi keberagamaan
yang cukup pelik. Hal ini bisa kita buktikan dari banyaknya kasus dan kejadian di
masyarakat di negara kita yang notabene mengakui lima agama (Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, dan Budha) namun ternyata masih saling bersitegang satu sama
lain dalam menjaring pengikutnya.Toleransi dan kerukunan antar umat beragama
sering terganggu karena usaha penyebaran agama yang agresif.
Permasalahan terjadi pada toleransi dalam agama islam dikarenakan
beberapa kendala yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan umat
beragama di Indonesia dan solusi untuk masyarakat menghadapi permasalahan
atau kendala dalam mencapai kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN

Akhir-akhir ini merebak konflik berlatar belakang identitas, dan yang
terlihat paling dominan adalah konflik identitas agama. Dalam melihat konflik
yang selama ini terjadi perlu adanya sebuah pemahaman komprehensif terkait
dengan konflik tersebut. Konflik yang tampak dari luar disebabkan oleh identitas
agama, jika dianalisis mendalam mungkin saja disebabkan oleh faktor-faktor
lainnya, dan agama hanya menjadi bumbu semata.
Berbagai kekerasan bernuansa agama itu sesungguhnya tidak berdiri
sendiri tetapi berjalin berkelindan dengan berbagai faktor lain, baik ekonomi,
sosial-budaya, politik, ketidak adilan, frustasi, marginalisasi serta persoalan
agama itu sendiri. Tetapi yang jelas, agama dijadikan alat untuk justifikasi
berbagai kekerasan tersebut, sehingga agama ikut andil didalamnya. Sebab agama
(pada kenyataannya) merupakan media yang sangat efektif untuk memicu dan
mengobarkan emosi massa untuk melakukan berbagai tindak kekerasan. Hal yang
paling disorot saat ini yaitu agama kita, agama islam , banyak yang
mengatasnamakan islam dalam kekacauan yang terjadi di Indonesia
Mengapa bisa demikian, bukankah toleransi sepenuhnya diharuskan oleh
Islam. Islam secara definisi adalah damai, selamat dan menyerahkan diri.
Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah Islam agama
rahmatan lillamn (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa
Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan
dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa
keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah,
karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Quran Allah berfirman yang
artinya, dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada
seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS.
Yunus; 99-100)
Konsep toleransi dalam agama islam
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis
serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah)
dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan
umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain
terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan
Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka
kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah barang baru, tetapi sudah
diaplikasikan dalam kehidupan sejak zaman Rasulullah.
Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,
Rasulullah saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah,
maka beliau menjawab: al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh
toleransi), itulah agama Islam.
"Suatu hari ketika kaum kafir Quraisy sudah merasa putus asa untuk
menghentikan dakwah/ajaran yang disampaikan Muhammad SAW (Islam), maka
akhirnya mereka menawarkan kepada Muhammad agar Muhammad mau berbagi
waktu untuk menyembah Tuhan mereka, dengan artian hari ini mereka
Muhammad dan kaum kafir) menyembah Allah dan besoknya mereka mereka
juga menyembah tuhan orang kafir atau berhala. Maka Allah menurunkan ayat
kepada Muhammad sebagai jawaban atas tawaran orang kafir itu, itulah Surat Al-
kafirun : 1-6."
1. Katakanlah," Hai orang-orang kafir !
2. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah.
5. Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Bagimu agamamu dan untukku agamaku".
Ayat ini sering dipakai sebagai landasan tentang konsep toleransi dalam
Islam. Toleransi artinya membiarkan, jadi toleransi beragama artinya membiarkan
orang lain memeluk/mengamalkan agama menurut kepercayaannya masing-
masing. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas
menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau
dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya
peraturan yang mengikat. Toleransi juga bukan berarti menyamakan ibadah kita
dengan agama lain dalam hal cara, waktu dan sebagainya. Akan tetapi, toleransi
beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-
agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama
masing-masing.
Jadi sangatlah jelas bahwa Allah melarang Rasul-Nya untuk bertoleransi
dalam masalah aqidah dan syariah kepada orang non muslim. Ayat ini juga
menegaskan bahwa dalam menjalankan toleransi beragama itu ada batasan-
batasan yang harus ditaati, seperti dalam urusan Ibadah jelas ada perbedaan
antara agama Islam dengan agama selainnya dan sekaligus menegaskan tidak
boleh menyamakan agama. Akan tetapi Islam mengakui keberadaan agama lain,
dan menyuruh kepada seluruh muslim agar menghargai dan menghormati
pemeluk agama lain, dan sama-sama menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat
yang damai dan aman.
Meskipun Allah mewajibkan kita untuk mengakui dan menghormati
beragam agama lain, namun tidak berlaku untuk pernikahan berbeda agama.
Pernikahan beda agama tidak dapat dikatakan sebagai hasil dari toleransi
beragama. Islam tidak pernah memaksa orang agar memeluk Islam, bahkan Islam
mengajarkan kepada pemeluknya agar tidak pernah mengganggu orang lain yang
berbeda dengan agamanya.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS. Al Baqarah; 256)
Umat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk agama lain
dalam aspek ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya. Islam tidak
membenarkan pemeluknya mencaci dan mengejek pemeluk agama lain karena itu
akan menimbulkan kebencian terhadap Islam itu sendiri. Dalam sejarah pun,
Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam telah memberi teladan mengenai
bagaimana hidup bersama dalam keberagaman.
Sesungguhnya ada jenazah yang lewat di hadapan Rasulullah kemudian Dia
berdiri menghormatinya. Kemudian, dikatakan padanya: Sesungguhnya jenazah
itu adalah orang Yahudi. Rasul menjawab: Bukankah dia juga manusia?.
(HR. Imam Bukhari).
Dalam urusan dunia, Islam mengajarkan tolong menolong, saling
menghargai dan saling menghormati sesama manusia tanpa melihat status, agama
dan sukunya. Tapi dalam urusan Ibadah Islam menegaskan "Lakum dinukum
waliyadin" yang artinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku, yang maksudnya
adalah urusan agama/ibadah/keyakinan tidak bisa disamakan antara muslim
dengan yang lainnya.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.
Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang
pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir
yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati diantara
agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang
terikat dalam Piagam Madinah.
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan
perbedaan keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi.
Bahkan sikap ini dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai
contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Syuab al-Imam, karya
seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi, dikatakan: Siapa yang membongkar aib
orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari
pembalasan.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul
dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat
kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai
bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda. Artinya: Sebaik-baik
orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan:
Apa hati yang mahmum itu? Jawabnya : 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak
ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan:
Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : 'Orang-orang yang membenci
dunia dan cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya : 'Seorang
mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk
menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-
meliputi. Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak
lahir dari dalam hati. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang
untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material
maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi
(as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan muamalah
(hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallh).
Prinsip-prinsip peradaban kita dalam toleransi keagamaan
1. Agama-agama samawi (langit) semua bersumber dari satu Tuhan
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran :

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwariskanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu :
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu terpecah-belah tentangnya
(QS. Asy Syuura : 13).
2. Nabi-nabi adalah bersaudara, kaum muslimin wajib beriman kepada
mereka semua. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya :

Katakanlah (hai orang-orang mukmin) : Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim,Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya dan apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhan-Nya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.
(QS. Al Baqarah : 136)

3. Aqidah tidak dapat dipaksakan penganutannya, bahkan harus
mengandung kerelaan dan kepuasan. Allah sudah menerangkan kepada
kita :

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).. (QS. Al Baqarah
256)

Patutkah engkau hendak paksa manusia sampai mereka jadi Muminin
? (QS. Yunus: 99)

4. Tempat-tempat ibadah bagi agama-agama Ilahi adalah terhormat, wajib
dibela dan dilindungi seperti masjid-masjid kaum muslimin.

dan sekiranya tidak Allah melindungi manusia sebahagian dari
mereka dengan sebahagiannya, niscaya dirubuhkan tempat-tempat
pertapaan dan gereja-gereja Kristen dan tempat-tempat sembahyang
Yahudi dan masjid-masjid yang banyak disebut nama Allah padanya; dan
sesungguhnya Allah akan menolong siapa yang menolong (agama)-
Nya..
(QS. Al Hajj : 40).

5. Tidak selayaknya perbedaan dalam agama menyebabkan manusia saling
membunuh atau saling menganiaya satu sama lain. Bahkan kita harus
saling menolong dalam berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan. Allah
Taala menerangkan kepada kita :

Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.. (QS. Al Maidah : 2).

Adapun keputusan mengenai perselisihan di antara mereka, Allah
sendirilah yang menghakiminya kelak di hari kiamat.

Dan orang-orang Yahudi berkata : Orang-orang Nasrani itu tidak atas
sesuatu (jalan yang benar), dan orang-orang Nasrani berkata : Orang-
orang Yahudi tidak atas sesuatu (jalan yang benar), padahal mereka
membaca Kitab. Begitu juga orang-orang yang tidak mengetahui, berkata
seperti perkataan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara
mereka pada hari kiamat tentang apa-apa yang mereka perselisihkan.
(QS. Al baqarah ; 113).

6. Kelebihutamaan di antara manusia dalam kehidupan dan di sisi Allah
sesuai dengan kadar kebaikan dan kebajikan yang dipersembahkan
seseorang dari mereka untuk dirinya dan untuk sesamanya. Allah
berfirman :

..Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu..(QS. Al Hujurat : 13).

7. Perbedaan dalam agama tidak menghalangi kita dalam berbuat kebaikan,
silaturahmi, dan menjamu tamu.

Pada hari ini dihalalkan bagimu (barang) yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula bagi mereka). (Dan dihalalkan mengawini)
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang
beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al kitab sebelum kamu.. (QS. Al Maidah 5)

8. Jika manusia berselisih pendapat mengenai agama-agama mereka maka
mereka boleh berdebat satu sama lain dengan cara yang paling baik dan
dalam batas-batas kesopanan, dengan argumentasi dan memberikan
kepuasan (kemantapan).

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara
mereka.. (QS. Al Ankabut : 46)
Kita juga tidak boleh mencela lawan yang berselisih atau mencaci aqidah
mereka meskipun mereka kaum paganis (penyembah berhala). Hal ini
diutarakan dalam Al-Quran :

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan..
(QS. Al anam 108)
Faktor timbulnya masalah konflik masyarakat beragama
1. Perbedaan yang ada salah dipahami dan salah disikapi, dan tidak dilihat
dan ditanggapi secara positif serta tidak dikelola dengan baik dalam
konteks kemajemukan.
2. Fanatisme yang salah. Penganut agama tertentu menganggap hanya
agamanyalah yang paling benar, mau menang sendiri, tidak mau
menghargai, mengakui dan menerima keberadaan serta kebenaran agama
dan umat beragama yang lain.
3. Umat beragama yang fanatik (secara negatif) dan yang terlibat dalam
konflik ataupun yang menciptakan konflik adalah orang-orang yang pada
dasarnya :
kurang memahami makna dan fungsi agama pada umumnya;
kurang memahami dan menghidupi agamanya secara lengkap, benar,
mendalam;
kurang matang imannya dan takwanya;
kurang memahami dan menghargai agama lain serta umat beragama
lain;
kurang memahami dan menghargai hakekat dan martabat manusia;
kurang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang universal, terutama hati
nurani dan cinta kasih.
kurang memahami dan menghidupi wawasan kebangsaan dan
kemasyarakatan yang khas Indonesia, yakni kerukunan, toleransi dan
persatuan dalam kemajemukan, baik pada tingkat nasional maupun
lokal.

Solusi untuk meningkatkan toleransi beragama
1. Mengembangkan Dialog atau komunikasi timbal balik, yang dilandaskan
pada kesadaran akan :
adanya kesamaan maupun perbedaan yang tak dapat diingkari dan
disingkirkan, sesuai hakekat atau harkat dan martabat manusia
adanya kesamaan nilai-nilai serta permasalahan dan kebutuhan yang
universal, yang berkaitan dengan kemanusiaan, seperti kebenaran,
keadilan, HAM, persaudaraan dan cinta kasih.
adanya fakta kehidupan bersama dalam kemajemukan serta hubungan
dan ketergantungan satu sama lain.
mutlak perlunya kerukunan dan damai sejahtera, persatuan dan
kerjasama dengan prinsip keadilan, saling menguntungkan, saling
menghargai, saling terbuka dan saling percaya.
2. Mengevaluasi dan memperbaiki sistem dan bobot pendidikan dan
pembinaan, baik yang khas keagamaan maupun yang bukan khas atau
yang bersifat umum, untuk menambah pengetahuan, mematangkan iman,
meningkatkan moral dan spiritual, memantapkan kepribadian,Sasaran
pendidikan dan pembinaan bukan hanya pada aspek intelektual dan
ketrampilan, tetapi juga pada budi pekerti dan hati nurani (moral dan
spiritual) sertaemosionalitas dan perilaku, pola pikir dan pola hidup.
3. Mencermati, mengevaluasi dan membaharui doktrin dan praktek-praktek
keagamaan yang terlalu atau bahkan hanya formal dan ritualistik
belakaagar lebih fungsional atau berdaya-guna secara tepat dan
efektif bagi pemantapan kwalitas diri dan kehidupan penganutnya pada
khususnya maupun masyarakat pada umumnya.
4. Mengembangkan hidup bersama, kegiatan bersama dan kerjasamasecara
proporsional yang dilandaskan pada kesadaran akan kebutuhan dan
ketergantungan satu sama lain sebagai konsekwensi hidup bersama serta
kesamaan martabat dan hak sebagai manusia.







BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di
antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa,
budaya, politik, maupun agama. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama,
Islam memiliki konsep yang jelas. Tidak ada paksaan dalam agama , Bagi
kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami adalah contoh populer dari
toleransi dalam Islam.
Negara kita mengakui lima agama (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan
Budha) namun ternyata masih saling bersitegang satu sama lain dalam menjaring
pengikutnya.Toleransi dan kerukunan antar umat beragama sering terganggu
karena usaha penyebaran agama yang agresif. Konflik yang tampak dari luar
disebabkan oleh identitas agama, jika dianalisis mendalam mungkin saja
disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, dan agama hanya menjadi bumbu
semata.
Toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam
keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-
kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian
muamalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak
boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk
mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati
keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-
haknya.
Pada intinya, Islam tidak mengajarkan toleransi dan kompromi dalam
masalah yang sifatnya itiqadiyyah (aqidah / prinsip) atau yang berkaitan dalam
masalah ukhrowi / akhirat seorang Muslim. Demikian semestinya toleransi
beragama itu diterapkan dimasyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama
Islam. Tidak sepantasnya kaum muslimin lalai dari segenap prinsip dan patokan
agamanya dalam bertoleransi.
Demikian sekilas tentang bagaimana Islam sebenarnya mengatur tentang
toleransi. Hendaknya kita berusaha terus mengkaji dan mensosialisakan konsep
toleransi dalam islam ini baik kepada sesama muslim atau kepada non muslim.
Harapannya ialah tiada lagi kesan yang muncul bahwa Islam itu intoleran dan
tidak ada lagi umat muslim yang menyalahartikan makna toleransi dalam islam.



DAFTAR PUSTAKA

http://stpakambon.wordpress.com/membangun-kerukunan-dan-toleransi-antar-
umat-beragama-di-maluku/
http://niahidayati.net/mengatasi-konflik-sosial-dengan-kearifan.html
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=956&res=jpz
http://majelismujahidin.com/2011/02/toleransi-atau-degradasi-agama/
file:///G:/ISU-
ISU%20PENDIDIKAN%20UMUM%20ISLAM%20%20konsep%20toleransi%20
Dalam%20Islam.htm
file:///G:/sukses%20dalam%20keikhlasan%20%C2%BB%20Blog%20Archive%2
0%C2%BB%20Kerukunan%20Antar%20Umat%20Beragama%20di%20Indonesi
a.htm
file:///G:/Ya%20Ibad%20%20Prinsip%20Toleransi%20Beragama%20dalam%20
Peradaban%20Islam.htm
file:///G:/TUGAS%20MAKALAH%20PENDIDIKAN%20KEWARGANEGARAAN
%20TOLERANSI%20BERAGAMA%20UNTUK%20MEWUJUDKAN%20NEGAR
A%20DEMOKRASI%20DAN%20MASYARAKAT%20MADANI%20DI%20INDO
NESIA%20%C2%AB%20zifazy.htm
file:///C:/Users/ggp/Downloads/Islam%20dan%20Toleransi%20-
%20Open%20Source%20Psikologi%20Islam.htm
http://garnet.blogdetik.com/2009/12/12/kerukunan-antar-umat-beragama-di-
indonesia/
http://www.anneahira.com/kerukunan-umat-beragama-di-indonesia.htm
http://lubisgroup.blogspot.com/2011/10/konsep-toleransi-dalam-islam.html
file:///C:/Users/ggp/Downloads/Toleransi%20Antar-
Umat%20Beragama%20dalam%20Pandangan%20Islam.htm
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/658

You might also like