You are on page 1of 25

1

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH


DENGAN MOTIVASI KERJA GURU TK DI KECAMATAN TANAH
PUTIH TANJUNG MELAWAN KABUPATEN ROKAN HILIR

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek kehidupan yang terkena dampak dari perubahan
zaman adalah dunia pendidikan. Lembaga pendidikan yang tidak ingin
keberadaannya tergeserkan, terus berupaya mempertahankan
eksistensinya dengan cara menawarkan berbagai pelayanan yang
berkualitas dan up to date (Suryanto, 2008:5). Fenomena ini berakibat pada
ketatnya persaingan antar sekolah. Persaingan tersebut ditandai dengan
banyaknya sekolah yang mencoba menawarkan berbagai bentuk pelayanan
yang bervariasi mulai dari kemasan kurikulum, penyajian materi
pembelajaran, sarana dan prasarana, serta pelayanan yang diupayakan
dengan semenarik mungkin agar sekolah dapat terus berlangsung karena
diminati oleh para pelanggannya. Maka dapat dikatakan bahwa mutu
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan
sebuah sekolah. Goetsh dan Davis (Tjiptono, 1994:51) mengungkapkan
bahwa: "...mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan". Hal ini berarti bahwa aspek yang cukup menentukan baik atau
tidaknya mutu sebuah sekolah selain produk, jasa, proses, dan lingkungan,
adalah terletak pada manusia sebagai pelaku pendidikan langsung.

2
Hal penting yang harus terus diperhatikan untuk mempertahankan
mutu sekolah adalah sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini Kepala
Sekolah dan guru. Kepala Sekolah yang merupakan pemegang kendali,
harus memiliki visi jauh ke depan agar mampu membawa organisasi yang
dipimpinannya ke arah yang jelas. Menurut Rodney Overton (Sudrajat,
2008:2) "... pemimpin harus berorientasi pada tujuan, namun realistis".
Lebih lanjut dijelaskan dalam butir tersebut bahwa: "...di bawah
kepemimpinannya, segenap usaha organisasi harus diarahkan pada
pencapaian tujuan pendidikan dengan menjalankan fungsi -fungsi
manajemen beserta seluruh substansinya".
Guru sebagai key person tidak kalah pentingnya dari posisi Kepala
Sekolah. Guru merupakan orang yang berhubungan langsung dengan
peserta didik dan orang tua murid. Untuk itu seorang guru harus mampu
menampilkan yang terbaik dalam menjalankan setiap aktivitas tugas dan
pelayanannya. Kunci agar guru mau dan mampu menjalankan tugasnya
secara optimal adalah adanya motivasi. Cara yang dapat dilakukan Kepala
Sekolah untuk memotivasi guru adalah dengan menyusun visi sekolah yang
dirumuskan bersama-sama dengan stakeholder yang ada (salah satunya guru)
(Sudrajat, 2008:2). Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan untuk melihat
setiap kemungkinan perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan
datang agar dapat memberikan gambaran terhadap para penyusun visi tentang
segala sesuatu yang harus dilakukan sebagai langkah antisipasi menghadapi
masa yang akan datang. Dengan adanya visi yang sesuai dengan kebutuhan
zaman dan dirumuskan dengan jelas, diharapkan dapat memberikan
3
gambaran kepada para guru tentang arah dan tujuan yang akan dicapai oleh
sekolah, sehingga guru memiliki target kerja dan memiliki motivasi yang
kuat untuk mencapai sebuah target yang telah disepakati bersama, dan guru
cendrung untuk beraktivitas yang dimulai dari dorongan dalam dirinya
(drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan
untuk mememuaskan diri. Inilah karakter penting yang harus dimiliki Kepala
Sekolah yang terangkum pada konsep Kepemimpinan Visioner.
Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan
untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama
oleh para anggota organisasi dengan cara memberi arahan dan makna pada
kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kartanegara,
2003:3). Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.
Pemimpin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci
sebagaimana dikemukakan oleh Nanus dalam Bush dan Coleman (2006:40),
yaitu (1) Penentu arah (2) Agen perubahan (3) Juru bicara (4) Pelatih.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada beberapa TK
yang ada di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, 1) Masih banyak
Kepala Sekolah yang belum memahami arti penting visi yang harus
dimiliki sekolah. 2) sehingga kepala sekolah masih sering disibukkan dengan
aktivitas rutin harian tanpa tujuan dan arah yang jelas. 3) Guru-guru yang
kurang memiliki motivasi karena ketidakjelasan arah dan tujuan yang ingin
dicapai bersama. 4) terdapat beberapa sekolah dengan tingkat keluar masuk
guru yang cukup tinggi. 5) juga masih ditemukan tingkat harmonisasi yang
rendah antar guru, dan kepala sekolah dengan guru.
4
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran Hubungan antara gaya kepemimpinan visioner
Kepala Sekolah dengan motivasi kerja guru TK di Kecamatan Tanah
Putih Kabupaten Rokan Hilir.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut:
1. Kepala sekolah TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir belum
dapat tampil didepan saat menghadapi persoalan internal maupun eksternal
sekolah, menunjukkan bahwa kepala sekolah belum mampu berperan sebagai
juru bicara yang mewakili kepentingan sekolah.
2. Kepala sekolah TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir belum
memiliki kemampuan dalam memotivasi guru, hal ini berkaitan dengan
kompetensi sebagai pelatih yang harus dimiliki pemimpin yang visioner.
3. Kepela sekolah tidak terbiasa dalam perencanaan dalam menyusun strategi
perbaikan kegiatan sekolah, menunjukkan bahwa peran sebagai agen
perubahan dan penentu arah belum dimiliki kepala sekolah. Kepala sekolah
hanya disibukkan dengan kegiatan rutin sekolah yang bersifat administratif.
4. Guru TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir masih memiliki
motivasi yang rendah dalam mengajar.



5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah
pada:
1. Analisis gaya kepemimpinan visioner kepala sekolah di TK se-Kecamatan
Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.
2. Analisis Motivasi kerja guru TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten
Rokan Hilir.
3. Analisis Hubungan kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan
motivasi kerja guru TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa
rumusan yang bisa diambil:
1. Bagaimana gambaran mengenai kepemimpinan visioner Kepala Sekolah di
lingkungan Taman Kanak-kanak di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten
Rokan Hilir?
2. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru TK di lingkungan Taman Kanak-kanak
di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir?
3. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan motivasi
kerja guru?




6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi yang akurat dan aktual mengenai gambaran
kepemimpinan visioner kepala sekolah TK se-Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir.
2. Untuk memperoleh informasi akurat dan aktual mengenai gambaran
motivasi kerja guru di TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan
Hilir.
3. Untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai
hubungan kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan motivasi kerja
guru TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.
F. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain:
a. Manfaat Teoritis
1. Menjadi sumbangan pemikiran guna meningkatkan kualitas
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru Taman Kanak-
kanak di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.
2. Memberi kontribusi dalam pengembangan keilmuan Pedidikan Anak Usia
Dini.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi tentang gaya kepemimpinan dari para kepala sekolah
7
TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir
2. Memberikan informasi mengenai gambaran motivasi kerja guru TK saat ini
yang ada di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir
3. Memberikan informasi kepada stakeholder sekolah TK di Kecamatan
Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir mengenai hubungan antara
kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan motivasi kerja guru yang
untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam menentukan
indikator pemilihan kepala sekolah.
G. Kajian Pustaka
1. Konsep Kepemimpinan Visioner
a. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sebuah
organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif
dapat menggerakan orang atau personil ke arah tujuan yang dicita-citakan
bersama. Sebaliknya pimpinan yang keberadaanya hanya sebagai pigur, juga
memiliki pengaruh, kepemimpinanya dapat mengakibatkan lemahnya kinerja
organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptakan keterpurukan.
Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga
sangat masuk akal apabila keterpurukan kedudukan salah satunya disebabkan
karena kinerja kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan dan juga tidak membuat strategi pendidikan yang adaptif terhadap
perubahan. Tilaar mengungkapkan yang dikutif oleh Komariah dan Triatna
(2005:81) bahwa "keterpurukan bidang pendidikan nasional adalah salah
8
satunya disebabkan karena belum adanya visi strategis yang menempatkan
pendidikan sebagai leading sector". Hal ini memberikan makna betapa
kuatnya visi pendidikan mempengaruhi kinerja pendidikan.
Orang yang bertanggung jawab merumuskan visi adalah pemimpin
melalui kinerja kepemimpinannya. Visi dirumuskan bukan semata-mata, untuk
menciptakan sistem pendidikan berkualitas yang mampu bertahan dan
berkembang memenuhi tuntutan perubahan idealisme, tetapi dapat
mengakomodasi kepentingan hubungan baik diantara personil dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya serta dalam meniti jenjang karirnya.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan/ mensosialisasikan/
mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal
yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota
organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di
masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua
personil Tilaar (1997).
b. Langkah-langkah Kepemimpinan Visioner
Adapun langkah-langkah kepemimpinan visioner adalah sebagai
berikut:
a) Penciptaan visi
Sebuah visi lahir dari adanya kemampuan kreatif seorang pemimpin
dalam melihat kebutuhan masa depan yang merupakan aplikasi dari
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki yang
9
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang butuhkan
b) Perumusan visi
Diperlukan kesadaran akan pentingnya visi dari kepemimpinan
visioner yang dirumuskan dalam statement yang jelas agar menjadi
komitmen semua personil dalam mewujudkannya sehingga pemimpin
berupaya mengkolaborasi informasi, cita-cita, dan keinginan pribadi
dipadukan dengan cita-cita gagasan personil lain dalam forum komunikasi
intensif sehingga terwujud sebuah visi organisasi.

c) Transformasi visi
Transformasi visi merupakan kemampuan membangun kepercayaan
melalui komunikasi yang intensif dan efektif.
Sanusi (1990) mengungkapkan bahwa kita bukan saja perlu
mengadakan introspeksi melainkan terutama mencoba mengadakan
penyesuaian, lalu meluruskan, menjernihkan, dan mengembangkan visi kita
masing-masing dan visi kita bersama (shared vision) mengenai
penyelenggaraan pendidikan. Visi seharusnya dapat tercermin di dalam
setiap aktivitas organisasi dengan cara ditransformasikan dengan
melakukan upaya berbagi visi dan diharapkan terjadi difusi visi yang
kemudian menimbulkan komitmen seluruh pesonil. Sering kali terjadi
kegagalan dalam melakukan transformasi visi karena berbagai
permasalahan.


10

d) Implementasi visi
Implementasi visi merupakan kemampuan pemimpin dalam
menjabarkan, menerjmahkan, dan menerapkan visi ke dalam setiap
tindakan organisasi.
Visi yang tidak diimplementasikan hanya merupakan slogan dan
simbol-simbol yang tidak berbunyi dan tidak banyak berpengaruh
terhadap kinerja. Dapat dikatakan bahwa visi sebenarnya bukanlah visi
apabila statement-statement yang diyakini sebagai visi tidak
diimplementasikan dalam setiap gerak dan nafas organisasi. Visi harus
diwujudkan dalam kerja kepemimpinan. Kepemimpinan yang bervisi
bekerja dalam empat pilar sebagai mana dikatakan Nanus (2001), yaitu
sebagai berikut:
1) Penentu arah
Pemimpin yang memiliki visi berperan sebagai penentu arah
organisasi. Disaat organisasi sedang menemui kebingungan menghadapi
berbagai permasalahan kepemimpinan visioner tampil sebagai pelopor yang
menentukan arah yang dituju melalui pikiran-pikiran rasional dan cerdas
tentang sasaran-sasaran yang akan dituju dan mengarahkan perilaku-
perilaku bergerak maju kearah yang diinginkan.
Pemimpin berperan sebagai penentu arah, yang berarti memberikan
kejelasan kepada pengikutnya cara-cara atau upaya yang mesti dilakukan,
langkah-langkah mana yang dapat diambil dan langkah-langkah mana yang
harus dihindari demi tercapainya tujuan secara efektif dan efesien.
11
Peran kepemimpinan visioner adalah untuk membingbing bawahan
dan menetapkan arah yang harus dituju dalam mengimplementasikan visi
sekolah.
2) Agen perubahan
Kepemimpinan visioner berperan sebagai agen perubahan. pemimpin
bertanggung jawab untuk merangsang perubahan dilingkungan internal.
Kepemimpinan visioner tidak puas dengan yang telah ada, ia ingin memiliki
keunggulan dari yang ada seperti berpikir bagai mana mengembangkan
inopasi pembelajaran, manajemen persekolahan, hubungan kerja sama
dengan dunia usaha, dan sebagainya.
Tantangan yang dilontarkan para praktisi maupun akademisi
pendidikan untuk menjadi sekolah unggulan, dengan cepat direspons
lalu menjadi kekuatan terdepan dalam mencoba dan melaksanakan gagasan
keunggulan. Tentu saja untuk menghasilkan inovasi-inovasi yang terpercaya
pemimpin harus mampu mengantisipasi berbagai perkembangan dunia luar.
3) Juru bicara
Kepemimpinan visioner berperan sebagai juru bicara. Seorang
pemimpin tidak saja memiliki kemampuan meyakinkan orang dalam
kelompok internal, tetapi lebih jauhnya adalah bagaimana pemimpin dapat
akses pada dunia luar, memperkenalkan dan mensosialisasikan keunggulan-
keunggulan dan visi organisasinya yang akan berimplikasi pada kemajuan
organisasi. Dari hasil negosiasi-negosiasi diharapkan dapat berakhir dengan
kerja sama mutualisme yang menyenangkan secara moril maupun materil.
12
4) Pelatih
Kepemimpinan visioner berperan sebagai pelatih. Sebagai pelatih
dituntut kesadaran dan suri teladan (yang didasari kemampuan /keahlian
dan akhlak mulia). Sebagai pelatih yang efektif harus mampu berkomunikasi,
mensosialisasikan, sekaligus bekerja sama dengan orang-orang unruk
membangaun, mempertahankan, dan mengembangkan visi yang
dianutnya.Peran kepemimpinan visioner adalah untuk memberikan contoh
atau cara kerja strategis dalam mengimplementasikan visi.
Mengacu dari teori-teori di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
beberapa aspek yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin visioner
adalah sebagai berikut:
1. Pencipta visi
2. Perumus visi
3. Transformator visi
4. Pengimplementasi visi:
a. Penentu arah
b. Agen perubahan
c. Juru bicara
d. Pelatih
2. Tinjauan Mengenai Motivasi Kerja
Hasibuan (2003:140) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata
latin mover yang berarti dorongan atau yang meggerakkan. Motivasi
(motivation) dalam manajemen hanya ditujukan untuk sumber daya manusia
13
umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerjasama
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan.
Siswanto Sastrohadiwiryo (2002:266) mengemukakan bahwa motivasi
merupakan istilah yang lazim digunakan untuk mengetahui maksud seseorang
atas suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya uang, keselamatan,
prestise, dan sebagainya. Namun demikian, tujuan khusus yang tampaknya
diperjuangkan banyak orang dalam analisis kerapkali berubah menjadi alat
untuk mencapai tujuan lain, yang lebih dipandang fundamental. Dengan
demikian, kekayaan, rasa aman (keselamatan), status, dan segala macam
tujuan lain yang dipandang sebagai kausalitas perilaku hanya merupakan
hiasan semata-mata untuk mencapai tujuan akhir setiap orang, yakni menjadi
dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disentesakan bahwa tidak
ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta
ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal termaksud akan menumbuhkan
tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan
motiv merupakan suatu dorongan kebutuhan dari dalam diri karyawan yang
perlu dipenuhi agar karyawan tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan
karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motivnya.
Husaini Usman (2006 : 222) mengemukakan bahwa motivasi kerja
14
dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakngi
seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi merupakan proses
psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat
berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang. Dalam memotivasi
bawahannya, manajer atau leader berhadapan dengan dua hal yang
mempengaruhi orang dalam pekerjaan, yaitu kemauan dan kemampuan.
Kemauaan dapat diatasi dengan pemberian motivasi, sedangkan kemampuan
dapat diatasi dengan mengadakan diklat. Pandji Anoraga (1992 : 35)
mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja.
Sehubungan dengan kebutuhan sebagai dasar dari motivasi menurut
Herzberg (dalam usmara, 2006:35), motivasi merupakan faktor intrinsic, yang
lebih banyak dilakukan oleh karyawan. Sedangkan faktor kesehatan yang
merupakan faktor ekstrinsik adalah :
1. Faktor faktor pertumbuhan atau motivator intrinsik terhadap
pekerjaan adalah :
a. Prestasi
b. Pengakuan atas prestasi
c. Kerja itu sendiri
d. Pertumbuhan atau kemajuan
2. Faktor faktor usaha
a. Status sosial
b. Supervisi
c. Peraturan peraturan perusahaan dan administrasi
15
d. Hubungan antar manusia
e. Jaminan dalam perusahaan
f. Kondisi kerja
g. Gaji
h. Kehidupan pribadi
Hal senada dikemukakan oleh Pandji Anoraga (2001 : 40) kebutuhan
kebutuhan dalam golongan Hygiene, bila tidak mendapat pemuasan akan
menimbulkan ketidak puasan dalam bekerja. Namun bila terpuaskan, orang
belum akan puas; artinya iya belum benar benar motivated terhadap
pekerjaannya. Yang akam menimbulkan motivasi kerja yang tinggi adalah
pemenuhan kebutuhan kebutuhan yang termasuk dalam golongan
Motivational Factors. Atau disebut juga Motivators. Motivators inilah yang
akan memberikan kepuasaan kerja.
Bila kita cermati beberapa pengertian motivasi diatas, kelihatan
bahwa motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Ketiga unsur tersebutlah menjadi dasar motivasi atau merupakan komponen
dari motivasi. Seseorang berindak atau berbuat karna adanya suatu
kebutuhan dalam dirinya, sehingga ia terdorong untuk melakukan sesuatu
hal untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Sehubungan dengan kebutuhan sebagai dasar dari motivasi menurut
Herzberg ( dalam Pandji Anoraga 2001 : 39), sistem kebutuhan
kebutuhan oaring yang mendasri motivasinya, dapat dibagi menjadi 2
golongan:
1. Hygiene Faktors
16
a. Status sosial
b. Supervisi
c. Peraturan peraturan perusahaan dan administrasi
d. Hubungan antar manusia
e. Jaminan dalam perusahaan
f. Kondisi kerja
g. Gaji
h. Kehidupan pribadi
2. Motivational Factors
a. Pekerjaan sendiri
b. Prestasi
c. Pengmbangan kemampuan
d. Tanggung jawab
e. Kemajuan dalam jabatan
f. Pengakuan
Sagir (dalam Sastrohadiwiryo, 2002 : 269) mengemukakan unsur unsur
penggerak motivasi, antara lain:
1. Kinerja ( Achievement)
2. Penghargaan ( Recognition)
3. Tantangan (Challenge)
4. Tanggung jawab ( Responsibility)
5. Pengembangan (Development)
6. Keterlibatan (Involment)
7. Kesempatan ( Opportunity)
17
Berdasarkan keterangan diatas dapat disentesakan bahwa motifasi
kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja baik
yang bersumber dari dalam diri (intrinsik), ataupun dorongan yang berasal
ataupun dorongan yang berasal dari luar diri (ekstrinsik). Motivasi kerja tiap
individu berbeda karena setiap individu mempunyai tingkat kebutuhan dan
perseepsi yang berbeda beda pula. Kuat dan lemahnya motivasi kerja
seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya.
Motivasikerja dapat ditunjukkan oleh indicator 1) tanggung jawab, 2) gaji
yang diterima, 3) keinginan berprestasi dan 4) keterlibatan dan 5)
kesempatan.

H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan visioner kepala
sekolah dengan motivasi kerja guru TK di Kecamatan Tanah Putih Tanjuang
Melawan Kabupaten Rokan Hilir.

I. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan menguji dua
variable untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Untuk itu jenis penelitian ini
tergolong pada penelitian korelasional. Menurut Anas (2004: 179) korelasi
adalah hubungan antar dua variabel atau lebih, jadi penelitian korelasi adalah
penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih.
18



J. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terjadi dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu oleh penelitian untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiono (2007:90).
Mengingat keterbatasan peneliti dari segi biaya dan waktu, maka peneliti
menetapkan populasi penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru Taman
Kanak-kanak Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir yaitu sebanyak
28 guru dan 6 orang kepala sekolah yang berasal dari 6 TK. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 1. Populasi penelitian
No Nama TK Populasi (Orang)
1 TK Bahrul Ulum 5
2 TK 2 Putri 4
3 TK Gemilang 5
4 TK Cahaya Bunda 5
5 TK Kecamatan 6
6 TK Arafah 5
7 TK Permata Hati 4
Jumlah 34
Sumber: UPTD, Kecamatan Tanah Putih 2013
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sugiyono (2005:90). Untuk menentukan sampel penelitian
19
ini maka peneliti menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil. Dengan demikian
jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang.
K. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
(independen) dan Variabel terikat (dependen).
1. Variabel bebas (X) : kepemimpinan visioner kepala sekolah.
2. Variabel terikat (Y) : motivasi kerja guru.

L. Definisi Operasional
1. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner dalam penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan para kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai
leader yang mampu menentukan arah dan tujuan sekolah, merumuskan
visi yang akan dicapai oleh organisasi, mentransfer visi terhadap
bawahannya, dan mengimplementasikan visi ke dalam kegiatan-kegiatan
sekolah. Agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan tujuan
organisasi,tergambar pada perolehan scor melalui angket kepada responden
yang diukur dengan indikator 1) Pemahaman konsep isi 2) pemahaman
karakteristik dan unsur visi 3) pemahaman tujuan visi

2. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau
20
dorongan kerja, tergambar pada perolehan skor melalui angket kepada
responden yang diukur dengan indikator, 1) tanggung jawab 2) keinginan
berprestasi 3) keterlibatan 4) gaji yang diterima.

M. Data dan Alat Pengumpulan Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah tentang kepemimpinan visioner kepala
sekolah. Untuk memperoleh data tentang kepemimpinan visioner kepala
sekolah dan memotivasi, maka guru diminta untuk mengisi angket tentang
kepemimpinan kepala sekolah dengan indikator: 1) Pemahaman konsep isi
2) pemahaman karakteristik dan unsur visi 3) pemahaman tujuan visi.
Sedangkan data mengenai motivasi kerja guru TK di tunjukkan oleh
indikator 1) tanggung jawab 2) keinginan berprestasi 3) keterlibatan 4) gaji
yang diterima.

2. Alat Pengumpulan data
Alat yang digunakan untuk menjaring data tentang kepemimpinan
visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru adalah angket (kuisioner).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table kisi kisi angket berikut ini:





21
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Kepemimpinan
visioner kepala
sekolah
Pemahaman
Konsep isi
1. Memikirkan masa
depan sekolah
2. Menciptakan
budaya dan prilaku
organisasi yang
maju dan antisipatif
3. Berupaya
mewujudkan
sekolah yang
berkualitas
1,8,6

3,5,7



2,4,9
pemahaman
karakteristik dan
unsur visi
1. Memperjelas arah
dan tujuan sekolah
2. Mencerminkan cita
cita yang tinggi
3. Menumbuhkan
inspirasi
4. Menyiratkan nilai
nilai daam
organisasi
10,14,18

12,17,15

11,13,19,16

20,23,25


pemahaman tujuan
visi
1. Memotivasi guru
2. mengkoordinasi
21,24,28
22,26,27










22
Tabel 3. Kisi-kisi Angket Motivasi Kerja Guru
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Motivasi kerja
guru
tanggung jawab 1. pelaksanaan tugas
dan kewajiban
2. tanggung jawab
dalam bekerja
1,4,6

2,5,3

Gaji yang diterima 1. Gaji yang diterima
2. Bonus
7,12,9
10,11,8
keinginan
berprestasi
1. Mencapai prestasi
kerja sesuai
keinginan
2. Memperoleh
penghargaan
13,18,15


16,17,14
Keterlibatan 1. Keterlibatan dalam
pengambilan
keputusan
2. Keterlibatan dalam
pelaksanaan tugas
dan tanggung
jawab
19,24,21


22,20,23

N. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan visioner kepala
sekolah dan motivasi kerja guru TK menggunakan teknik analisis korelasi
Product Moment yang dikembangkan Karl Pearson, sebagai berikut:

Keterangan:
r
xy
= nilai korelasi Produk Moment
X = skor total tiap butir pertanyaan
Y = skor total seluruh butir pertanyaan
23
N = sample
XY = skor pertanyaan X skor total
Selanjutnya menfsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang
dikemukakan Sugiono (2005:214) sebagai berikut :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 0.199
0.20 0.399
0.40 0.599
0.60 0.799
0.80 1.00
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat

Melakukan pengujia hipotesis penelitian berdasarkan hipotesis
statistik. Taraf signifikansi atau keberartian yang digunakan dalam analisis
dan pengujian 0,05. Selanjutnya didapatkan t hitung kemudian dibandingkan
dengan skor ideal. Jika t hitung lebih besar dari skor ideal berarti hipotesis di
terima, tetapi bila t hitung lebih kecil dari t table maka hipotesis di tolak
(Sugiono,2005:150). Berikut adalah rumus untuk melihat signifikansi atau
keberartian antar fariabel.



Keterangan :
t = t hitung
r = angka koefisien korelasi
n = jumlah sampel
r
2
= Koefisien korelasi kuadrat
24
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto,. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Purwanto., M. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Soemiarti., 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suparlan.Suhartono., 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Widarmi Wijana., D. 2006. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan
Implementasi. Jakarta: Grasindo.
Pandji Anoraga. 2001. Pisikologi Kerja. Jakarta. Rineka Cipta.
Siswanto Sastrohadiwiryo. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Pendekatan
Administrasi dan Operasional. Jakarta. Bumi Aksara, 2002
Hasibuan. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gunung
Agung
25
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Manullang. (1992). MAnajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. .
Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner: Menciptakan Kesadaran akan Arab
dan Tujuan di dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.
Nazir. (1985). Metode Penelitian: Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pidarta. (1995). Peranan KS pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Saragih. (2007). Persepsi Guru SMAK BPK Penabur Jakarta terhadap
Kepemimpinan, Komunikasi dan Kerjasama. Jurnal Pendidikan Penabur
(Online), No.09/29 halaman (11 Februari 2009)

You might also like