You are on page 1of 12

DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA PADA

LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT




















Oleh: Kelompok I


Ashanti Lestari NIM 12001/MSP
Anang Berbudi NIM 12002/BDP
Aurel Putri NIM 12003/MSP
Azriel Putra NIM 12004/BDP


Tugas Makalah Oseanografi
Dosen pengasuh : Dr. Djumanto


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ABSTRAK

Tujuan makalah ini adalah menguraikan berbagai faktor yang menimbulkan kerusakan
sehingga merugikan bagi penduduk di kawasan pantai. Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi
antara laut dan daratan yang merupakan 15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial
sebagai modal dasar pembangunan Indonesia sebagai tempat perdagangan dan transportasi,
perikanan, budidaya perairan, pertambangan serta pariwisata. Wilayah pesisir Indonesia sangat
potensial pula untuk dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila
pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor-
faktor yang berdampak terhadap lingkungan pesisir. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor
yang berdampak diantaranya: pertumbuhan penduduk dunia yang besar, kegiatan-kegiatan
manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersihdan pemanfaatan sumber daya laut
yang berlebihan.

Kata Kunci : Pesisir, dampak, penduduk




DAFTAR ISI

Daftar Tabel .............................................................................................. iii
Daftar Lampiran .............................................................................................. iv
Daftar Gambar .............................................................................................. v

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2.Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2

II. FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH ........................................ 3
2.1 Pertambahan Jumlah Penduduk 4
2.2. Kegiatan-Kegiatan Manusia 5
2.3 dst

III. DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA .................................................................. 6
3.1 Kerugian Usaha Tambak...................................................................................... 7
3.2 Kerusakan Bangunan ........................................................................................... 8
3.3 dst

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 15
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 15
4.2. Saran .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16
LAMPIRAN .............................................................................................. 17




I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas memiliki wilayah pesisir yang kaya dan
beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 km yang termasuk sebagai negara
dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk
didalamnya zona ekonomi ekslusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga
perempat dari luas keseluruhan wilaya Indonesia (Dahuri 2002). Dengan kenyataan seperti itu
sumber daya pesisir dan lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan
Indonesia yang sangat potensial disamping sumber daya alam darat. Sumber daya wilayah
pesisir diprediksi akan semakin meningkat peranannya dimasa-masa mendatang dalam
mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Konsekuensi dari potensi yang besar tersebut kawasan pesisir akan mengalami
perkembangan dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Bengen (2002) mengemukakan wilayah
pesisir menyediakan sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang
mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Ini berarti
kawasan pesisir merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
di masa datang. Demikian halnya ada sekitar 5070% manusia yang hidup dan bekerja
diwilayah pesisir walaupun luasnya hanya 8% dari muka bumi menurut (Rais, 2002). Produksi
perikanan wilayah pesisir mencapai 26% dari produksi perikanan global, sehingga sangat
potensial sebagai penghasil sumber protein. Oleh karena itu wilayah pesisir berperan sangat
penting bagi kehidupan manusia.
Jumlah penduduk semakin meningkat sehingga permintaan pemenuhan kebutuhan hajat
hidup juga meningkat, maka pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir juga meningkat. Jika
penggunaaan sumberdaya pesisir tidak dilakukan secara terpadu dan terkendali, maka hal
tersebut dapat menyebabkan daya dukung wilayah pesisir akan berkurang. Agar daya dukung
wilayah pesisir tidak mengalami penurunan yang besar, maka perlu diperhatikan pula faktor-
faktor yang berdampak terhadap lingkungan pesisir.
Beberapa hal yang dapat mempengaruh lingkungan pesisir dapat dikemukakan seperti:
pertambahan jumlah penduduk dunia, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi,
ketersediaan air bersih, overeksploitasi sumberdaya alam,

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah menguraikan berbagai faktor yang menimbulkan kerusakan
sehingga merugikan bagi penduduk di kawasan pantai.

II FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH

2.1 Pertambahan Jumlah Penduduk
Populasi manusia meningkat secara eksponensial yang disebabkan oleh kemajuan
dibidang kesehatan, pertanian dan teknologi. Kemajuan dibidang kesehatan menyebabkan
tingkat kematian bayi menurun, tingkat kesehatan dan usia harapan hidup penduduk meningkat.
Pada tahun 1998 jumlah penduduk dunia mencapai 6 miliar orang yang harus berbagi
kebutuhan sumberdaya pada ekosistem biosfer yang semakin terbatas. Jika tingkat fertilitas dan
mortalitas tidak berubah serta bayi yang lahir hari ini tetap hidup, maka populasi dunia akan
mencapai 40 miliar manusia di tahun 2100 (Rustiadi, 2003).
Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % per tahun, maka pada
tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang (Sadelie, 2002). Hal ini akan
mengakselarasi meningkatnya permintaan (demand) terhadap kebutuhan sumberdaya dan jasa
lingkungan. Sementara itu ketersediaan alam darat semakin berkurang dan tidak lagi
mencukupi, sehingga opsi berikutnya diarahkan untuk memanfaatkan sumberdaya dan jasa
pesisir untuk mempertahankan dan sekaligus melanjutkan pertumbuhan yang ada. Dengan
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah
pesisir, bagi berbagai peruntukan, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya
pesisir dan laut akan semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat
mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil yang berada disekitarnya.

2. 1 Kegiatan-Kegiatan Manusia
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan baik pertumbuhan jumlah penduduk dunia
maka kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah pesisirpun akan semakin meningkat pula.
Beberapa kegiatan tersebut antara lain, reklamasi pantai, kegiatan industri disekitar wilayah
pesisir, dan lain-lain. Reklamasi pantai adalah suatu kegiatan atau proses memperbaiki daerah
atau areal yang tidak terpakai atau berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990). Kegiatan reklamasi pantai bagaimanapun telitinya,
tetap akan mengubah kondisi dan ekosistem lingkungan pesisir, dan ekosistem buatan yang
baru tentunya tidak sebaik yang alamiah. Oleh karena itu upaya reklamasi pantai perlu
direncanakan sedemikian rupa dan secara seksama agar keberadaanya tidak mengubah secara
radikal ekosistem pesisir yang asli. Oleh karena itu diperlukan perencanaan tata ruang yang
rinci, penelitian lingkungan untuk analisis dampak lingkungan regional, penelitian hidro
oceanografi, perencanaan teknis reklamasi dan infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi
serta perencanaan sosial-ekonomi dan pengembangan lainnya (Hasmonel, 2002).
Pengaruh dari adanya industri-industri dekitar wilayah pesisir juga akan mengakibatkan
berubahnya daya dukung lingkungan pesisir, antara lain pnururunan kadar gas oksigen terlarut,
kadar fosfat dan nitrat yang tinggi. Kadar oksegen terlarut yang berkurang akan menyebabkan
makhluk hidup yang berada di ekosistem wilayah pesisir akan mendapat tekanan secara
ekologis, sehingga akan mengancam kelangsungan hidup komponen ekosistem tersebut.
Perairan wilayah pesisir merupakan salah satu tempat yang kaya akan zat hara. Hal ini
sangat penting bila ditinjau dari sumber daya hayati. Namun untuk kelestariannya perlu
diperhatikan limbah yang berasal dari industri-industri maupun aktifitas manusia lainnya yang
dibuang ke perairan tersebut, akan merusak kelestarian flora dan fauna wilayah pesisir
dikemudian hari sehingga dapat merusak keseimbangan ekosistem wilayah pesisir
(Simanjuntak, 1996)


2.3 Pencemaran
Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi 7 jenis,
yaitu: a) industri, b) limbah cair pemukiman (sewage), c) limbah cair perkotaan urban
stormwater), d) pertambangan, e) pelayaran (shipping), f) pertanian dan, g) perikanan budidaya
(Dahuri, 2001). Pencemaran dapat berasal dari kegiatan rumah tangga dan industri. Pencemaran
rumah tangga terjadi terutama di lingkungan pesisir yang berada dekat dengan pemukiman.
Kegiatan rumah tangga terutama di perkotaan akan menyisakan sampah yang sangat
menumpuk. Jenis sampah rumah tangga dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik
dan sampah anorganik. Pertumbuhan jumlah penduduk yang mendiami wilayah pesisir dan
meningkatnya kegiatan pariwisata juga akan meningkatkan jumlah sampah dan kandungan
bakteri yang dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi lingkungan pesisir. Penggunaan pupuk
untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang Daerah Aliran Sungani yang berada di
atasnya, serta kegiatan-kegiatan industri di darat yang membuang limbahnya ke dalam badan
sungai yang kemudian terbawa aliran sungai melewati wilayah pesisir sampai ke laut. Hal ini
akan memperabesar tekanan ekologis wilayah pesisir.
Sumber pencemaran yang berasal dari limbah industri dan kapal-kapal di sepanjang
wilayah pesisir umumnya mengandung logam berat. Kandungan logam berat diperairan
diperkirakan akan terus meningkat. Kuantitas pencemaran akan terus meningkat seiring
terjadinya erosi dan pencucian tanah, masuknya sampah industri dan pembakaran bahan bakar
fosil ke perairan dan atmosfer, serta pelepasan sedimentasi logam dari lumpur aktif secara
langsung. Kegiatan pembangunan didaratan dan pesisir yang dilaksanakan secara terpadu dan
berkelanjutan diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.


2.4 Sedimentasi
Sedimentasi di wilayah pesisir umumnya terjadi pada muara-muara sungai. Sebagai
contoh sedimentasi yang terjadi di wilayah Segara Anakan, sediment berasal dari sungai
Citanduy, Sungai Cibeureum dan Sungai Cikonde serta sebagian kecil berasal dari sedimentasi
pantai, jumlahnya mencapai 1 juta m
3
per tahun. Apabila keadaan seperti ini tidak berubah
maka makin lama Segara Anakan akan semakin sempit dan pada akhirnya hanya tinggal alur-
alurnya saja (Sidartha, 2001). Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air,
apabila gerakan air horizontal tinggi, sediment akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila
gerakan air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sediment tetap larut maka
akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sediment. Selain itu energi gerakan air juga
berpengaruh terhadap ukuran bahan-bahan sedimentasi yang akan diendapkan.

2.5 Ketersediaan Air Bersih
Air bersih yang tersedia dalam jumlah cukup di kawasan pesisir sangat penting bagi
penduduk yang tinggal di kawasan pesisir dan laut. Ketersediaan air bersih dipengaruhi oleh
berbagai faktor, misalnya musim, morfologi pantai dan faktor lainnya. Pada musim kemarau
pasokan air tawar dari hulu sangat berkurang, sehingga seringkali terjadi intrusi air laut yang
dapat menyebabkan meningkatnya salinitas air sumur dangkal di kawasan pesisir. Morfologi
pantai yang terdiri dari batu gamping yang mempunyai retakan-retakan dapat meresap air hujan
ke dalamnya. Makin besar retakannya berarti makin besar pula daya simpan airnya. Air
tersebut akan dikeluarkan melalui retakan yang besar dan gua-gua (sungai bawah tanah) dan
air yang keluar merupakan sumber air untuk sungai-sungai yang mengalir ke kawasan pesisir
yang sangat brperan dalam perkembangan wilayah pesisir terutama untuk perkembangan
pertanian di wilayah pesisir dan sumber air minum bagi penduduk yang tinggal di wilayah
pesisir.
Seandainya batu gamping ini tidak ada maka sumber-sumber airpun akan menghilang,
karena batuan dibawahnya merupakan breksi vulkanis yang lebih kedap air dan sedikit sekali
dapat menyimpan air. Sehingga kondisi seperti ini akan memicu terjadinya krisis kekurangan
sumber daya air bersih bagi sebagian besar penduduk yang tinggal dan memanfaatkan wilayah
pesisir.

2.6 Pemanfaatan Sumber Daya Laut Yang Berlebihan
Penduduk kawasan pesisir yang memiliki kemampuan terbatas menyebabkan alternative
mata pencaharian yang dapat dilakukan oleh penduduk juga terbatas, sehingga hal tersebut
menyebabkan penduduk melakukan eksploitasi sumber daya alam secara intensif yang
seringkali mengarah kepada over ekploitasi. Ketika pemanfaatan lebih besar dari pada
ketersediaan, maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan. Salah satu sumber daya laut
yang telah diekploitasi secara berlebihan adalah sumber daya perikanan. Meskipun secara
keseluruhan sumber daya perikan laut baru dimanfaatkan sekitar 38% daru total potensinya,
namun di wilayah perairan yang padat penduduk dan pada industri menunjukkan beberapa stok
sumber daya perikanan telah mengalami kondisi tangkap lebih (overfishing) dan jumlahnya
semakin menurun.
Selain hal-hal di atas, dengan semakin besar dan banyaknya aktivitas perekonomian yang
dilakukan di wilayah pesisir dan lautan, seringkali menimbulkan pengaruh dalam pengelolaan
sumber daya dan lingkungan di wilayah pesisir (Dahuri 2001), misalnya:
Perkapalan dan transportasi: tumpahan minyak, air ballast limbah padat dan
kecelakaan.
Pengilangan minyak dan gas : tumpahan minyak, pembongkaran bahan
pencemar, konversi kawasan pesisir.
Perikanan: overfishing, destruksi habitat, pencemaran pesisir, pemasaran dan
distribusi, modal dan tenaga/ keahlian
Budidaya perairan : ekstensifikasi dan konversi mangrove.
Kehutanan: penebangan dan konversi hutan.
Pertambangan: penambangan pasir dan terumbu karang
Industri: reklamasi dan pengerukan tanah.
Pariwisata: pembangaunan infrastruktur dan pencemaran.






SIMPULAN

1. Lingkungan Pesisir adalah kawasan yang sangat kaya akan sumber daya alam dan
sangat potensial sebagai modal dasar pembangaunan nasional.
2. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan pesisir sangat perlu diperhatikan
factor factor yang mempengaruhi dan dapat merusak lingkungan pesisir.
3. Faktor-faktor tersebut diantaranya: pertambahan jumlah penduduk, kegiatan
manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersih, pemanfaatan sumber
daya laut yang berlebihan.





DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip
Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB 2002.

Dahuri, R.,Rais, J.,Ginting, S.P. dan Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu..Jakarta. pradnya Paramita.

Dahuri, R., A.Wahyono, I.G.P. Antariksa, M. Imron, dan Sudiyono. 2002. Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan. Penerbit Media Presindo, Yogyakarta.

Ensiklopedi Indonesia. 1990. Jilid Empat Belas. Jakarta. Cipta Adi Pustaka.

Hasmonel, Purwaningdyah, M.W dan Nurhayati, R. 2002. Reklamasi Pantai Dalam
Hubungannya dengan Pendaftaran Tanah. Studi Kasus di Pantai Utara Jakarta.JSI. Vol 12

Rais, J. 2002. Coastal Zone. Materi Kuliah Perencanaan dan Pengelolaan Wilaya Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Senior policy Advisor on Governance Coastal Resources Management
Project.

Rustiadi, E. 2003. Potensi dan permasalahan Kawasan Pesisir Berbasis Sumberdaya Perikanan
dan Kelautan. Dalam Prosiding Pelatihan ICZPM. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Direktorat Jenderal Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Bina Pesisir, PKSPLHal
33-47.

Sadelie, A. 2003. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan.
Makalah Kelompok dan Materi Kuliah Falsafah Sains. IPB 2003.

Sidaratha, M. 2002.Isu dan permasaahan Pengelolaan Segara Anakan.Bappeda tinggkat II
Kabupaten Cilacap.2002.

Simanjuntak, M. 1996. Kondisi Fosfat dan Nitrat di Perairan Teluk Banten.Inventarisasi dan
Evaluasi Lingkungan Pesisir Oseanografi, Geologi, Biologi dan Ekologi. Pusat Kajian dan
Pengembangan Oseanologi. LIPI. 1996

You might also like