You are on page 1of 79

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------



1
Konsolidasi Demokrasi
Kompilasi Hasil Workshop, Pertemuan Kerja Rutin
dan Pertemuan Nasional Forum Politisi





























Diterbitkan oleh : Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

d/a. Friedrich-Naumann-Stiftung
Jl. Rajasa II No. 7
Jakarta 12110
Telepon : 62-21-7256012; 7256013
Telefaks: 62-21-7203868
Email : sekretariat@forumpolitisi.org
Situs : http//www.forum-politisi.org

ISBN..


----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

2
Forum Komunikasi Partai Politik dan
Politisi untuk Reformasi


Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi (Forum Politisi) didirikan
sebagai forum bersama bagi para politisi dari berbagai partai politik. Tujuannya adalah
mendiskusikan dan mencari jawaban atas problemproblem yang dihadapi partai politik dan
parlemen, sekaligus mendesain sebuah agenda bersama untuk memperkuat partai politik dan
parlemen. Forum ini juga bertujuan meningkatkan kompetensi dan membangun saling
pengertian di antara para politisi dari berbagai partai politik. Selain itu juga mendorong
pembangunan politik dalam rangka mewujudkan kehidupan politik nasional yang lebih
transparan dan demokratis.

Forum Politisi didirikan pada tanggal 12 Mei 2005 di Jakarta, atas prakarsa beberapa anggota
DPR, yakni Hasto Kristiyanto dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP),
Choirul Sholeh dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), Nusron Wahid dari Fraksi Partai
Golkar (FPG) dan Zulkifli Hasan dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN). Mereka
selanjutnya bertindak sebagai core group.

Sejak didirikan, forum ini telah mengadakan berbagai macam aktivitas dalam rangka mencari
jawaban atas problem-problem yang dihadapi partai politik dan parlemen. Aktivitas tersebut
antara lain pertemuan kerja rutin, pelatihan (workshop), dan riset yang dilakukan bersama
para pakar. Juga wawancara dengan para pakar dan pejabat untuk membahas dan
mendiskusikan tema-tema penting bagi penguatan partai politik dan parlemen.

Tema-tema yang dipilih Forum Politisi sengaja tidak dikaitkan dengan isuisu politik aktual,
melainkan berdasarkan pada urgensi bagi penguatan partai politik dan parlemen. Tema-tema
bahasan pertemuan kerja rutin dan para nara sumbernya antara lain:

Model Pengembangan Partai Pro Rakyat, Syamsudin Haris, LIPI
Partisipasi Publik dalam Politik, Effendi Ghazali, Universitas Indonesia
Peningkatan Pengawasan Legislatif terhadap Eksekutif, Panda Nababan, FPDIP dan
Tommy Legowo, CSIS
Keuangan Partai, Luky Djani, ICW
Pengelolaan hubungan dengan Konstituen, Alvin Lie, FPAN
Penanganan Konflik Internal Partai, Ikrar Nusa Bhakti, LIPI
Rekrutmen dan Pelatihan Anggota, Marzuki Darusman, DPP Partai Golkar
Seleksi Kandidat dan Pimpinan Partai, Hasto Kristiyanto, PDIP dan Hermawi
Taslim, DPP PKB

Selain itu, forum juga telah membuat situs dengan alamat www.forum-politisi.org, yang
berfungsi sebagai sarana sosialisasi gagasan dan ajang pertukaran pikiran para politisi dari
berbagai level, daerah dan partai politik. Situs ini juga menampung masukan-masukan dan
aspirasi dari masyarakat .

Kegiatan Forum Politisi didukung oleh Friedrich-Naumann-Stiftung Jakarta yang peduli pada
proses demokratisasi di Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Jerman melalui Kedutaan
Besar Republik Federal Jerman di Indonesia.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

3

PRAKATA

Sudah saatnya Partai Politik berkompetisi untuk mengambil keputusan politik yang lebih
berpihak pada rakyat, untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan rakyat yang berkeadilan
sosial. Dalam konteks ini, kehadiran buku Konsolidasi Demokrasi yang merupakan
kompilasi hasil workshop, pertemuan kerja rutin serta pertemuan nasional Forum Politisi ini
perlu diberi apresiasi karena memuat berbagai isu pokok dan langkah-langkah transformasi
untuk memaknai konsolidasi demokrasi melalui penguatan partai Politik.

Ide dasar kelahiran Forum Politisi adalah untuk merespon berbagai kritik yang disampaikan
kepada partai politik dan parlemen. Selama kurang lebih sepuluh bulan keberadaannya,
Forum ini telah menyelenggarakan workshop dan diskusi politik setiap 2 (dua) minggu sekali
untuk membahas berbagai isu penting yang terkait dengan penguatan partai, mendiskusikan
strategi bersama menghadapi deparpolisasi, merumuskan gagasan memperkuat partai politik
melalui desain peraturan partai dan pengembangan internal partai politik.

Setelah berdiskusi secara intensif tentang berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini,
Forum menyimpulkan bahwa masalah pokok yang dihadapi adalah ketidak-jelasan arah yang
ditempuh bangsa. Suatu bangsa akan survive jika memiliki tradisi membangun kekuatan
demokrasi melalui penguatan sistem dan institusi demokrasi untuk mencapai hidup yang
lebih baik.

Pertemuan Nasional Forum Politisi yang diselenggarakan pada tanggal 2-4 Desember 2005
telah mendikusikan berbagai upaya untuk mendorong partai politik agar semakin dapat
mempertanggungjawabkan seluruh keputusan politik yang diambil, khususnya melalui
pelaksanaan fungsi Partai dan fungsi Parlemen di bidang legislasi, anggaran dan pengawasan.
Melalui pertemuan tersebut telah didiskusikan 6 (enam) perspektif pengembangan Partai
Politik dan Parlemen, mencakup perspektif keuangan partai, hubungan konstituen, rekrutmen
anggota partai dan seleksi kandidat legislatif, pengembangan internal partai, peningkatan
kinerja parlemen, serta resolusi konflik internal partai.

Pembahasan 6 (enam) perspektif di atas diharapkan akan menjadi bagian dari tradisi
membangun Partai Politik dan Parlemen. Di sisi lain, kami juga ingin mendorong adanya
diferensiasi partai dari aspek praksis ideologis; diferensiasi atas karakter, sejarah dan basis
massa yang melatarbelakangi lahirnya partai politik. Semua diferensiasi parpol tersebut harus
disertai dengan tatanan dan nilai-nilai yang menjadi dasar pelaksanaan seluruh program
Partai.

Forum ini juga ingin mendorong kesadaran akan pentingnya moralitas seorang politisi, yakni
satunya kata dan perbuatan, dan komitmen yang kuat terhadap kepentingan bangsa dan
negara sebagai titik tolak atas muara berbagai kepentingan yang ada. Seorang politisi harus
memberikan tauladan bagi masyarakat melalui perilaku politiknya.

Forum mencatat bahwa perubahan fundamental atas sistem politik di Indonesia telah terjadi
secara luar biasa. Namun Forum juga melihat bahwa seluruh proses reformasi yang terjadi
masih menyisakan pekerjaan rumah yang berat, yaitu bagaimana membangun tradisi
kehidupan politik yang lebih berkeadaban melalui konsolidasi demokrasi dalam hal ini
melalui penguatan partai politik dan parlemen sebagaimana digunakan untuk judul buku
ini. Forum menyadari bahwa sistem penyelenggaraan kekuasaan negara yang disepakati
hendaknya adalah sistem yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

4

Harapan kami, buku ini dapat memberikan input dan berguna bagi perbaikan partai. Kita
tentu tidak ingin membiarkan apatisme politik berkembang di masyarakat. Karenanya,
kemauan untuk melakukan otokritik hendaknya menjadi tekad kita bersama, untuk
mengembalikan tradisi kehidupan kepartaian yang sarat dengan semangat kebangsaan dan
semangat membangun kapabilitas nasional kita. Buku ini adalah bagian dari energi positif
untuk menempatkan Partai pada posisi terhormat karena komitmen kerakyatannya.

Akhirnya, atas nama Forum Politisi, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi bagi terbentuknya dan terlaksananya kegiatan-kegiatan Forum selama
sepuluh bulan keberadaannya. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuannya, baik langsung maupun tidak langsung, yakni:
para kolega dan rekan politisi core group maupun sekretariat yang telah bekerja keras
dengan ketekunan dan dedikasi yang tinggi; para narasumber yang memberikan kontribusi
melalui presentasi mereka di dalam workshop dan pertemuan-pertemuan rutin; para peneliti
yang telah melakukan riset untuk melengkapi poin-poin penting bagi rekomendasi reformasi;
para narasumber yang telah memberikan pandangan-pandangan mereka melalui wawancara
yang kami lakukan; rekan-rekan politisi dari berbagai partai yang secara aktif dan tekun
terlibat dalam workshop dan diskusi-diskusi Forum; rekan-rekan politisi dari berbagai partai
dan daerah yang penuh antusias menjadi peserta aktif di dalam Pertemuan Nasional di
Jakarta; Friedrich-Naumann-Stiftung yang membantu memfasilitasi terwujudnya Forum ini,
dan Kementerian Luar Negeri Jerman melalui Kedutaan Besar Jerman di Indonesia yang
telah memberikan dukungan finansial sehingga semua rencana dan agenda Forum dapat
terlaksana.

Bagaimanapun, karena keterbatasan yang ada, kami menyadari betapa Forum ini masih
memiliki banyak kekurangan. Karenanya, saya juga ingin menggunakan kesempatan ini
untuk minta maaf yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah kami kecewakan
yang keinginan kerasnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan Forum tidak/belum dapat kami
akomodir. Kami menghargai semangat semua pihak, dan akan menjadikan semua saran,
kritik serta masukan-masukan yang konstruktif sebagai inspirasi bagi perbaikan-perbaikan
dan terbentuknya forum serupa di masa depan.

Terima kasih dan salam.

Ir. Hasto Kristiyanto
Ketua
Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi







----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

5
Sekapur Sirih

Demokrasi adalah suatu proses reformasi yang tiada akhir. Ia adalah pekerjaan yang sedang
dan terus berjalan, dan tidak pernah selesai secara sempurna. Oleh sebab itu, semua sistem
demokrasi, apapun bentuk, kematangan maupun kesempuranaannya, membutuhkan upaya
reformasi yang berkesinambungan. Kebutuhan akan perubahan terus menerus ini mengakar
pada perubahan ekonomi, politik dan sosial di dalam masyarakat. Sepanjang perjalanan
waktu kita dapat menyaksikan perubahan pada preferensi masyarakat, pada nilai-nilai
dominan mereka.

Penemuan bertahap tentang kelemahan tata politik yang ada akan menyatukan para kritikus,
dan pada akhirnya dapat bermuara pada perubahan yang mendalam dan bermakna.
Pengalaman-pengalaman historis ini seringkali bertanggung jawab atas bentuk, struktur dan
proses-proses kelembagaan demokratis. Sebagai contoh, demokrasi parlementer multi-partai
yang ada di Jerman sekarang ini dengan seorang Kanselir di puncak perpolitikan antara
lain merupakan hasil dari kegagalan sistem presidensial Republik Weimar (1919-1933).

Lembaga inti di semua negara demokrasi adalah parlemen dan partai politik. Di banyak
negara demokrasi baru, kedua lembaga ini seringkali kurang dipahami. Badan-badan
legislatif seperti Parlemen, Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat seringkali tidak memiliki
struktur-struktur, proses-proses dan sumberdaya manusia dan keuangan yang dibutuhkan
untuk dapat menjadi badan pembuat undang-undang dan pengawas pemerintahan yang
efektif, dan seringkali juga tidak memiliki keterwakilan yang pada akhirnya mengurangi
legitimasinya. Penciptaan sistem kepartaian yang memadai seringkali merupakan proses yang
berkepanjangan dan melelahkan. Akibatnya, kedua lembaga tersebut menghadapi kritik dari
publik yang kadang berdasar dan kadang tidak berdasar sama sekali. Apabila partai politik
dan parlemen tidak berfungsi, maka demokrasi pun tidak dapat berfungsi dan menghadapi
resiko digantikan oleh sistem pemerintahan yang otoriter atau semi-otoriter.

Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mereformasi kedua lembaga tersebut seharusnya menjadi
inti pembangunan demokrasi di negara-negara demokrasi yang masih muda, termasuk di
Indonesia.

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

6
Terkait dengan hal itu, atas bantuan hibah dari Kementerian Luar Negeri Jerman, Friedrich-
Naumann-Stiftung memberikan dukungan kepada para politisi Indonesia yang bergabung dan
memproklamirkan diri di bawah bendera Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi
untuk Reformasi, atau singkatnya disebut Forum Politisi. Tujuan utama Forum ini adalah
memperluas pemahaman di antara kelas politik dan publik pada umumnya tentang jenis
perubahan seperti apa yang harus diadopsi oleh sistem politik Republik Indonesia, dan
pilihan kebijakan seperti apa yang tersedia untuk menjadikan parlemen dan partai-partai
politik sebagai bagian dari demokrasi berfungsi dengan baik. Selama kurun waktu 10
bulan, diskusi dan pembahasan tentang problem-problem utama lembaga demokrasi
berlangsung dalam seminar, lokakarya dan konferensi.

Publikasi ini merupakan hasil dari semua diskusi tersebut, termasuk usulan-usulan langkah
perubahan. Beberapa di antara langkah-langkah yang diusulkan dapat dijalankan oleh
perorangan; beberapa yang lain memerlukan perubahan organisasional, prosedural dan
struktural di dalam organisasi partainya. Dalam beberapa kasus, reformasi terhadap kerangka
hukum termasuk konstitusi menjadi hal yang sangat diperlukan atau bahkan tak
terhindarkan.

Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepada para pimpinan
Forum, segenap anggotanya, serta tim sekretariat atas ketekunan dan kerja keras yang sangat
baik yang telah mereka lakukan. Ini merupakan bukti orisinalitas generasi baru politisi
Indonesia dalam mencari bentuk demokrasi yang lebih baik. Ia juga menjadi bukti kejujuran
dan ketulusan mereka untuk menjadikan masa depan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia.

Mari kita berharap agar para pimpinan parlemen dan partai politik memberikan respon yang
positif terhadap upaya perubahan ini, dan segenap politisi di partai-partai politik, di semua
tingkatan parlemen dan organisasi masyarakat sipil mengayunkan langkah menjadi
kelompok penekan bagi terjadinya perubahan positif tersebut.

Jakarta, Desember 2005

Dr. Rainer Adam,
Kepala Perwakilan dan Direktur Proyek
Friedrich-Naumann-Stiftung, Indonesia
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

7

Kata Pengantar


Tidak ada demokrasi tanpa partai politik. Jadi, tidak ada demokrasi kuat tanpa partai politik
yang kuat (Riswandha Imawan, Guru Besar Ilmu Politik UGM). Di dalam partai politik dan
di parlemen masih terlihat adanya kelemahan-kelemahan, baik di tingkat struktur dan
infrastruktur organisasi sampai rendahnya keteladanan dan komitmen elite partai serta
anggota dewan. Kondisi ini merupakan perkembangan yang kurang menyenangkan dan
membahayakan bagi proses konsolidasi demokrasi.

Berangkat dari problem-problem itu, beberapa anggota Dewan telah berinisiatif membuat
forum bersama bagi partai-partai politik dan anggota parlemen dari berbagai fraksi di DPR
RI. Pada pertemuan pertama para inisiator yang berlangsung pada tanggal 12 Mei 2005, di
Jakarta, diputuskan membentuk Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk
Reformasi, yang secara singkat disebut Forum Politisi.

Tujuan pembentukan forum ini adalah mencari jawaban bersama atas problem-problem yang
dihadapi partai politik dan parlemen diantaranya deparpolisasi dan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap parlemen sekaligus mendesain sebuah agenda bersama untuk
memperkuat partai politik dan parlemen. Lebih jauh, Forum ini juga bertujuan menyediakan
wadah bagi peningkatan kompetensi dan membangun saling pengertian di antara para politisi
dan partai politik, serta mendorong pembangunan politik dalam rangka mewujudkan
kehidupan politik nasional yang lebih transparan dan demokratis.

Untuk merealisasi tujuan tersebut, Forum Politisi telah melakukan berbagai kegiatan, antara
lain workshop dan pertemuan kerja rutin yang masing-masing diadakan setiap dua minggu
sekali. Forum Politisi juga melakukan penelitian dan wawancara dengan para tokoh dan
pejabat, terkait dengan penguatan partai politik dan parlemen. Tema-tema yang dipilih Forum
Politisi sengaja tidak dikaitkan dengan isu-isu politik aktual, melainkan berdasarkan urgensi
bagi penguatan partai politik dan parlemen.

Dalam perjalanannya, ada kebutuhan agar hasil-hasil diskusi tersebut dapat disosialisasikan
ke kalangan yang lebih luas, terutama kepada politisi lokal dari berbagai partai dan daerah di
Indonesia. Untuk itu, Forum Politisi memprakarsai sebuah pertemuan nasional yang
dimaksudkan untuk menguji sekaligus memperkaya gagasan-gagasan lokal yang dibawa oleh
para politisi dan pengurus partai dari daerah.

Pertemuan Nasional Forum Politisi telah diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 2-4
Desember 2005, dan dihadiri oleh pengurus dan aktivis partai dari berbagai tingkatan, partai
politik maupun fraksi. Pertemuan Nasional Forum Politisi dibuka oleh tokoh-tokoh politisi
nasional dan ditutup oleh pimpinan partai-partai politik. Di antara pembukaan dan penutupan
terdapat pleno dan enam kelompok kerja, yang terdiri dari kelompok kerja Keuangan Partai,
Pola Hubungan dengan Konstituen, Rekrutmen Anggota dan Seleksi Kandidat,
Pengembangan Internal Partai, Konflik Internal Partai serta Peningkatan Kinerja Parlemen.

Tidak seperti citra yang berkembang di masyarakat manakala pengurus partai dan politisi
menghadiri suatu pertemuan yakni kursi kosong dan banyak yang berkirim-kiriman SMS,
peserta Pertemuan Nasional Forum Politisi nampak bisa bertahan duduk di tempat. Mereka
jarang terlihat mondar-mandir keluar-masuk ruangan dan nampak berdebat secara serius dan
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

8
keras tetapi dalam atmosfer yang konstruktif. Hampir tidak ada peserta yang "bermain HP"
dengan menulis SMS. Jumlah peserta dari awal hingga akhir pertemuan nyaris tidak
berkurang, dan masing-masing peserta dapat mengemukakan pendapat, ide serta harapan-
harapannya dengan tenang dalam waktu yang cukup.

Banyak hal telah ditemukan atau diidentifikasi dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Forum Politisi, yang berpuncak pada Pertemuan Nasional tersebut. Mengingat adanya
kebutuhan untuk mempublikasikan hasil-hasil kerja Forum Politisi seperti yang diusulkan
oleh anggota Forum dan peserta Pertemuan Nasional Sekretariat memutuskan untuk
mempublikasikan hasil-hasil identifikasi masalah dan gagasan-gagasan penanganan
masalahnya saja.
.
Karena itu, materi yang terkandung di dalam buku ini lebih merupakan kompilasi dari
berbagai temuan yang merupakan identifikasi masalah dan gagasan penanganan masalah dari
beberapa tema yang telah dibahas, baik di dalam workshop, pertemuan kerja rutin maupun
pertemuan nasional.

Masalah-masalah yang telah berhasil diidentifikasi adalah tidak jelasnya peraturan partai
tentang fund rising; ketidakberdayaan bendahara partai; tidak jelasnya mekanisme
penyelesaian konflik internal partai; program-program partai yang belum menyentuh
kebutuhan masyarakat; rekrutmen anggota dan seleksi kandidat yang belum dilakukan secara
terencana dan sistematis; lemahnya infrastruktur pendukung politisi dalam menjalankan
tugasnya. Di samping itu masih banyak identifikasi masalah dari berbagai tema bahasan
kelompok kerja Pertemuan Nasional, yang dapat dibaca dalam buku ini.

Di samping mengidentifikasi masalah-masalah, Pertemuan Nasional juga menguraikan
gagasan-gagasan penanganan masalahnya. Di antaranya, diperbolehkannya partai politik
mempunyai badan usaha (perubahan UU), bendahara partai sebaiknya diberi mandat politik
oleh kongres partai; didirikannya badan penanganan konflik internal partai yang indipenden,
pengadaan staf ahli yang mampu melakukan investigasi ke lapangan; perlunya
mengembangkan sayap partai, melakukan kaderisasi partai secara periodik untuk
mempermudah proses seleksi kandidat; pembuatan posko/sekretariat di daerah-daerah
pemilihan, dan inventarisasi aset-aset partai.

Beberapa gagasan tentang penanganan masalah bahkan telah diurai menjadi contoh-contoh
konkret, yakni menjadi peraturan partai. Karena itu, setelah pemaparan identifikasi masalah
dan gagasan penanganannya, dilampirkan pula contoh-contoh peraturan partai tentang
"Keuangan dan Perbendaharaan Partai, "Tatacara Penyerapan Aspirasi dan Hubungan
dengan Konstituen, "Keanggotaan Partai Politik, "Mekanisme Seleksi Calon Anggota
Parlemen, dan "Penyelesaian Konflik Internal Partai".

Untuk melakukan perubahan di dalam partai politik diperlukan waktu yang memadai, materi
dan referensi yang mencukupi, dukungan infrastruktur dan suprastruktur yang kuat, serta
kerja-kerja riil dari para politisi dan aktivis partainya. Perubahan dapat dilakukan dan dimulai
dari perorangan. Berangkat dari pemikiran itu, di dalam buku ini juga dilampirkan "Tip bagi
Politisi". Tip ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi dan dorongan bagi setiap orang
yang ingin melakukan perubahan untuk penguatan partai politik dan parlemen.

Materi di dalam buku ini merupakan hasil bahasan dan bahan-bahan bahasan dari workshop,
pertemuan kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi. Khusus pada materi diskusi
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

9
kelompok kerja pengembangan internal partai, identifikasi masalah dan gagasan-gagasan
pemecahan masalahnya diintegrasikan ke dalam lima tema yang lain.

Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan kontribusi atau setidaknya dapat memberikan
inspirasi dan dorongan bagi semua pihak yang berkeinginan untuk memperkuat partai politik
dan parlemen. Kritik, saran dan komentar atas buku ini akan kami terima dengan senang hati
dan akan sangat berguna bagi penerbitan buku-buku dengan tema serupa dimasa-masa
mendatang.

Selamat membaca dan terima kasih.


Sekretariat Forum Politisi, 29 Desember 2005

Warsito Ellwein
Florian Witt
Hanjaya Setiawan





















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

10
Daftar Isi


Kata Pengantar

I. Keuangan Partai Politik
1. Keuangan Partai Politik
2. Rekomendasi Keuangan Partai Politik
3. Contoh Peraturan Partai Keuangan dan Perbendaharaan Partai
4. Tip bagi Politisi Keuangan Partai Politik

II. Pola Hubungan dengan Konstituen
1. Pola Hubungan Partai Politik dengan Konstituen
2. Rekomendasi Pola pengelolaan Hubungan dengan Konstituen
3. Contoh Peraturan Partai Politik Tatacara Penyerapan Aspirasi dan Hubungan dengan
Konstituen
4. Tip bagi Politisi Pola Hubungan Partai Politik dengan Konstituen

III. Rekrutmen Anggota Partai Politik
1. Merekrut Anggota dan Menjaga Anggota agar Tetap Aktif dalam Partai
2. Rekomendasi Rekrutmen Anggota
3. Contoh Peraturan Partai Keanggotaan Partai
4. Tip bagi Politisi Rekrutmen Anggota

IV. Seleksi Kandidat
1. Seleksi Kandidat Legislatif dan Pemimpin Partai
2. Rekomendasi Seleksi Kandidat Legislatif
3. Contoh Peraturan Partai Mekanisme Seleksi Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten/Kota
4. Tip bagi Politisi Seleksi Kandidat Legislatif

V. Konflik Internal Partai
1. Konflik Internal Partai
2. Rekomendasi Penanganan Konflik Internal Partai
3. Contoh Peraturan Partai Penyelesaian Konflik Internal Partai
4. Struktur dan Mekanisme Lembaga Penyelesaian Konflik Internal Partai
5. Tip bagi Politisi Konflik Internal Partai

VI. Parlemen
1. Meningkatkan Kinerja Parlemen
2. Tip bagi Politisi Meningkatkan Kinerja Parlemen





----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

11
Keuangan Partai Politik

Uraian di bawah ini merupakan kesimpulan hasil diskusi dari workshop dan pertemuan kerja
rutin Forum Politisi, yang kemudian dipakai sebagai bahan diskusi untuk Pertemuan
Nasional Forum Politisi.

I. Dasar Pemikiran
Partai politik merupakan salah satu elemen yang sangat sentral dalam demokrasi. Dalam teori
demokrasi dan juga dalam pengalaman riil negara-negara di Eropa dan Amerika Utara,
partai-partai dapat berfungsi sebagai jembatan antara masyarakat dan institusi-institusi
negara. Partai politik adalah suatu organisasi yang karakter utamanya adalah kekuasaan. Agar
mampu menjalankan fungsi-fungsinya, partai politik bertujuan memegang kekuasaan karena
hanya kalau mempunyai kekuasaan politik, partai dapat mengimplementasikan kebijakan-
kebijakannya.
Hidup-mati suatu organisasi, termasuk partai politik, sangat ditentukan oleh kemampuan
pendanaannya. Dibutuhkan uang untuk membangun infrastruktur, untuk menjalankan
aktivitas rutin, dan untuk membiayai aktivitas menjelang pemilu. Dana partai pada umumnya
bersumber dari iuran anggota, aktivitas bisnis partai, sumbangan, dan subsidi negara. Agar
partai-partai politik dapat bekerja secara efektif dan berkelanjutan (sustainable) harus
membangun suatu sistem pendanaan yang:
1. Memberikan akses terhadap dana yang mencukupi untuk menjalankan semua aktivitas
partai;
2. Tetap menjamin kemandirian partai dan tidak menghambat proses institusionalisasi.

Hanya dengan sistem pendanaan yang memadai partai politik dapat menjadi aktor yang
mandiri, tidak tergantung dari para donatur atau dari sumbangan pemerintah. Maka, partai
politik harus berusaha mencari sumber dana yang bermacam-macam supaya pengaruh
donatur tertentu terhadap keputusan-keputusan partai tidak terlalu besar. Partai politik
membutuhkan peraturan baku yang mengikat dan yang mendorong transparansi dan
akuntabilitas, baik partai terhadap publik maupun pimpinan partai terhadap anggotanya.

II. Analisis Situasi Partai di Indonesia dan Perundang-undangannya

1. Internal
1.1. Pada umumnya persoalan keuangan dalam partai masih merupakan ruang gelap.
1.2. Tradisi di dalam (partai) politik di Indonesia berorientasi kepada membangun
kekuasaan politik melalui uang. Siapapun yang mempunyai akses terhadap uang
sekaligus mempunyai akses terhadap kekuasaan di dalam partai. Kontrol atas uang
merupakan salah satu instrumen kendali atas kekuasan politik itu sendiri.
Transparansi, akuntabilitas dan pengelolaan keuangan yang profesional dianggap
sebagai ancaman oleh elite partai karena harus melepas kontrol atas uang dan
demikian atas kekuasaan.
1.3. Laporan keuangan sengaja ditutup-tutupi.
1.4. Partai politik tidak cukup memiliki data tentang aset-aset partai. Seringkali asetnya
atasnama individu-individu. Ketika terjadi konflik internal partai sering juga terjadi
pemisahan aset dari partai karena atas nama pengurus partai.
1.5. Peraturan partai berkaitan dengan pendanaan belum lengkap dan konsisten. Belum
ada institusionalisasi dalam partai. Wewenang dan pertanggungjawaban departemen
masing-masing belum jelas. Pengelolaan keuangan dan pendekatan penggalangan
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

12
dana sering bersifat personal, bukan institusional dan dilaksanakan secara ad hoc
tanpa perencanaan yang matang.
1.6. Peran bendahara pada umumnya sangat lemah. Fungsinya sebagai kasir saja yang
mengeluarkan uang atas perintah pimpinan partai.
1.7. Partai politik di Indonesia sangat tergantung dari sumbangan individu-individu.
Demikian besar pengaruh pemilik modal atas kebijakan partai membuat kemandirian
partai terancam. Pemilik modal dapat memasuki seluruh sektor di dalam partai.
1.8. Struktur pendapatan partai tidak seimbang. Sebagian besar berasal dari sumbangan.
Iuran anggota mempunyai peran yang kecil.
1.9. Pengumpulan iuran anggota sulit karena pada umumnya partai tidak dapat
menawarkan semacam keuntungan kepada anggotanya. Kepercayaan masyarakat
terhadap partai sangat rendah, maka mereka enggan terlibat dalam partai. Hanya PKS
yang berhasil membangun kepercayaan. Sukarelawan banyak, perkumpulan iuran
anggota lancar dan efektif.
1.10. SDM di dalam partai yang berkaitan dengan keuangan sangat lemah.
Manajemen dan pelatihan internal kurang diperhatikan.
1.11. Pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai yang dilakukan lima tahun
sekali masih dalam bentuk yang sederhana dan tidak memakai standar pelaporan
baku yang sesuai dengan persyaratan auditing publik.
1.12. Tidak ada standar pembukuan dan pelaporan untuk semua tingkat partai.
1.13. Partai tidak mempunyai peraturan internal yang mengatur tentang pembatasan
sumbangan serta penyingkapan nama donatur dan jumlah sumbangan.
1.14. Akses terhadap laporan keuangan partai politik sulit maka pengawasan
internal partai sulit.
1.15. Tidak ada badan internal partai yang melakukan monitoring dan pengawasan
terhadap pendanaan partai.
1.16. Pada umumnya partai politik tidak mendesain sebuah rencana mengenai
pendapatan dan pengeluaran partai. Pembiayaan aktivitas partai sering tidak
direncanakan dengan baik sehingga dana untuk program tidak ada atau tidak dapat
dicairkan dan sumber dana baru harus dicari.
1.17. Tidak ada transparansi dalam distribusi dana partai.
1.18. Kerja sama dengan lembaga-lembaga profesional atau masyarakat sipil yang
mempunyai kapasitas dalam bidang pengelolaan keuangan masih kurang.

2. Eksternal
2.1. Undang-undang partai politik hanya mengatur tentang penggunaan dana partai untuk
kampanye pemilu, sedangkan penggunaan dana partai rutin tidak diatur secara detail.
2.2. Pelanggaran tentang pelaporan penggunaan dana kampanye partai hanya
mendapatkan sanksi berupa teguran secara terbuka oleh KPU.
2.3. Tidak ada insentif bagi partai agar menaati peraturan.
2.4. Penegakan hukum pada umumnya lemah. Tidak ada tindak lanjut atas pelanggaran
peraturan oleh partai politik.
2.5. Tidak ada peraturan dan mekanisme yang menjamin akses publik terhadap laporan
keuangan partai.
2.6. Pengelolaan aset-aset partai tidak diatur secara spesifik dalam undang-undang partai
politik.
2.7. Sumber dana partai politik dibatasi karena tidak boleh mendirikan badan usaha.
2.8. Tidak ada standar pelaporan keuangan bagi partai politik.
2.9. Tidak ada standar akuntansi khusus partai politik.


----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

13
III. Daftar Rekomendasi yang Dihasilkan di Workshop I

Pada workshop pertama, beberapa rekomendasi untuk meningkatkan sistem keuangan partai
politik dapat dihasilkan. Pada dasarnya semua peserta workshop sependapat bahwa
pendanaan partai politik harus menjamin kemandirian serta institusionalisasi dan
keberlanjutan (sustainability) partai. Lebih lanjut pengelolaan keuangan harus berdasarkan
sifat antikorupsi serta transparansi dan akuntabilitas. Hanya dengan cara seperti ini partai-
partai politik mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara benar dan memberikan kontribusi
positif terhadap proses demokratisasi. Tentu saja political will dari partai-partai politik sangat
dibutuhkan agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Sistem keuangan partai politik yang transparan dan akuntabel hanya dapat diwujudkan kalau
ada dorongan baik di internal partai maupun dari luar melalui perundang-undangan yang
mempunyai perspektif antikorupsi. Maka dari itu, peserta workshop menghasilkan dua set
rekomendasi, yakni untuk internal dan eksternal.

1. Internal
1.1. Mobilisasi, Alokasi dan Penggunaan Dana Partai
Pada umumnya partai politik di Indonesia tidak membuat rencana tahunan yang mengatur
tentang pemasukan dan pengeluaran dana dengan jelas dan konkret. Karena itu partai politik
harus membangun peraturan dan mekanisme yang menentukan partai memperoleh dana dari
mana, dan menggunakan dana untuk apa. Rekomendasi yang dihasilkan di workshop dalam
hal ini adalah sebagai berikut:
1.1.a. Memperluas Sumber-sumber Dana Partai
Ketergantungan dari suatu sumber keuangan tertentu dapat mengurangi kemandirian partai
dan menghambat proses institusionalisasi partai. Sebaiknya partai politik berusaha mencapai
keseimbangan yang sehat di antara sumber keuangan, yaitu iuran anggota, sumbangan dan
subsidi negara (dan kalau diperbolehkan penghasilan dari badan usaha milik partai). Semakin
luas basis sumber keuangan semakin kecil kemungkinan orang dari luar partai dapat campur
tangan dan mempengaruhi kebijakan partai. Dalam keadaan sekarang sangat tergantung dari
sumbangan individu-individu. Artinya, partai politik harus meningkatkan upaya
mengumpulkan iuran anggota dan harus memperjuangkan kenaikan subsidi negara.
Khususnya iuran anggota sangat penting, sebab tidak sekadar pengumpulan dana, melainkan
juga dapat berfungsi sebagai:
Jembatan komunikasi antara pengurus partai dan konstituen
Meningkatnya rasa memiliki dan kepercayaan dari anggota terhadap partai
Mendorong tumbuhnya transparansi partai
Meningkatkan partisipasi anggota
Memperkuat basis
Pada umumnya partai politik di Indonesia belum berhasil mengumpulkan iuran anggota
dalam jumlah besar. Partai tidak dapat menawarkan semacam keuntungan kepada
anggotanya. Kepercayaan masyarakat terhadap partai sangat rendah, dan karena itu mereka
enggan terlibat dalam partai. Partai harus memberikan insentif pada konstituen, misalnya
bantuan beasiswa untuk anak miskin, bantuan pada konstituen kalau menghadapi masalah
(dengan birokrasi, sekolah, atau polisi). Bisa juga memberikan penghargaan pada anggota
yang rajin membayar iuran.
1.1.b. Mengatur Distribusi dan Alokasi Anggaran Partai
Partai politik sebaiknya membuat rencana tahunan yang mengatur tentang penggunaan dana,
misalnya 10 persen anggaran digunakan untuk aktivitas rekrutmen dan pelatihan anggota.
Program partai dan alokasi dana harus jelas. Sebaiknya partai mengadakan mukernas yang
membicarakan anggaran-anggaran untuk satu tahun.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

14
1.1.c. Perlakuan dan Penggunaan Dana Sesuai dengan Sumbernya

Agar lebih akuntabel dana dari sumber tertentu hanya digunakan untuk aktivitas tertentu.
Misalnya, dana yang bersumber dari iuran anggota digunakan untuk aktivitas sosial atau
advokasi yang langsung menguntungkan konstituten. Iuran anggota juga dapat digunakan
untuk aktivitas pelatihan dan capacity building bagi anggota dan aktivis partai.

2.1. Peraturan Internal Partai
Peraturan partai belum sepenuhnya mencerminkan sikap protransparansi dan akuntabilitas.
Peraturan yang jelas dan tegas mengatur tentang pengelolaan keuangan dalam partai
dibutuhkan untuk memerangi praktik-praktik tidak bersih. Menurut hemat peserta workshop
beberapa hal perlu diatur dalam peraturan internal partai:
2.1.a. Pembatasan Sumbangan dan Penyingkapan Nama Penyumbang
Sebaiknya partai politik menentukan larangan dan pembatasan (misalnya atas jumlah
sumbangan yang diterima) atau pengungkapan nama donatur. Partai sebaiknya tidak
menerima sumbangan kalau nama donatur tidak dapat diumumkan. Lebih lanjut banyak
partai di Asia mengharuskan pengurus mengumumkan kekayaannya. Partai juga harus
mendesain sebuah sistem checks and balances internal yang dapat menyelidiki semua
sumbangan dan menjatuhkan sanksi kalau menemui pelanggaran terhadap peraturan internal.
2.1.b. Melembagakan Keuangan Partai Politik
Peran dan fungsi bermacam-macam dalam partai perlu dijelaskan. Pertanggungjawaban dan
tugas-tugas bendahara dan fungsionaris partai lain perlu dijelaskan lebih terinci. Pengelolaan
keuangan di dalam partai harus dipusatkan pada bendahara. Dia yang bertanggungjawab atas
pemasukan dan pengeluaran dan atas penyusunan laporan keuangan. Peran bendahara harus
dijelaskan dengan rinci dalam AD/ART. Sebaiknya setiap partai juga mempunyai suatu
departemen yang menjalankan semua aktivitas fund raising. Situasi sekarang, ketika banyak
pihak menggalang dana, cenderung tidak transparan dan sulit dikontrol.
2.1.c. Meningkatkan Mekanisme Pelaporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan partai perlu ditingkatkan. Partai harus melaporkan semua
pemasukan dan pengeluaran serta nama donatur dan jumlah sumbangan. Semua dokumen
pendukung harus disimpan supaya dapat diakses dan diperiksa. Partai politik harus
menciptakan mekanisme yang menjamin akses bagi seluruh anggota partai dan publik
terhadap laporan keuangan partai. Sebaiknya laporan diterbitkan dalam majalah partai atau
dikirim ke semua DPD dan DPC supaya dapat diakses di daerah. Laporan juga dapat
dipublikasikan pada website partai. Partai politik yang transparan dan akuntabel akan
beruntung dari image publik yang lebih baik. Transparansi dalam bidang keuangan dapat
menjadi sebuah argumen yang kuat bagi partai (lihat PKS).
2.1.d. Menentukan Sanksi dan Insentif Berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan
Sanksi atas pelanggaran peraturan internal juga harus diurai. Misalnya, pengurus yang tidak
dapat mempertanggungjawabkan pemasukan dan penggunaan uang tidak boleh dipilih lagi.
Partai juga dapat memberikan insentif kepada pengurus atau kandidat yang mengikuti seluruh
peraturan keuangan.
2.1.e. Standardisasi Akuntansi dan Pelaporan dalam Partai
Partai politik perlu menentukan standar akuntansi dan pelaporan untuk seluruh struktur dan
tingkat partai. DPD dan DPC harus menyerahkan laporan keuangan kepada DPP
menggunakan standar yang sama. Dengan demikian lebih mudah bagi bendahara di tingkat
nasional untuk mengurai semua laporan dari daerah dan menyusun laporan final. Sebaiknya
DPP mengeluarkan suatu buku pedoman yang menjelaskan cara pembukuan dan pelaporan
dan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk staf keuangan di daerah.
2.1.f. Verifikasi Aset-aset
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

15
Semua partai perlu menverifikasi aset-asetnya. Sebaiknya suatu komite didirikan yang
ditugaskan dengan verifikasi tersebut. Aset yang diatasnamakan individu ditransfer kepada
partai. Semua aset harus dicatat dalam laporan partai.
2.1.g. Membentuk Badan Pengawasan/Audit Internal Partai
Agar peraturan-peraturan internal partai efektif, partai sebaiknya mendirikan suatu badan
pengawasan atau audit internal yang memeriksa laporan keuangan. Badan itu diberikan
wewenang untuk menegakkan peraturan, artinya badan itu dapat menjatuhkan sanksi kalau
pengurus melanggar peraturan. Badan pengawasan itu harus independen. Anggotanya
sebaiknya dipilih dalam kongres partai. Lebih lanjut partai politik dapat mendesain kode etik
yang mendorong semangat dan perspektif antikorupsi dan protransparansi

3.1. Staf Keuangan Internal Partai
3.1.a. Aktivitas Capacity Building bagi Staf Keuangan
Partai membutuhkan akuntan-akuntan profesional yang memahami peraturan-peraturan
keuangan partai politik. Di tingkat nasional partai dapat menggaji akuntan profesional, tetapi
di daerah, yang dananyalebih terbatas, partai politik sering tergantung pada aktivis dan
relawan yang tidak mempunyai kapasitas dalam bidang akuntansi. Maka, partai politik
sebaiknya mengadakan acara capacity building khusus bagi staf keuangan. Di sini partai
dapat kerja sama dengan IAI atau LSM-LSM yang bergerak di bidang yang terkait.
3.1.b. Memperkuat Peran Bendahara
Pengelolaan keuangan di dalam partai sebaiknya dipusatkan pada bendahara. Demikian peran
fungsionaris masing-masing lebih jelas dan penggalangan serta pengelolaan dana dapat
berjalan dengan lebih transparan. Untuk memperkuat posisi bendahara dia sebaiknya
diberikan mandat langsung dari kongres/muktamar partai. Pertanggungjawaban dan tugas-
tugas bendahara dan fungsionaris partai lain perlu dijelaskan lebih rinci, termasuk sanksi
kalau persyaratan laporan tidak dipenuhi oleh bendahara.

2. Eksternal
Dalam Undang-Undang Partai Politik, Undang-Undang Pemilihan Umum, Undang-Undang
Pemilihan Langsung Presiden, dan keputusan-keputusan KPU masih berada banyak hal yang
tidak konsisten. Menurut peserta workshop semua undang-undang dan peraturan yang
mengatur tentang keuangan partai politik, pembatasan sumbangan, pelaporan, penyingkapan,
dan penegakan peraturan-peraturan perlu direvisi dan dibuat sinkron. Reformasi yang harus
dilakukan adalah:
2.1.Menentukan Sanksi dan Insentif (Punishment and Reward)
Sanksi administratif sebaiknya bukan teguran secara terbuka oleh KPU saja. Sanksi harus
dijatuhkan atas pihak yang melanggar peraturan yang berkaitan dengan pembukuan dan
pelaporan. Misalnya terlambat menyerahkan laporan keuangan, menyerahkan dokumen-
dokumen yang salah atau tidak lengkap, gagal melakukan audit profesional dan akurat, atau
menghalang-halangi upaya audit atau pemeriksaan resmi. Sebaiknya sanksi bermacam-
macam dan sebanding dengan beratnya pelanggaran, termasuk denda-denda serta hukuman
politik dan administratif.
2.2. Meningkatkan Penegakan Hukum
Sanksi apapun tidak bisa efektif tanpa penegakan hukum yang tegas. Sebaiknya suatu badan
diberikan wewenang untuk memeriksa partai politik kalau ada kecurigaan pelanggaran serta
untuk menjatuhkan sanksi atau melimpahkan kasus ke pengadilan.
2.3. Membuka Kemungkinan bagi Partai untuk Mendirikan Badan Usaha (perubahan
UU)
Pemasukan dari badan usaha milik partai politik dapat merupakan suatu sumber dana
alternatif. Dengan demikian ketergantungan partai dari sumbangan-sumbangan dan dari
donatur dapat dikurangi. Partai yang juga bergerak di bidang bisnis terpaksa harus
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

16
menggunakan standar akuntansi dan pelaporan badan usaha yang lebih ketat. Pengetahuan,
kapasitas dan profesionalitas akuntansi yang terdapat di badan usaha dapat ditransfer ke
partai politik.
2.4.Pengelolaan Aset Partai Politik Perlu Diatur Secara Jelas dalam Undang-Undang
Undang-undang harus mengatur lebih terinci tentang verifikasi dan pelaporan aset-aset partai.
Pelaporan aset partai harus menjadi bagian integral dari laporan keuangan partai. Hanya
begitu laporan dapat memberikan gambaran yang jelas dan realistis mengenai sifat,
fleksibilitas dan likuiditas keuangan partai politik.
2.5.Mendesain Standar Akuntansi Khusus Partai Politik (Kerja sama dengan BPK dan
IAI)
KPU bersama BPK dan IAI mendesain suatu standar akuntansi khusus partai politik yang
mengikat. Standar tersebut harus realistis dan memperhatikan keadaan riil di dalam partai.
Standar itu juga perlu disosialisasikan kepada seluruh partai dan diikuti dengan aktivitas
pelatihan-pelatihan.
2.6.Menentukan Standar dan Mekanisme Auditing
Semua undang-undang yang mengatur tentang keuangan partai politik (UU parpol, UU
pemilu legislatif, UU pemilu presiden) disesuaikan dan dibuat konsisten dan sinkron. Standar
dan mekanisme auditing harus dijelaskan lebih terinci, termasuk penentuan siapa yang
bertanggungjawab memilih auditor.
2.7.Mendesain Mekanisme yang Menjamin Akses Publik terhadap Laporan Keuangan
Suatu mekanisme yang memberikan akses terhadap laporan keuangan partai politik kepada
publik harus ditentukan. Misalnya KPU dapat diharuskan untuk menyediakan salinan
(fotokopi) laporan bagi para wartawan. KPU juga dapat mempublikasikan semua laporan di
majalah-majalah tertentu serta di websitenya.



























----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

17
Rekomendasi
Keuangan Partai Politik

Rekomendasi di bawah ini merupakan hasil diskusi dari Kelompok Kerja I Pertemuan
Nasional Forum Politisi.

I. Regulasi Undang-undang Partai Politik
1. Dalam undang-undang harus diatur dengan tegas tentang sanksi bagi
pelanggarnya (tidak sekadar mendapatkan peringatan saja).
2. Membuka kemungkinan bagi partai politik untuk mendirikan badan usaha
milik partai politik.
3. Memasukkan aturan-aturan yang menjamin akses publik terhadap laporan
keuangan parpol.
4. Selain partai memperoleh bantuan dana pembinaan partai, juga memperoleh
bantuan dana operasional partai sampai ke tingkatan kabupaten kota.
5. Status kepemilikan aset partai harus atas nama partai.

II. Peraturan Partai
Memperluas sumber-sumber dana pemasukan partai. Semakin luas basis sumber keuangan
partai maka semakin kecil pula orang luar dapat mempengaruhi kebijakan partai, antara lain
dengan:
1. Memobilisasi iuran anggota partai.
2. Mendirikan badan usaha milik partai (apabila UU memperbolehkan).
3. Sumber dana yang berasal dari calon pejabat publik harus diatur dan dikelola
secara transparan oleh partai.
4. Memberikan mandat politik bagi bendahara melalui kongres partai, sehingga
bendahara juga mempunyai kekuatan untuk membuat kebijakan keuangan
partai.
5. Membentuk badan pengawasan atau audit di internal partai.

II. Personal
a. Membuat aktivitas peningkatan kapasitas SDM yang terkait dengan pengelolaan
keuangan partai secara rutin dan berkelanjutan
b. Menentukan sanksi dan insentif yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan partai.
c. Mempekerjakan staf keuangan profesional.














----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

18
Lampiran :
Contoh Peraturan Partai
Keuangan dan Perbendaharaan Partai


Contoh peraturan partai ini merupakan rangkuman dari hasil studi tentang peraturan partai
yang didasarkan atas hasil-hasil workshop dan pertemuan kerja rutin. Hasil studi tersebut
dipakai sebagai bahan diskusi Kelompok Kerja I pada Pertemuan Nasional Forum Politisi.
Hasil kesepakatan dari Kelompok Kerja I, antara lain:

I. Dasar Pemikiran

1. Bahwa UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik mewajibkan partai politik
membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang
diterima, dan membuat laporan keuangan secara berkala.
2. Bahwa pengelolaan keuangan partai yang transparan dan akuntabel serta pengelolaan
keuangan yang mengacu kepada kaidah-kaidah yang berlaku secara profesional
merupakan amanat UU.
3. Bahwa kemandirian pengelolaan keuangan partai merupakan salah satu prasyarat
kemandirian partai untuk mewujudkan kedaulatan partai di bidang politik.
4. Bahwa untuk memantapkan mekanisme keorganisasian dibutuhkan suatu sistem
pengelolaan keuangan dan perbendaharaan partai yang transparan dan akuntabel.

II. Landasan Hukum

1. UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai.
3. Peraturan Disiplin Partai

III. Maksud dan Tujuan
1. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Partai dilaksanakan untuk mencapai
tujuan sebagai berikut:
1.1. Membangun sistem pengelolaan keuangan dan perbendaharaan partai
yang transparan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan guna
mencapai tujuan partai.
1.2. Memberikan standar pengelolaan keuangan partai untuk meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan partai.
1.3. Memberikan standar penggunaan keuangan partai, khususnya terkait
dengan keuangan partai yang berasal dari bantuan anggaran negara, iuran
anggota partai, dan bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat.
1.4. Menetapkan standar kinerja pengelolaan keuangan partai yang harus
dicapai oleh struktural partai.
1.5. Memberikan akses kepada publik atas laporan pengelolaan keuangan
partai sebagaimana diatur oleh UU.

IV. Pelaksana

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

19
1. Dewan pimpinan pusat partai atau pengurus partai di tingkat nasional adalah pemegang
kekuasaan tertinggi atas pengelolaan keuangan partai. Kekuasaan pengelolaan tersebut
dikuasakan kepada:

1.1.Bendahara partai di tingkat nasional sebagai pelaksana pengelolaan keuangan
partai.
1.2.Pengurus partai di tingkat provinsi sebagai penerima mandat bertanggung jawab
di dalam kebijakan pengelolaan keuangan partai di tingkat provinsi, yang teknis
pelaksanaannya dilakukan oleh bendahara partai di tingkat provinsi.
1.3.Pengurus partai di tingkat kabupaten/kota sebagai penerima mandat bertanggung
jawab di dalam kebijakan pengelolaan keuangan partai di tingkat kabupaten/kota,
yang teknis pelaksanaannya dilakukan oleh bendahara partai di tingkat
kabupaten/kota; begitu seterusnya hingga ke tingkat pengurus anak cabang (PAC).

2. Setiap partai harus membentuk pengawas atas pelaksanaan pengelolaan keuangan partai.
3. Dewan pimpinan partai/pengurus partai di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota
bertanggung jawab di dalam perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban atas
anggaran pendapatan dan belanja partai (APBP) disertai neraca keuangan partai dan
pembukuan atas pemasukan dan pengeluaran di masing-masing tingkatan struktural
partai.
4. Bendahara partai pada masing-masing tingkatan struktural partai adalah pelaksana
pengelolaan keuangan partai.

V. Mekanisme

1. Setiap pengurus struktural partai pada masing-masing tingkatannya membuat rancangan
anggaran pendapatan dan belanja partai (RAPB) partai.
2. RAPB dipersiapkan oleh bendahara partai untuk mendapatkan persetujuan di rapat dewan
pimpinan partai pada masing-masing tingkatan. Tahun anggaran dimulai tanggal 1
Januari dan berakhir setiap tanggal 31 Desember.
3. Partai membentuk alat kelengkapan partai (Badan/Dewan) untuk mengawasi pengelolaan
keuangan partai.
4. Setiap bentuk penerimaan dan pengeluaran keuangan partai dicatat dan dibukukan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
5. Dewan pimpinan partai melaporkan pelaksanaan APBP dan neraca keuangan partai ke
dewan pengurus partai pada satu tingkat di atasnya dan disampaikan paling lambat
tanggal 30 Januari atau satu bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
6. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan kekayaan partai disampaikan setiap
tahun oleh bendahara partai di dalam rapat partai di tingkatannya dan pada akhir masa
jabatan kepengurusan partai bersamaan dengan penyampaian pertanggungjawaban
kepengurusan partai pada masing-masing tingkatan.
7. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban partai
dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam anggaran pendapatan
dan belanja (APB) partai.
8. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban partai
dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APB partai.
9. Pertanggungjawaban ditambahkan dengan hasil audit dewan pengawas.

VI. Ruang Lingkup

Keuangan dan perbendaharaan partai di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota meliputi:
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

20

1. pelaksanaan pendapatan dan belanja partai;
2. pelaksanaan sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran partai;
3. pengelolaan kas partai;
4. penyusunan neraca keuangan partai;
5. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APB partai;
6. penyelesaian persoalan yang timbul terkait dengan keuangan partai.

Keuangan dan perbendaharaan partai di tingkat kecamatan, kelurahan/desa disusun meliputi:

1. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran partai;
2. pengelolaan kas partai.

VII. Bendahara Partai

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan keuangan dan perbendaharaan partai,
bendahara partai mempunyai tugas sebagai berikut:

1. menyusun rancangan APB partai;
2. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
3. melakukan usaha-usaha untuk memperoleh dana yang akan dimasukkan ke dalam
penerimaan partai;
4. melaksanakan pemungutan uang pangkal dan iuran anggota partai yang telah ditetapkan
dengan peraturan partai;
5. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APB
partai;
6. menyusun neraca keuangan partai;
7. menyampaikan laporan pertanggungjawaban APB partai di rapat kerja partai di
tingkatannya dan pada akhir masa jabatan bersamaan dengan penyampaian
pertanggungjawaban kepengurusan partai pada masing-masing tingkatan;
8. Dalam menjalankan fungsi-fungsi umum kebendaharaan, bendahara partai memiliki tugas
meliputi kegiatan menerima, menyimpan, membayar/menyerahkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

Bendahara partai di tingkat nasional bertanggung jawab dalam mengeluarkan prosedur yang
mengatur teknis perencanaan APB partai, neraca keuangan partai, kode
pengeluaran/pembelanjaan, penetapan standar formulir keuangan partai, dan mekanisme
pelaporan atas seluruh pengelolaan keuangan partai.

VIII. Pengurus Partai

Pengurus Partai dalam menggunakan keuangan partai mempunyai tugas:
1. menyusun rancangan anggarannya yang didasarkan pada rencana program kerja;
2. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran berikut dokumen pelaksanaan anggaran
departemen yang dipimpinnya;
3. melaksanakan anggaran dan anggaran departemen yang dipimpinnya;
4. mengelola barang milik/kekayaan partai yang menjadi tanggung jawabnya;

IX. Pelaporan Keuangan Partai

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

21
1. Bendahara selaku pengelola keuangan partai menyusun laporan keuangan partai untuk
disampaikan kepada pengurus partai di tingkatannya dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APB partai dalam rapat kerja partai ditiap-tiap
tingkatan.
2. Bendahara partai menyampaikan laporan keuangan partai untuk mendapatkan persetujuan
dari dewan pimpinan partai di tingkatannya untuk kemudian dilaporkan kepada dewan
pimpinan partai pada satu tingkat di atasnya.

X. Penyusunan dan Penetapan APB Partai

1. APB Partai
1.1. APB partai merupakan wujud pengelolaan keuangan partai yang ditetapkan tiap
tahun dengan keputusan pengurus partai.
1.2. APB partai terdiri atas anggaran pendapatan dan anggaran belanja partai.
1.3. Pendapatan partai terdiri atas uang pangkal, iuran anggota partai, sumbangan yang
tidak mengikat dan pendapatan lain yang sah.
1.4. Belanja partai dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas-tugas
kepartaian.
1.5. Belanja partai dirinci menurut bidang kepartaian, fungsi, dan jenis belanja.

2. Penyusunan APB Partai
2.1.APB partai disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kepartaian dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan partai.
2.2.Penyusunan rancangan APB partai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berpedoman kepada program kerja pengurus partai dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan partai.
2.3.Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut dalam APB partai.

3. Tahapan Penyusunan APB
3.1.Dalam rangka penyusunan rancangan APB partai, pengurus partai, alat kelengkapan
partai dan lembaga-lembaga partai selaku pengguna anggaran/pengguna barang
menyusun rencana kerja dan anggaran untuk satu tahun.
3.2.Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan
program kerja yang akan dijalankan.
3.3.Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disertai dengan
prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
3.4.Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada dan dibahas
dalam Rapat Pengurus Partai dimasing-masing tingkatan.
3.5.Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran ditetapkan melalui Keputusan Pengurus
Partai di masing-masing tingkatan.

XI. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan dan Perbendaharaan
Partai

1. Jenjang Pertanggungjawaban
1.1. Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan partai di tingkat DPP partai disampaikan
setiap akhir tahun dalam rapat kerja nasional dan pertanggungjawaban disampaikan
pada saat berakhirnya masa kepengurusan dalam forum kongres.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

22
1.2. Pengelolaan keuangan partai dan perbendaharaan partai di tingkat DPD partai
dipertanggungjawabkan setiap akhir tahun dalam rapat kerja daerah dan pada saat
berakhirnya masa kepengurusan dalam forum konferda.
1.3. Pengelolaan keuangan partai dan perbendaharaan partai di tingkat DPC partai
dipertanggungjawabkan setiap akhir tahun dalam rapat kerja cabang dan pada saat
berakhirnya masa kepengurusan dalam forum Konfercab.
1.4. Pengelolaan keuangan partai dan perbendaharaan partai di tingkat PAC partai
dipertanggungjawabkan dalam rapat yang diadakan PAC partai, yang khusus
membahas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan perbendaharaan partai,
yang diadakan.
1.5. Setiap akhir tahun dengan mengundang ketua, sekretaris dan bendahara ranting-
ranting di wilayahnya serta pada saat berakhirnya masa kepengurusan dalam forum
musancab.
1.6. Pengelolaan keuangan partai dan perbendaharaan partai di tingkat pengurus Ranting
partai dipertanggungjawabkan dalam rapat yang diadakan pengurus ranting partai,
yang khusus membahas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan
perbendaharaan partai, yang diadakan setiap akhir tahun oleh pengurus ranting
dengan mengundang ketua, sekretaris dan bendahara anak-anak ranting di
wilayahnya serta pada saat berakhirnya masa kepengurusan dalam forum
musyawarah ranting.
1.7. Pengelolaan keuangan partai dan perbendaharaan partai di tingkat pengurus anak
ranting partai dipertanggungjawabkan dalam rapat yang diadakan pengurus anak
ranting partai, yang khusus membahas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
dan perbendaharaan partai. Rapat ini diadakan setiap akhir tahun oleh pengurus
ranting dengan mengundang seluruh anggota di wilayahnya serta pada saat
berakhirnya masa kepengurusan dalam forum musyawarah anak ranting.


2. Materi Pertanggungjawaban
2.1.Bendahara partai bertanggung jawab kepada pengurus partai di tingkatannya dari
segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukannya.
2.2.Pengguna anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada
pengurus partai di tingkatannya atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada
dalam penguasaannya.
2.3.Pertanggungjawaban ditambahkan dengan hasil audit dewan pengawas

3. Pengelolaan dan Penggunaan Barang Milik Partai
3.1.Bendahara Partai mengatur pengelolaan barang milik partai.
3.2.Pengurus Partai dan Alat Kelengkapan Partai adalah Pengguna Barang Partai.
3.3. Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik partai yang
berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
3.4.Barang milik partai yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas partai tidak dapat
dipindahtangankan.
3.5.Pemindahtanganan barang partai dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan atau
dihibahkan, setelah mendapat persetujuan dalam rapat kerja partai di masing-
masing tingkatan.
3.6.Penjualan barang milik partai oleh pengurus partai dikuasakan kepada bendahara
dengan cara lelang yang terbuka untuk umum.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

23
3.7. Pertukaran dan penghibahan barang milik partai oleh pengurus partai dikuasakan
kepada bendahara dan dilaksanakan sesuai dengan keputusan yang ditetapkan
dalam rapat kerja partai di masing-masing tingkatan.

4. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Partai
4.1.Setelah APB partai ditetapkan, bendahara partai memberitahukan kepada semua
pengurus partai dan alat kelengkapan partai agar menyampaikan dokumen
pelaksanaan anggaran berdasarkan satuan kerjanya masing-masing.
4.2.Masing-masing pengurus partai dan alat kelengkapan partai menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran untuk satuan kerjanya berdasarkan alokasi anggaran yang
ditetapkan oleh pengurus partai.
4.3.Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan,
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan
dana tiap-tiap satuan kerja.

5. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
5.1.Semua penerimaan partai harus disetor seluruhnya ke kas partai dan/atau
rekening kas partai.
5.2.Penerimaan pengurus partai dan/atau alat kelengkapan partai yang didapat atas
nama partai tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran
partai.
5.3.Setiap penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh partai
adalah hak partai.

6. Pelaksanaan Anggaran Belanja
6.1.Pengguna anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen
pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.
6.2.Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen
pelaksanaan anggaran, pengguna anggaran berwenang mengadakan
ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
6.3.Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APB partai dilakukan oleh
bendahara partai.
6.4.Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bendahara partai berkewajiban untuk:
6.4.a. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran;
6.4.b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB partai yang
tercantum dalam perintah pembayaran;
6.4.c. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
6.4.d. Memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran partai;
6.4.e. Menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

7. Pengelolaan Uang
7.1.Bendahara partai berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening partai.
7.2.Dalam rangka penyelenggaraan rekening partai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bendahara partai membuka rekening partai.
7.3.Uang partai disimpan dalam rekening partai pada bank yang ditetapkan dalam
rapat pengurus partai di masing-masing tingkatan.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

24
7.4.Bunga yang diperoleh partai dari bank merupakan hak partai.
7.5.Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran partai, bendahara
partai menggunakan kas partai.
7.6.Kas partai digunakan untuk menampung penerimaan partai setiap hari.
7.7.Saldo kas penerimaan partai setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke
rekening partai.
7.8.Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum dapat dilakukan
setiap hari, bendahara partai mengatur penyetoran secara berkala.
7.9.Kas pengeluaran partai diisi dengan dana yang bersumber dari rekening partai.
7.10. Jumlah dana yang disediakan pada kas pengeluaran partai disesuaikan dengan
rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan partai yang telah ditetapkan
dalam APB partai.

8. Komite Penggalangan Dana dan Logistik
8.1.Dalam hal dibutuhkan penggalangan dana untuk memenuhi anggaran pendapatan
dan belanja partai, pengurus partai dapat membentuk komite pengalangan dana
dan logistik partai yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan
mengoordinasikan kegiatan penggalangan dana untuk kegiatan partai di
tingkatannya.
8.2.Ketua komite penggalangan dana dan logistik partai adalah bendahara partai
karena jabatannya (ex officio).

9. Pengawasan dan Pemeriksa Keuangan Partai (Jenjang Pengawasan dan Pemeriksa)
9.1.Pengawas dan pemeriksa keuangan pusat partai dibentuk dalam forum
permusyawaratan tertinggi di masingmasing tingkatan.
9.2.Pengawas dan pemeriksa keuangan daerah partai dibentuk dalam konferensi
daerah partai.
9.3.Pengawas dan pemeriksa keuangan cabang partai dibentuk dalam konferensi
cabang partai.

10. Wewenang Pengawasan dan Pemeriksa
10.1. Pengawas dan pemeriksa keuangan partai berwenang mengawasi penggunaan
anggaran partai pada semua pengguna anggaran partai di tiap-tiap tingkatan.
10.2. Dalam menjalankan pengawasaan dan pemeriksaan penggunaan anggaran
partai, pengawas dan pemeriksa keuangan partai menerima setiap laporan dan
pengaduan dari anggota dan pengurus partai serta masyarakat terhadap dugaan
penyimpangan pengelolaan keuangan partai.
10.3. Dalam menjalankan pengawasaan dan pemeriksaan penggunaan anggaran
partai, pengawas dan pemeriksa keuangan partai berhak meminta keterangan,
dokumen, dan alat-alat bukti lainnya yang diperlukan guna melengkapi hasil
pemeriksaan.
10.4. Dalam menjalankan pengawasaan dan pemeriksaan penggunaan anggaran
partai, pengawas dan pemeriksa keuangan partai memiliki hak dan otoritas untuk
memeriksa saldo rekening partai tanpa harus mendapatkan persetujuan bendara
partai dan pengguna anggaran.
10.5. Pengguna anggaran wajib memenuhi setiap permintaan pengawas dan
pemeriksa keuangan partai dalam rangka menjalankan tugas pengawasan dan
pemeriksaan keuangan partai.
10.6. Semua hasil pengawasan dan pemeriksaan dilaporkan kepada struktur partai di
tingkatannya dan dipertanggungjawabkan dalam rapat kerja partai di masing-
masing tingkatan.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

25

11. Sanksi dan Ganti Rugi
11.1.Penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam APB partai yang dilakukan oleh
pengguna anggaran/barang merupakan pelanggaran disiplin partai dan wajib diproses
berdasarkan peraturan disiplin partai.
11.2.Pengguna keuangan/barang partai yang karena perbuatannya melanggar hukum atau
melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan
partai, wajib mengganti kerugian tersebut.
11.3.Perbuatan melanggar hukum sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan pelanggaran
berat yang akan diproses berdasarkan peraturan disiplin partai.
11.4.Pengurus partai atas hasil pengawasan dan pemeriksaan pengawas dan pemeriksa
keuangan partai harus segera meminta pihak yang menyebabkan kerugian keuangan
partai untuk membuat surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa
kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian
dimaksud.
11.5.Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat
menjamin pengembalian kerugian partai, pengurus partai segera mengeluarkan surat
keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.
11.6.Apabila tindakan yang menyebabkan kerugian keuangan partai sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan diyakini terdapat unsur pidana, pengurus partai wajib melaporkannya
kepada pihak berwajib untuk diproses berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.





























----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

26
Kiat bagi Politisi
Keuangan Partai Politik

Kiat bagi Politisi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi politisi yang akan
melakukan perubahan di dalam partainya sendiri atau di parlemen tempat ia mendapatkan
mandat dari rakyat. Kiat ini dibuat berdasarkan rekomendasi hasil workshop, pertemuan
kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Membayar Iuran Anggota
Datang ke bendahara secara rutin untuk membayar iuran anggota. Jangan lupa
meminta kuitansi dari bendahara. Ajaklah kawan-kawan terdekat anda yang anggota
partai untuk membayar iuran anggota.
II. Pembukuan Layak Audit
Sekecil apapun anda menggunakan dana partai, kelola dana tersebut sebaik-baiknya
dan transparan, kemudian buat pembukuan yang layak audit.
III. Pertanggungjawaban ke Publik
Setelah anda selesai melakukan kegiatan partai yang menggunakan dana partai, maka
pertanggungjawabkanlah secepatnya seluruh penggunaan dana partai tersebut secara
terbuka kepada publik.
IV. Mencatat Aset Partai
Catatlah seluruh aset partai, mulai dari piring, gelas sampai kendaraan bermotor, yang
anda ketahui, tunjukkan pada yang anggota partai yang lain, lalu berikan catatan
tersebut ke bendahara dan petugas arsip di dalam partai.
V. Mobilisasi Dana
Buatlah aktivitas dan acara-acara partai yang terbuka untuk umum, seperti malam
dana, pengumpulan sumbangan yang berupa barang dan bahan makanan kering lalu
membuat pasar murah. Hasil dan keuntungan dari mobilisasi dana tersebut dan
peruntukannya dikelola dan dipertanggung jawabkan secara terbuka.




















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

27
Pola Pengelolaan Hubungan
Partai Politik dengan Konstituen

Uraian di bawah ini merupakan hasil workshop dan pertemuan kerja rutin Forum Politisi,
yang juga dipakai sebagai bahan diskusi di Kelompok Kerja II.

I. Definisi Konstituen:

1. Pemilih pada daerah pemilihannya.
2. Kelompok anggota/pendukung/simpatisan partai tertentu yang menyepakati
platform tertentu.

II. Dasar Pemikiran

Pada dasarnya mekanisme hubungan partai politik dengan masyarakat sederhana. Partai
politik membutuhkan suara pemilih dalam pemilu umum. Maka partai politik terpaksa harus
memperhatikan keinginan para pemilih sebelum mengambil keputusan mengenai program
dan kebijakan partai. Artinya, politisi harus mencari informasi tentang kesulitan dan masalah
yang sedang dihadapi masyarakat serta kepentingan dan preferensi pemilih. Kemudian partai
dapat menawarkan suatu program politik yang membicarakan persoalan-persoalan yang
aktual. Dalam kompetisi multipartai, yang dibutuhkan partai politik adalah responsiveness;
kemampuan untuk mendengar dan menjawab. Tanpa mekanisme pengelolaan hubungan
dengan masyarakat yang responsif, partai politik tidak dapat memaksimalkan hasil di dalam
pemilu.






















Pengelolaan hubungan dengan masyarakat juga penting bagi keberlangsungan dan survival
partai politik sebagai organisasi sosial. Seluruh organisasi berusaha menstabilkan dan
mengontrol lingkungannya. Lingkungan yang sangat sentral bagi partai politik adalah
Sumber
Daya
Manusia
Sumber
Keuangan
Prosedur/M
ekanisme
Ideologi/Nilai-nilai
Thinking (Pemikiran)
Perilaku
Konstituen

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

28
konstituennya. Hubungan dan komunikasi dengan masyarakat yang konsisten dan dua arah
dapat merupakan stabilisator bagi partai, sebab pemilih merasa lebih akrab dan terikat pada
partai dan akan memberikan kontribusi kepadanya. Maka, partai politik harus berusaha
membangun hubungan dengan konstituen yang stabil dan berjangka panjang. Agar hubungan
dengan konstituen dapat didirikan dan dikelola dengan baik, partai harus mengembangkan
pemahaman ideologi dan nilai-nilai dasar partai dan membangun (infra) struktur partai.
Ideologi dan nilai-nilai merupakan pondasi hubungan partai politik dengan konstituen. Lebih
lanjut ada tiga pilar, yaitu sumber daya manusia, prosedur dan mekanisme internal partai, dan
sumber daya finansial. Partai harus membangun ideologi sebagai landasan pemikiran dan
program partai. Kalau ada ideologi dan nilai-nilai yang jelas, partai dapat mengidentifikasi
kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kurang lebih satu kesamaan dengan ideologi
yang mau dikembangkan partai tersebut: Baru setelah itu dilakukan pengorganisasian.
Kemudian pengembangan program dapat dijalankan. Ideologi dan nilai-nilai dihadapkan pada
semua masalah untuk mengembangkan tawaran solusi atas masalah-masalah, baik masalah
ekonomi, sosial, antaragama, atau masalah yang lain. Ini yang akan membuat ideologi secara
terus menerus applied atau hidup. Ini menjadi siklus, sehingga ini menjadi gerak spiral ke
atas.
















III. Hubungan Partai dengan Konstituen di Indonesia

1. Lemahnya pemahaman ideologi dan sistem nilai partai, sehingga ketika timbul
suatu persoalan, tidak terlihat adanya perbedaan yang substansial antara partai
satu dan yang lainnya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Padahal ketika
ideologi menjadi suatu sistem nilai, seharusnya berdampak pada cara berpikir dan
menyelesaikan persoalan. Efek dari lemahnya ideologi ini membuat partai
menjadi pragmatis. Tidak mengherankan bahwa akhirnya konstituen menjadi
lebih pragmatis juga dan punya kecenderungan memilih figur berdasarkan
kedekatan, atau yang banyak uang dan sumbangannya.
2. Hubungan partai dengan konstituen sudah terjebak pada pola hubungan jual-
beli/transaksional antara buyer dan seller. Untuk mendapatkan suara dalam
pemilu, parpol membeli konstituen lewat uang, sembako, kaos, pembangunan
masjid, pembangunan jalan dan lain-lain.
3. Hal ini dilestarikan oleh hubungan anggota dewan dengan konstituennya, yang
terhanyut dalam pola politik sejenis pascapemilu. Alih-alih membuat desain
keputusan politik yang merupakan terjemahan dari aspirasi dan kepentingan

Ideologi
Identifikasi Pengembangan
Pengorganisasian
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

29
konstituen, anggota dewan terjebak untuk memberikan bantuan dan sumbangan
yang bersifat karitatif dan berbiaya tinggi.
4. Belum terbangunnya suatu komunitas politik dan infrastrukturnya yang solid,
ketika parpol menjadi ujung tombak penyaluran aspirasi dan agregasi kepentingan
komunitas tersebut. Tidak mengherankan ketika pada pemilu, partai A mendapat,
katakanlah satu juta suara, namun mereka tidak tahu dari mana suara itu berasal.
Hal ini terjadi karena infrastrukturnya belum terbangun.
5. Suara dalam pemilu sendiri seyogyanya merupakan konsekuensi logis dari suatu
kesepakatan atau komitmen yang dibangun bersama dalam komunitas, dan parpol
menjadi ujung tombaknya.
6. Belum adanya peraturan partai yang mengatur, mengelaborasi dan mendesain pola
mengenai bagaimana membangun hubungan dengan konstituen. Hubungan
dengan konstituen menjadi bersifat individu dan tidak sistemik. Seharusnya
merupakan kewajiban partai untuk merancang, membangun tradisi dan
melembagakan pola hubungan dengan konstituen dalam suatu peraturan partai
yang komprehensif.
7. Parpol menggunakan konstituen untuk kepentingan jangka pendek, yakni parpol
memakai konstituen sebagai pendulang suara dalam pemilu, alat legitimasi, alat
mobilisasi, tatkala instrumen partai perlu merebut dan mempertahankan
kekuasaan. Konstituen diposisikan sebagai subordinat untuk memenuhi keinginan
dan kepentingan politik partai.
8. Komunikasi dan hubungan parpol dengan konstituen pada umumnya masih satu
arah, yaitu dari parpol kepada konstituen. Desain program parpol tidak
mencerminkan harapan dan kebutuhan konstituen yang diwakilinya.

IV. Pengelolaan Organisasi

Pada dasarnya terdapat dua strategi untuk mengelola hubungan dengan masyarakat:
1. Komunikasi langsung dengan pemilih.
2. Membangun hubungan dengan pemilih melalui organisasi lain yang berfungsi
sebagai mediator.
Komunikasi langsung pada umumnya dilaksanakan melalui media massa dan alat-alat
political marketing seperti direct mailing, kampanye email atau membangun website internet.
Lebih lanjut politisi berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya
mengenai keinginan dan preferensi kelompok-kelompok pemilih melalui penggunaan hasil
riset, survei dan focus group discussions. Dalam hubungan semacam itu terdapat suatu
kelemahan, yaitu keterikatan terhadap partai agak lemah. Hubungan dengan masyarakat
melalui komunikasi langsung tidak menghasilkan sebuah kesepakatan yang mengikat.
Artinya pimpinan partai politik tidak dapat mengandalkan dukungan pemilih. Lebih lanjut,
seleksi isu-isu (kepentingan dan preferensi pemilih) dilakukan oleh elite partai sendiri.
Dalam pengelolaan hubungan melalui organisasi terdapat agregasi atau preseleksi topik-
topik yang tidak melibatkan elite partai. Organisasi seperti serikat buruh, sayap pemuda
dalam partai atau organisasi agama membahas masalah-masalah dan memilih beberapa isu
yang menjadi suatu paket tuntutan politiknya. Kemudian organisasi tersebut memasuki
perundingan dengan elite partai. Kesepakatan yang dapat dicapai pada umumnya tidak
mencakup semua tuntutan, akan tetapi meruapakan suatu kompromi antara kepentingan
(elite) organisasi tertentu dan (elite) partai politik.




----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

30





























Dibanding dengan komunikasi langsung, hubungan melalui organisasi memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi masyarakat dan keinginannya karena telah
teridentifikasi di dalam organisasi sendiri. Sesudah kesepakatan antara partai dan organisasi
lain tercapai, organisasi tersebut akan memobilisasi anggotanya untuk memilih partai politik
berdasarkan janji-janjinya. Dengan demikian lingkungan organisasi distabilisasi karena partai
politik dapat mengandalkan dukungan organisasi tersebut.

V. Macam-macam Hubungan dan Tipe Lingkungan Organisasi
Pada dasar dapat dibedakan hubungan dengan organsisasi yang formal dan informal.
Hubungan formal pada umumnya lebih stabil dan efektif. Akan tetapi efektivitas juga
tergantung dari tipe organisasi yang berafiliasi dengan partai. Dalam figur di atas terdapat
tiga macam organisasi yang dapat memfasilitasi hubungan dan komunikasi antara elite partai
dan pemilih, yaitu new social movements, organisasi pendamping (collateral organisations)
dan organisasi anggota.
Organisasi seperti Greenpeace, Amnesty International dan LSM-LSM lain tergolong new
social movements. Organisasi semacam itu tidak mempunyai akar sosial yang kuat dan tidak
dapat menjamin dukungan dalam pemilu. Lebih lanjut, organisasi tersebut pada umumnya
berusaha menjaga citra sebagai organisasi yang nonpartisan dan independen. Pentingnya new
social movements bagi partai terbatas.


Partai dan Masyarakat: Sifat Hubungan






143, 15P9


Masyarakat (Pemilih)

Organisasi
pendamping
(collateral)

Organisasi
anggota

New social
movements

Media massa
/ surveys
Hubungan melalui organisasi
(formal/informal)

Hubungan
langsung

Partai Politik

(Elite Partai)

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

31



Organisasi pendamping (collateral organisations) berinteraksi dengan partai politik secara
reguler dan berjangka panjang. Organisasi tersebut pada umumnya mewakili kelompok-
kelompok sosial tertentu, misalnya buruh, petani, pemuda, perempuan atau aliran agama
tertentu. Melalui organisasi pendamping partai politik dapat mengakses kelompok-kelompok
sosial itu dan merekrut anggota baru. Banyak organisasi pendamping mempunyai hubungan
dengan partai yang sangat erat. Beberapa organisasi didirikan oleh partai, tetapi sering
organisasinya lebih tua daripada partai.
Komunikasi melalui organisasi anggota merupakan hubungan partai dengan pemilih yang
paling erat. Anggota partai pada pada umumnya berusaha mengkomunikasikan dan
mempromosikan program partai di masyarakat luas. Lebih lanjut, anggota merupakan sensor
di tengah masyarakat yang dapat mengetahui masalah dan kebutuhan dan memberikan
feedback kepada partai. Akan tetapi, kesetiaan anggota terhadap partai tidak terjamin. Elite
partai juga harus bernegosiasi dengan anggotanya, pada umumnya diwakili oleh sayap-sayap
partai. Kepaduan partai yang demokratis sangat tergantung pada hasil negosiasi (yang bersifat
permanen) antara elite partai dan kelompok-kelompok di dalam partai.

Kesimpulan dari diskusi di atas adalah bahwa partai harus mengidentifikasi kelompok-
kelompok sosial yang mempunyai kesamaan nilai-nilai dengan partai. Organisasi yang
mewakili kelompok sosial tersebut harus didekati partai untuk membangun hubungan yang
stabil dan keberlanjutan. Berikut ini terdapat contoh perencanaan strategis:




Sasaran Buruh Industri Nelayan HKTI
(Pengusaha)
Kelompok Tani Santri Marginal
Perkotaan
Prakondisi Lobby
Pimpinan
Buruh
Silaturahmi Lobi Silaturahmi Lobby Kiai Lobi Pimpinan
Kelompok
Faktor
Dominan
Ekonomi/Emosi Ekonomi/Emosi Ekonomi/Gagasan Ekonomi/Emosi Sentimen
Emosional
Ekonomi/Emosi
Sifat
Transaksi
Pragmatis Pragmatis Taktis Pragmatis Taktis Pragmatis
Sarana Dialog,
Kerjasama,
Hiburan
Dialog, Hiburan Lokakarya Aktivitas
Keagamaan
Dialog,
Hiburan
Dialog, Hiburan
Isu/Materi Upah, Hak
Buruh
Koperasi,
Harga Murah
Koperasi, Harga
Pupuk, Hasil Tani
Harga Pupuk,
Koperasi
Persamaan
Status
Pendidikan
Koperasi
Agenda
Partai
Massa
terorganisasi
Massa
terorganisasi
Tidak beroposisi Massa
terorganisasi
Tidak
beroposisi
Massa
terorganisasi
Target Simpatisan Simpatisan Opini Simpatisan Opini Simpatisan
Target
Lanjutan
KTA/Petugas
Pemilu
KTA/Petugas
Pemilu
Meneruskan
Opini di
Media
KTA/Petugas
Pemilu
Meneruskan
Opini di
Media
KTA/Petugas
Pemilu
Nama
Program
Buruh Bebas Nelayan
Sejahtera
Tani Makmur Tani Makmur Santri
Modern
Usaha Mandiri
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

32
VI. Rekomendasi (dihasilkan di Workshop pada 31 Agustus 2005)

1. Hubungan konstituen harus ditandai dengan:
1.1. Wajah politik yang padat dengan ide-ide dan upaya konkret yang lebih
mensejahterakan rakyat plus nilai-nilai keadilan bagi masyarakat.
1.2. Orientasi politik ke grassroots, ketika ide-ide politik harus lebih mendominasi
dibandingkan dengan manuver politik yang hanya berorientasi untuk membangun
kekuasaan belaka.
2. Kemampuan merespons konstituen
Partai politik harus mampu mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dari masyarakat. Di samping itu, partai politik harus tahu apa kebutuhan dan
keinginan masyarakat, yang kemudian dipakai sebagai dasar untuk menyusun program partai.
3. Penggunaan Media
Partai politik harus mampu berkomunikasi langsung dengan konstituen melalui tatap muka.
Komunikasi melalui organisasi-organisasi yang berfungsi sebagai mediator, seperti Serikat
Buruh, Serikat Tani, Organisasi Pemuda, atau Organisasi Perempuan. Selain itu, juga
dibangun komunikasi melalui media massa: Koran dan majalah, radio, tv, internet dengan
web site, email dan telepon. Dan juga yang tidak kalah pentingnya komunikasi dengan
menggunakan media riset, polling dan survei.
4. Berkelanjutan dan kontinuitas
Komunikasi dengan konstituen tidak dilakukan hanya ketika akan ada pemilu, melainkan
secara terus menerus, sistematis dan berkelanjutan. Dengan begitu irama kerja partai tidak
melonjak-lonjak sekaligus dapat menghemat banyak resources (sumber daya) partai, seperti
tenaga dan finansial. Dengan pola komunikasi tersebut, konstituen dapat lebih mudah
memahami partai politik dan politisi pilihannya.
5. Kapabilitas dan kreativitas
Partai harus mempunyai kemampuan membangun pola, metode dan pendekatan komunikasi
yang kreatif. Artinya, tidak bisa membuat standar komunikasi yang diterapkan di semua
tempat dan untuk semua orang. Partai harus lebih kreatif membangun komunikasi yang
membuat konstituen dapat merasa nyaman, aman dan mantap bersama partai. Meningkatkan
komunikasi yang sudah eksis di masyarakat (kelompok-kelompok strategis).
6. Pembangunan infrastruktur
Merupakan satu usaha untuk memudahkan partai politik memahami siapa sesungguhnya yang
menjadi pemilih partai dan sekaligus dapat dipakai untuk menjawab aspirasi masyarakat pada
umumnya dan pemilih khususnya. Infrastruktur yang memungkinkan sinergisitas antar aktor
kunci partai baik yang di struktural, legislatif, eksekutif maupun kader.
7. Peraturan Partai
Dengan peraturan ini, tidak ada alasan lain bagi politisi, pengurus dan aktivis partai untuk
menghindar bagi terbangunnya komunikasi imbal balik dan saling menguntungkan antara
partai dan masyarakat pada umumnya dan pemilih khususnya.
8. Sayap partai
Pembangunan sayap partai merupakan jembatan yang paling baik untuk membangun
komunikasi dengan masyarakat pada umumnya dan pemilih khususnya. Sayap partai juga
berguna untuk mengintensifkan hubungan sektoral dengan masyarakat dan terutama dengan
pemilih. Sayap partai juga berguna sebagai filter partai untuk beberapa isu sektoral.
9. Identifikasi personal
Partai harus mampu mengidentifikasikan siapa anggota partai, siapa pemilihnya dan di mana
masih ada potensi untuk baik menjadi anggota maupun pemilih. Identifikasi pribadi dapat
dipakai sebagai dasar untuk menentukan bentuk-bentuk komunikasi.
10. Sekretariat di daerah pemilihan
Pembuatan sekretariat di daerah pemilihan oleh tiap-tiap politisi dapat dipakai sebagai
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

33
jembatan komunikasi dan sekaligus memelihara hubungan yang terus menerus dengan
masyarakat terutama dengan pemilih. Sekretariat ini sebaiknya juga dikaitkan dengan struktur
partainya sendiri di daerah pemilihan. Sekretariat tidak hanya melayani pemilih, melainkan
juga seluruh masyarakat yang ada di daerah pemilihan tersebut.









































----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

34
Rekomendasi
Pola Pengelolaan Hubungan dengan Konstituen

Rekomendasi di bawah ini merupakan hasil diskusi workshop dan pertemuan kerja rutin
serta Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Yang harus dilakukan oleh partai politik adalah konsultasi publik, dengan tujuan untuk
mendengar langsung apa yang terjadi pada konstituen. Selama ini partai politik hanya
berbicara terus tanpa mau mendengar konstituen. Dengan konsultasi publik ini partai harus
mampu mendengar aspirasi dari bawah dan mengolahnya. Hal ini penting agar partai politik
tidak semakin ditinggalkan oleh konstituennya.
II. Partai harus berorientasi ke grass roots, yakni ketika ide-ide politik harus lebih
mendominasi dibandingkan dengan manuver politik yang hanya berorientasi untuk
membangun kekuasaan belaka.
III. Partai politik harus mampu mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dari masyarakat. Di samping itu, partai politik harus tahu apa kebutuhan dan
keinginan masyarakat, yang kemudian dipakai sebagai dasar untuk menyusun program
partai.
IV. Partai politik harus mampu berkomunikasi langsung dengan konstituen melalui tatap muka.
Komunikasi melalui organisasi-organisasi yang berfungsi sebagai mediator, seperti serikat
buruh, serikat tani, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan. Selain itu, juga dibangun
komunikasi melalui media massa: koran dan majalah, radio, tv, internet dengan web site,
email dan telepon. Yang juga tidak kalah pentingnya komunikasi dengan menggunakan
media riset, jajak pendapat (polling) dan survei.
V. Komunikasi dengan konstituen tidak hanya dilakukan ketika akan berlangsung pemilu,
melainkan secara terus menerus, sistematis dan berkelanjutan. Dengan begitu irama kerja
partai tidak melonjak-lonjak sekaligus dapat menghemat banyak resoursis partai, seperti
tenaga dan finansial. Dengan pola komunikasi seperti itu, konstituen dapat lebih mudah
memahami partai politik dan politisi pilihannya.
VI. Partai harus mempunyai kemampuan untuk membangun pola, metode dan pendekatan
komunikasi yang kreatif. Artinya, tidak bisa membuat standar komunikasi yang diterapkan
di semua tempat dan untuk semua orang. Partai harus lebih kreatif untuk membangun
komunikasi yang membuat konstituen dapat merasa nyaman, aman dan mantap bersama
partai. Meningkatkan komunikasi yang sudah eksis di masyarakat (kelompok-kelompok
strategis).
VII. Pembangunan sayap partai merupakan jembatan yang paling baik untuk membangun
komunikasi dengan masyarakat pada umumnya dan pemilih khususnya. Sayap partai juga
berguna untuk mengintensifkan hubungan sektoral dengan masyarakat dan terutama dengan
pemilih. Sayap partai juga berguna sebagai filter partai untuk beberapa isu sektoral.
VIII. Partai harus mampu mengidentifikasikan siapa anggota partai, siapa pemilihnya dan dimana
masih ada potensi untuk baik menjadi anggota maupun pemilih. Identifikasi personal dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan bentuk-bentuk komunikasi.
IX. Pembuatan sekretariat di daerah pemilihan oleh tiap-tiap politisi dapat dipakai sebagai
jembatan komunikasi dan sekaligus memelihara hubungan yang terus menerus dengan
masyarakat terutama dengan pemilih. Sekretariat ini sebaiknya juga dikaitkan dengan
struktur partainya sendiri di daerah pemilihan. Sekretariat tidak hanya melayani pemilih
saja, melainkan juga seluruh masyarakat yang ada di daerah pemilihan tersebut.
X. Pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat termasuk melalui kurikulum
pendidikan di sekolah formal.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

35
Lampiran :
Contoh Peraturan Partai
Tatacara Penyerapan Aspirasi dan Hubungan
dengan Konstituen

Contoh peraturan partai ini merupakan rangkuman dari hasil studi tentang peraturan partai
yang didasarkan atas hasil-hasil workshop dan pertemuan kerja rutin. Hasil studi tersebut
dipakai sebagai bahan diskusi Kelompok Kerja II pada Pertemuan Nasional Forum Politisi.
Hasil kesepakatan dari Kelompok Kerja I itu adalah:

I. Dasar Pemikiran
1. Konstituen merupakan soko guru bagi eksistensi partai politik. Seluruh keputusan politik
yang diambil partai pada dasarnya harus bisa dipertanggungjawabkan di hadapan
konstituen. Ini mengingat melalui pemilu konstituen telah mempercayakan seluruh
harapannya pada partai, melalui program dan janji-janji yang ditawarkan pada saat
kampanye.
2. Bahwa partai politik dan anggota legislatif sering dinilai oleh publik hanya melakukan
hubungan dengan konstituen menjelang pelaksanaan pemilu.
3. Bahwa untuk mewujudkan cita-cita perjuangan rakyat yang sekaligus menjadi cita-cita
perjuangan partai, maka partai diharuskan memiliki tradisi, progam dan infrastruktur
pendukung untuk menyerap berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat khususnya
yang menjadi konstituen partai.
4. Bahwa perjuangan partai yang didasarkan pada aspirasi rakyat akan menjadikan partai
yang demokratis, terbuka dan aspiratif.
5. Bahwa oleh karenanya direkomendaiskan agar partai memiliki peraturan partai yang
khusus mengatur tentang tata cara penyerapan aspirasi dan hubungan dengan konstituen.

II. Landasan Hukum
1. UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik;
2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai;
3. Peraturan disiplin partai.

III. Maksud dan Tujuan
1. Menyerap setiap aspirasi konstituen partai untuk dirumuskan, dijabarkan dan
diperjuangkan dalam kebijakan dan program kerja partai.
2. Sebagai mekanisme pelaksanaan menyampaikan progres/kemajuan atas pelaksanaan
program dan janji-janji partai yang disampaikan pada saat kampanye.
3. Pelaksanaan hubungan dengan konstituen sekaligus sebagai forum untuk menjelaskan
kebijakan dan program kerja partai kepada konstituen.
4. Untuk mendapatkan masukan dari konstituen terhadap pelaksanaan undang-undang dan
kritik atas suatu kebijakan pemerintah .
5. Membangun sistem kepartaian yang demokratis, terbuka dan aspiratif.

IV. Pelaksana Hubungan dengan Konstituen Partai
1. Seluruh pengurus struktural partai, anggota legislatif, dan kader partai di eksekutif pada
semua tingkatan adalah pelaksana hubungan partai dengan konstituennya.
2. Anggota legislatif di seluruh tingkatan dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat memiliki
tangung jawab khusus dalam melaksanakan hubungan dengan konstituen. Setiap partai
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

36
diusulkan membuat peraturan agar setiap anggota legislatif bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan hubungan dengan konstituen sekurang-kurangnya dua tingkat di bawah
wilayah politiknya. Artinya anggota DPR RI bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
hubungan konstituen sekurang-kurangnya hingga tingkat kabupaten/kota dan anggota
DPRD provinsi bertanggung jawab hingga tingkat kecamatan dan seterusnya.
3. Organisasi sayap partai karena kesesuaian ideologi, platform dan program dengan partai
yang menjadi afiliasinya juga bertanggung jawab di dalam melaksanakan hubungan
dengan konstituennya, yang pelaksanaannya harus masuk di dalam ruang lingkup
peraturan partai.

V. Mekanisme
1. Hubungan dengan konstituen terkait dengan pelaksanaan UU khususnya dalam rangka
penyusunan RAPBN, RAPBD provinsi, dan RAPBD kabupaten/kota.
2. Hubungan konstituen yang dilaksanakan atas inisiatif struktural partai yang dilaksanakan
secara berkala dan berkelanjutan.
3. Hubungan konstituen yang dilaksanakan atas inisiatif konstituen partai.

VI. Kebijakan dan Program
1. Setiap partai politik diharapkan mengumumkan konstituen partainya, program-program
hubungan konstituen, berikut infrastruktur partai pelaksana hubungan konstituen tersebut.
Berkaitan dengan hal ini, partai dapat melakukan penelitian untuk mengetahui dengan
detail konsituten, termasuk karakter sosial, demografi, sebaran geografis, pendapatan dan
seterusnya.
2. Setiap partai politik hendaknya memiliki kebijakan khusus berupa program-program yang
akan dilaksanakan untuk memenuhi janji-janji kampanye dan memenuhi harapan dari
konstituen.
3. Setiap partai politik harus mempertanggungjawabkan secara politik terhadap
kebijakan/keputusan politik, khususnya terhadap keputusan yang dianggap konstituen
bertentangan dengan harapan mereka.
4. Membuat laporan berkala mengenai kinerja pengurus/petugas partai di dalam
melaksanakan hubungan dengan konstituen.

VII. Pengembangan Infrastruktur Partai
1. Partai hendaknya secara konsisten mengembangkan infrastruktur partai, sehingga kantor-
kantor partai dapat diberdayakan untuk melaksanakan hubungan konstituen sesuai dengan
pola mekanisme di atas.
2. Beberapa infrastruktur yang bisa dikembangkan selain pemberdayaan kantor partai antara
lain: rumah aspirasi, utilisasi media/sarana komunikasi, ataupun upaya lainnya seperti
mengadakan rapat-rapat yang dihadiri oleh wakil-wakil konstituen.

VIII. Output
1. Adanya kontradiksi antara keputusan politik yang diambil dengan harapan konstituen
dapat diminimalkan
2. Tersedianya mekanisme yang sistemik atas pelaksanaan hubungan dengan konstituen.

IX. Aspirasi dan Hubungan dengan Konstituen Partai
1. Untuk menyerap setiap aspirasi para konstituen partai, pengurus partai di kabupaten/kota
melaksanakan forum terbuka yang dihadiri oleh para konstituen partai atau perwakilan
dari para konsituen partai.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

37
2. Forum terbuka sebagaimana yang dimaksud di atas harus berlangsung secara dialogis
serta dihadiri oleh petugas partai di legislatif dan eksekutif tingkat kabupaten/kota,
petugas partai di lembaga-lembaga strategis di luar partai tingkat kabupaten/kota, dan
petugas partai di lembaga legislatif tingkat provinsi dan pusat dari daerah pemilihan
bersangkutan.
3. Di masa transisi demokrasi seperti saat ini, forum terbuka tersebut diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun yang diselenggarakan di tingkat kabupaten/kota
dan tingkat kecamatan.
4. Hak-hak konstituen di dalam rapat terbuka tersebut sekurang-kurangnya adalah:
a. Konstituen partai dapat menyampaikan aspirasinya secara lisan maupun tulisan
dalam forum terbuka.
b. Konstituen partai berhak menanyakan segala hal yang terkait dengan
kepentingannya dalam forum terbuka.
c. Konstituen berhak menanyakan pelaksanaan atas program dan janji-janji
kampanye
d. Konstituen berhak menggugat secara politik atas keputusan partai yang dinilai
tidak sejalan dengan kepentingan konstituen.
5. Struktural partai di tingkatannya dan petugas partai wajib menyampaikan laporan
mengenai pelaksanaan kebijakan dan program partai yang berhubungan langsung dengan
aspirasi konstituen dalam forum terbuka.
6. Setiap kebijakan, program dan aspirasi yang disampaikan dicatat dan dibukukan dalam
buku khusus yang dibuat dan disediakan untuk itu.

X. Pelaksana Kebijakan dan Program Kerja Berdasarkan Aspirasi Partai
Semua aspirasi yang disampaikan konstituen diklasifikasi dan dibedakan ke dalam isu yang
bersifat lokal, regional dan nasional.
1. Isu yang bersifat lokal dijabarkan oleh struktural partai di tingkat kabupaten/kota,
sekaligus untuk mempertajam kebijakan dan program partai yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan amanat konferensi cabang.
2. Kebijakan dan program partai yang menjadi bagian dan tanggung jawab petugas partai di
legislatif, eksekutif dan lembaga-lembaga strategis lainnya di luar partai wajib diteruskan
oleh struktural partai kepada petugas partai di legislatif dan eksekutif melalui surat
instruksi DPC partai.
3. Kebijakan dan program partai yang telah dijabarkan berdasarkan aspirasi konstituen wajib
diprioritaskan perjuangannya oleh struktural partai dan petugas partai di tingkatannya.
4. Isu yang bersifat regional oleh DPC partai disampaikan ke DPD partai secara tertulis
dilengkapi dengan dokumen hasil forum terbuka dengan konstituen untuk dijabarkan
lebih lanjut oleh DPD partai ke dalam kebijakan dan program partai untuk memperkuat
dan mempertajam program partai yang telah disusun sebelumnya berdasarkan amanat
konferensi daerah. Ketentuan yang sama berlaku hingga dijamin ada tanggapan yang
positif atas aspirasi konstituen.

XI. Laporan dan Evaluasi
1. Kebijakan dan program kerja yang dilaksanakan oleh petugas-petugas partai
berdasarkan aspirasi konstituen partai dilaporkan dan dievaluasi dalam rapat kerja partai
di tiap-tiap tingkatan.
2. Hasil-hasil rapat kerja partai dijadikan dasar laporan DPC partai kepada konstituen
dalam forum terbuka yang dilaksanakan pada periode selanjutnya dengan konstituen.

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

38
XII. Sanksi
1. Setiap petugas partai yang karena kelalaian maupun kesengajaannya tidak melaksanakan
kebijakan dan program kerja atas dasar aspirasi konstituen yang telah diinstruksikan oleh
struktural partai merupakan pelanggaran disiplin partai.

2. Tata cara pemberian sanksi disiplin partai didasarkan pada peraturan partai tentang
disiplin partai.

XIII. Lampiran: Ketentuan Umum
1. Konstituen partai adalah setiap orang yang mempercayakan aspirasi dan suaranya kepada
Partai.
2. DPC Partai adalah pengurus partai tingkat cabang yang dipilih dan ditetapkan dalam
konferensi cabang dan disahkan dengan surat keputusan DPP partai.
3. DPD partai adalah pengurus partai tingkat provinsi yang dipilih dan ditetapkan dalam
konferensi daerah dan disahkan dengan surat keputusan DPP partai.
4. DPP partai adalah pengurus partai tingkat pusat yang dipilih dan ditetapkan dalam
kongres partai.
5. Petugas partai adalah anggota atau kader partai yang mendapat tugas dari partai untuk
menjalankan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya.
































----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

39
Kiat bagi Politisi
Pola Hubungan Partai Politik dengan Konstituen

Kiat bagi Politisi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi politisi yang akan
melakukan perubahan di dalam partainya sendiri atau di parlemen tempat ia mendapatkan
mandat dari rakyat. Kiat ini dibuat berdasarkan rekomendasi hasil workshop, pertemuan
kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Pos Komunikasi Konstituen
Dirikan pos komunikasi dengan konstituen di daerah asal pemilihan anda, sehingga
konstituen ada tahu di mana dan bagaimana berhubungan dengan anda.
II. Kunjungan Rutin
Mengadakan kunjungan rutin ke daerah asal pemilihan dan menentukan waktu
pertemuan secara terbuka dengan konstituen di pos komunikasi yang anda telah
dirikan. Dengan demikian konstituen tahu kapan dapat bertatap muka langsung
dengan wakilnya.
III. Menentukan Prioritas
Dengarlah informasi dan aspirasi dari konstituen secara serius, tentukan problem-
problem yang mendesak dan berdampak pada publik, lalu tentukan kerangka
prioritas, problem mana yang harus secepatnya diselesakan. Ambil kasus-kasus yang
paling mudah untuk diselesaikan, sehingga konstituen anda melihat bahwa anda serius
memecahkan masalah mereka.
IV. Informasi
Berikan informasi tentang apa yang anda lakukan, yang berkaitan dengan konstituen
anda. Berikan informasi tentang tema-tema perdebatan-perdebatan aktual di
parlemen, yang dapat berpengaruh terhadap konstituen anda.
V. Bank Data
Buatlah bank data yang berkaitan dengan konstituen anda: berapa persen anda
mendapatkan suara, siapa saja pemilih anda. Problem-problem apa saja yang dihadapi
oleh konstituen anda, apa saja yang telah anda lakukan untuk konstituen anda dan
informasi tentang kependudukan, sosial dan ekonomi di daerah asal pemilihan anda.
















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

40
Merekrut Anggota dan Menjaga Anggota agar
Tetap Aktif dalam Partai

I. Uraian di bawah ini merupakan hasil workshop dan pertemuan rutin Forum
Politisi, yang juga dipakai sebgai bahan diskusi untuk Kelompok Kerja III
Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Mengapa Partai Membutuhkan Anggota yang Aktif?

Anggota adalah basis sebuah partai. Semakin banyak anggota semakin kuat partainya.
Semakin banyak anggota partai yang aktif dan semakin banyak yang bersedia bekerja secara
sukarela untuk partai, semakin kuatlah partai tersebut. Melihat kenyataan itu, partai harus
berusaha merekrut sebanyak mungkin anggota, selama mereka setuju dengan ideologi dan
nilai-nilai dasarnya. Setelah itu, juga menjaga agar yang sudah menjadi anggota tetap puas
sebagai anggota partai.

Akan tetapi partai tidak hanya merekrut anggota biasa, melainkan juga aktivis partai,
fungsionaris partai, calon legislatif, dan staf profesional. Kecuali staf profesional, semua
fungsi lain dapat direkrut dari antara anggota partai:


anggota pasif
Pendukung/simpatisan anggota anggota aktif/aktivis partai
fungsionaris/pemimpin partai
calon legislatif/eksekutif

Banyak partai di Indonesia merekrut fungsionaris atau calon legislatif/eksekutif tidak dari
antara anggotanya, melainkan dari luar seperti pengusaha atau birokrasi. Strategi itu dapat
menimbulkan kekecewaan bagi anggota partai. Selain akan membuat anggota frustasi, juga
fungsionaris atau anggota legislatif/eksekutif tidak merasa memiliki ikatan yang erat dengan
partai. Akibatnya, sering juga terjadi loyalitas yang lemah terhadap partai.

II. Rekrutmen Anggota

Beberapa alasan penting merekrut anggota:
1. Keberagaman anggota yang tinggi berarti partai lebih representatif. Dukungan dari
konstituen semakin besar.
2. Anggota mempunyai pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat
digunakan oleh partai.
3. Semakin banyak anggota, semakin banyak ide, opini dan pendapat di dalam partai.
Keadaan seperti itu pada umumnya menghasilkan keputusan yang lebih bagus.

Perlu diperhatikan ideologi, platform, program dan tujuan partai sebelum memutuskan siapa
yang menjadi kelompok sasaran dan anggota seperti apa yang dibutuhkan. Target anggota
yang akan dicapai, antara lain:
1. Apakah akan menjadi bagian dari representasi konstituen; atau mereka
dibutuhkan untuk program kerja partai.
2. Diidentifikasikan dengan tujuan dan kondisi objektif partai.
3. Dapat mendukung dan ingin bekerja sesuai dengan keinginan partai.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

41
4. Mempunyai ketrampilan dan pengalaman, sehingga dapat meringankan
pekerjaan partai.
5. Dapat mempengaruhi orang lain dan dapat menarik mereka untuk menjadi
anggota partai.


III. Membangun Sistem Keanggotaan

Setiap organisasi membutuhkan sebuah sistem yang cocok untuk pencatatan anggota, alamat
kontak lengkap dan status mereka. Diskusikan jenis dan sistem mana yang terbaik untuk
partai. Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat dipakai sebagai pertimbangan, yakni:
1. Apakah anggotanya harus dengan kualifikasi tertentu atau siapapun dapat menjadi
anggota?
2. Apakah mereka harus membayar iuran? Kalau ya, berapa besarnya iuran?
3. Apakah anggota perlu setiap tahun memperbarui keanggotaannya?
4. Apakah anggota akan diberi kartu identitas?
5. Apakah data-datanya akan disimpan pada komputer atau pada buku catatan?
6. Apa yang dibutuhkan partai untuk mengetahui lebih detail tentang anggota?
7. Siapa yang akan menangani administrasi sistem keanggotaan?


IV. Mengembangkan Strategi Rekrutmen

Sebelum partai memulai rekrutmen, pastikan bahwa partai telah mempunyai strategi yang
cocok untuk itu. Adapun yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Harus jelas dulu siapa yang akan direkrut; kelompok sasarannya.
2. Berapa banyak anggota baru yang akan direkrut dan membutuhkan waktu berapa
lama?
3. Perekrut harus tahu tentang partai dan tahu tentang ketertarikan orang yang akan
direkrut; perekrut harus dapat meyakinkan orang untuk bergabung menjadi anggota
partai.
4. Perhatikan sumber daya manusia dan material yang tersedia untuk perekrutan.
5. Putuskan metode yang paling baik dan waktu yang paling tepat untuk perekrutan
6. Diuji terlebih dahulu rencana aksi dan kebutuhan biayanya.

V. Menjaga Anggota Tetap Aktif dalam Partai

Rekrutmen hanya merupakan satu langkah awal. Partai harus mempunyai perencanaan dan
tindakan yang jelas untuk menjaga ketertarikan anggota pada partai. Setelah merekrut
anggota, partai harus mengurus, berkomunikasi dan memotivasi mereka untuk bekerja bagi
partai. Di bawah ini ada beberapa contoh :
1. Membangun Sistem Keanggotaan
Sistem keanggotaan partai harus disesuaikan dengan kebutuhan partai. Tiap-tiap keanggotaan
harus ada formulirnya dan tanda pengenalnya. Beberapa macam perbedaan keanggotaaan,
antara lain:
1.1. Anggota biasa, yakni dengan mengisi formulir anggota dan bila disetujui bisa menjadi
anggota.
1.2. Anggota sukarela, tidak membayar iuran anggota, tetapi menyumbangkan
tenaga/pikiran untuk program kerja partai.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

42
1.3. Pembayar iuran tahunan, kalau ini dipakai sebagai pilihan, harus ada sistem untuk
penagihannya, karena bergabungnya tidak selalu pada waktu yang bersamaan.
1.4. Pembayar iuran bulanan, memerlukan satu sistem administrasi yang banyak dan harus
selalu memperbarui data.

2. Proses Ketika Akan Bergabung
Ketika sudah menentukan sistem administrasi keanggotaan, partai harus mengembangkan
satu proses dan mekanisme untuk bergabung menjadi anggota partai. Yang perlu diperhatikan
antara lain:
2.1. Apakah ia diharuskan mengisi formulir khusus? Kalau ya, formulir tersebut harus
didesain dengan baik.
2.2. Apakah ada penyaringan anggota untuk menghindarkan orang yang tidak dikehendaki
partai dapat menjadi anggota?
2.3. Bagaimana partai dapat memberitahu pada calon anggota bahwa ia diterima sebagai
anggota?
2.4. Apakah ada waktu percobaan, sebelum diterima menjadi anggota penuh? Atau
seseorang langsung dapat mempunyai hak yang sama seperti angggota lama.
2.5. Apakah ada pelatihan (training) atau pelantikan untuk anggota baru?

VI. Mengembangkan Strategi perekrutan dan Perencanaan

1. Pastikan Tujuan dan Target
Jangan melakukan perekrutan anggota sebelum jelas betul apa yang dibutuhkan partai.
Pikirkan terlebih dahulu tujuan dan rencana partai, kemudian diskusikan siapa yang akan
direkrut untuk menjadi anggota. Contoh, partai membutuhkan tenaga baru yang berasal dari
konstituen tertentu, orang yang memiliki ketrampilan tertentu atau orang yang mempunyai
pandangan tertentu.
Tentukan berapa banyak anggota yang akan direkrut dan di mana paling mudah merekrutnya.
Tentukan juga berapa lama waktu yang dibutuhkan.

2. Tentukan Pesan yang Akan Dikomunikasikan kepada Calon Anggota
Mengapa mesti bergabung ke partai ini? Setidaknya orang yang mendapat tugas merekrut
harus mampu menjawab pertanyaan ini. Diskusikan terlebih dahulu apa yang dapat
ditawarkan pada calon dan bagaimana cara mengajak mereka bergabung.

3. Identifikasi Tempat Potensial Calon Anggota
Setelah menentukan target yang akan dijadikan anggota, harus dibicarakan di mana
menemukan calon anggota tersebut. Apabila targetnya mahasiswa, perekrut harus pergi ke
lokasi kampus. Apabila yang akan direkrut tempatnya berbeda-beda, dapat mendatangi
tempat-tempat pertemuan terbuka, promosi dari pintu ke pintu, pendekatan melalui organisasi
dan sektor-sektor ketika mereka mengadakan pertemuan. Juga dapat mengirim petugas
perekrutan ke tempat-tempat yang ramai, seperti ke kompleks pertokoan atau, depo (pool)
taksi.

4. Metode Rekrutmen
4.1. Dibentuk satu tim, perekrutan tidak dapat dilakukan seorang diri. Oleh karena itu harus
dibentuk satu tim yang beranggotakan antara 5 sampai 10 orang yang bertugas menyusun
rencana perekrutan sampai implementasinya. Anggota yang lain juga diminta melakukan
tugas perekrutan di mana dan kapanpun ia bisa. Petugas perekrutan harus mendapat
pelatihan lebih dulu agar dapat meyakinkan orang untuk menjadi anggota.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

43
4.2. Kumpulkan sumberdaya yang diperlukan untuk perekrutan. Hal ini penting bagi petugas
perekrutan, yakni bahwa sebelum mulai tugasnya, mereka telah siap dengan pamflet,
formulir, alamat kontak yang dapat dihubungi bila ada pertanyaan.
4.3. Cari waktu perekrutan yang tepat. Perekrutan dapat terjadi setiap saat dan oleh karena itu
petugas perekrutan selalu siap. Namun ada waktu yang baik untuk perekrutan, di
antaranya:
4.3.a. Ketika ada promosi perekrutan.
4.3.b. Ketika kampanye tentang isu-isu yang sesuai dengan program partai.
4.3.c. Ketika terjadi pertemuan publik.
4.4. Kerja di tingkat sektoral; bila akan melakukan perekrutan di sektor sektor kerja, harus
disiapkan daftar sektor-sektor kerja dan organisasi-organisasi, nama dan nomor telepon yang
dapat dihubungi setiap saat.
4.5. Rekrutmen untuk orang-orang kunci; partai pasti akan membutuhkan orang-orang yang
mempunyai bakat dan ketrampilan khusus. Oleh karena itu harus diadakan perekrutan
khusus. Seperti merekrut orang yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain, sehingga ia
dapat mempopulerkan partai.
4.6. Daftarlah orang-orang yang berpengaruh dan kunjungilah satu persatu dan diajak
berbicara secara pribadi.
4.7. Perekrutan dari pintu ke pintu; identifikasikan daerah yang akan dituju, kunjungilah
mereka dari pintu ke pintu dan yakinkan agar mereka mau bergabung menjadi anggota.
4.8. Kontak pribadi; metode yang paling baik untuk perekrutan adalah melalui pendekatan
pribadi. Beritahukan kepada simpatisan dan anggota partai untuk mengajak teman-temannya
ke pertemuan partai.
4.9. Pertemuan dan pengiklanan; iklankan di koran dan radio lokal bahwa partai sedang
mencari anggota baru. Undang mereka ke pertemuan publik atau buatlah kontak pribadi
untuk mendekati mereka. Juga dapat mengirim surat secara individual atau menggunakan
pamflet untuk menarik mereka bergabung menjadi anggota partai.

VII. Menjaga agar Anggota Tetap Aktif

Banyak partai yang kehilangan anggotanya tidak lama setelah rekrutmen. Ada beberapa
problem umum, dan di bawah ini beberapa contoh problem:
1. Pertemuan partai sering terlalu lama dan membosankan.
2. Terlalu sedikit berbuat untuk anggota sedangkan para pemimpinnya terlalu banyak
berbicara.
3. Kelompok kecil mendominasi kekuasaan tanpa melibatkan yang lain.
4. Tidak ada penghargaan terhadap kerja anggota atau tidak ada ucapan terima kasih
terhadap yang telah mereka lakukan untuk partai.
5. Anggota merasa tidak berguna dan frustrasi.
6. Partai tidak memiliki proyek yang dapat melibatkan para anggotanya.
7. Para anggota merasa tidak ada sesuatu yang terjadi di dalam partai.

Seseorang bergabung ke partai, karena ingin melakukan sesuatu yang berguna untuk
komunitasnya. Mereka juga menginginkan sesuatu kegiatan dilakukan selama menjadi
anggota. Partai harus mencari tahu apa motivasi anggota dan pastikan bahwa manajemen
tetap dapat menjaga motivasi dan keterlibatan anggota. Anggota biasanya termotivasi
apabila:

1. Merasa dihargai partai dan merasa dapat memberikan kontribusi.
2. Ada peluang mendapatkan ketrampilan yang baru atau mendapatkan pendidikan atas isu
yang menarik perhatian mereka.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

44
3. Aktif bekerja dalam isu yang dapat mengembangkan kehidupannya, keluarganya atau
komunitasnya.
4. Merasa sebagai bagian dari tim
5. Kegiatan yang dapat menghibur mereka atau dapat mendukung aktivitas sosialnya.
6. Pemberian penghargaan yang berkaitan dengan status untuk peningkatan pribadi atau
akses untuk mendapatkan pekerjaan.

Di bawah ini ada beberapa pemikiran untuk tetap memelihara motivasi dan pelibatan anggota
1. Buatlah sebuah pelatihan (workshop) ketika pelantikan untuk semua anggota baru;
pastikan bahwa mereka tahu tentang partai dan kerjanya.
2. Berikan ucapan selamat datang dan perkenalkanlah mereka di awal pertemuan partai.
3. Buatlah pendidikan dan pengembangan reguler untuk seluruh anggota; ini merupakan
bagian dari pertemuan reguler atau workshop khusus.
4. Ajak anggota untuk terlibat pada satu proyek atau pada satu kampanye.
5. Beri tanggung jawab dan tugas-tugas; libatkan dalam tim kerja sebagai anggota partai,
dengan demikian mereka akan merasa berguna dan dihargai.
6. Beri ucapan terima kasih dan hargai apa yang telah dikerjakan.
7. Buatlah struktur dalam pertemuan partai sedemikian rupa sehingga mereka sangat tertarik
dan semua berpeluang untuk berpartisipasi aktif dalam pertemuan.
8. Buatlah kegiatan-kegiatan sosial bersama untuk para anggota, seperti piknik, darma
wisata bersama atau bersantai bersama.






























----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

45
Rekomendasi
Rekrutmen Anggota

Rekomendasi ini diambil dari hasil workshop dan pertemuan kerja rutin Forum Politisi, yang
juga sebagai bahan diskusi untuk Kelompok Kerja III Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Perlu diubah paradigma keanggotaan partai politik, dimana anggota harus dianggap
sebagai sumber daya yang sangat penting di dalam partai.
II. Anggota diberi peluang untuk aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan.
III. Membuat pola rekrutmen yang sistematis:
1. Membentuk tim rekrutmen;
2. Menentukan kelompok sasaran/konstituen mana yang akan direkrut (antara lain
pemuda, perempuan, penduduk kota/desa, tingkat pendidikan);
3. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk rekrutmen;
4. Menentukan pesan utama yang akan di komunikasikan;
5. Menentukan waktu dan lokasi perekrutan.

IV. Membuat standar pola rekrutmen yang mudah dipahami oleh konstituen:
1. Diadakan perekrutan anggota setiap tahun dua kali;
2. Dilakukan oleh seluruh tingkatan kepengurusan dan sayap-sayap partai;
3. Kejelasan tentang siapa yang akan direkrut dan apa syaratnya;
4. Perekrutan diumumkan melalui media massa.

IV. Perlu dikembangkan proses rekrutmen dengan memperluas basis di luar basis
tradisional yang sudah dimiliki oleh masing-masing parpol.
V. Partai perlu memperkuat dan mengembangkan sayap partai agar partai dapat lebih
baik melayani anggota maupun konstituennya.
VI. Membangun sistem data base keanggotaan, sehingga dapat diketahui dengan persis
apa dan siapa yang sudah dimiliki oleh partai dan apa dan siapa yang mendesak
diperlukan partai.
VII. Menjaga supaya anggota yang telah direkrut tetap aktif dan bermotivasi tinggi:
1. Dilibatkan dalam kegiatan partai;
2. Diberi tanggung jawab tugas partai sesuai dengan kemampuan;
3. Diberi penghargaan setelah tugas diselesaikan.














----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

46
Lampiran :
Contoh Peraturan Partai
Keanggotaan Partai Politik

Contoh peraturan partai ini merupakan rangkuman dari hasil studi tentang keanggotaan
partai politik yang didasarkan atas hasil-hasil workshop dan pertemuan kerja rutin. Hasil
studi tersebut dipakai sebagai bahan diskusi Kelompok Kerja III pada Pertemuan Nasional
Forum Politisi. Hasil kesepakatan dari Kelompok Kerja I, adalah:

I. Dasardasar Pikiran
1. Untuk mempertahankan kesinambungan dan eksistensi partai dibutuhkan proses
regenerasi yang berkelanjutan di dalam tubuh partai.
2. Bahwa anggota merupakan unsur terpenting dari eksistensi sebuah partai.
3. Dalam upaya menjalankan proses regenerasi partai diadakan rekruitmen untuk
menjadi anggota partai.
4. Untuk melaksanakan/memantapkan mekanisme organisasi, maka rekrutmen anggota
partai harus didasarkan pada pedoman yang baku tentang keanggotaan partai.

II. Landasan Hukum
1. UU Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik.
2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai.
3. Peraturan disiplin partai lainnya.

III. Maksud dan Tujuan
1. Menjalankan proses regenerasi partai yang berkesinambungan.
2. Tersedianya aturan tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anggota partai.
3. Tersedianya mekanisme bagi anggota partai untuk meminta advokasi dari struktur
partai yang lebih tinggi ketika hak-hak keanggotaannya tidak terpenuhi.
4. Tersedianya mekanisme rekrutmen, pembinaan dan upaya pemenuhan hak dan
kewajiban anggota untuk lebih mewujudkan fungsi partai sebagai wahana
pengorganisasian kekuatan rakyat dan wahana pelatihan dan pengkaderan calon-
calon pemimpin bangsa.

IV. Pelaksanaan
Disesuaikan pada ketentuan yang berlaku pada masing-masing partai.

V. Isu Pokok
Terkait dengan rekrutmen anggota, sebagian besar partai menganut asas stelsel aktif, yakni
calon anggota secara aktif mengajukan permohonan menjadi anggota partai. Setelah melalui
proses dan kriteria tertentu, calon anggota dinyatakan sebagai anggota partai dan memperoleh
kartu tanda anggota. Dengan demikian anggota tersebut telah merelatifkan kepentingan
pribadinya dan tunduk pada kepentingan partai yang lebih besar.
Hak dan kewajiban anggota telah diatur di seluruh anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga semua partai. Namun praktik yang sering terjadi, hak anggota untuk mendapatkan
advokasi politik dan perlindungan dari praktik-praktik oligarki politik dan penyalahgunaan
kekuasaan politik sering belum diatur.
Berikut ini beberapa isu pokok yang harus dicarikan solusi untuk lebih dijamin di dalam
peraturan partai dan dijamin pelaksanaan hak dan kewajiban anggota:
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

47

1. Isu rekrutmen anggota partai;
2. Isu penempatan anggota partai, termasuk di dalamnya hak-hak anggota dan
kewajiban anggota partai;
3. Isu penempatan.

VI. Syaratsyarat Anggota
1. Menyerahkan KTP;
2. Berumur 17 tahun/telah menikah;
3. Membuat surat pernyataan bersedia menjadi anggota partai.

VII. Jenisjenis Kaanggotaan
1. Anggota biasa;
2. Anggota kader atau teras;
3. Anggota kehormatan;
4. Anggota luar biasa.

VIII. Kewajiban Anggota
Anggota Partai mempunyai kewajiban:
1. Memegang teguh asas partai;
2. Melaksanakan tujuan, fungsi, tugas, dan kebijakan partai;
3. Menaati peraturan dan keputusan partai;
4. Menjunjung tinggi disiplin partai;
5. Menjaga nama baik dan kehormatan partai;
6. Menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh partai dengan penuh tanggung
jawab;
7. Membayar iuran wajib partai;
8. Merekrut anggota baru.

IX. Hak Anggota
Setiap anggota partai berhak:
1. Mendapat perlakuan yang sama di dalam partai;
2. Menghadiri permusyawaratan dan rapat partai;
3. Menyampaikan pendapat dan keinginan kepada partai, baik tertulis maupun lisan;
4. Menggunakan hak suara;
5. Memilih dan dipilih;
6. Mendapatkan pembelaan dan perlindungan.

X. Hak Menghadiri Permusyawaratan dan Rapat Partai
1. Setiap anggota partai berhak menghadiri rapat rapat partai.
2. Ketentuan, tata cara dan syarat-syarat untuk menghadiri rapat partai didasarkan
kepada ketentuan AD/ART dan keputusan-keputusan partai yang berlaku.

XI. Hak Menyampaikan Pendapat dan Keinginan kepada Partai
1. Setiap anggota partai berhak menyampaikan pendapat dan keinginan kepada
partai, baik tertulis maupun lisan.
2. Ketentuan, tata cara dan syarat-syarat untuk menyampaikan pendapat dan
keinginan tertulis maupun tidak tertulis kepada partai didasakan kepada ketentuan
AD/ART dan keputusan-keputusan partai yang berlaku.

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

48
XII. Hak Menggunakan Hak Suara
1. Setiap anggota partai berhak menggunakan hak suara dalam permusyawaratan
atau rapat partai.
2. Ketentuan, tata cara dan syarat-syarat untuk menggunakan hak suara dalam
permusyawaratan atau rapat partai didasarkan kepada ketentuan AD/ART dan
keputusan-keputusan partai yang berlaku.

XIII. Hak Memilih dan Dipilih
1. Setiap anggota partai berhak memilih dan dipilih dalam penugasan partai.
2. Ketentuan, tata cara dan syarat-syarat untuk menggunakan hak suara dalam
permusyawaratan atau rapat partai didasarkan kepada ketentuan AD/ART dan
keputusan-keputusan partai yang berlaku.

XIV. Hak Memperoleh Pembelaan dan Perlindungan dari Partai
1. Hak memperoleh pembelaan dan perlindungan dari partai diberikan kepada:
1.1. Petugas partai yang menghadapi tekanan, ancaman atau perbuatan-perbuatan
lain yang membutuhkan pembelaan dan perlindungan dari partai pada saat ia
menjalankan tugas-tugas partai yang dibebankan dan menjadi tanggung
jawabnya.
1.2. Anggota yang menghadapi tekanan, ancaman atau perbuatan-perbuatan lain
yang membutuhkan pembelaan dan perlindungan dari partai karena
tindakannya dalam membela kepentingan dan/atau nama baik partai.
2. Pembelaan dari partai adalah pembelaan politik dan/atau pembelaan hukum.
3. Perlindungan dari partai adalah perlindungan politik atau perlindungan lain yang
bersangkut paut dengan keamanan dan keselamatan anggota partai.
4. Pembelaan dan perlindungan yang diberikan oleh partai dijalankan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Setiap anggota berhak mendapatkan rehabilitasi nama.

XV. Syarat-syarat Dipilih sebagai Pengurus Partai
1. Untuk dapat dipilih dan ditetapkan pada jabatan di dalam partai, anggota partai harus
telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya.
2. Syarat-syarat anggota partai yang dapat dipilih sebagai pengurus partai adalah sebagai
berikut:
2.1. Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan sebagai pengurus anak ranting,
pengurus ranting dan pengurus anak cabang partai adalah anggota yang tidak
tercela dan berdomisili di wilayah dukuh/dusun/rukun warga, atau kelurahan/desa
dan/atau kecamatan yang bersangkutan.
2.2. Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi pengurus DPC partai
adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 3 (tiga) tahun terus-
menerus menjadi anggota; pernah menjadi pengurus partai tingkat kecamatan
atau alat kelengkapan partai; dinyatakan lulus kaderisasi partai; serta berperilaku
tidak tercela dan berdomisili di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
2.3. Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi pengurus DPD partai
adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun terus-
menerus. menjadi anggota; pernah menjadi pengurus partai atau alat kelengkapan
partai tingkat kabupaten/kota; dinyatakan lulus kaderisasi partai; serta berperilaku
tidak tercela dan berdomisili di wilayah provinsi yang bersangkutan.
2.4. Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi pengurus DPP partai
adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 5 (lima) tahun terus-
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

49
menerus menjadi anggota; pernah menjadi pengurus partai atau alat kelengkapan
partai tingkat provinsi; dinyatakan lulus kaderisasi; serta berprilaku tidak tercela.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan anggota untuk duduk dalam
kepengurusan partai ditetapkan melalui peraturan partai.

XVI. Syarat-syarat Dipilih dan Dicalonkan dalam Jabatan Eksekutif
Pemerintahan
1. Untuk dapat dipilih dan dicalonkan dalam jabatan eksekutif pemerintahan, anggota partai
harus telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya kepada
partai.
2. Syarat-syarat anggota partai yang dapat dipilih dan dicalonkan dalam jabatan eksekutif
pemerintahan adalah sebagai berikut:
2.1. Anggota partai yang dapat dipilih dan dicalonkan menjadi calon bupati/wakil
bupati, walikota/wakil walikota dari partai adalah anggota partai yang sekurang-
kurangnya telah 3 (tiga) tahun terus-menerus menjadi anggota; minimal pernah
menjadi pengurus partai atau alat kelengkapan partai tingkat kabupaten;
dinyatakan lulus kaderisasi partai; memiliki pengetahuan yang cukup di bidang
pemerintahan; serta berperilaku tidak tercela dan berdomisili di wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
2.2. Anggota partai yang dapat dipilih dan dicalonkan sebagai calon gubernur/wakil
gubernur dari partai adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 4
(empat) tahun terus-menerus menjadi anggota; minimal pernah menjadi pengurus
partai atau alat kelengkapan partai tingkat provinsi; dinyatakan lulus kaderisasi
partai; memiliki pengetahuan yang cukup di bidang pemerintahan; serta
berperilaku tidak tercela dan berdomisili di wilayah provinsi yang bersangkutan.
2.3. Anggota partai yang dapat dipilih dan dicalonkan menjadi presiden/wakil
presiden dari partai adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 5
(lima) tahun terus-menerus menjadi anggota; minimal pernah menjadi pengurus
partai atau alat kelengkapan partai tingkat provinsi; dinyatakan lulus kaderisasi
partai; memiliki pengetahuan yang cukup di bidang pemerintahan; serta
berperilaku tidak tercela.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan anggota untuk duduk dalam jabatan
eksekutif pemerintahan ditetapkan melalui peraturan partai.


XVII. Syarat-syarat Dipilih, Dicalonkan dan Ditetapkan sebagai Anggota
Legislatif

1. Untuk dapat dipilih, dicalonkan dan ditetapkan sebagai anggota legislatif, anggota partai
harus telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya kepada
partai.
2. Persyaratan dipilih, dicalonkan dan ditetapkan sebagai calon anggota legislatif dari partai
adalah sebagai berikut:
2.1. Anggota partai yang dapat dipilih, dicalonkan dan ditetapkan menjadi calon
anggota DPR-RI adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 5 (lima)
tahun terus menerus menjadi anggota, dinyatakan lulus kaderisasi partai,
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

50
memiliki pengetahuan yang cukup di bidang legislatif, berperilaku tidak tercela
dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
2.2. Anggota partai yang dapat dipilih, dicalonkan dan ditetapkan menjadi calon
anggota DPRD provinsi adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 4
(empat) tahun terus menerus menjadi anggota, dinyatakan lulus kaderisasi partai,
memiliki pengetahuan yang cukup di bidang legislatif, berperilaku tidak tercela
dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
2.3. Yang dapat dipilih, dicalonkan dan ditetapkan menjadi calon anggota DPRD
kabupaten/kota adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 3 (tiga)
tahun terus menerus menjadi anggota, dinyatakan lulus kaderisasi partai,
memiliki pengetahuan yang cukup di bidang legislatif, berperilaku tidak tercela
dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mendapatkan dukungan partai ditetapkan
melalui peraturan partai.

XVIII. Syarat-syarat Anggota untuk Didukung pada Jabatan Strategis di
Luar Partai
1. Untuk mendapatkan dukungan dalam jabatan strategis di luar partai, anggota partai harus
telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya kepada partai.
2. Persyaratan untuk mendapatkan dukungan dalam jabatan strategis di luar partai adalah
sebagai berikut:
2.1. Anggota partai yang dapat didukung partai untuk duduk dalam jabatan strategis di
luar partai di tingkat nasional adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya
telah 5 (lima) tahun terus menerus menjadi anggota, dinyatakan lulus kaderisasi
partai, memiliki kemampuan cukup yang berhubungan dengan jabatan yang akan
didudukinya, berperilaku tidak tercela dan memenuhi kriteria yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.
2.2. Anggota partai yang dapat didukung partai untuk duduk dalam jabatan strategis di
tingkat provinsi adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 5 (lima)
tahun terus menerus menjadi anggota, dinyatakan lulus kaderisasi partai,
memiliki pengetahuan cukup yang berhubungan dengan jabatan yang akan
didudukinya, berperilaku tidak tercela dan memenuhi kriteria yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.
2.3. Anggota partai yang dapat didukung partai untuk duduk dalam jabatan strategis di
tingkat kabupaten/kota adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 5
(lima) tahun terus menerus menjadi anggota, dinyatakan lulus kaderisasi partai,
memiliki pengetahuan cukup yang berhubungan dengan jabatan yang akan
didudukinya, berperilaku tidak tercela dan memenuhi kriteria yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mendapatkan dukunga pada jabatan strategis di
luar partai ditetapkan melalui peraturan partai.



----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

51
XIX. Penghargaan dan Sanksi
1. Setiap anggota berhak mendapatkan penghargaan sesuai dengan jasa-jasa yang
diberikan kepada partai.
2. Partai berwenang memberikan sanksi kepada angota yang melakukan pelanggaran
aturan-aturan partai.
3. Partai perlu membentuk badan khusus untuk menangani pemberian penghargaan dan
sanksi.
4. Ketentuan-ketentuan pemberian penghargaan dan sanksi berdasarkan AD/ART dan
keputusan partai yang berlaku.

XX. Persetujuan
1. Anggota partai yang hendak melakukan kegiatan atas nama partai yang bukan
menjadi tugas dan tanggung jawabnya harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari pengurus partai di tingkatannya.
2. Anggota partai yang akan duduk di lembaga eksekutif, legislatif dan jabatan-jabatan
strategis lainnya di luar partai harus mendapatkan persetujuan dari partai.
3. Anggota partai yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif dan jabatan-jabatan
strategis lainnya di luar partai harus bersedia mengundurkan diri dan/atau ditarik
kembali apabila partai memutuskan demikian.

XXI. Berakhirnya Keanggotaan
1. Keanggotaan Partai dinyatakan berakhir karena:
1.1. Menjadi anggota partai politik lain.
1.2. Mengundurkan diri, yang dinyatakan oleh yang bersangkutan secara tertulis yang
memuat alasan pengunduran diri, dan ditujukan kepada DPC partai.
1.3. Diberhentikan karena:
1.3.a. Melakukan pelanggaran hukum pidana yang diancam hukuman sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun penjara dan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, kecuali bagi anggota yang terpidana karena membela partai.
1.3.b. Terkena sanksi pemecatan oleh partai.
1.3.c. Meninggal dunia, yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang.


















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

52
Kiat bagi Politisi
Rekrutmen anggota


Kiat bagi Politisi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi politisi yang akan
melakukan perubahan di dalam partainya sendiri atau di parlemen tempat ia mendapatkan
mandat dari rakyat. Kiat ini dibuat berdasarkan rekomendasi hasil workshop, pertemuan
kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Informasi tentang Partai
Kuasailah berbagai informasi penting tentang partai anda dan bawalah selalu brosur
tentang partai anda, sehingga anda selalu siap berbicara tentang partai anda
kapanpun, dengan siapapun dan di manapun.
II. Tawaran Menarik
Berikan tawaran yang menarik bagi orang yang akan direkrut menjadi anggota partai
sesuai dengan profesi dan keahliannya. Yakinkanlah calon anggota, bahwa semua
profesi dan keahlian dibutuhkan oleh partai dan oleh karena itu kontribusi tiap-tiap
anggota menjadi penting di partai.
III. Ajaklah Orang di Sekitar Anda
Orang di sekitar anda adalah orang yang lebih mudah untuk anda yakinkan. Ajaklah
mereka ke acara-acara partai yang terbuka untuk publik. Berilah mereka peran sekecil
apapun (membantu) dalam acara-acara partai yang melibatkan publik.
IV. Target Jumlah Rekrutmen
Usahakan paling sedikit setiap enam bulan anda berhasil merekrut satu anggota baru.
Ajaklah anggota partai yang lain untuk melakukan hal yang sama.
V. Mempertahankan Anggota
Seorang anggota yang puas adalah tenaga rekrutmen yang paling efektif. Hargailah
setiap anggota yang melalukan aktivitas sekecil apapun untuk partai dengan paling
tidak mengucapkan terima kasih. Bukalah akses seluas-luasnya pada anggota yang
sudah direkrut untuk mendapatkan pendidikan dan kursus-kursus ketrampilan yang
dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuan sosial ekonominya.

















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

53
Seleksi Kandidat Legislatif dan Pemimpin Partai

Uraian di bawah ini merupakan hasil workshop dan pertemuan kerja rutin Forum Politisi,
yang juga dipakai sebagai bahan diskusi Kelompok Kerja III Pertemuan Nasional Forum
Politisi.

I. Dasar Pemikiran

Salah satu fungsi utama partai politik adalah rekrutmen dan seleksi calon legislatif. Proses
seleksi kandidat legislatif sangat mempengaruhi komposisi sosial parlemen dan distribusi
kekuasaan di dalam partai-partai politik. Pada umumnya proses seleksi calon legislatif
sebaiknya melibatkan anggota partai dan dilaksanakan secara terbuka, transparan dan
demokratis. Akan tetapi tidak ada standar tertentu untuk seleksi kandidat. Prosesnya
bervariasi di banyak negara. Bahkan di Indonesia partai-partai politik menggunakan metode
nominasi dan seleksi calon legislatif yang berbeda-beda.

II. Model Seleksi Kandidat Legislatif

Di negara-negara Eropa jalan menuju parlemen pada umumnya sangat panjang. Di Inggris
misalnya, karir politik diawali di tingkat lokal ketika anggota harus bekerja keras selama
beberapa tahun sebelum dinominasikan sebagai calon legislatif. Jika terpilih, dia menjadi
anggota parlemen back-bench. Setelah dua atau tiga periode di parlemen, dia dapat menjadi
junior minister dan mungkin setelah beberapa tahun lagi menjadi anggota kabinet. Di Jerman,
politisi juga memulai karirnya di tingkat lokal. Pada dasarnya mereka harus membuktikan
diri terlebih dahulu siap bekerja keras demi partainya dan mampu menjadi politisi yang baik.
Agar dapat menjadi calon legislatif, di Jerman, politisi harus aktif terlebih dahulu di partai
selama sepuluh tahun.
Akan tetapi ada juga model rekrutmen lain, misalnya di Amerika Serikat (AS). Sistem
rekrutmen di AS jauh lebih terbuka. Kandidat tidak harus menjadi anggota partai dulu tetapi
dapat direkrut dari luar. Calon legislatif sering ditentukan oleh primaries tempat pemilih
memilih kandidatnya dan bukan anggota atau pengurus partai. Agar sukses dalam kampanye,
kandidat pada umumnya banyak menggunakan media. Dengan biaya yang sangat mahal para
calon membutuhkan dana yang cukup besar. Oleh karenanya, kandidat di AS harus
melakukan banyak kegiatan fund raising. Sering mereka berasal dari kalangan atas karena
dapat menyediakan dana sendiri.
Di beberapa negara Asia terdapat proses seleksi calon legislatif yang sangat tertutup. Di
Jepang misalnya banyak anggota dewan mewarisi posisinya dari anggota keluarga.
Karenanya, orang luar sangat susah diseleksi sebagai kandidat. Partai Thai Rak Thai, di
Thailand, semua kandidat ditentukan oleh pimpinan pusat. Pemimpin di tingkat regional
boleh memberikan rekomendasi, akan tetapi keputusan akhir diambil DPP.

III. Pola Seleksi Kandidat

Bagaimanapun pola proses seleksi kandidat, pada umumnya dua hal yang penting harus
diperhatikan. Pertama, siapa yang memilih calon dan, kedua, apa saja persyaratan yang harus
dipenuhi oleh kandidat? Calon legislatif dapat diseleksi oleh:
1. Suatu tim atau komite khusus;
2. Pimpinan partai (DPP);
3. Pimpinan partai regional atau lokal;
4. Kongres partai;
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

54
5. Pemilih melalui primaries;
6. Menggunakan survei.

Persyaratan calon legislatif juga sangat bervariasi. Di antaranya partai politik memilih
kandidat yang:
1. Sudah lama aktif di dalam partai dan kerja keras untuknya;
2. Berpengalaman di legislatif atau eksekutif;
3. Mempunyai pendidikan tinggi;
4. Dapat membiayai kampanye sendiri;
5. Dapat memobilisasi massa;
6. Mempunyai jaringan dan koneksi politik yang kuat;
7. Mempunyai kemampuan tertentu (orasi, organisasi, atau yang lain)
Setiap model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak ada suatu sistem nominasi dan
seleksi kandidat legislatif yang sempurna. Misalnya, kalau tidak ada kompetisi dan
partisipiasi di tingkat grass root partai sering kurang transparan. Akan tetapi, peran pimpinan
pusat yang terlalu lemah dapat menimbulkan kekurangan disiplin dan kesatuan ideologis
dalam partai. Artinya, partai politik harus mencari jalan tengah di antara sentralisasi dan
desentralisasi proses seleksi kandidat. Yang penting, prosesnya transparan dan
menguntungkan partai dan bukan individu-individu. Agar proses konsisten dan transparan
partai politik menentukan peraturan yang jelas dan tidak terlalu rumit dan mudah diikuti oleh
cabang di daerah.

IV. Contoh Proses Seleksi Kandidat di Sumatra Barat

(diambil dari Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Syamsuddin Haris (ed), 2005,
halaman 153-203)
Partai Amanat Nasional membentuk Komite Pemenangan Pemilu Daerah (KPPD) di setiap
kabupaten yang bertanggung jawab atas seleksi kandidat. Sesudah KPPD menjaring kandidat
mereka dinilai oleh tim lain, yaitu Panitia Klarifikasi Data. Calon dinilai berdasarkan sistem
skoring yang ditentukan DPP. Terdapat lima aspek dalam sistem tersebut:
1. Kualitas pribadi (nilai maksimal 29);
2. Pengabdian terhadap partai (nilai maksimal 30);
3. Kontribusi dana dan sarana (nilai maksimal 15);
4. Kebijakan keberpihakan kepada perempuan (nilai maksimal 5);
5. Kebijakan keberpihakan caleg yang pernah menjadi anggota legislatif atau eksekutif
(nilai maksimal 5).
Sesuai dengan skoring, susunan daftar calon legislatif ditentukan KPPD. Selanjutnya DPD
PAN memutuskan dan mengesahkan daftarnya tanpa mengubah peringkat skor yang telah
disusun.

Partai Bulan Bintang membentuk sebuah Komite Aksi Pemenangan Pemilu (KAPPU) yang
bertanggung jawab atas rekrutmen calon legislatif. Komite tersebut menjaring kandidat dan
menilainya sesuai dengan aspek berikut:
1. Pendidikan;
2. Aktivitas partai sejak pembentukannya;
3. Kegiatan sebagai pengurus;
4. Kedudukan dalam struktur partai;
5. Jabatan fungsional di dalam partai;
6. Pelatihan yang pernah diikuti;
7. Karya tulis
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

55
Perolehan nilai (skor) menentukan nomor urutnya di dalam daftar caleg. Daftar diserahkan
kepada DPC yang membuat keputusan final dalam rapat pleno. Setiap pengurus DPC
mempunyai hak untuk menggeser urut atau daerah pemilihan hanya sekali untuk satu orang
caleg.

Partai Persatuan Pembangunan memiliki proses seleksi kandidat yang dilakukan
Pimpinan Harian Cabang yang merupakan pengurus inti DPC. Akan tetapi, penetapan dan
penyusunan daftar caleg dilakukan oleh Lajnah Penetapan Calon (LPC) yang terdiri dari lima
orang anggota Pimpinan Harian Cabang dan minimal satu perempuan. Calon dinilai
berdasarkan kategori-kategori berikut:
1. Ketakwaan yang dilihat dari kelakuan sehari-hari;
2. Kemampuan menjadi anggota legislatif;
3. Daya jual;
4. Manfaat bagi negara, bangsa, partai dan daerah pemilihan;
5. Pengalaman dalam partai;
6. Kepatuhan kepada peraturan dan keputusan partai.
Daftar calon legislatif yang dihasilkan diserahkan kepada Pimpinan Harian DPC kemudian
yang menggunakannya sebagai bahan pertimbangan. Akan tetapi, Pimpinan Harian yang
sepenuhnya berwenang dan bertanggung jawab membuat keputusan akhir tentang daftar
calon legislatif.

V. Masalahmasalah Seleksi Kandidat
1. Seleksi kandidat masih didominasi elite partai. Aturan-aturan seleksi kandidat yang
dibuat elite partai sering dilanggar sendiri oleh elite partai untuk kepentingan
memasukkan calon yang ia inginkan.
2. Partai tidak melakukan seleksi kandidat secara sistematis, sehingga tidak
mendapatkan kandidat yang mempunyai kualifikasi berbeda-beda yang dibutuhkan
untuk memperjuangkan program partai di parlemen.
3. Dalam seleksi kandidat, partai sering tidak memperhatikan asal daerah kadernya,
sehingga sering terjadi dalam pemilu kandidat di satu daerah pemilihan tidak dikenal
oleh konstituen partai di daerah pemilihan tersebut.
4. Seleksi kandidat tidak dilakukan secara transparan, akuntabel dan partisipatif
5. UU Partai Politik dan AD/ART partai masih memberikan peluang bagi pimpinan
partai dalam seleksi kandidat
6. Waktu seleksi kandidat sering terlalu pendek dengan pelaksanaan pemilihan umum,
sehingga proses seleksi kandidat tidak dapat dilakukan secara maksimal.
7. Kaderisasi dan pendidikan politik di dalam partai politik masih lemah, sehingga partai
kekurangan orang sebagai kandidat yang tangguh dalam pemilu.













----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

56
Rekomendasi
Seleksi Kandidat Legislatif

Rekomendasi di bawah ini merupakan hasil workshop dan pertemuan kerja rutin Forum
Politisi, yang juga dipakai sebagai bahan diskusi untuk Kelompok Kerja III Pertemuan
Nasional Forum Politisi.

I. Seleksi kandidat dibangun dari bawah dengan standar seleksi yang baku. DPP diberi
kewenangan sebesar 30 persen untuk menentukan seleksi kandidat.
II. Menyusun strategi dasar untuk menentukan seleksi kandidat dari berbagai daerah dan
kualifikasi yang dibutuhkan oleh partai.
III. Membuat mekanisme dan prosedur yang dapat menghindarkan adanya dominasi politik
uang dalam seleksi kandidat.
IV. Seleksi kandidat dilakukan secara transparan, akuntabel dan partisipatif.
V. Membentuk lembaga khusus di dalam partai yang menangani khusus masalah seleksi
kandidat, sehingga partai dapat mengembangkan metode dan pendekatan seleksi kandidat
yang terus dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aktual.
VI. Waktu untuk mengadakan seleksi kandidat harus mencukupi, sehingga dapat memilih
kandidat dengan akurat dan tanpa tekanan waktu.
VII. Membuat kaderisasi partai secara rutin dan berkelanjutan dengan materi yang berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan partai aktual maupun ke depan. Dengan demikian partai dapat dengan
tenang mempersiapkan kandidat-kandidatnya dan tidak banyak kesulitan untuk
mengadakan seleksi kandidat.



























----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

57
Lampiran :
Contoh Peraturan Partai
Mekanisme Seleksi Calon Anggota DPR, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota


Contoh peraturan partai ini merupakan rangkuman dari hasil studi tentang mekanisme
seleksi calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota yang didasarkan atas
hasil-hasil workshop dan pertemuan kerja rutin. Hasil studi tersebut dipakai sebagai bahan
diskusi Kelompok Kerja III pada Pertemuan Nasional Forum Politisi. Hasil kesepakatan dari
Kelompok Kerja I, antara lain:

I. Dasar Pikiran

1. Calon anggota legislatif harus dipilih melalui tahapan yang memungkinkan terpilihnya
calon melalui mekanisme secara demokratis, memenuhi kriteria yang ditetapkan
partai, (track record calon, pengabdian di partai, integritas, loyalitas, kompetensi dan
kapabilitas), selaras dengan kepentingan partai dan memenuhi persyaratan minimal
untuk menjalankan fungsi legislatif, anggaran, pengawasan dan fungsi sebagai wakil
rakyat.
2. Mekanisme pemilihan calon masih membuka kemungkinan terhadap berbagai
penyimpangan sebagai akibat dominasi pimpinan partai, dengan merelatifkan
mekanisme yang telah ditetapkan.
3. Advokasi terhadap anggota partai yang dicalonkan untuk mendapatkan hak-hak
politiknya melalui mekanisme seleksi yang transparan, adil dan demokratis sering
kurang terpenuhi karena tidak adanya badan atau lembaga sebagai tempat pengaduan
apabila calon legislatif dirugikan hak-hak politiknya.
4. Bahwa mekanisme pemilihan calon anggota legislatif sepenuhnya merupakan
wewenang partai.
5. Bahwa berdasarkan kewenangannya tersebut partai bertanggung jawab di dalam
menghasilkan calon-calon anggota legislatif untuk dapat memenuhi persyaratan
kompetensi dan kapabilitas, khususnya di dalam menjalankan fungsi legislasi,
anggaran, pengawasan dan fungsi sebagai wakil rakyat, termasuk pemenuhan atas
persyaratan minimum untuk cakap dan mampu menjalankan tugas-tugasnya di alat
kelengkapan dewan.

II. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum.
2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai.
3. Peraturan disiplin partai

III. Maksud dan Tujuan

1. Tersedianya mekanisme yang demokratis, transparan dan menjamin hak-hak politik
calon di dalam upaya mencari kader partai terbaik untuk ditugaskan di lembaga
legislatif.
2. Berjalannya proses rekrutmen calon, hingga rencana penugasan calon di alat-alat
kelengkapan dewan agar terjadi kesesuaian antara kriteria yang ditetapkan Partai dan
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

58
persyaratan yang diperlukan untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota
legislatif.
3. Berkurangnya konflik internal partai.


IV. Rekomendasi

1. Untuk memberikan penguatan institusi partai, mekanisme rekrutmen dapat memberikan
ruang bagi tokoh-tokoh yang memiliki keahlian/kompetensi yang dibutuhkan dalam
melaksanakan tugas-tugas di lembaga legislatif, dengan tetap memenuhi persyaratan
yang ditetapkan partai.
2. Partai memiliki mekanisme uji kompetensi untuk memperoleh sekurang-kurangnya 10
persen-15 persen dari anggota legislatif yang memahami hal ihwal tugas-tugas di setiap
komisi yang menjadi target legislasi.
3. Partai memiliki mekanisme rekrutmen yang mengutamakan calon dari kader partai
(calon legislatif harus sudah menjadi anggota partai sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun).
4. Calon legislatif yang pernah menduduki kursi legislatif di berbagai tingkatan dibatasi
maksimum 2 periode dan atau jika dianggap layak dapat dicalonkan menjadi legislatif
menduduki jenjang yang lebih tinggi.

IV. Kewenangan

Partai harus mengatur pembagian kewenangan di dalam menetapkan calon sesuai dengan
mekanisme penjaringan dan penyaringan calon yang ditetapkan partai. Konvensi yang
berlaku umum dalam penetapan kewenangan berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1. Bahwa struktural partai di tingkat nasional adalah lembaga tempat memberi tugas dan
meminta pertanggungjawaban bagi petugas-petugas partai di tingkat nasional;
2. Bahwa struktural partai di tingkat provinsi adalah lembaga tempat memberi tugas dan
meminta pertanggungjawaban bagi petugas-petugas partai di tingkat provinsi;
3. Bahwa struktural partai di tingkat kabupaten/kota adalah lembaga tempat memberi
tugas dan meminta pertanggungjawaban bagi petugas-petugas partai di tingkat
kabupaten/kota;
Dalam praktiknya sesuai dengan demokratisasi yang berjalan di internal partai, dalam
menetapkan calon juga bisa dilakukan pembagian kewenangan sebagai berikut:

Opsi 1:

Lembaga
Legislatif
Struktur Partai
tingkat Pusat
Struktur Partai
tingkat Provinsi
Struktur Partai tingkat
Kabupaten/Kota
DPR RI 60% 25% 15%
DPRD Provinsi 10% 60% 30%
DPRD
Kabupaten/Kota
0% 10% 90%






----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

59
Opsi 2:

Lembaga
Legislatif
Struktur
Partai
tingkat Pusat
Struktur
Partai
tingkat
Provinsi
Struktur Partai
tingkat
Kabupaten/Kota
Struktur
Partai
tingkat
Kecamatan
Struktur
Partai
tingkat
Desa
DPR RI 55% 20% 10% 10% 5%
DPRD Provinsi 10% 55% 20% 10% 5%
DPRD
Kabupaten/Kota
5% 10% 55% 20% 10%

Persentase kewenangan yang dimaksudkan di atas berlaku terhadap total komposisi calon dan
terhadap target kursi yang akan diperoleh oleh partai politik.

VI. Penjaringan, Penyaringan dan Penetapan

Penjaringan:
1. Proses penjaringan calon dimulai dari tiga tingkat di bawah tingkatan lembaga legislatif.
Contoh untuk penjaringan calon anggota DPR RI dimulai dari tingkat kecamatan.
2. Proses penjaringan harus dimulai paling tidak 1 (satu) tahun sebelum pemilu
dilaksanakan.
3. Penjaringan dilakukan oleh struktural partai pada tingkatannya. Syarat-syarat dan
mekanisme penjaringan harus diumumkan secara terbuka kepada anggota partai.

Penyaringan:
1. Proses penyaringan dimulai dari dua tingkat tingkatan lembaga legislatif. Contoh untuk
DPRD provinsi, maka penyaringan pertama dilakukan di tingkat kecamatan, penyaringan
kedua di tingkat kabupaten/kota dan tingkat ketiga di pengurus partai tingkat provinsi.
2. Partai harus menetapkan kriteria penyaringan berikut alat ukur yang dipakai.
3. Penyaringan dilakukan melalui rapat kerja partai.

Penetapan:
1. Penetapan calon anggota DPRD kabupaten/kota dilakukan DPC partai.
2. Penetapan calon anggota DPRD provinsi dilakukan oleh DPD partai.
3. Penetapan calon anggota DPR RI dilakukan oleh DPP partai.

VII. Tim Verifikasi

Guna lebih menjamin berjalannya seleksi secara transparan atas dasar kriteria yang
ditetapkan partai, setiap pengurus partai pada masing-masing tingkatan partai yang memiliki
kewenangan di dalam penyaringan harus membentuk tim verifikasi.
1. Tugas tim verifikasi bakal calon anggota legislatif adalah meneliti kebenaran dan
keabsahan atau seluruh kelengkapan persyaratan bakal calon anggota legislatif
sebagaimana diatur dalam ketentuan UU Nomor 12 Tahun 2003, anggaran rumah tangga
dan peraturan partai yang mengatur mekanisme rekrutmen calon.
2. Tim verfikasi bakal calon anggota legislatif bertanggung jawab terhadap struktural partai
pada tingkatannya, dan mengumumkan hasil verifikasi yang dilakukannnya pada rapat
kerja partai.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

60
3. Tim verifikasi bakal calon bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota menyampaikan
hasil kerjanya kepada DPC Partai untuk diajukan sebagai bakal calon anggota DPRD
kabupaten/kota di rakercab.
4. Tim verifikasi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang sekretaris
merangkap anggota dan sekurang-kurangnya 5 orang anggota.
5. Seluruh anggota tim verifikasi 60 persen ditetapkan oleh struktural partai 1 (satu) tingkat
di bawahnya, dan 40 persen ditetapkan oleh struktural partai sesuai dengan tingkatan
lembaga legislastif.

VIII. Rapat Kerja Partai
Rapat kerja partai terdiri atas rapat Kerja cabang, rapat kerja daerah dan rapat kerja nasional
diadakan untuk menyaring bakal calon yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi.
1. Rapat kerja cabang dihadiri pengurus harian partai di tingkat kabupaten/kota, ketua
pengurus partai di tingkat kecamatan (PAC) karena jabatannya (ex officio), serta 2 (dua)
orang anggota dan atau pengurus yang dipilih dan ditetapkan dalam rapat PAC.
2. Rapat kerja daerah dihadiri oleh pengurus DPD partai, ketua DPC karena jabatannya (ex
officio), serta 2 (dua) orang pengurus dewan pimpinan cabang yang dipilih dan ditetapkan
dalam rapat DPC.

3. Rapat kerja nasional dihadiri oleh pengurus DPP partai, ketua DPD karena jabatannya
(ex officio), serta 2 (dua) orang dewan pimpinan daerah yang dipilih dan ditetapkan
dalam rapat DPD.

IX. Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan dalam rakercab, rakerda dan rakernas ditempuh melalui jalan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, putusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Seluruh peserta yang hadir dalam rakercab, rakerda dan rakernas memiliki hak suara
dengan ketentuan satu peserta satu suara.

X. Persyaratan
Ketentuan persyaratan yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
Pasal 58, adalah sebagai berikut:
1. Warga negara Republik Indonesia yang berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;
2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;
5. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;
6. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
8. Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakuan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih;
9. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dari dokter yang
berkompeten; dan
10. Terdaftar sebagai pemilih.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

61
XI. Kriteria

Kriteria bakal calon anggota legislatif yang dapat dijaring berdasarkan anggaran rumah
tangga, antara lain sebagai berikut:
1. Telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya kepada partai;
2. Sekurang-kurangnya telah 3 (tiga) tahun terus-menerus menjadi anggota aktif partai;
3. Dinyatakan lolos penyaringan sesuai dengan mekanisme partai;
4. Memiliki pengetahuan yang cukup di bidang legislasi;
5. Berperilaku tidak tercela;
6. Memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan;
7. Memenuhi syarat-syarat kompetensi dan kapabilitas calon terkait dengan rencana
penugasan calon di alat kelengkapan dewan;
8. Ketentuan lain, misal terkait dengan kaderisasi yang dilaksanakan partai.

Kriteria bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota yang dapat
dijaring berdasarkan peraturan partai ini adalah sebagai berikut:
1. Pencalonan harus dibuktikan dengan kartu tanda anggota asli.
2. Menyerahkan biodata, ijasah asli dan sertifikat kelulusan kaderisasi yang dilaksanakan
oleh partai (syarat lulus kaderisasi ini tergantung kondisi internal partai).
3. Mengisi formulir rekrutmen calon legislatif partai yang disediakan oleh pengurus partai.
4. Menyerahkan bukti-bukti yang dipandang dapat menunjukkan kesetiaan, kemampuan,
pengabdian dan kedisiplinannya terhadap partai.
5. Mengisi formulir riwayat pendidikan dan riwayat pengabdian di partai yang disediakan
pengurus partai.
6. Tidak sedang terkena sanksi organisasi.
7. Tidak terlibat masalah narkoba secara langsung maupun tidak langsung.
8. Memiliki jiwa kepemimpinan yang jujur, adil dan bebas KKN (korupsi, kolusi dan
nepotisme)
9. Memiliki ideologi, visi dan misi yang sejalan dengan garis perjuangan partai.
10. Sanggup memberdayakan potensi partai, mengembangkan dan memperjuangkan
tercapainya cita-cita partai yang dituangkan dalam suatu program tertulis.
11. Dapat memberikan gambaran peluang untuk memenangkan pemilihan, antara lain dari
dukungan masyarakat dan dukungan lainnnya.
12. Bersedia ditarik dari keanggotaannya sewaktu-waktu oleh partai demi kepentingan partai.
13. Bersedia mentaati dan menjalankan semua peraturan partai.

XII. Waktu Penjaringan dan Penyaringan
VI. Penjaringan bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota,
dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum jadwal pengajuan calon
yang telah ditetapkan oleh KPU.
VII. Penetapan calon anggota legislatif paling lambat 2 (dua) bulan sebelum batas akhir
pengajuan calon yang ditetapkan oleh KPU.

----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

62
XIII. Sanksi
1. Kader atau anggota partai yang tidak menjalankan ketetapan dan atau tidak
memperjuangkan calon yang sudah ditetapkan DPC, DPD dan DPP partai atau menjadi
calon dari partai lain atau terlibat langsung atau tidak langsung dalam tim sukses calon
partai lain, termasuk pelanggaran disiplin partai.
2. Terhadap pelanggaran disiplin partai seperti dimaksud pada pasal xyz akan dikenakan
sanksi organisasi sesuai ketentuan dalam AD/ART dan peraturan disiplin partai.











































----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

63
Kiat bagi Politisi
Seleksi Kandidat Legislatif

Kiat bagi Politisi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi politisi yang akan
melakukan perubahan di dalam partainya sendiri atau di parlemen tempat ia mendapatkan
mandat dari rakyat. Kiat ini dibuat berdasarkan rekomendasi hasil workshop, pertemuan
kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Penegakan Aturan Seleksi Kandidat
Bertindak aktif dalam seleksi kandidat dan tegakkan secara sungguhsungguh aturan
partai tentang seleksi kandidat, yang telah menjadi kesepakatan bersama dan diketahui
oleh publik.
II. Perhatikan Komitmen Kandidat
Dialog intensif dengan kandidat dan perhatikan bagaimana kandidat menyelesaikan
problemproblem yang berkaitan dengan partai dan publik. Komitmen akan kelihatan
ketika ia memecahkan problem yang pelik.
III. Kader Partai
Prioritaskan kader partai yang telah cukup lama, intensif dan telah terbukti mampu
menyelesaikan problem-problem partai yang pelik dalam seleksi kandidat.
IV. Jangka Waktu Seleksi
Ambilah cukup waktu untuk mempelajari para kandidat yang akan diseleksi. Jangan
sampai seleksi kandidat diadakan baru tiga bulan menjelang pemilu. Performa
kandidat tidak dapat hanya dilihat dari data-data di atas kertas atau penampilan
ketika dites saja.

























----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

64
Konflik Internal Partai Politik

Uraian di bawah ini merupakan hasil diskusi Kelompok Kerja V Pertemuan Nasional Forum
Politisi.


Konteks
Kita semua sepakat kehidupan partai adalah entitas politik untuk mengartikulasikan
kepentingan masyarakat. Dengan demikian persoalan partai politik menjadi menarik untuk
dikaji, terutama ketika betapa banyak partai politik yang mengalami konflik internal dan
membias kepada masyarakat sebagai pemilih/konstituen.
Bagi kita konflik partai politik tidak dapat dihindari karena partai politik sebagai elemen
yang sangat menentukan terhadap proses penyelenggaraan negara yang melahirkan
pemimpin dan kebijakan-kebijakan publik.
Namun sebagai elemen atau aktivis partai politik, realitas ini tidak boleh dibiarkan terus
berlangsung, karena itu perlu identifikasi persoalan dan langkahlangkah strategis untuk
mengatasi pelbagai konflik tersebut.
Pokja V merumuskan beberapa pokok pikiran berikut:

I. Identifikasi Konflik Internal Partai

1. Sumber Konflik:
1.1. Peraturan perundangan-undangan yang ada sekarang belum ideal dan memancing
banyak penafsiran yang menimbulkan persoalan dalam partai politik.
1.2. Aturan partai politik seperti AD/ART dan keputusan partai.
1.3. Persoalan manajemen internal dan individu sebagai sumber konflik.
1.4. Mekanisme rekrutmen kader partai.
2. Waktu Konflik:
2.1 Pada waktu perhelatan partai seperti kongres, muktamar, pemilu dan pilkada.
3. Tempat Konflik:
3.1.Pada tingkat pusat;
3.2.Provinsi;
3.3.Kabupaten/kota.

II. Langkah-langkah Mengatasi Konflik

1. Membangun simbol-simbol yang bisa menciptakan perdamaian (membangun
kohesivitas)
2. Melaksanakan pendidikan politik yang terjadwal kepada elite, kader dan massa.
Dengan begitu elite bisa berlaku pantas dan santun dalam menghadapi konflik, kader
bisa rasional dan massa bisa kritis.
3. Pentingnya menata mekanisme pengambilan keputusan dalam partai yang harus
dikemas sehingga aspirasi seluruh kader bisa mempengaruhi keputusan.
4. Diperlukan penataan infrastruktur partai, mekanisme perekrutan yang partisipatif dan
jelas. Perlu diikuti dengan good governance, tranparansi, dan akuntabilitas.
5. Seluruh elemen dalam partai harus memiliki konsensus bersama partai. Ideologi
yang praktis.


----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

65
III. Kesimpulan
1. Kita semua sepakat kehidupan partai adalah entitas politik untuk mengartikulasikan
kepentingan masyarakat, sehingga dalam tubuh partai melekat perbedaan
kepentingan. Ini tidak terhindarkan.
2. Sumber-sumber konflik dalam partai:
2.1.Kebijakan yang tidak kondusif (multitafsir, tidak konsisten dengan aturan lain).
Aturan harus ditegakkan.
2.2.Manajemen internal partai: AD/ART yang berpasal karet. UU harus disusun
secara partisipatif sehingga kepentingan semua masuk di sana. AD/ART perlu
tegas dan tidak mendua. Konsistensi pelaksanaan harus diperhatikan. Konflik
harus menjadi mekanisme pembelajaran partai.
2.3.Relasi pusat-daerah menjadi sumber konflik. Daerah menerima rembesan konflik
dari pusat. Relasi pusat daerah masih sentralistik dan otoriter.
2.4.Individu butuh satu proses kaderisasi sehingga kader memiliki kematangan dalam
menyikapi perbedaan dan menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan
pribadi.
3. Kapan terjadinya konflik:
Harus dibedakan antara konflik dan kompetisi. Untuk mengatasinya, ada dua hal yang
perlu diperhatikan:
3.1.Penegakan aturan;
3.2.Komunikasi politik terus menerus, sehingga pemahaman politik kader
berkembang.
4. Menyikapi konflik:
4.1.Tidak semua konflik harus diselesaikan; menggagas berbagai kebijakan publik;
membahas isu-isu di dalam masyarakat. Dengan begitu bisa diperoleh pemikiran-
pemikiran terobosan.
4.2.Untuk mentransformasi konflik, partai harus mengakui adanya beda pendapat dan
faksi-faksi. Faksi-faksi ini bisa diberi keleluasaan untuk berkompetisi dalam
program dan kegiatan.

IV. REKOMENDASI
1. UU partai politik direvisi, dan rancangan undang-undang tersebut dirumuskan oleh
Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi Untuk Reformasi dengan melibatkan
lintas partai yang selanjutnya diperjuangkan ke DPR-RI.
2. Perlu penegakan aturan sehingga tidak terjadi intervensi dari pihak eksternal partai.
3. AD/ART disusun secara partisipatif dan pasal-pasalnya harus tegas, jelas dan
konsisten dalam pelaksanaannya.
4. Konflik perlu didesain menjadi mekanisme perbaikan internal partai.
5. Relasi pusat-daerah perlu ditata kembali sehingga otoritas struktur partai diberikan
ruang yang cukup luas sesuai dengan kewenangan pada masing-masing tingkatan.
6. Sistem kaderisasi partai harus mendorong dan memberi kesempatan yang sama
kepada kaum perempuan.
7. Mengembangkan platform ideologi partai yang jelas dan perlu menciptakan simbol-
simbol damai yang bisa membawa proses konvergensi yang dapat menyatukan
kepentingan partai.
8. Perlunya pendidikan dan komunikasi politik kepada elite, kader dan massa partai
politik.
9. Tata kelola infrastruktur partai yang baik dapat membuka dan mengembangkan
mobilitas vertikal partai sehingga kader potensial mendapatkan kesempatan yang
sama dalam karier politik.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

66
10. Masalah gender terutama praktik penetapan kuota harus ditaati oleh semua partai dan
tidak ada lagi diskriminasi di dalam partai. Maka perempuan memiliki kesempatan
yang sama dalam menentukan kebijakan dan terlibat dalam promosi yang sama di
dalam partai maupun di dalam legislatif dan eksekutif.

Demikian rumusan singkat dari Kelompok Kerja (Pokja) V terhadap materi Konflik Internal
Partai Politik yang disampaikan kepada forum terhormat ini. Harapan kami, kegiatan Forum
ini perlu dilakukan secara terus menerus sampai ke daerah dalam rangka penguatan partai
politik dan parlemen.










































----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

67
Rekomendasi
Penanganan Konflik Internal Partai

Rekomendasi di bawah ini merupakan hasil diskusi dalam workshop dan pertemuan kerja
rutin Forum Politisi dengan tema Penanganan Konflik Internal Partai.

I. UU partai politik mengatur lebih tegas tentang anggota yang mempunyai kedaulatan
untuk ikut menentukan kebijakan partai dengan memastikan bahwa anggota partai
tersebut membayar iuran anggota secara rutin.
II. UU pemilu memperberat persyaratan partai peserta pemilu, seperti partai peserta pemilu
minimal sudah lima tahun dari hari penyelenggaraan pemilu terdaftar sebagai partai
politik.
III. Diperbolehkannya calon independen dalam pemilu, sehingga tidak semua memaksakan
diri mencalonkan melalui partai politik dan dapat menghindari jual beli tiket pencalonan
di dalam partai politik.
IV. Nomor urut pencalonan tidak penting tetapi siapa yang mendapat suara terbanyak
adalah pemenangnya. Dengan demikian, dapat menghindarkan perebutan nomer urut
yang sering berkahir dengan ketegangan/konflik internal partai.
V. Konflik internal partai selama belum memasuki wilayah pelanggaran pidana, maka
konflik tersebut harus diselesaikan di dalam internal partai.
VI. Penegakan rule of law dan rule of ethic partai, yaitu penegakan AD/ART partai.
VII. Merumuskan materi AD/ART lebih jelas dan detail dengan melibatkan banyak
kalangan terutama meminta masukan-masukan dari anggota partai.
VIII. Perlu adanya standar rekrutmen dan seleksi kandidat sekaligus lembaganya untuk
membetengi intervensi dari luar partai untuk pelaksanaan rekrutmen dan seleksi
kandidat
IX. Membentuk lembaga penyelesaian konflik internal partai, sehingga seluruh anggota dan
pengurus partai tidak selalu disibukan dengan konflik internal partai, yang akan selalu
muncul di dalam partai politik
X. Perlu dibentuk lembaga khusus yang dapat mengkontrol aktivitas sehari-hari dari
lembaga eksekutif partai.
XI. Perlu dibuat satu mekanisme yang mengatur tentang transparansi dan desentralisasi
dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan partai.

















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

68
Lampiran :
Contoh Peraturan Partai
Penyelesaian Konflik Internal Partai

Contoh peraturan partai ini merupakan rangkuman dari hasil studi tentang penyelesaian
konflik internal partai yang didasarkan atas hasil-hasil workshop dan pertemuan kerja rutin.
Hasil studi tersebut dipakai sebagai bahan diskusi Kelompok Kerja III pada Pertemuan
Nasional Forum Politisi. Hasil kesepakatan dari Kelompok Kerja III, adalah:



I. Dasar Pemikiran

1. Dalam setiap kehidupan partai politik selalu ada konflik, karenanya perlu ada
mekanisme/lembaga penyelesaian konflik dalam tubuh partai secara independen.
2. Belum tersedianya mekanisme/lembaga penyelesaian konflik dalam tubuh partai,
khususnya konflik yang terjadi sebagai akibat perbedaan tafsir terhadap konstitusi
partai.
3. Belum adanya lembaga yang memiliki kewenangan menafsirkan konstitusi partai bisa
menjadi penyebab tafsir atas konstitusi partai dipengaruhi oleh kepentingan
kekuasaan elite partai.

II. Landasan Hukum

1. UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik;
2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai;
3. Peraturan disiplin partai.

VIII. Maksud dan Tujuan

1. Tersedianya mekanisme penyelesaian konflik dan semakin dijaminnya hak-hak politik
anggota dari kapitalisasi kekuasaan elite partai dengan berlindung dibalik kekuasaan di
dalam menafsirkan konstitusi partai.
2. Mewujudkan kinerja kepartaian yang solid dan sinergis di tingkat anggota dan seluruh
jenjang kepengurusan partai.
3. Membangun hubungan kepartaian yang sehat dan demokratis serta terhindar dari konflik
yang bersifat merugikan dan membahayakan partai di tingkatan anggota dan seluruh
jenjang kepengurusan partai.
4. Menyelesaikan perselisihan secara demokratis di antara anggota atau pengurus partai
yang dinilai dapat membahayakan keutuhan dan eksistensi partai.

IX. Rekomendasi

1. Merekomendasikan kepada seluruh partai politik agar memiliki peraturan partai yang
secara khusus mengatur mekanisme penyelesaian konflik di internal partai
2. Merekomendasikan agar lembaga pemegang kekuasaan tertinggi partai dapat membentuk
mahkamah partai atau badan arbitrase partai


----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

69
V. Beberapa Ide Pokok

1. Bahwa konflik di internal partai merupakan masalah iternal yang harus diselesaikan
berdasarkan konstitusi partai.
2. Bahwa setiap anggota/pengurus partai harus memegang teguh kewajiban di dalam
menjaga citra partai, sehingga setiap konflik yang terjadi harus menghindarkan diri dari
campur tangan pihak luar.
3. Bahwa keterlibatan struktural partai yang lebih tinggi untuk menyelesaikan konflik
internal partai sangat dimungkinkan jika konflik tersebut telah menyebabkan
terganggunya manajemen partai dan memburuknya citra partai.
4. Bahwa pelanggaran terhadap disiplin partai terhadap persoalan mendasar yang dianggap
sebagai pelanggaran berat bagi partai harus diselesaikan oleh struktural partai pada
tingkatannya.
5. Terhadap konflik yang disebabkan oleh pelanggaran disiplin anggota/pengurus partai,
penyelesaian persoalan tersebut harus diselesaikan oleh struktural partai pada
tingkatannya.
6. Mahkamah partai/badan arbitrase partai bertugas menyelesaikan konflik yang disebabkan
oleh perbedaan tafsir atas konstitusi partai dan berdasarkan pelimpahan masalah yang
disampaikan oleh struktural partai bilamana menurut pertimbangan stuktural partai, upaya
mendamaikan pihak-pihak yang berselisih tidak dapat dilakukan lagi. Keputusan
penyelesaian konflik sebagai tindak lanjut keputusan mahkamah partai/badan arbitrase
dilaksanakan oleh struktural partai.
7. Penyebab konflik karena adanya perbedaan penafsiran atas AD/ART partai, maka
mahkamah partai memberikan penafsiran atas AD/ART Partai dan pihak yang berselisih
harus menggunakan penafsiran mahkamah partai sebagai penafsiran yang sah dan final.
8. Segala penilaian dan rekomendasi yang dikeluarkan mahkamah partai wajib dijalankan
oleh DPP partai dan wajib dipatuhi oleh pihak-pihak yang berselisih.
9. Penyelesaian konflik internal partai yang berakibat diberikannya sanksi organisasi terkait
dengan pembebastugasan, pemecatan dan pembubaran/pembekuan suatu kepengurusan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya struktural partai yang berwenang memberikan
sanksi.

VI. Pembentukan Mahkamah Partai

1. Mahkamah partai dibentuk ditingkatan nasional melalui kongres.
2. Mahkamah partai berwenang memberikan penafsiran atas AD/ART jika terdapat
perbedaan penafsiran di tingkat, pusat, daerah dan cabang dan memberikan penilaian serta
rekomendasi atas terjadinya konflik internal.

VII. Keanggotaan Mahkamah Partai

1. Keanggotaan mahkamah partai sedikitnya sekian orang dan sebanyak-banyaknya sekian
orang.
2. Ketua mahkamah partai dipilih dari dan oleh anggota mahkamah partai.





----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

70
Lampiran :
Contoh struktur dan mekanisme
Lembaga Penyelesaian Konflik Internal Partai

Contoh di bawah ini merupakan bahan diskusi pada workshop, Pertemuan Kerja Rutin dan
Pertemuan Nasioanl Forum Politisi.

Lembaga penanganan konflik internal partai merupakan organ resmi partai, tetapi ia tidak
berada dalam struktur partai dan oleh karena itu dapat bekerja secara mandiri. Di dalam
organigram kantor DPP Partai Demokrat Bebas Jerman, sebagai contoh, lembaga ini berada
di dalam komisi disiplin.

I. Lembaga Penanganan Konflik Internal Partai Terdiri Dari Dua Level,
yaitu:

1. Tingkat pusat
2. Tingkat provinsi

Keputusan lembaga penanganan konflik internal partai di tingkat pusat merupakan keputusan
tertinggi dalam penanganan konflik internal partai. Sedangkan keputusan di tingkat provinsi
dapat diajukan banding ke tingkat pusat.
Anggota lembaga penanganan konflik internal partai dipilih melalui kongres partai, terdiri
dari seorang ketua, 4 anggota dan 8 wakil anggota. Dipilih setiap empat tahun satu kali.
Mereka harus anggota partai dan sedang tidak menempati jabatan/fungsi tertentu dalam
struktur partai.
Dalam menangani perkara, lembaga penanganan konflik internal partai menunjuk 5 juri, dan
3 di antaranya mempunyai lisensi yang dikeluarkan kementerian kehakiman untuk menjadi
hakim. Seorang juri yang dipilih dapat menolok apabila ia mempunyai hubungan kedekatan
dengan salah satu pihak yang berperkara.

II. Lembaga Penyelesaian Konflik Internal Partai di Tingkat Pusat
Dapat Menangani Masalah, sebagai berikut:

1. Keberatan atas keputusan lembaga penanganan konflik internal di tingkat provinsi.
2. Gugatan atas hasil pemilihan dalam organ-organ partai di tingkat nasional dan gugatan
atas pemilihan dan penyusunan calon untuk parlemen di tingkat pusat.
3. Perselisihan antara anggota partai dan DPP.
4. Perselisihan di antara anggota partai di tingkat provinsi, selama ia bersinggungan dengan
kepentingan partai secara keseluruhan.
5. Perselisihan antara DPP dan organisasi ranting partai, perselisihan antara DPW/DPD dan
organisasi ranting partai dari lain DPW/DPD.
6. Perselisihan-perselisihan lain, yang merupakan pelanggaran AD/ART partai.

III. Hak Pengajuan Gugatan

1. Gugatan yang berkaitan dengan perselisihan hasil pemilihan, yang boleh mengajukan
gugatan adalah:
1.1. Ketua DPP;
1.2. Dewan pengurus setiap DPD di tempat pemilihan telah dilangsungkan;
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

71
1.3. Sepersepuluh dari jumlah pemilih, yang telah melaksanakan pemilihan;
1.4. Calon yang merasa dirugikan padahal ia sudah melaksanakan pencalonan sesuai
dengan AD/ART.
2. Pada perkara ketertiban, yang boleh mengajukan gugatan adalah:
2.1.DPP;
2.2.Setiap organisasi ranting, yang bertanggung jawab terhadap anggota yang
bersangkutan.
3. Pada kasus lainnya, yang berhak mengajukan gugatan adalah:
3.1.DPP;
3.2.Setiap dewan pengurus ranting, yang terkait dengan perselisihan;
3.3.Semua anggota partai yang merasa dirugikan.

Lembaga penanganan konflik internal partai mengambil keputusan berdasarkan suara
terbanyak. Keputusannya harus dibuat secara tertulis, ditandatangani oleh para juri yang
menangani masalah perselisihan dan dikirim ke pihak-pihak yang terlibat dalam proses
tersebut. Keputusan lisan harus disertai notulensi proses penanganan perkara.
Seluruh anggota lembaga penanganan konflik internal partai tidak mendapatkan honor,
kalaupun ada ganti rugi itu hanya biaya transport.
Pada prinsipnya seluruh penanganan perkara perselisihan pada lembaga penanganan konflik
internal partai tidak dipungut biaya, kecuali pada kasus tertentu juri dapat memutuskan
tentang pemungutan biaya, itupun sekadarnya (tidak boleh mahal).
Setiap pihak yang terlibat perkara dapat meminta bantuan hukum atau memberikan surat
kuasa kepada seseorang untuk menangani perkaranya. Pemberian surat kuasa harus
dibuktikan secara tertulis kepada lembaga penanganan konflik internal partai.
Kantor lembaga penanganan konflik internal partai dipakai untuk menyimpan seluruh data
yang berisi dokumen perkara perselisihan. Dokumen harus disimpan sedikitnya dalam waktu
lima tahun setelah perkara perselisihan selesai. Penghapusan dokumen setelah disimpan
selama5 tahun diputuskan oleh lembaga ini, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat pusat.
Kantor lembaga ini atas permintaan pimpinan petugas notulensi mempekerjakan orang yang
khusus menangani pengelolaan arsip/dokumen. Selebihnya seluruh hal yang berkaitan dengan
kantor ini yang mengatur adalah ketua lembaga.
Seluruh berkas perkara peradilan lembaga penanganan konflik internal partai harus ditangani
secara rahasia. Apabila ada perkecualian yang memutuskan adalah ketua lembaga ini.


















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

72
Kiat bagi Politisi
Konflik Internal Partai



Kiat bagi Politisi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi politisi yang akan
melakukan perubahan di dalam partainya sendiri atau di parlemen tempat ia mendapatkan
mandat dari rakyat. Kiat ini dibuat berdasarkan rekomendasi hasil workshop, pertemuan
kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi.


I. Melokalisasi Konflik
Apabila konflik tidak terkait langsung dengan hak, tugas dan kewenangan anda, maka
hindari terlibat dalam belamembela salah satu pihak yang berkonflik.
II. Kanalisasi Konflik
Doronglah konflik yang anda ketahui untuk atau anda terlibat di dalamnya untuk
diselesaikan melalui mekanisme dan lembaga penyelesaian konflik internal partai.
Konflik yang sifatnya pribadi sebaiknya tidak dibawa ke partai dan penyelesaikannya
harus di luar partai.
III. Konsisten terhadap Peraturan Partai
Pahami dengan baik peraturan dan kesepakatan-kesepakatan tertulis yang ada di
dalam partai, lalu jalankan secara konsisten tanpa mengganggap orang lain tidak
konsisten.
IV. Saling Menghargai
Partai politik bukan milik satu atau dua orang/kelompok, oleh karena itu, hindarkan
sikap dominan dan hargailah pendapat kawan lain di dalam partai dalam pengambilan
keputusan.
V. Jangan Tunda Penyelesaian Masalah
Apabila anda merasa ada masalah dalam melakukan aktivitas di partai, bicarakanlah
masalah yang anda hadapi secepatnya dan dilakukan secara terbuka. Apabila ada
problem dengan seseorang, segera datangi orang tersebut dan ajaklah berbicara secara
terbuka.

















----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

73
Meningkatkan Kinerja Parlemen

Uraian di bawah ini merupakan hasil diskusi dari Kelompok Kerja VI Pertemuan Nasional
Forum Politisi tanggal 24 Desember 2005.

Konteks:
1. Menguatnya kecenderungan delegitimasi parlemen yang bermuara pada
deparpolisasi yang dapat membahayakan konsolidasi demokrasi terutama pada isu
kedaulatan rakyat.
2. Kecenderungan implementasi kebijakan otonomi daerah yang tidak mempedulikan aspek
keadilan antar daerah (kesenjangan antardaerah yang semakin lebar). Bisa mendorong
munculnya disintegrasi bangsa
3. Adanya kecenderungan menguatnya sentralisasi kekuasaan di tangan eksekutif sehingga
kontra produktif dengan misi reformasi.

I. MASALAH-MASALAH

1. Legislasi
1.1. Produktivitas parlemen yang amat rendah di bidang legislasi:
1.1.a. Dari produk yang ada sebagian besar merupakan inisiatif pemerintah.
1.1.b. Pemerintah dapat menghalangi pengesahan sebuah rancangan undang-
undang di berbagai tingkat selama proses pembuatan (cukup dengan
penundaan misalnya tidak menunjuk menteri, tidak menurunkan
amanat presiden)
. 1.2. Kualitas legislasi yang berasal dari parlemen rendah
1.2.a. Legislasi tersebut hanya didiskusikan satu kali, dan tidak mendapat
fasilitas untuk tinjauan kedua.
1.2.b. Diskusi-diskusi dalam sidang paripurna bersifat sangat seremonial dan
berbentuk pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya.
1.2.c. Adanya PP Nomor 25 Tahun 2004 yang membatasi inisiatif parlemen
di bidang legislasi.
1.3. Masuknya RUU di luar Prolegnas atau perda yang bertentangan dengan UU di
atasnya.
1.3.a. Interest sepihak kelompok/pemerintah dan tidak untuk kepentingan
perlindungan hak dasar rakyat.
1.3.b. Pembahasan biasanya berlangsung secara tertutup, dan persetujuan
dicapai hanya di antara para pimpinan fraksi.

2. Budgeting

Hak budgeting tidak berlangsung maksimal bagi anggota parlemen karena dominasi
eksekutif (sekjen dan sekwan)
2.1. UU Nomor 17 Tahun 2003 yang menempatkan eksekutif (Depkeu) sebagai otoritas
tunggal di bidang keuangan.
2.2. PP Nomor 37 Tahun 2005 yang menempatkan parlemen daerah di bawah kekuasaan
Depdagri/ pejabat daerah (gubernur).



----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

74
3. Peran Pengawasan terhadap Eksekutif
3.1. Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, DPR sering tidak mempersiapkan diri
dalam menghadiri rapat, lemah di riset, lemah di bidang informasi (terutama soal
sumber dana APBN ke daerah) dan dokumentasi.
3.2. Amunisi politik dan alat kontrol, seperti interpelasi dan angket sering mentah dan
tidak digunakan dengan efektif.
3.3. Anggota parlemen tidak mendapat dukungan staf ahli yang mampu mendukung
pekerjaan-pekerjaannya secara substansial (di luar staf administratif).
3.4. Hampir tidak ada satu network dari LSM/CSO untuk bekerja sama dengan DPR
secara sistemik, kalaupun ada kerja sama sifatnya masih personal.

4. Peraturan Tata Tertib
4.1. Pembuatan Tatib dewan tidak mendukung efektivitas sidang (tidak ada debat,
interupsi yang proporsional).
4.2. Jadwal kerja tidak mendukung kinerja yang optimal dari anggota dewan (karena
dibuat oleh eksekutif).
4.3. Secara keseluruhan, peran pimpinan sangat sentral, bahkan suaranya atau
pendapatnya seolah-olah dapat mengatasnamakan parlemen. Perannya yang begitu
besar sering menimbulkan permainan politik oleh pimpinan parlemen.
4.4. Kunjungan kerja kurang efektif. Hal ini disebabkan waktu kunjungan yang pendek
(kurang dari 10 hari untuk tim dan 10 hari untuk perorangan), topik permasalahan
yang terbatas, serta kegiatan yang sering disalahgunakan untuk kepentingan partai
atau kepentingan pribadi.

5. Supporting System
5.1. Staf ahli dan para peneliti tidak bertanggung jawab secara langsung kepada anggota
Dewan akan tetapi kepada Sekretaris Jenderal (secara administratif) dan kepada LIPI
(sebagai peneliti).
5.2. Proses rekrutmen staf dan persyaratan-persyaratan belum cukup jelas.
5.3. Setjen tidak mengutamakan pelayanan keilmiahan di DPR.
5.4. Baleg masih kekurangan staf ahli berkualitas tinggi untuk mendukung kerjanya
dalam membuat draft dan menghasilkan RUU, serta membuat riset teknis dan advis.

6. Rekomendasi
6.1. Meningkatkan Produktivitas Legislasi
6.1.a. Memastikan bahwa Prolegnas didukung analisis strategis prioritas dan
keterbatasan sumberdaya, sehingga programnya meliputi beban yang realistis
dengan output yang memungkinkan untuk dicapai.
6.1.b. Meningkatkan pembahasan dan diskusi aktif mengenai RUU dalam sesi
paripurna, termasuk pemungutan suara untuk RUU oleh semua anggota DPR
yang disiarkan untuk publik.
6.1.c. Meningkatkan keterlibatan Baleg dalam pembuatan RUU DPR dan
memastikan Baleg mempunyai kecukupan finasial dan sumber daya manusia.
6.1.d. Baleg terdiri dari anggota-anggota yang bukan anggota komisi lainnya, dan
dengan demikian mempunyai cukup waktu untuk melakukan tugas-tugas
Baleg.
6.1.e. Pembuatan RUU maupun Perda hendaknya disertai dengan analisis RIA
(Regulatory Impact Assessement).

6.2. Meningkatkan Peran Pengawasan Parlemen
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

75
6.2.a. DPR memperluas fungsi pengawasan termasuk mengawasi peraturan
perundangan di bawah UU.
6.2.b. Perlunya konsolidasi parlemen baik secara vertikal maupun horisontal demi
memperkuat independesi dan pemberdayaan fungsi parlemen (check and
balance power).
6.2.c. Dalam fungsi pengawasan, Tatib DPR perlu untuk menjelaskan mekanisme
pengangkatan atau pemberhentian pejabat publik secara spesifik. Demikian
juga halnya dengan peran lainnya, misalnya dalam memberikan persetujuan
kepada Presiden dalam menyatakan perang, mengadakan perjanjian
internasional, dan yang lain.
6.2.d. Staf ahli yang bisa dan mampu melakukan investigasi ke lapangan

6.3. Memperjuangkan Otonomi Budget bagi Parlemen Pusat dan Daerah
6.3.a. Meninjau UU Nomor 17 Tahun 2003 beserta seluruh produk hukum yang
berkaitan dan turunannya agar menjamin otonomi anggaran bagi parlemen.
6.3.b. Meninjau UU Nomor 32 Tahun 2004 beserta seluruh produk hukum yang
berkaitan dan turunannya agar menjamin pola relasi yang memungkinkan
berjalannya prinsip trias poltica di berbagai tingkat pemerintahan.

6.4. Memperbaiki Tata Tertib demi Efektivitas Parlemen
6.4.a. Perubahan terhadap Peraturan Tata Tertib DPR sebaiknya diserahkan kepada
Panitia Khusus, yang anggotanya berasal dari berbagai fraksi dan alat
kelengkapan DPR.
6.4.b. Aturan mengenai pelaksanaan sidang dan kewenangan pimpinan perlu diatur
dengan jelas agar tidak terjadi multiinterpretasi.
6.4.c. Tatib DPR perlu mengatur mengenai kewajiban anggota DPR dengan ukuran
yang lebih jelas lagi dan lebih terukur.
6.4.d. Tatib DPR perlu mengembalikan sistem pelaporan kembali dalam rapat
paripurna. Melalui sistem ini, pertanggungjawaban atas pelaksanaan
kunjungan dan keuangan secara transparan.
6.4.e. Tatib DPR mengatur lamanya bicara seorang anggota untuk mendukung
efektivitas sidang (memungkinkan debat). Tatib DPR juga dapat menegaskan
dalam pembahasan RUU bahwa setiap anggota yang fraksinya tidak membuat
suatu daftar inventarisasi masalah (DIM) tidak diperkenankan berbicara.
6.4.f. Mempertimbangkan fakta bahwa banyak anggota dewan merangkap sebagai
anggota komisi dan alat kelengkapan lainnya, sehingga ketentuan mengenai
tingkat kuorum perlu ditinjau ulang.

6.5. Membangun Supporting System yang Memadai
6.5..a Mengubah status kepegawaian dari PNS menjadi pegawai parlemen. Untuk
dapat mendukung terciptanya pegawai parlemen, Tatib DPR perlu untuk
memuat hal ini dalam ketentuan yang mengatur mengenai Sekretariat Jenderal.
6.5.b. Melakukan reformasi manajemen Sekretariat untuk memodernisasi kebijakan
dan prosedur, termasuk menjamin terselenggaranya penunjukan, penggajian,
promosi staf manajerial dan tenaga ahli yang memenuhi syarat, menurut
kriteria yang objektif.
6.5.c. Mengalokasikan sebagian besar anggaran DPR yang meningkat, untuk
merekrut penasihat tenaga ahli untuk komisi, Pansus dan alat kelengkapan
DPR lainnya, serta untuk layanan perpustakaan, informasi, riset dan analisisi,
informasi teknologi (IT) dan dokumentasi.
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

76
6.5.d. Sistem rekrutmen harus berdasarkan kebutuhan anggota dewan, komisi-komisi
dan fraksi-fraksi dalam DPR.

6.6. Mendorong Partai Mengembangkan Kebijakan Rekrutmen dan Penugasan Kader
dengan Orientasi Integritas dan Profesionalisme.


Catatan:
Mendorong politisi untuk melembagakan forum politisi dan bekerjasama untuk
perbaikan kinerja parlemen.







































----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

77

Kiat bagi Politisi
Meningkatkan Kinerja Parlemen


Kiat bagi Politisi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi politisi yang akan
melakukan perubahan di dalam partainya sendiri atau di parlemen tempat ia mendapatkan
mandat dari rakyat. Kiat ini dibuat berdasarkan bahan-bahan hasil workshop, pertemuan
kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi.

I. Staf Ahli
Pekerjakanlah staf yang mempunyai kualifikasi untuk meringankan pekerjaan anda di
komisi. Carilah staf ahli, yang mempunyai analisis tajam, mempunyai jaringan luas,
mampu mengolah data dan merumuskan masalah dengan cepat, tepat dan mudah
dipahami.

II. Jaringan LSM/CSO
Untuk mendukung kegiatan anda di parlemen, buatlah jaringan yang kuat dengan
LSM/CSO yang menggeluti bidang seperti bidang kerja di komisi anda.

III. Penguasaan Materi
Sebelum menjalankan fungsi pengawasan, persiapkan data-data dan fakta tentang
materi objek yang akan diawasi. Cari informasi/literatur (bisa ditugaskan pada staf
ahli anda mencari bahan informasi/literatur atau anda bisa meminta pada jaringan
LSM/CSO yang ada) sebanyak mungkin sebagai bahan pembanding atas objek yang
sedang anda tangani.

IV. Sosialisasi Posisi Pekerjaan
Berikan informasi secara rutin dan umum tetapi tidak abstrak kepada konstituen anda
tentang apa saja yang telah anda kerjakan, bagaimana proses perjuangannya dan apa
saja yang anda rencanakan untuk dikerjakan. Selain itu, berilah mereka informasi
penting atau perkembangan aktuil yang ada di parlemen, terutama yang terkait dengan
mereka.

V. Aspirasi konstituen
Perjuangkanlah aspirasi yang muncul dari daerah pemilihan anda dan atau dari
konstituen anda. Apabila terjadi kesulitan dalam memperjuangkan aspirasi mereka,
konsultasikan langkah-langkah berikutnya pada mereka (konsultasi konstituen).










----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

78
Daftar bacaan

Daftar bacaan ini dipakai sebagai rujukan untuk penyusunan bahan-bahan pada
pembahasan, baik dalam workshop, pertemuan kerja rutin maupun pertemuan nasional
Forum Politisi.

1. Bima Arya Sugiarto, Partai Politik dan Faksionalisme, Website PPIA, 23 November
2005
2. Bivitri Susanti, Binziad Kadafi dan Reny Rawasita Pasaribu, Struktur DPR yang
Merespon Peran dan Fungsi Lembaga Perwakilan, Forum Politisi, 2005
3. Bivitri Susanti, Pengaturan Dana Partai Politik dan Dana Kampanye, Pusat Studi
Hukum dan Kebijakan, 2003
4. Center for the Study of Development and Democracy LP3ES, Kompilasi dan
Analisis Data Pendapat Umum Peta Kekuatan Partai Politik dan Popularitas Tokoh
Nasional Menjelang Pemilu 2004, 2003
5. Council of Asian Liberals and Democrats, Political Party Strategies to Combat
Corruption workshop, 2002
6. Das Organisationsstatut SPOE (Partai Sosial Demokrat Austria), 38 ordentlichen
Bundespartaitag der SPOE in Wien, 2004
7. Effendi Gazali, Partisipasi Publik dalam Partai Politik (atau Interaksi Publik dengan
Partai Politik?), Presentasi Powerpoint, Forum Politisi, 2005
8. Emmy Hafild, Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik Laporan studi,
Transparansi Internasional Indonesia, 2003
9. Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Lembaga Perwakilan Rakyat di
Indonesia Studi dan Analisis Sebelum dan Setelah Perubahan UUD 1945, 2005
10. Friedrich-Naumann-Stiftung, Rule of Procedure of the German Bundestag,
Occasional Paper, 2000
11. Hasto Kristiyanto, Model Pengembangan Parpol Pro-Rakyat: Ditinjau Dari
Infrastruktur Partai Politik dan Peraturan Partai, Presentasi Powerpoint, Forum
Politisi, 2005
12. International Foundation for Election System, Survey Pendapat Umum Indonesia
2005,
2005
13. International Foundation for Election System, Reporting and Public Disclosure of
Financial Activity of Political Parties and Electoral Participants, 2004
14. Karim Suryadi, Antara Roh dan Pragmatisme Partai Politik, Pikiran Rakyat, 3 Mei
2005
15. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 15/DPR RI/2004-
2005 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
2004
16. Krishna Kumar, International political Party Assistance An Overview and
Analysis, Netherlands Institute of International Relation, 2004
17. Management Development and Governance Division UNDP, The Legislature and
Constituency Relation, http://www.undp.org/governance/docs/Parl-Pub-
constrelat.htm
18. McGee Young, Understanding the Relationship Between Interest Groups and
Political Parties: The Case of Small Business and the Republican Party, Syracuse
University, 2001
19. Netherlands Institute for Multiparty Democracy, A Framework for Democratic Party
Building, 2004
----------------------------------------------------- Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi

Pertemuan Nasional Forum Politisi ---------------------------------------------------------------------------------

79
20. National Democratic Institute, Menuju DPR yang lebih Efektif: Pilihan-pilihan untuk
Perubahan Positif Menurut Anggota Dewan, Ringkasan Eksekutif Hasil Survey NDI,
2005
21. National Democratic Institute and Council of Asian Liberal and Democrats, Political
Party Accountability: Principles and Realities, 2003
22. Pipa Norris, Passages to Power Legislative recruitment in advanced democracies ,
Cambridge University Press, 1997
23. Rainer Adam, Dr., The Role of Political Parties in a Democracy, Political
Leadership Academy- NDI, 2001
24. Reza Primahendra, Konflik Internal Partai, Presentasi Powerpoint, Forum Politisi,
2005
25. Riris Katharina Panjaitan, Pemetaan Masalah Parlemen Ditinjau dari Peraturan
Tata Tertib DPR: Rekomendasi Perbaikan Kinerja DPR Melalui Revisi Tata Tertib,
Forum Politisi, 2005
26. Saidah Sakwan, Overview mengenai Peraturan dan Perundang-undangan tentang
Keuangan Partai Politik Indonesia, Presentasi Powerpoint, Forum Politisi, 2005
27. Sebastian Salang, Assesment Kelengkapan Struktur dan Mekanisme Partai Politik
Studi Partai Politik, Forum Politisi, 2005
28. Smita Notosusanto, Perbandingan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Partai Politik, untuk Mencari Format AD/ART Partai Politik yang Ideal, Forum
Politisi, 2005
29. 28. Sekretariat Forum Politisi, Sistem Keuangan Partai yang Transparan, Forum
Politisi, 2005
30. Syamsuddin Haris, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi
dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Gramedia Pustaka Utama, 2005
31. Stephen Sherlock, Dr., Proses Legislatif dalam Parlemen Indonesia Isu, Masalah
dan Rekomendasi, Forum Politisi, 2005
32. Stephen Sherlock, Dr., Struggling to Change: The Indonesian Parliament in an Era of
Reformasi, A report on the structure and operation of the Dewan Perwakilan Rakyat,
2003
33. Tata Tertib Badan Arbitrase Partai Demokrat Bebas Jerman Versi 10 Mei 2002:
Perubahan Melalui Konggres Partai 2004, Terjemahan Schiedsgerichtordnung der
Freien Demokratischen Partei, Forum Politisi, 2005
34. Thomas Poguntke, Parties Without Firm Social Roots? Party Organisational
Linkage, Keele University, 2002
35. The Sejong Institute and The National Endowment for Democracy, Democratization
of Political Parties in East Asia, Summary of International Conference, 2002
36. Tim Litbang Kompas, Partai-partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004-
2009, Penerbit Buku Kompas, 2004
37. Tim Peneliti PSHK, Menggugat Prioritas Legislasi DPR catatan PSHK untuk Masa
Sidang DPR 2003-2004, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), 2003
38. Tommi A. Legowo, Memperkuat Fungsi Pengawasan Parlemen, Presentasi
Powerpoint, Forum Politisi, 2005
39. Tugas Bundestag (Parlemen Jerman): Kontrol terhadap Pemerintah dan Badan
Administrasi Pemerintah (fungsi pengawasan), Forum Politisi, 2005
40. UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 2003
41. UU Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, 2003

You might also like