You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pembedahan (operasi) pada hewan maupun manusia, ada beberapa hal
yang perlu dipersiapkan, yaitu mempersiapkan alat-alat pembedahan. Pembedahan sendiri
bertujuan untuk memulikan keadaan normal dari gangguan atau penyakit dengan alat atau
instrumen.
Hal yang paling penting dari suatu pembedahan adalah benang dan jarum bedah.
Karena benang dan jarum bedah disini berperan sebagai penutup luka atau bisa dikatakan
sebagai akhir dari proses pembedahan. Adapun pengelompokan dan kriteria dari benang dan
jarum bedah itu sendiri. Untuk benang hanya dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan
kekuatan penyerapannya, yaitu benang yang dapat diserap tubuh dan benang yang tidak dapat
diserap oleh tubuh. Sedangkan untuk jarum dibagi menjadi 3, yaitu ujung jarumnya, panjang
leher jarum, serta mata neddlenya. Pengelompokan jarum tersebut berdasarkan organ atau
bagian mana yang akan dijahit.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan materi ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu benang bedah serta klasifikasinya
2. Agas mahasiswa dapat mengetahui kriteria benang dan jarum bedah yang baik
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengelompokan dan fungsi benang bedah
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengelompokan dan fungsi jarum bedah
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui anatomi jarum bedah
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis benang operasi

C. Manfaat
Dengan membahas materi mengenai alat-alat bedah ini terutama benang dan jarum
bedah sehingga mahasiswa dapat mengetahui benang dan jarum bedah yang mana saja yang
bisa digunakan saat menjahit bagian dalam organ maupun bagian luar, contohnya kulit,
fascia, saluran cerna, dan organ-organ lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Benang Bedah
1. Pengertian
Benang bedah ( suture ) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi untuk
ligasi (Mengikat) pembuluh darah atau aproksimasi (mengikat / menyatukan jaringan )
dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan. Sejak tahun 2000 SM,
penggunaan benang dari bulu binatang telah dilakukan untuk menjahit luka. Seiring
dengan perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah berkembang dan
bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon ataupun usus hewan.

2.1.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis benang yang dapat digunakan dalam pambedahan.
Penggolongan tersebut terbagi berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria tersebut antara lain
:
Penyerapan
Asal Bahan
Asal Serat

a. Penyerapan
Berdasarkan kriteria ini, benang dibagi menjadi 2 yaitu :
Benang yang dapat diserap (absorbable suture)
Benang jenis ini merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari
jaringan collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam
tubuh akan diserap dengan lama yang bervariasi sehingga tidak ada benda asing
yang tertinggal di dalam tubuh. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan
benang yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia
butuh waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Contohnya : Plain
Catgut, chromic dan kolagen.
Benang yang tidak dapat diserap ( non absorbable sutures )
Benang jenis ini merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan
terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa
reaksi penolakan selama bertahun tahun. Contohnya : polyamida (nylon) dan
sutera (silk, zyde). Benang jahitan disini merupakan benda asing yang akan
mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan
meminimalkan reaksi digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang
minimal. Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara
permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing
yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel.

b. Asal Bahan
Berdasarkan asal bahannya benang yang digunakan dalam pembedahan terdiri
atas :
Bahan alami, dibagi atas :
a. Diserap ( absorbable )
Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus
domba dan serabut collagen tendon flexor sapi.Contoh :
i. Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa
usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi tanpa
campuran.
ii. Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa
usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi
dicampur dengan chromic aci
b. Tidak diserap (non absorbable sutures)
Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk,
virgin silk dan dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada
juga yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil strength
yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless steel).
Bahan sintetis (buatan)
Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai
keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan
dengan organ yang akan dijahit. Benang ini terbagi menjadi :
a. Benang yang dapat diserap (absorbable)
Benang jenis ini terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah
diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh
tubuh mudah diprediksi. Contoh benang ini antara lain :
Polyglactin 910, Polylactin 910 polylastctin 370, calcium state
(Coated Vicryl) dan lain-lain.

b. Benang yang tidak dapat diserap (non absorbable)
Benang ini terbuat dari bahan buatan (sintetis) dan dibuat
sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat
kecil. Contohnya : Polypropamide (Ethilon), Polypropylene
(Prolene), Polyester (Mersilene).
c. Asal Serat
Berdasarkan asal seratnya atau penampang benangnya, benang jenis ini terbagi
lagi menjadi :
a. Monofilamen
Benang ini terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap
cairan ( non capilarity ). Keuntungan dari jenis ini adalah
permukaan benang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadinya
nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba.
Kerugiannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus
karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament. Contoh :
Catgut, PDS, dan Prolene.
b. Multifilamen
Benang ini terbuat dari beberapa filamen atau lembar bahan
benang yang dipilih menjadi satu. Keuntungan jenis ini adalah
benang lebih kuat dari monofilament, lembut dan teratur serta
mudah digunakan. Kerugiannya berupa adanya rongga yang
dapat menjadi tempat menempelnya mikroba dan sedikit tersendat
pada saat melalui jaringan. Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond.
Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa
benang anyaman seperti rambut dikepang (contohnya polyester,
polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan
twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang
dililit/dipilin (contohnya katun dan linen). Polyamide (nylon)
dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat tunggal dan berserat
banyak.
Benang yang digunakan dalam pembedahan juga memiliki lapisan. Pelapisan benang
(coated) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mendapatkan benang yang lebih kesat
sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga
tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak
terdapat tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan.
Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis. Sutera
diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-
celah pada benang.
Tabel 1 Klasifikasi Suture Berdasarkan Tingkat Penyerapannya

Breakdown

Origin

Strand

Generic Name

Trade Name
Absorbable
Natural
Multifilamant
Catgut-plain

Catgut-chromic

Monofilament None

Synthetic
Multifilament
Glycolic Acid
Primer
- Polyglycolic acid Dexon (D+G)
- Polyglactin 910 Vicryl (Ethicon)

Polysorb (USSC)
Monofilament
Polydioxanone PDS (Ethicon)
Trimethylene/
Glycolic acid
Maxon (D+G)
Poliglecaprone 25 Monocryl (Ethicon)
Nonabsorbable Natural Multifilament
Silk

Linen

Cotton

Stainless Steel

Monofilament Stainless Steel

Synthetic
Multifilament
Polyester
Ethibond/Mersilene
Ti-cron/ Dacron
Dyflex/Teflex/Polyflex
Polyamide (Nylon)
Surgilon
Nurolon
Monofilament
Polyamide (Nylon)
Ethilon
Dermalon
Nylene
Polypropylene
Prolene
Surgilene
Polyvinylidene Vilene
Polybut ester Novafil
Polyether Dyloc

2.1.3 Ukuran Benang
Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan
jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung
pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik sedangkan
kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya.

Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian
ukuran benang dengan daerah yang akan dijahit sebagai berikut :
Tabel 2 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Benang

Daerah yang akan dijahit
Ukuran benang Jenis benang yang dianjurkan
Wajah dan leher
Subkutis 5/0
Kulit 4/0 6/0
Plain catgut, Chromic cat gut, PGA
Nylon monofilament
Kepala
Subkutis 3/0
Kulit 2/0 3/0
Plain catgut, Chromic cat gut, PGA
Nylon monofilament, Silk
Badan depan
Permukaan cembung
ekstremitas
Subkutis 5/0
Kulit 3/0 4/0
Plain catgut
Nylon monofilament, silk
Badan belakang
Permukaan cekung
ekstremitas
Subkutis 4/0

Kulit 3/0 4/0
Polyglycolic acid, polydioxanone
Nylon monofilament, Silk

2.1.4 Cara Memilih Benang
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan benang yang akan
digunakan:
Benang harus steril sewaktu digunakan.
Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang sesuai jenis
material benang.
Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang habis diserap
tubuh
Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk setiap jenis
benang, artinya tetap tersimpul selama proses penyembuhan luka.
Mudah untuk digunakan.
Lokasi operasi atau pembedahan
Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang dianjurkan
dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan
yang dijahit, massa material benang dan reaksi jaringan sekecil mungkin.
Tabel 3 Contoh Beberapa Benang Beserta Kekurangan dan Kelebihannya

Jenis barang
Diserap (A)
atau tidak
(NA)
Daya tahan
terhadap
regangan
(breaking
strength)
Keamanan
simpul
(knot
security)
Tegangan dalam jaringan
(tensile strength in
tissues)

Plain catgut
A Bervariasi jelek Hilang setelah hari ke 3
Chromic catgut A Baik sedang Hilang setelah hari ke 10
Collagen A Baik sedang Hilang setelah hari ke 10
Polyglycolic
acid
DEXON IITM
A Baik baik Tinggal 40% pd hari ke 14
Polyglactin
VICRYIL TM
A Baik baik Tinggal 40%pd hari ke 14
Sutera NA Sedang baik Tahan hingga 6 bulan
Katun NA Sedang baik Tahan hingga 6 bulan
Braided NA Baik baik
Bervariasi hilangnya pada
bln ke 6
Monofilament
polyamide
NYLONTM
NA Baik jelek Berkurang sedikit
Braided
polyester
NA Sangat baik baik bertahan
Monofilament
polypropylene
PROLENETM
NA Baik sedang Bertahan
Steel wire NA Sangat baik baik Bertahan


2.1 Jarum Bedah
2.1.1 Pengertian
Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik
suture, sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu
dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari
stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu
lubang yang terdapat pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di
dalamnya.

Needle harus cukup rigid/keras sehingga memungkinkan untuk dapat
menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak
meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan
dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa
ikut membawa jaringan sekitarnya.

Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang memungkinkan
kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa
menyebabkan kerusakan pada jaringan tertentu yang dapat menimbulkan kerugian
dikemudian hari.

2.1.2 Struktur Jarum Bedah

Gambar 1 Struktur Jarum Bedah
Bagian bagian dari jarum bedah, terdiri atas:
o Ujung jarum ( point of needle )
o Badan / Batang ( body / shat needle )
o Mata jarum ( eye needle )
2.1.3 Kriteria Pemilihan Jarum Bedah
Pemilihan jarum bedah yang efisien dan tepat guna ialah jarum yang
digunakan berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak
jaringan tubuh. Serta bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih yang sesuai dengan
prosedur operasi.

Kriteria jarum bedah yang baik, yaitu:
Stainless steel kualitas tinggi
Stabil jika dipegang dengan needle holder
Diameter dari jarum harus sesuai
Sebisa mungkin meminimalisir adanya trauma
Tajam sehingga bisa menembus kulit yang tebal
Harus sesuai dengan lokasi operasi

2.1.4 Klasifikasi Jarum Bedah
Klasifikasi dari jarum bedah sendiri dibedakan berdasarkan ujung jarum (point
of needle) dan bentuk badan jarum (body/shat needle). Klasifikasi ini digunakan
untuk memudahkan penggunaan jarum itu sendiri dalam operasi.

Klasifikasi berdasarkan ujung jarum (point of needle):

Gambar 2 Klasifikasi Point of Needle
Klasifiksi berdasarkan bentuk badan needle:

Gambar 3 Klasifikasi badan needle

Berdasarkan mata needlenya terbagi atas:
Rolled end
Drilled end
Regular eye
Springs eye
Spring double eye







Terdapat 2 macam jarum bedah dilihat dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas
dan jarum atraumatik
Jarum lepas
o Memerlukan waktu penyambungan benang dengan jarum
o Memerlukan resterilisasi
o Memerlukan perawatan ujung jarum
o Resiko jarum berkarat
o Resiko benang terlepas dari jarum
o Pemilihan jarum harus tepat dengan benang
Jarum bedah atraumatik
o Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus
o Penyambungan benang bedah dengan jarum secara channelateau drilled
o Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan
o Dijamin steril dan bebas karat
o Sekali pakai dibuang sehingga tidak perlu sterilisasi




Gambar 4 Eye Needle

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dari begitu banyak jenis
benang dan jarum bedah/operasi yang memiliki kriteria masing-masing. Benang dan
jarum bedah juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Untuk
benang operasi yang digunakan sendiri tergantung dimana lokasi operasinya. Jika
lokasi terdapat pada organ dalam maka digunakan benag yang dapat diserap oleh
tubuh. Sedangkan jika untuk menjahit bagian luat tubuh semisal kulit maka digunakan
benang yang tidak diserap oleh tubuh. Untuk jarumnya sendiri, yang paling sering
digunakan adalah jarum dengan ujung taper poin atau cutting point karena kedua
ujung jarum tersebut baik untuk permukaan yang keras. Sedangkan untuk ukuran
jarum yang digunakan kebanyakan untuk permukaan kulit adalah 1/2 circle, half-
curved, dan 3/8 circle. Sekali lagi kami tekankan bahwa pengunaan benang dan jarum
operasi harus sesuai dengan lokasi operasi agar tidak meninggalkan trauma
dikemudian hari.

You might also like