You are on page 1of 5

Pasar Klojen vs Malang Town Square (Matos) ?

(Oleh : Azhari Mulyana)



Manusia dari awal terciptanya telah melakukan proses transaksi perdagangan satu
sama lain guna memenuhi kebutuhan primer berupa sandang, pangan, papan dan kebutuhan
sekunder lainnya yang dianggap pentingdalam kehidupan.Pasar sebagai salah satu media
yang nyata menjadi tempat terjadinya proses transaksi tersebut. Semua bangsa khususnya
bangsa Indonesiatelah mengenal istilah pasar yang saat ini sedang berkembang, yaitu pasar
tradisional dan pasar modern.
Lalu mengapa banyak masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar-pasar modern
dibandingkan pasar tradisional?
Malang, yang dikenal sebagai kota
pendidikan di Indonesia juga terdapat
banyakpasar tradisional dan pasar modern.
Salah satunyayang telah saya kunjungi pada
18 Desember 2013 lalu yaitu Pasar Klojen dan
Malang Town Square atau akrab disebut
denganMatos.
Di lihat dari tampilan depannya saja,
kedua pasar ini memiliki banyak
perbedaan.Dalam hal ini, saya akan
menjelaskan beberapa perbedaan kedua pasar
tersebut dan bagaimana cara Islam
memandangnya.
Pasar Tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual
pembeli secara langsung dan adanya proses
tawar-menawar yang terjadi.
(www.id.wikipedia.org)
Biasanya menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah,
sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu,
ada pula yang menjual kue-kue dan barang lainnya. Umumnya, pasar tradisional ini terletak
pada tempat yang strategis. Contohnya lokasi pasar tersebut berdekatan dengan kawasan
perumahan dan perkampungan agar mudah dijangkau oleh para pembeli.
Pasar Klojen Malang setiap harinya tidak pernah sepi dari pengunjung yang ingin
membeli kebutuhan pokok hidup mereka. Tempatnya yang lumayan bersih sehingga
masyarakat lebih memilihnya dibandingkan pasar tradisional lain. Namun pasar tradisional
satu ini tidak terletak berdekatan dengan kawasan perkampungan melainkan di perkotaan
yang bersebelahan dengan stasiun kota baru Malang.


Ummi Kulsum (kelahiran tahun 1965) seorang
pedagang dagingdi pasar Klojen asal Madura, dalam
wawancaranya mengungkapkan bahwa dirinya sudah 28
tahun berjualan daging di pasar itu. Dalam sehari, beliau
membeli satu hingga dua ekor sapi untuk dipotong.
Daging yang dijualkan tiap harinya Rp. 100.000,-/kg
bersama sang suami. Dari hasil penjualan daging itu
dapat menambah penghasilan mereka untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Namun berbeda halnya saat menjelang
lebaran, harga daging tersebut bisa melonjak tinggi hingga
Rp. 150.000,- bahkan Rp. 200.000,-/kg nya.
Tempat saya tidak begitu besar, asal bisa
menghidupi anak-anak saya, cukuplah. Saya sangat
berbahagia walaupun tidak seberapa untungnya, namun
saya sudah bekerja dengan halal. Untung dan ruginya itu
kan dari Tuhan, kita hanya berusaha, tuturnya dengan tenang.
Aktifitas perdagangan di pasar Klojen ini setiap harinya berlangsung mulai setelah
subuh hingga tiba waktu dzuhur.Ummi Kulsum menambahkan bahwa pasar ini ramai
dikunjungi pada hari minggu dan hari libur lainnya, karena di hari-hari biasatelah ada
pedagang gerobak keliling yang berjualan ke kampung-kampung. Ia juga mengaku
membayar iuran per hari Rp. 7.000,- kepada pemerintah sebagai pajak dagangannya di pasar
Klojen ini. Sayangnya, pedagang tiga anak ini hanya bisa menghabiskan waktu liburannya
hanya dua hari dalam setahun yaitu ketika lebaran.
Dilihat dari segi keamanannya, pasar Klojen ini tidak begitu aman dibandingkan
pasar modern. Ummi Kulsum mengaku di pasar ini kerap sekali terjadi pencopetan saat
lebaran. Namun hal ini tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap berbelanja di
pasar Klojen ini.

Inilah reportase foto pasar Klojen :
































Berbeda halnya dengan pasar modern. Pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam
barang (barcode). Pasar seperti ini umumnya berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga.(www.id.wikipedia.org) Barang-
barang yang dijual di pasar ini biasanya tidak jauh berbeda dengan barang-barang yang
terdapat di pasar tradisional. Namun sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang
yang dapat bertahan lama, seperti: piring, gelas, pisau, kipas dan lain-lain.


Malang Town Square atau sering disebut
Matos merupakan salah satu pasar modern tepatnya
berada di Kota Malang. Seperti halnya pasar-pasar
modern lainnya, Matos ini juga tak pernah sepi dari
pengunjung, mulai dari masyarakat kalangan
menengah maupun atas. Sebagai pusat perbelanjaan, di
pasar ini menjual segala jenis benda dan makanan
sebagai kebutuhan manusia. Bahkan banyak pula
kendaraan yang diperjualkan di pasar ini.
Berbeda dengan pasar Klojen, Matos setiap harinya beroperasi mulai pukul 10.00 pagi
hingga pukul 21.00 malam. Tidak hanya berbelanja, melainkan juga sebagai tempat
refreshing bagi anak-anak muda di kota Malang. Banyak kita jumpai di Matos yang tidak
dijual di pasar Klojen, diantaranya yaitu alat-alat elektronik seperti handphone, laptop, dsb.
Bahkan di sini terdapat juga gamezone yaitu dunianya permainan yang setiap hari dibanjiri
oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Dilihat dari tingkat keamanannya, Matos lebih aman dengan adanya petugas
keamanan atau disebut satpam. Setiap kendaraan yang akan memasuki Matos ini terlebih
dahulunya diperiksa oleh satpam. Oleh karena itu, tingkat kejahatan yang terjadi di pasar ini
lebih sedikit dibandingkan pasar Klojen. Dari sini telah jelaslah perbedaan antara pasar
tradisional dengan pasar modern sehingga masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di
pasar-pasar modern seperti Matos ini.
Ridwan Hartono atau akrab disapa pak Iwan, beliau adalah salah seorang karyawan di
Matos yang bekerja sebagai petugas keamanan. Selama lebih kurang sepuluh tahun bekerja
beliau mengaku jarang bahkan tidak pernah terjadi masalah apapun di pasar ini. Pak Iwan
sendiri, sebagai generasi kedua mengaku bekerja di sini karena ayahnya. Dia sendiri
sebenarnya tidak suka bekerja di sini karena gajinya kurang mencukupi kebutuhan. Dalam
hal ini beliau tidak memberikan informasi mengenai gaji yg diperolehnya. Namun lama
kelamaan hingga sekarang saya sangat menikmatinya, tuturnya.
Inilah reportase foto pasar modern (Matos) :















Bagaimana pandangan Islam mengenai pasar modern di era globalisasi sekarang ini ?
Rasulullah SAW. bersabda :
Jangan kamu cegat pedagang yang sedang membawa dagangannya ke pasar. Lalu
apabila seseorang mendapati suatu barang darinya kemudian membelinya, pedagang
diperbolehkan memilih (untuk menjual atau tidak) setelah sampai di pasar. HR Muslim.
(Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid jilid 2 halaman 362)
Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada larangan bagi penjual untuk mendirikan
supermarket, hypermarket ataupun yang lainnya. Selama mereka mengikuti kaidah jual beli
sesuai syariat Islam maka selama itu pula boleh melakukan usahanya. Namun yang terjadi
sekarang ini adalah tidak adanya perhatian pemerintah terhadap fasilitas umum seperti pasar
tradisional. Pasar tradisional identik dengan kumuh, bau, kotor dan sebagainya. Walaupun hal
itu karena adanya pasar modern yang lebih bersih dan rapi, penataan dan perawatan pasar
tradisional seharusnya tetap dilakukan.

You might also like