You are on page 1of 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang
dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan
obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat
secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang
merugikan manusia.
Bakteri di bagi ke dalam 2 cara respirasi :
1. Bakteri aerob
Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukanmetabolisme dengan
bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagairespirasi sel, menggunakan oksigen
untuk mengoksidasi substrat (sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi. .
Misal: Nitrosococcus,Nitrosomonas dan Nitrobacter
Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel aerobik.
Aerob fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga menghasilkan energi
secara anaerobik.
Mikroaerofil adalah organisme yang bisa menggunakan oksigen tetapi dalam
konsentrasi yang sangat kecil (mikromolar).
2. Bakteri Anaerob
artinya hidup tanpa udara. Perkembangan bakteri anaerob ini terjadi pada tempat-tempat
yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung oksigen. Kuman-kuman ini normalnya
ditemukan di mulut, saluran pencernaan dan vagina serta pada kulit. Umumnya penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh bakteri anaerob adalah gas gangren, tetanus dan botulisme.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal (seperti kulit, gusi dan
2

dinding usus) mengalami kerusakkan akibat pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem
kekebalan tubuh akan membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang
bakteri tersebut mampu berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian tubuh yang mengalami
kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran darahnya sedikit merupakan tempat-tempat
yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh dan berkembang karena miskin akan
oksigen. Keadaan yang kurang mengandung oksigen dapat disebabkan karena penyakit
pembuluh darah, keadaan syok, trauma/cedera dan tindakkan pembedahan.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh. Misalnya:
Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi, rahang, tonsil,
tenggorok, sinus-sinus dan telinga.
Paru. Bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada salaput
pembungkus paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru (bronkiektasis).
Rongga perut. Infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses, radang selaput
rongga perut (peritonitis) dan radang usus buntu (apendisitis).
Saluran kelamin wanita. Bakteri anaerob menyebabkan abses panggul, penyakit radang
panggul, peradangan dinding rahim (endometritis) serta infeksi panggul yang diikuti keguguran
atau persalinan prematur.
Kulit dan jaringan lunak. Bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada penderita
diabetes, gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah dalam dan jaringan serta luka
infeksi akibat gigitan.
Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses pada otak dan
susunan saraf pada tulang belakang.
Aliran darah. Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah penderita yang sakit
(keadaan ini disebut bakteremia).
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik?
2. Bagaimana cara pembuatan Antibiotik?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik?
3

4. Apa saja golongan obat antibiotik?
5. Bagaimana resistensi obat antibiotika?
C. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotic, mekanisme kerja dan
golongan-golonganya.














4

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Antibitika
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
miroorganisme hidup tertua fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuahan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya
bagi manusia relative kecil.
2. Pembuatan Antibiotika
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikroorganisme dibiakan dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur
sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika
dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan
biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dalam suatu berat (mg), kecuali zat yang belum
sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B
basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.
Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun,
pada prakteknya anti biotik sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya
sulfonamide dan kuinolon).
Antibiotika semisintetis. Apabila pada persemaian (culture substrate) dibubuhi zat-zat
pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi ke dalam antibiotikum dasarnya.
Misalnya, penisilin-V.
Antibiotika sintetis tidak lagi dibuat secara biosintetis, melainkan seluruhnya melalui
sintesa kimiawi, misalnya kloramfenikol.

5

3. Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kelompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah
perintangan selektif metabolisme protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat
dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi
tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin
erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih
besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
4. Penggolongan Obat Antibiotik
4.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia :
Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,
paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan
beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin,
dan trovafloksasin.
6

Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

4.2 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Daya Kerjanya
Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan
ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,
polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambatpertumbuhan
kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung
pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.

4.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Spektrum Kerjanya
Spektrum luas (aktivitas luas) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri
gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah
sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja,
bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,
7

kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin,
gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
4.4 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja :
1. Penghambat Sintesis Dinding Sel Bakteri
Lapisan terluar dari bakteri, yaitu dinding sel, tersusun atas komponen
peptidoglikan, yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel bakteri dan
melindungi bakteri dari pengaruh luar. Adanya dinding sel ini memungkinkan bakteri
untuk menjaga tekanan osmotik internal tetap tinggi. Beberapa jenis antibiotika
seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin mampu
menghambat sintesis dinding sel ini, sehingga sel menjadi lisis dan akhirnya mati.
Golongan antibiotik ini terbagi menjadi golongan -Laktam (azetreonam,
sefalosporin, imipenem, penisilin) dan golongan peptida (basitrasin, vancomisin).
Antibiotik Golongan -Laktam
Obat golongan ini mempunyai struktur kimia yang mengandung cincin -
laktam. Obat ini bersifat bakterisidal. Cincin -laktam itulah yang menyebabkan obat
golongan ini efektif. Jika cincin -laktam rusak atau terbuka maka aktivitasnya akan
hilang. Bakteri yang tidak peka terhadap golongan ini kemungkinan dapat
mengeluarkan suatu enzim yang dapat merusak -laktam. Contoh enzim yang dapat
merusak cincin -laktamase, penisilinase, dan sefalosporinase. Untuk mencegah
kerusakan -laktam atau inaktivitasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain:
Menambahkan zat penghambat -laktamase, penisilinase, atau sefalosporinase,
Memodifikasi struktur kimianya sehingga tidak rusak oleh enzim.

a. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, dari berbagai jenis yang
dihasilkan, perbedaan antara penisilin dan sefalosporin yaitu terletak pada gugusan
samping R saja. Perubahan-perubahan pada gugusan samping R menghasilkan
8

derivat-derivat dengan dengan sifat yang berlainan. Misalnya terbentuknya derivat
yang tahan asam yang dapat digunakan peroral (fenoksimetilpenisilin atau penisilin-
V). Bila pada radikal fenil dari benzilpenisilin dimasukkan gugusan amino,
keampuhan dan juga luas spectrum anti mikrobanya akan meningkat dengan
mencakup banyak organism Gram-positif dan Gram-negatif. Modifikasi dari gugusan
R juga dapat membuatnya resisten terhadap penisilinase kuman (fulkloksasilin).
Mekanisme kerja dari obat golongan penisilin ini yaitu dinding sel kuman
terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula
yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan dmeikian
memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin menghalangi sintesa lengkap
dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan
plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel
yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah. Dinding sel manusia dan
hewan tidak terdiri dari murein, maka antibiotika ini tidak toksis untuk manusia.
Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan
resistensinya terhadap laktamase, sebagai berikut:
1) Zat-zat dengan spektrum-sempit: benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zat-
zat ini terutama aktif terhadap kuman Gram-positif dan diuraikan oleh
penisilinase.
2) Zat-zat tahan-laktamase: metisilin, kloksasilin, dan flukloksasilin. Zat ini hanya
aktif terhadap Stafilokok dan Strestokok. Asam klavulanat, sulbaktam dan
tazobaktam memblokir laktamase dan dengan demikian mempertahankan
aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.
3) Zat-zat dengan spektrum-luas: ampisilin dan amoksisilin, aktif terhadap kuman-
kuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram-negatif, kecuali antara lain
Pseudomonas, Klebsiella dan B.fragilis. Tidak tahan-laktamase, maka sering
digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase-blocker, umumnya klavulanat.
4) Zat-zat anti-Pseudomonas: tikarsilin dan piperasilin. Antibiotika berspektrum-
luas ini meliputi lebih banyak kuman Gram-negatif, termasuk Pseudomonas,
9

Proteus, Klebsiella dan Bacteroides fragilis. Tidak tahan-laktamase dan umumnya
digunakan bersamaan dengan laktamase-blocker.
b. Sefalosforin
Sefalosporin merupakan antibiotika yang bersifat bakterisid yang aksi
utamanya mirip dengan penisilin. Sefalosporin bekerja dengan menghambat
pembentukan dinding sel bakteri pada fase akhir dengan terikat pada satu atau lebih
Penicillin Binding Proteins (PBPs) yang terdapat pada membran sitoplasma di bawah
dinding sel bakteri.
Sebagian besar sefalosporin tersedia dalam bentuk parenteral. Meskipun
distribusinya cukup luas di seluruh tubuh, hanya beberapa yang dapat menembus
CSS dan mencapai kadar terapeutik di otak pada kondisi meningitis. Semua
sefalosporin, termasuk yang eliminasi utamanya melalui mekanisme hepatal,
memberikan konsentrasi yang cukup di dalam urin untuk terapi infeksi saluran
kencing. Kadar sefalosporin di dalam kandung empedu dapat lebih tinggi
dibandingkan dengan kadarnya dalam plasma. Sefalosporin aminothiazolyl dapat
menembus humor aqueous sehingga bermanfaat untuk terapi infeksi pada mata.
Sefalosforin merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Klasifikasi obat golongan ini berdasarkan generasi yang pada dasarnya
ditentukan oleh aktivitas antimikrobialnya. Generasi I bersifat sensitive terhadap
enzim -Laktamase dan berspektrum sempit. Contoh dari golongan generasi I ialah
sefazolin dan sefalexin. Generasi II mempunyai stabilitas yang lebih baik dan
10

aktivitasnya terhadap bakteri garam negatif lebih tinggi. Contoh obat dari generasi
ini yaitu sefaklor, sefamandol, dan sefoxitin. Generasi III mempunyai spectrum yang
lebih luas dan lebih resistensi terhadap enzim -Laktamase. Contoh dari obat
golongan ini ialah sifotaksin, seftazidin, seftriaxon. Generasi IV mempunyai aktivitas
baik terhadap bakteri gram positif, maupun gram negatif dan mempunyai resisitensi
terhadap enzim -Laktamase yang lebih baik. Contoh obat dari golongan ini yaitu
sefepim dan sefpirum.
c. Azetreonam
Aztreonam merupakan derivat monobaktam pertama yang terbukti
bermanfaat secara klinis. Monobaktam pada awalnya diisolasi dr kuman
Gluconocabacter, Acetobacter, Chromobacterium, tetapi aktivitas antibakterinya
sangat lemah.
Aztreonam terdiri hanya atas satu cincin-laktam (monosiklis) tanpa gugusan
cincin lainnya, berlainan dengan zat zat penisilin/sefalosporin, oleh karena itu
dinamakan monobaktam. Aztreonam dihasilkan oleh antara lain chromobacterium
violaceum, tetapi sebagai obat dibuat secara sintesis. Khusus bekerja terhadap
kuman Gram-negatif aerob termasuk pseudomonas, H. Infuluenzae dan gonococci
yang resisten terhadap penisilinase. Tidak aktif terhadap kuman Gram-positif dan
anaerob. Berkhasiat bakterisid berdasarkan mekanisme yang sama dengan penisilin
dan sefalosporin, yakni penghambatan sintesa dinding sel kuman.
Mekanisme kerja
Obat aztreonam yaitu bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel
kuman, seperti antibiotika betalaktam lain. Antibiotik ini dg mdh menembus dinding
dan membran sel kuman gram-neg aerobik, kmd mengikat penicillin-binding-protein
3 (-PBP 3). Pengaruh interaksi tsb pd kuman ialah terjadi perubahan bentuk filamen,
pembelahan sel terhambat dan mati. KBM aztreonam terhadap kuman yang peka
tidak banyak berbeda dengan KHM-nya. Aztreonam tidak terikat pada PBP esensial
kuman gram-positif dan kuman anaerob.
11

Aztreonam hanya aktif terhadap kuman gram-negatif aerobik termasuk
Haemophilus influenzas dan meningokok serta gonokok yang menghasilkan
betalaktamase. harus diberikan secara im atau iv, karena tidak diabsorpsi melalui
saluran cerna. Sekitar 56% aztreonam dlm darah terikat pd protein plasma.
Obat ini didistribusi luas ke dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh. Kadar dalam
urin tinggi. Ekskresi terutama melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ginjal
dalam bentuk utuh, yaitu sekitar 70% dosis yang diberikan. Probenesid
memperlambat ekskresinya.


d. Imipenem
Imipenem, suatu turunan tienamisin, merupakan karbapenem pertama yang
digunakan dalam pengobatan. Tienamisin diproduksi oleh Strepto myces cattleya.
Imipenem mengandung cincin -Laktam dan cincin lima segi tanpa atom sulfur. Oleh
enzim dehidropeptidase yang terdapat pada brush border tubuli ginjal. Obat ini
dimetabolisme menjadi metabolit yang nefrotoksik. Hanya sedikit yang terdeteksi
dalam bentuk asal di urin. Bila silastin diberikan bersama imipenem dalam
perbandingan sama, silastatin akan meningkatkan kadar imipenem aktif dalam urin
dan mencegah efek toksiknya terhadap ginjal.
Mekanisme kerja
Imipenem mengikat PBP2 dan menghambat sintesis dinding sel kuman. In
vitro obat ini berspektrum sangat luas, termasuk kuman garm positif dan gram
negatif, baik yang aerobik maupun anaerobik; imepenem beraktivitas bakterisid.
Betalaktamase baik yang diperantai plasmid maupun kromosom. Imipenem in vitro
sangat aktif terhadap kokus gram positif, termasuk stafilikok, streptokok,
pneumokok dan E. faecalis serta kuman penghasil betalakamase umumnya. Tetapi
obat ini tidak aktif terhadap stafilokok resisten metisilin atau galur yang uji
koagulasinya negatif. Imipenem aktif terhadap sebagian besar Enterobacteriaceae.
Potensinya sebanding dengan aztreonam dan sefalosporin generasi ketiga. Selain itu
12

spektrumnya meluas mencakup kuman yang resisyen penisilin, aminoglikosida dan
sefalosporin generasi ketiga. Imipenem juga sangat aktif terhadap meningokok,
gonokokus dan H. influenza termasuk yang memproduksi betalaktamase. Terhadap
Acinetobakter dan P. Aeruginosa aktivitasnya sebanding dengan seftazdimin.
Terhadap kuman anaerob aktivitasnya sebandimg dengan klindamisin dan
metronidazole, tetapi terhadap Clostridium difficile tidak aktif. Terhadap sebagian
besar kuman yang sensitif terhadapnya , imipenem memperlihatkan efek pasca
antibiotik.
Farmakokinetik
Imipenem maupun silastatin tidak diabsorbsi melalui saluran cerna, sehingga
harus diberikan secara suntikan. Setelah pemberian masing-masing 1g
imipenem/silastatin secara infus 30 menit, kadar puncak rata-rata dapat mencapai
52 dan 65g/ml. enam jam kemudian kadar menurun sampi 1g/ml. kadar puncak
imipenem dalam plasma (10 dan 12/ml) dicapai dalam 2 jam. Kadar puncak
silastatin 24 dan 33 g/ml yang dicapai 1 jam sesudah pemberian. Kira-kira 20 %
imipenem dan 40% silastatin terkait protein plasma. Distribusi obat ini merata
keberbagai jaringan dan cairan tubuh. Pada meningitis pemberian 1g obat ini tiap 6
jam, akan mencapai kadar garam cairan otak setinggi 0,5 dan 11g/ml. kadar
imipenem dalam empedu umumnya rendah. Obat ini diekskresi melalui filtrasi
glomelurus dan sekresi tubuli ginjal.
Bila diberikan bersama silastatin, kurang lebih 70% dari dosis imipenem
diekskresi diurin dalam bentuk asal 10 jam sesudah pemberian, sisanya
dimetabolisme, metabolit utama sebanyak kurang lebih 12% dari dosis terdapat
diurin sebagai N-asetil silastatin. Ekskresi imipenem maupun silastatin melalui tinja
hanya sekitar 1 %.
Waktu paruh imipenem dan silastatin kurang lebih 1 jam pada orang
deawasa. Pada kelaianan fungsi ginjal waktu paruh imipenem dapat mencapai 3,5
sampai 4 jam dan silastatin sampai 16 jam
13

Imipenem/ silastatin digunakan untuk pengobatan infeksi berat oleh kuman
yang sensitif, termasuk infeksi nosokomial yang resisten terhadap antibiotik lain,
misalnya infeksi saluran napas bawah, intra abdominal, obsteri-ginekologi,
osteomielitis dan endokarditis oleh S. aureus. Untuk infeksi berat oleh P. aeruginosa
dianjurkan agar dikombinasikan dengan aminoglikosida, karena berefek sinergistik.
Efek samping yang paling sering dari imipenem adalah mual, muntah,
kemerahan kulit dan reaksi lokal pada tempat infus. Kejang dilaporkan terjadi pada
0,9% dari 1.754 pasien yang mendapat obat tersebut. Sehubungan dengan hal
tersebut obat ini dikontrainidikasi pada pasien yang berisiko tinggi untuk menderita
kejang. Bila diberikan bersama siklosporin sebaiknya hati-hati, karena keduanya
dapat mengganggu susunan saraf pusat.
Antibiotika Golongan Polipeptida
Antibiotika golongan ini merupakan senyawa non -Laktam. Contoh dari
antibiotika jenis ini adalah vancomisin dan basitrasin.
a. Vancomisin
Vankomisin adalah suatu glikopeptida trisiklik yang penting pada
efektifitasnya terhadap semua resistenmulti-obat seperti stafilokokus resisiten
metisilin. Vankomisin adalah salah satu jenis obat yang menghambat sintesis
dinding sel (beta laktam).
Mekanisme kerja dari obat vankomisin yaitu menghambat sintesis fosfolipid
dinding sel bakteri serta polimerisasi peptidoglikan pada tempat yang lebih dulu
dibandingkan tempat yang dihambat oleh antibiotika beta-laktam. Catatan :
polimerasi adalah reaksi kimia ynag menggabungkan dua molekul kecil atau lebih
untuk membentuk molekul yang lebih besar. Peptidoglikan adalah gabungan
protein dan polisakarida yang menyusun dinding sel eubacteria.
Farmakokinetik dari obat vancomisin ialah infus intravena lambat diberikan
untuk pengobatan infeksi sistemik atau untuk profilaktik. Karena vankomisin tidak
diabsorpsi setelah pemberian oral, cara pemberian ini hanya diberikan untuk
pengobatan kolitis yang diinduksi antibotika dan disebabkan klostridium difficile.
14

Adanya inflamasi menyebabkan obat ini dapat mempenetrasi
menigen.metabolisme minimal : 90-100% diekresikan oleh filtrasi glomerulus.
Catatan : dosis obat harus disesuaikan poada pasien gagal ginjal karena obat ini
akan berakumulasi. Waktu paruh normal : 6- 10 jam, dan dibandingkan dengan
pasien penyakit ginjal akan berakhir lebih dari 200 jam.
Efek samping vankomisin merupakan masalah yang serius dan dapat berupa
demam, menggigil, dan atau flebitis pada tempat infus. Syok dapat terjadi karena
pemberian infus yang cepat. Muka kemerahan dan syok yang terjadi karena
lepasnya histamin yang disebabkan oleh infus cepat. Hilangnya pendengaran
berkaitan dengan dosis terjadi pada pasien gagal ginjal yang mengakibatkan
akumulasi obat.
2. Penghambat sintesis protein (DNA)
Antibiotika golongan ini beraksi dengan berikatan pada sub-unit ribomosal 30s
atau 50s bakteri sehingga mempengaruhi proses transkripsi mRNA menjadi protein.
Terdapat lima golongan obat yaitu aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol,
klindamisin, eritromisin, tetrasiklin. Resistensi bakteri terhadap obat ini disebabkan
karena penurunan uptake obat ke dalam sel bakteri, dan perubahan sub unit ribosom.
a. Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah golongan antibiotika bakterisidal yang dikenal toksik
terhadap saraf otak VII komponen vestibular maupun akustik (ototoksik) dan terhadap
ginjal (nefrotoksik). Antibiotika ini merupakan produk berbagai spesies Streptomyces
atau fungus lainnya. Sejak tahun 1943 sampai sekarang berbagai derivate
aminoglikosida telah dikembangkan, misalnya streptomisin, neomisin, kanamisin,
paromomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, sisomisin, dan netilmisin. Senyawa
aminoglikosida dibedakan dari gugus gula amino yang terikat pada aminosiklitol.
Gentamisin merupakan prototip golongan aminoglikosida.
Mekanisme kerja
Aminoglikosida berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh porin proteins pada
membran luar dari bakteri gram-negatif masuk ke ruang periplasmik. Sedangkan
15

transport melalui membrane dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transfor
yang tergantung energy ini bersifat rate limiting, dapat diblok oleh ca
++
dan
Mg
++
,hiperosmolaritas, penurunan pH dan anaerobisis. Hal ini menerangkan
penurunan aktivitas aminoglikosida pada lingkungan anaerobic suatu abses atau urin
asam yang bersifat hiperosmolar. Setelah masuk sel, aminoglikosida terikat pada
ribosom 30S dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosida pada
ribosom ini mempercepat transport aminoglikosida ke dalam sel, di ikuti dengan
kerusakan membrane sitoplasma, dan disusul kematian sel.
Yang diduga terjadi ialah salah baca (mis reading) kode genetic yang
menyebabkan terganggunya sintesis protein. Jenis asam amino yang salah (berbeda dari
yang seharusnya) disambung pada rantai polipeptida, sehingga terbentuk jenis protein
yang salah. Streptomisin menghambat proses normal polimerisasi asam amino setelah
terbentuk kompleks awal peptida. Ketergantungan mikroba terhadap streptomisin
diduga juga berhubungan dengan salah baca kode tersebut. Fenomena ini sangat
menarik, tetapi makna kliniknya belum jelas.
Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat. Pengaruha monoglikosida
menghambat sintesis protein dan menyebabkan salah baca dalam penerjemahan
mRNA, tidak menjelaskan efek letalnya yang cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut,
diperkirakan aminoglikosida menimbulkan pula berbagai efek sekunder lain terhadap
fungsi sel mikroba, yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan membran dan
keutuhan RNA.
Resistensi
Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan streptomisin
secara kronik, misalnya pada terapi tuberculosis atau endokarditis bacterial subakut.
Sifat resistensi terhadap streptomisin mudah diperlihatkan dengan melakukan beberapa
tahap pembiakan ulang suatu mikroba dalam medium yang mengandung streptomisin.
Resitensi terhadap streptomisin dapat cepat terjadi ,sedangkan resistensi terhadap
aminoglikosida lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
16

Bakteri dapat resisten terhadap aminoglikosida karena kegagalan penetrasi
kedalam kuman, rendahnya afinitas obat pada ribosom atau inaktivasi obat oleh enzim
kuman. Hal yang tersebut terakhir merupakan mekanisme terpenting yang menjelaskan
resistensi di dapat terhadap aminoglikosida di klinik.
Farmakokinetik
Aminoglikosida sebagai polikation bersifat sangat polar, sehingga sangat sukar di
absorbs melalui saluran cerna. Kurang dari 1 % dosis yang diberikan diabsorbsi lewat
saluran cerna. Pemberian per oral hanya dimaksudkan untuk mendapatkan efek local
dalam saluran cerna saja, misalnya pada persiapan prabedah usus. Untuk mendapatkan
kadar sistemik yang efektif aminoglikosida perlu diberikan secara parenteral.
Efek samping
Efek samping oleh aminoglikosida dalam garis besarnya dapat dibagi dalam tiga
kelompok : 1. Alergi, 2. Reaksi iritasi dan toksik, 3. Dan perubahan biologic.
b. Makrolida
Makrolida adalah suatu golongan antibiotika dengan suatu struktur makrosiklik
lakton. Obat-obat pada golongan makrolida yaitu :
1. Eritromisin
2. Klaritromisin
3. Azitromisin
Eritromisin merupakan obat pertama yang digunakan di klinik baik sebagai obat
pilihan dan sebagai alternatif terhadap penisilin pada individu yang alergi terhadap
antibiotika beta laktam. Anggota baru dari kelompok ini, klaritromisin (suatu bentuk
eritromisin metilasi) dan sitromisin (mempunyai cincin lakton yang lebih besar)
mempunyai beberapa gambaran yang sama dengan eritromisin. Akhir-akhir ini,
diritromisin, suatu makrolid yang mempunyai spektum antibakteri mirip eritromisin,
tetapi keuntungannya cukup dengan dosis sekali sehari baru diedarkan di pasaran.
17

1. Eritromisin. Efektif terhadap organisme yang sama seperti penisilin, karena itu obat
ini digunakan pada penderita yang alergi terhadap penisilin. Selain itu, obat ini
merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi :
a. Infeksi klamidia, : eritromisin merupakan alternatif selain tetrasiklin dalam
mengobati infeksi epididimal, rektal, endoservikal atau uretral akibat klamidia.
b. Eritromisin merupakan obat pilihan untuk infeksi urogenital akibat klamidia yang
terjadi selama khamilan.
2. Klaritromisin mempunyai spektrum aktivitas antibakteri mirip dengan klaritromisin,
tetapi juga efektif terhadap Haemophilus influenza. Aktivitasnya lebih baik terhadap
bakteri patogen intraseluler seperti chlamydia, legionella dan ureaplasma
dibandingkan eritromisin
3. Azitromisin, meskipun kurang efektif terhadap streptokokus dan stafilokokus
dibandingkan eritromisin, obat ini lebih aktif terhadap infeksi saluran nafas yang
disebabkan Haemophilus influenza dan Moraxella Catarrhalis. Kecuali masalah biaya,
obat ini sekarang lebih disukai untuk pengobatan uretritis yang disebabkan Chamydia
trachomatis. Aktivitas Mycobacterium avium intracellulare tidak terbukti efektif
secara klinik, kecuali pada pasien AIDS dengan infeksi yang luas.
Mekanisme kerja dari obat Makrolid ialah makrolid mengikat secara ireversibel
padatempat subunit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat langkah translokasi
sintesis protein. Obat ini secara umum bersifat bakteriostatik (bersifat menghambat
bakteri) dan dapat bersifat bakterisidal (bersifat membunuh bakteri) pada dosis tinggi.
Tempat pengikatan mungkin mirip atau menyerupai dengan tempat linkomisin,
klindamisin dan kloramfenikol.
Farmakokinetik dari obat golongan makrolid ini yaitu:
1. Pemberian : eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
secara adekuat (memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya) setelah pemberian
per oral. Klaritromisin dan azitromisin stabil terhadap asam lambung dan siap
diabsorbsi. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi eritromisin dan azitromisin
18

tetapi mungkin meningkatkan insidens tromboflebitis. Tromboflebitis merupakan
inflamasi permukaan pembuuh darah disertai pembentukan pembekuan darah.
2. Distribusi : distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
serebrospinalis. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang bersifusi
ke dalam cairan perostat dan mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag.
Obat ini berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan
lebih baik. Demikian juga, dengan klaritromisin dan azitromisin absorbsi keduanya
luas ke jaringan. Kadar serum azitromisin rendah ; obat ini berkumpul di neutrofil,
makrofag dan fibroblas. Neutrofil merupakan sistem pertahanan seluler yang
utama dalam tubuh untuk melawan bakteri dna jamur. Makrofag adalah sel
pemakan berukuran besar yang sanggup menelan dan menghancurkan bakteri,
benda asing. Fibroblas adalah sel-sel yang memproduksi kolagen dan elastin yang
memberikan struktur lapisan tengah kulit, fibrolas juga timbul setelah peradangan
dan bertanggung jawab untuk meletakkan kolagen yang membentuk jaringan parut.
3. Metabolisme: eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui
menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistem sitokrom
P-450 (p450 adalah sebuah keluarga enzim yang terjadi dalam kebanyakan sel,
tetapi terutama sangat banyak dihati. Banyak obat yang menginduksi kadar
sitokrom p450, yang menyebabkan suatu peningkatan kecepatan metabolisme obat
penginduksi tersebut atau obat-obat lain yang dibiotransformasi oleh sistem p450).
Klaritromisin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang mempunyai aktivitas anti
bakteri : mempengaruhi metabolisme obat seperti teofilin dan karbamazepin.
Azitromisin tidka mengalami metabolisme.
4. Eksresi. Eritromsin dan azitromisin terutama dikumpulkan dan dieksresikan dalam
bentuk aktif dalam empedu, reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi
enterohepatik. Sebaliknya, klaritromisin dan metabolitnya dieliminasi oleh ginjal
serta hati dan oabt ini direkomendasikan pada penderita gangguan ginjal dengan
dosis yang sesuaikan.

19

Efek Samping dari obat makrolid ini ialah:
1. Gangguan epigastrik : efek samping ini paling sering dapat mengakibatkan
ketidakpatuhan pasien terhadap eritromisin. Makrolid baru tampaknya ditolerir
lebih baik oleh penderita; gangguan gastrotestinal(merupakan suatu saluran
pencernaan yang panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus,
meliputi oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar)
merupakan efek samping obat-obat tersebut yang paling sering.
2. Ikterus kolestatik : efek samping ini terjadi terutama pada eritromisin bentuk
estolat, diduga karena reaksi hipersensitivitas ( terhadap bentuk estolat (garam
lauril dari propionil ester eritromisin). Efek samping ini dilaporkan dapat terjadi
pada obat dengan bentuk lain.
3. Ototoksisitas : ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam
dosis tinggi.
4. Kontraindikasi : penderita tentang gangguan fungsi hati tidak boleh mendapatkan
eritromisin karena obat ini berkumpul di hati.
5. Interaksi : eritromisin dan klaritromisin menghambat metabolisme hepatik teofilin,
warfarin, terfenadin, asetamizol, karbamazepin dan siklosporin yang akan
menyebabkan akumulasi toksik obat-obat tersebut. Interaksinya dengan digoksin
dapat terjadi pada beberapa pasien. Pada kasus ini, antibiotika mengeliminasi
spesies flora intestinal yang secara umum menginaktifkan digoksin sehingga terjadi
reabsorpsi digoksin yang lebih besar dalam sirkulasi enterohepatik.
c. Kloramfenikol
Kloramfenikol Diproduksi oleh Streptomuces venezuelae. Pertama kali
diisolasi oleh David Gottlieb dari sampel tanah di Venezuela pada tahun 1947.
Diperkenalkan dalam pengobatan klinis pada tahun 1949. Penggunaannya cepat
meluas setelah diketahui obat ini efektif untuk berbagai jenis infeksi. Kloramfenikol
merupakan antibiotika berspektrum luas. Obat ini efektif terhadap bakteri aerob
maupun aneorob.
Farmakodinamik
20

Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriokstatik (menghambat pertumbuhan
bakteri). Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisida
(membunuh pertumbuhan bakteri) terhadap kuman-kuman tertentu. Aktivitas
antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom
subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.
Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk Streptococcus
pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus
influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas
mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan
Shigella.
Farmakokinetik
Kloramfenikol dapat diberikan intravena maupun per oral. Obat ini di absorpsi
secara lengkap pada pemberian per oral karna sifat lipofiliknya dan di distribusikan
secara meluas ke seluruh tubuh. Obat ini dapat masuk ke dalam CSS (Cairan Otak).
Obat ini menghambat fungsi penggabungan oksidasi hepatic. Ekresinya tergantung
pada perubahan obat ini di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan
asam glukorunat oleh enzim glukoronil transferase.Oleh karena itu, waktu paruh
kloramfenikol memanjang pada pasien gangguan faal hati. Sebagian kecil
kloramfenikol mengalami reduksi menjadi senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi
yang kemudian di sekresi melalui tubulus ginjal. Hanya 10 % dari obat ini yang di
eksresikan melalui filtrasi glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi
tubulus.
d. Klindamisin
Obat ini pada umumnya aktif terhadap S. pneumonia, S.pyogenes, S.anaerobic,
S.viridans,dan actinomyces isrealli. Klindamasin juga aktif terhadap Bacterioides fragilis
dan kuman anaerob lainnya.

Farmakokinetik
21

Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberian oral. Adanya makanan
dalam lambung tidak banyak mempengaruhi absorbsi obat ini. Setelah pembarian dosis
oral 150 mg biasanya tercapai kadar puncak plasma 2 g/mL dalam waktu satu jam.
Masa paruhnya kira-kira 2,7 jam.
Klindamisin didistribusi dengan baik ke berbagai cairan tubuh,jaringan dan tulang,
kecuali CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Obat ini dapat menembus sawan uri
dengan baik. Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin. Klindamisin
berakumulasi dalam leukosit polimorfonuklear dan makrograf alveolar tapi makna klinik
dari fenomena ini belum jelas.
Hanya sekitar 10% klindamisin disekresi dalam bentuk asal melalui urin. Sejumlah kecil
klindamisin ditemukan dalam feses. Sebagian besar obat dimetabolisme menjadi N-
dimetilklindamasin dan klndamasin sulfoksid untuk selanjutnya disekkresi melalui urin
dan empedu. Masa paruh eliminasi dapat memanjang sedikit pada pasien gagal ginjal
sehingga diperlukan penyesuaian untuk kadar obat dalam plasma. Hal ini dapat
pulaterjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat.
Mekanisme kerja
Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun baktensida tergantung
konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Klindamisin
menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50s yang
mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida. Klindamisin diabsorbsi
dengan cepat oleh saluran pencernaan.
e. Tetrasiklin
Tetrasiklin juga mempunyai spectrum yang luas. Tetrasiklin digunakan pada
terapi penyakit kolera, klamidial, rickettsial, maupun pneumonia myoplasma. Tetrasiklin
masuk kedalam sel bakteri melalui sistem transport yang tergantung energy. Tetrasiklin
dapat digunakan pada infeksi bakteri baik garam positif maupun gram negative.
Resistensi terhadap tetrasiklin terjadi ketika bakteri bermutasi sehingga mengakibatkan
obat tidak bisa masuk dalam sel bakteri. Mekanisme aksi tetrasiklin adalah
berkompetisi dengan komponen tRNA terhadap sisi A (A site) pada Mrna sel bakteri.
22

Penggunaaan tetrasiklin bersamaan dengan makanan akan mengganggu absorpsinya.
Tetrasiklin dapat membentuk kompleks kelat yang tidak larut dengan beberapa logam
yaitu kalsium, aluminium, dan magnesium. OLeh karena itu, penggunaan bersama
dengan antasida tidak direkomendasikan. Tetrasiklin juga berpotensi menyebabkan
pewarnaan pada gigi, dan gangguan pertumbuhann tulang sehingga tidak
direkomendasikan penggunaannya pada wanita hamil dan anak-anak.
Absorpsi golongan tetrasiklin dapat terhambat dengan adanya makanan, kecuali
doksisiklin dan minosiklin. Kebanyakan tetrasiklin dapat membentuk ikatan kompleks
dengan kalsium (Ca
2+
), magnesium (Mg
2+
) dan logam-logam yang lain. Ikatan kompleks
bersifat sukar larut dalam saluran pencernaan sehingga tidak dapat di absorpsi. Oleh
karena itu, pemberiannya tidak boleh bersamaan dengan makanan yang banyak
mengandung logam-logam diatas, seperti susu atau dengan antasida. Efek samping
utama timbul karena tetrasiklin dapat mengikat Ca
2+
atau fosfat yang terdapat di tulang
dan gigi. Ikatan tersebut menyebabkan pewarnaan dan gannguan pertumbuhan.
Dengan alasan itu, tetrasiklin dapat dikontraindikasikan pada bayi, anak-anak, wanita
hamil,. Selain itu, golongan ini juga dapat menyebabkan fotosensitif. Tetrasiklin yang
sampai sekarang masih digunakan adalah: Klortetrasiklin, minosiklin, oxitetrasiklin,
domeklosiklin, doksisiklin.
Senyawa tetrasiklin semula diperoleh dari Streptomyces aureofaciens
(klortetrasiklin) dan Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Semua tetrasiklin berwarna
kuning dan bersifat amfoter, garamnya dengan klorida /fosfat paling banyak digunakan.
Larutan garam tersebut hanya stabil pada Ph < 2 dan terurai pesat pada pH lebih tinggi.
Begitu pula kapsul yang disimpan ditempat panas dan lembab mudah terurai, terutama
di bawah pengaruh cahaya. Produk penguraian anhidrotetrasiklin bersifat sangat toksis
bagi ginjal. Oleh karena itu suspense atau kapsul tetrasiklin yang sudah tersimpan lama
atau sudah berwarna kuning tua sampai coklat tidak boleh diminum lagi.
Farmakokinetik
Kira-kira 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung dilambung
23

dan usus halus bagian atas. Berbagai factor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin
seperti adanya makanan dalam lambung (kecuali minosiklin dan doksisiklin), Ph tinggi,
pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti
kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan antasida). Oleh sebab itu
sebaiknya tetrasiklin diberikan seblum atau 2 jam setelah makan. Resorpsi tetrasiklin
dari usus pada perut kosong adalah lebih kurang 75% dan agak lambat. Baru setelah 3-4
jam tercapai kadar puncak dalam darah. Pengecualian adalah doksisiklin dan minosiklin
yang diserap baik sekali (90-100%), juga bila diminum bersamaan dengan makana. PP
paling tinggi adalah doksisiklin 90%, lalu minosiklin 75%, disusul oleh oksitetrasiklin
35%. waktu paruh tetrasiklin dan oksitetrasiklin berkisar antara 9 jam, rata-rata 18 jam
untuk minosiklin dan 23 jam untuk doksisiklin. Daya penetrasi ke dalam jaringan agak
baik berkat sifat lipofilnya dengan afinitas khusus untuk tulang, gigi, kuku, kulit
meradang, mata dan prostat. Difusinya kedalam cairan serebrospinal buruk kecuali
minosiklin. Ekskresi tetrasiklin terutama secara utuh melalui ginjal, maka kadarnya
dalam kemih tinggi. Doksisiklin dan minosiklin terutama diekskresi melalui empedu dan
tinja.
Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri
Gram-negatif : pertama secara difusi pasifmelalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem
transport aktif. Setelah masuk antibiotic berikatan secara reversible dengan ribosom 30
S dan mencegah ikatan t- RNA-aminoasil pada komplek m-RNA-ribosom. Hal tersebut
mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya
sintesis protein.
Indikasi
Digunakan pada infeksi saluran nafas dan paru-paru, saluran kemih, kulit dan
mata. Penggunaannya pada acne hebat berkat daya menghambatnya terhadap aktivitas
enzim lipase dari kuman yang memegang peranan penting pada (Propionibacter acnes).
24

Pada bronchitis kronis adakalanya tetrasiklin digunakan sebagai profilaksis serangan
akut.
Efek Samping
Pada penggunaan oral seringkali terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah,
diare). Penyebabnya adalah rangsangan kimiawi terhadap mukosa lambung oleh bagian
obat yang tak diserap, terutama pada tetrasiklin. Menimbulkan supra infeksi dengan
gewjala mulut dan tenggorok nyeri, gatal sekitar anus dan diare. Efek samping yang
lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang
tumbuh pada janin dan anak-anak. Efek samping yang lain adalah fotosensitasi yaitu
kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-merahan dan gatal-gatal. OLeh
karena ini selama terpi dengan tetrasiklin hendaknya janagan terkena sinar matahari
yang kuat.
Interaksi obat
Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut dengan sediaan besi, aluminium,
magnesium, dan kalsium, sehingga resorpsinya dari usus gagal. Oleh karena itu zat
tetrasiklin terkecuali doksisiklin dan minosiklin, tidak boleh diminum bersamaan dengan
makanan (khususnya susu) atau antasida. Tetrasiklin, oksitetrasiklin dan minosiklin
dapat menghambat hidrolisa dari conjugated estrogen dalam usus.





25

3. ntagonis folat
Asam folat merupakan senyawa yang digunakan dalam sintetis asam amino
dan DNA dalam sel. Bakteri tidak dapat mengabsorpsi asam folat sehingga harus
membuat sendirinya dari substrat PABA (Para Amino Benzoic Acid), glutamat, dan
pteridin. Pada manusia, tidak dapat membuat asam folat. Asam folat merupakan
vitamin B-Kompleks. Contoh obat golongan ini yaitu sulfonamide dan trimetropin
Antagonis folat mempunyai spectrum luas, dan efektif terhadap baik bakteri gram
positif dan negatif. Mekanisme obat antibiotika antagonis folat berhubungan dengan
sintesis asam folat.

p-Aminobenzoic acid (PABA)

Dihidropteroate Sulfonamid
Synthase (Berkompetensi dengan RABA)

Asam dihidrofolat

Dihydrofolate Trimetropin
Reductase
Asam tetrahidrofolat


Sintetis purin


Sintetis DNA

Gambar: sintetis asam folat, dan aksi dari sulfonamide dan trimetropin.


26

a. Sulfonamide
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida
merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK).
Indikasi
1. Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol
2. Antidiabetikum : Nadisa, Restinon.
3. Desibfektan saluran air kencing : Thidiour
4. Diuretikum : Diamox
Sulfonamide bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan cara
pengocokan yang digunakan dalam analisa organik dan bersifat mudah larut dalam
aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin.
Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun
topikal untuk beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa
merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh
antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan
sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai
kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral
(ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para
Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N C6H4 COOH
Mekanisme Kerja
Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid) untuk membentuk asam
folat yang di gunakan untuk sintesis purin dan asam nukleat. Sulfonamid merupakan
penghambat kompetitif PABA. Efek antibakteri sulfonamide di hambat oleh adanya
darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena kebutuhan mikroba akan asam folat
berkurang dalam media yang mengandung basa purin dan timidin.
Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfanamid karena menggunakan folat
jadi yang terdapat dalam makanan (tidak mensintesis sendiri senyawa tersebut).
27

Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA di gantikan oleh sulfonamide, maka akan
terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.
Farmakokinetik
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam
sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus. Kira-kira 70-100%
dosis oral sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam
urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi
beberapa jenis sulfa dapat di absorpsi melalui lambung.
Distribusi, Semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin
dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh,
karenaitu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk
bebas mencapai 50-80 % kadar dalam darah.
Metabolisme, dalam tubuh sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi. Hasil inilah
yang sering menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala
hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
Ekskresi, Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil
maupun bentuk bebas. Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi
ginjal. Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
1. Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan
sulfisoksazol.
2. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu
kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
3. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain :
sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin.
4. Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat
dan eksresinya lambat.


28

b. Trimetropin
Trimetoprim adalah suatu penghambat dihidrofolat reduktase bakteri poten
yang menunjukkan spectrum antibakteri mirip dengan sulfa. Namun demikian,
trimetoprim lebih sering dikombinasikan dengan sulfametoksazol.

Mekanisme Kerja
Bentuk folat aktif adalah derivate tetrahidro yang dibentuk melalui reduksi
oleh dihidrofolat reduktase. Reaksi enzimatik ini dihambat oleh trimetoprim, yang
menimbulkan turunnya koenzim folat purin, pirimidin dan sintesis asam amino.
Afimitas enzim reduktase bakteri terhadap trimetoprm lebih kuat dibandingkan
dengan enzim mamalia, yang dapat diperhitungkan sebagai toksisitas selektif obat.
Spektrum antibakteri. Spektrum antibakteri trimetoprim mirip
sulfametoksazol; namun demikian, trimetoprim 20 50 kali lebih poten dari
sulfinamida. Trimetoprim dapat digunakan secara tunggal untuk pengobatan infeksi
traktus urinarius akut dan prostatitis bakterial.
Obat ini resistensi pada bakteri gram negative disebabkan adanya perubahan
dihidrofolat reduktase yang afinitasnya terhadap obat lebih kecil.
Farmakokinetik
Reabsorbsinya dari usus cepat dan praktis lengkap, PP-nya k.l. 50 % dengan
plasma waktu paruh dari 9-17 jam. Sebagian zat dirombak di hati; di dalam urin
kadar obat utuh tinggi sekali dan bertahan minimal selama 24 jam untuk kemudian
diekskresikan.
Efek samping dari obat Trimetoprim dapat menyebabkan defisiensi folat,
yaitu berupa anemia megaloblastik, leucopenia, gangguan saluran cerna, dan
granulositopenia. Reaksi ini dapat segara diperbaiki dengan pemberian asam folinat
secara stimulant yang tidak dapat masuk ke dalam bakteri.
4. Quinolon dan golongan lainnya
Obat golongan ini mempunyai mekanisme aksi menghambat DNA gyrase
sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA bakteri. DNA gyrase merupakan
enzim bakterial yang bertanggungjawab terhadap proses pembukaan dan suprecoil
DNA protein bakteri. Quinolon merupakan satu-satunya antibiotika yang menghambat
replikasi DNA. Antibiotika golongan ini digunakan pada pengobatan infeksi saluran
29

kencing. Obat golongan ini mempunyai spectrum yang luas. Contoh obat golongan ini
yaitu quinolon, antiseptik saluran urin.
a. Quinolon
Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang
dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang
baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung
terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah.
Karena itu penggunaan obat quinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran
kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan quinolon baru dengan
atom Fluor pada cincin quinolon (karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon).
Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar
spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta
memperpanjang masa kerja obat.
Daya antibakteri Flurokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan dengan
kelompok kuinolon, selain itu kelompok obat ini juga diserap dengan baik pada
pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk perenteral
sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang
disebabkan oleh kuman Gram-Negatif. Daya antibakterinya terhadap kuman Gram-
Positif relatif Lemah. Yang termasuk golongan ini adalah Siprofloksasin, Ofloksasin,
Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Enoksasin, Levofloksasin, dan Flerofloksasin.
Flurokuinolon Baru mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman Gram-
Positif, serta kuman atipik penyebab infeksi saluran nafas bagian bawah. Yang
termasuk golongan ini adalah Moksifloksasin, Gatifloksasin, dan Gemifloksasin.
Golongan quinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk
golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin,
Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin
dan Gatifloksasin.
Mekanisme Kerja
Pada saat perkembangbiakkan kuman ada yang namanya replikasi dan
transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas
DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix
30

DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan
bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Quinolon menghambat
kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.


Resistensi terhadap kinolon dapat trejadi melalui 3 Mekanisme, yaitu :
Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA graise kuman berubah
sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi.
Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat
kedalam sel.
Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).
Farmakokinetik
Asam Nalidiksat diserap baik melalui saluran cerna tetapi dengan cepat
dieksresikan dengan cepat melaliu Ginjal. Flurokinolon diserap lebih baik melalui
saluran cerna dibandingkan dengan asam nalidiksat. Pefloksasin adalah
Flurokuinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling
panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan pemberian
parenteral. Penyerapan Siproflaksin dan Flurokiunolon lainnya akan terhambat bila
diberikan bersama Antasida. Sifat Flurokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa
golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam prostat, dan cairan
serebrospinalis bila ada Meningitis, Sifat lainnya yang mengunutngkan adalah masa
paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali dalam sehari.
Indikasi
Asam Nalidiksat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran Kemih,
sedangkan Flurokuinolon digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas, antara lain :
Infeksi Saluran Kemih ( ISK )
Flurokuinilon Efektif untuk ISK yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan kuman P. Aeruginosa. Siprofloksasin, Norfloksasin, dan floksasin
dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat diginakan
untuk terapi prostatitis bakterial akut maupun kronis.
Infeksi Saluran Cerna
31

Flurokuinilon juga Efektif untuk Diare yang disebabkan oleh shingela,
Salmonella, E. Coli, dan Campylobacter, Siploksasin dan ofloksasin mempunyai
efektifitas yang baik terhadap demam Tifoid.
Infeksi Saluran Nafas ( ISN )
Umum Efektifitas Flurokuinilon ( Siproflaksin, Ofloksasin, dan enoksasin )
cukup baik untuk bakterial saluran nafas bawah. Tetapi ada lagi Flurokinolon (
moksifloksasin, Gemifloksasin,dan Levloksasin ) mempunyai daya antibakteri yang
cukup baik terhadap kuman Gram-Positif maupun kuman Gram-Negatif, dan kuman
atipik penyebab infeksi saluran nafas Bawah.
Penyakit yang ditularkan Melalui Hubungan Seksual
Siprofloksasin oral dan levofloksasin oral merupakan obat pilihan utama
untuk pengobatan Uretritis dan Servitis oleh gonokukus.
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
Flurokinolon Oral mempunyai efektiitas sebanding dengan sealosporin
parenteral untuk pengobatan infeksi berat pada kulit atau jaringan lunak.
Antiseptik Saluran Urin
Infeksi saluran kemih (paling sistitis dan pielonefritis akut tanpa komplikasi)
pada perempuan usia subur, pada manula adalah salah satu masalah yang sering
ditemukan. Escherichia coli, Staphylococcus saprophyticus, Klebsiela pneumonia dan
Proteus mirabilis merupakan bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi
saluran kemih. Infeksi salura kemih dapat diobati dengan salah satu dari kelompok
obat yang disebut antiseptik salura kemih termasuk methenamin dan nitrofurantoin.
1. Metenamin
Metenamin atau heksamin adalah heksametilentetramin. Dalam suasana
asam, metenamin terurai dan membebaskan formaldehid yang bekerja sebagai
antiseptik saluran kemih. Formaldehid mematikan kuman dengan jalan
menimbulkan denatursi protein. Reaksi ini berlangsung
baik pada pH yang rendah. Pada pH lebih dari 7.4 obat ini tidak efektif.
Efek Antimikroba
Metenamin aktif terhadap berbagai jenis mikroba. Kuman gram negative
umumnya dapat dihambat dengan metenamin, kecuali Proteus karena kuman dapat
32

mengubah urea menjadi amonium hidroksida yang menaikkan pH sehingga
menghambat perubahan metenamin menjadi formaldehid. Karena tidak terjadi
resistensi kuman terhadap formaldehid, efektivitas metenamin tetap baik.
Obat ini digunakan untuk profilaksis terhadap infeksi saluran kemih brulang,
khususnya bila ada residu kemih. Metenamin tidak di indikasikan untuk infeksi akut
saluran kemih.
Mekanisme kerja
Untuk dapat bereaksi, metenamin harus terurai pada suatu Ph asam yaitu ph
5 atau kurang dalam urine, sehingga menghasilkan formaldehida yang toksik bagi
kebanyakan bakteri. Reaksi tersebut berjalan lambat, memerlukan waktu 3 jam
untuk mencapai 90 % per uraian. Metenamin tidak boleh diberikan pada penderita-
penderita yang sedang dipasang kateter (induelline chaterheters). Resistensi bakteri
terhadap formaldehida tidak terjadi.
Metenamin terutama digunakan untuk terapi suvresif kronik. Bakteri yang
memecahkan urea yang menyebabkan urine alkaline, seperti proteus biasanya
resisten terhadap kerja metenamin. Metenamin digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih tetapi tidak efektif terhadap infeksi saluran kemih atas.
Farmakokinetik
Metenamin diberikan per oral. Selain formaldehida, ion amonium juga
dihasilkan dalam kandung kemih. Karena hepar dengan cepat memetabolisme
amoniak untuk membentuk urea, metenamin dikontraindikasikan pada penderita-
penderita dengan insufisisensi hati dengan kadar amonium dakam sirkulasi yang
meningkat akan bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat. Metenamin
didistribusikan ke seluruh cairan tubuh, tetapi tidak terjadi dekomposisi metenamin
pada ph 7,4 sehingga tidak terjadi toksisitas sistemik. Obat tersebut dieliminasi di
dalam urine.





33

2. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin lebih sedikit digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih
karena toksisitasnya dan spektrum antimikrobanya yang sempit.
Mekanisme kerja
Bakteri peka yang mereduksi obat ini menjadi suatu obat aktif yang
menghambat berbagai enzim dan merusak DNA. Aktivitasnya lebih besar dalam urine
yang asam
Nitrofurantoin bersifat bakteri ostatik. Bermanfaat terhadap e.coli, tetapi
bakteri gram negatif saluran kemih lainnya mungkin resisten. Kokus gram positif
peka.
Resistensi bersifat konstitutif. Ini berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mereduksi gugusan nitrogen dengan adanya oksigen. Resistensi tidak terjadi
selama terapi.
Farmakokinetik
Absorpsi lengkap setelah pemberian per oral. Obat tersebut diekskresikan
dengan cepat oleh filtrasi glomeruli. Keberadaan obat tersebut mengubah warna
urine menjadi cokelat, bisa mengejutkan penderita yang tidak tahu akan hal itu.
Efek-efek yang tak diinginkan
1. Gangguan saluran cerna
Efek samping ini meliputi mual, muntah dan diare. Bentuk makrokristal ditoleransi
lebih baik. Minum obat bersama makanan atau susu akan memperbaiki gejala ini.
2. Pneunomitis akut
Ini adalah komplikasi yang serius. Efek-efek paruh lain seperti fibrosis pulmonalis
interstisial, dapat terjadi pada pasien yang diobati kronik.
3. Masalah neurologi
Efek samping neurologi sperti sakit kepala, mistakmus dan polineuropati dengan
demielinasi (kadang-kadang menyebabkan kaki lumpuh) bisa terjadi.
4. Anemia hemolitik
Obat tersebut dikontraindikasikan pada penderita dengan defisiensi G-6-PD,
neonatus dan perempuan hamil.

34

Golongan Obat Antibiotika
1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia
(1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1) Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
b. Pensilin Tahan Penisilinase
1) Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak
mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
35

Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak
mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
c. Pensilin Spectrum Luas
1) Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak
mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak
mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
d. Penisilin Anti Pseudomona
1) Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
36

2) Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3) Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin,
ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
a. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti
mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan
dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit
kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
b. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
c. Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d. Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N
gonorrhoeae.
e. Sefamandol
Indikasi : profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
f. Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.


37

3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin
lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
a. Tetrasiklin.
Indikasi : eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis klamidia, mikoplasma, dan riketsia,
efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan : gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal
,kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping : mual, muntah, diare, eritema.
b. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi : tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatina : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi
pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
c. Doksisiklin
Indikasi : tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis ,
pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
d. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada
porfiria.
Dosis : 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a. Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.


38

b. Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya.
Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str
viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi
tambahan pada meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso,
awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma),
hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi : kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia
pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari (
dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis
terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam
plasma.
c. Neomisin Sulfat
Indikasi : Sterilisasi usus sebelum operasi
d. Netilmisin
Indikasi : infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.

5. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat
ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi : wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia
aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic
eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria
nocturnal.


39

6. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga
obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi
saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
a. Eritromisin
Indikasi : sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan
pertusis.
b. Azitromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa
kompliasi.
c. Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan
lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak
duodenum
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin,
dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan
dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan
oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk
Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent)
dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada
keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika
bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk
bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka
penggunaannya pada infeksi dengan Pseudomonas kini sangat berkurang dengan
munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
40

8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium.
Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin,
INH, dapson, etambutol dan lain-lain.



5. RESISTENSI OBAT GOLONGAN ANTI BIOTIKA
Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh
antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir oleh pejamu. Misalnya, organisme
gram negatif resisten terhadap vankomisin. Namun demikian, Spesies mikroba yang secara
normal memberikan respons terhadap obat tertentu mungkin menyebabkan
berkembangnya strain yang resisten. Banyak organisme telah diadaptasi melalui mutasi
spontan atau membutuhkan resistensi dan seleksi, dan berkembang menjadi strain yang
lebih ganas serta kebanyakan dari oeganisme ini resisten terhadap antibiotik multipel.
Munculnya strain resisten tersebut telah dijelaskan karena penggunaan antibiotik yang tidak
rasional dan tidak hati-hati pada keadaan yang mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan
atau pada keadaan yang tidak membutuhkan antibiotikka misalnya, batuk-pilek.

A. Perubahan genetik yang menyebabkan resistensi obat.
Resistensi berkembang akibat kemampuan DNA; mengalami mutasi spontan, atau
bergerak dari suatu organisme ke organisme lain.
1. Mutasi spontan DNA : hasil mutasi mungkin menetap, dapat dikoreksi, atau dapat
bersifat letal terhadap sel. Namun demikian, bila sel tersebut dapat hidup, sel tersebut
mungkin bereplikasi dan mentransmiisikan sifat-sifat pada sel anaknya sehingga timbul
strain yang resisten, yang mungkin berproliferasi pada keadaan tekanan selektif
tertentu. Sebagai contoh : adalah munculnya strain Mycobacterium tuberculosis yang
resisiten terhadap rifampin digunakan secara tunggal.
2. Mutasi obat karena transfer DNA : salah satu perhatian dalam masalah di klinik yaitu
resisten yang disebabkan transfer DNA dari satu organisme ke organisme lain. ciri-ciri
resistensi biasanya ditandai dalam faktor R ekstrakromosomal. Faktor-faktor ini akan
41

masuk ke dalam sel melalui proses seperti transduksi, transformasi, atau yang lebih
penting yaitu penggabungan bakteri.
B. Perubahan ekspresi protein
Resistensi obat mungki n terjjadi karena beberapa mekanisme seperti kurangnya
atau perubahan pada tempat target, rendah nya penetrasi obat karena menurunnya
permeabilitas, atau meningkatnya efluks atau adanya enzim-enzim yang menginaktifkan
antibiotika.
1. Modifikasi tempat target : perubahan tempat target melalui mutasi dapat menimbulkan
resistensi seperti yang terjadi dengan pengikatan protein oleh penisilin pada S.aureus
yang resiisten terhadap metisilin, atau enzim dihidrofolat reduktase yang kurang sensitif
dalam menghambat organisme yang resisten terhadap trimetoprim
2. Menurunnya akumulasi : menurunnya penetrasi antibiotika dapat melindungi
organisme karena obat tersebut tidak mampu mendapatkan jalan ke tempat target
yang disebabkan adanya sistem efluks yang memompa obat keluar (tetrasiklin,
primakuin).
Inaktivasi oleh enzim : kemampuan menghancuran atau menginaktifkan antimikroba juga
dapat menimbulkan resistensi. Misalnya beta laktamase menghancurkan banyak penisilin
dan sefaloporin dan asetiltranferase dapat merubah kloramfenikol menjadi benutk yang
tidak aktif.












42

BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari
sicilia (1943).
2. Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi
terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat
ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman
tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga
obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi
saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika
ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-
negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-
positif.

43

B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat
lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.





























44

DAFTAR PUSTAKA
http://catatankuliah-heri.blogspot.com/2010/03/bakteri-aerob-dan-anaerob.html
http://sthetoscope.blogspot.com/2013/01/penggolongan-antibiotik.html
http://diskusiasistenapoteker.blogspot.com/2013/03/2.html
http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya/
http://dwidafarm.wordpress.com/2011/07/05/penggolongan-antibiotika/
http://ekoputerasampoerna.blogspot.com/2012/11/makalah-antibiotik.html
http://andriyanto507.blogspot.com/2013/10/makalah-tenteng-antibiotika.html
http://katumbu.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-antibiotik.html
http://ndenayu.blogspot.com/2012/12/penggolongan-antibiotika.html

You might also like