You are on page 1of 4

BAB V

PEMBAHASAN
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi nertalisasi yaitu reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dan penerima proton (basa) (Gandjar
dan Rahman. 2007: 323).
Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan suatu ester dan dengan mudah
terhidrolisis menghasilkan asam salisilat dan asam asetat. Asam asetat memiliki
bau seperti cuka yang kuat. Proses ini dapat terjadi bahkan ketika aspirin dalam
bentuk tablet. Aspirin menghambat tromboksan A
2
(T
x
A
2
) didalam trombosit dan
prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigense (Cairns, donald. 2004:
219).
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah ananlsisi volumetri
yaitu teknik analisis menggunakan titrasi. Proses penambahan volume tertentu
suatu larutan terhadap larutan yang lain disebut titrasi. Larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya disebut larutan baku, dan larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya disebut analit.
Pada percobaan ini dilakukan metode titrasi tidak langsung karena sampel
yang digunakan bersifat asm lemah dan akan dititrasi dengan suatu senyawa yang
bersifat asam kuat, maka kedua senyawa ini tidak akan mengalami/ tidak akan
terjadi reaksi, maka dari itu, dicamkan senyawa yang bersifat basa yang dapat

menaikkan trayek pH-nya sehingga bisa terjadi reaksi antara analit dengan titran
secara stoikiometri.
Pada percobaan ini digunakan indikator fenoftalein (pp). Indikator adalah
zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan asam dan basa.
Indokator pp jernih, tidak berwarna dalam larutan asam dan akan berwarna di
dalam larutan basa. Indikator ini biasanya digunakan dalam penentuan konsentrasi
asam atau basa yang tidak diketahui berdasarkan reaksi dengan asam atau basa.
Trayek pH 8,2 - 10,0 dengan ion-ionnya berwarna merah muda terang.
Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari dari kesetimbangan
yang mengarah kekanan untuk menggantikannya mengubah indikatornya menjadi
merah muda.
Percobaan ini membahas tentang bagaimana suatu senyawa dapat dihitung
kadarnya dengan menggunakan metode asidi alkalimetri. Titik akhir ditandai
dengan perubahan warna pada larutan sampel yang telah ditambahkan indikator.
Titik akhir reaksi ditandai dengan perubahan warna dari berwarna hingga tidak
berwarna atau sesuai warna asli dari sampel. Titik akhir titrasi atau TAT adalah
keadaan waktu menghentikan titrasi. Jika menggunakan indikator yaitu pada saat
indikator berubah warna. Sedangkan titik ekuivalen adalah keadaan disaat
terjadinya kesetaraan mol antara zat yang dititrasi dan zat penitrasi.
(file.upi.edu/direktori/FPMIPA/JUR.PEND.KIMIA/19661115_HOKCU_SUHAN
DA/Volumetri/Tinrimetri.pdf).
Adapun cara kerja dari percobaan ini yakni pertama ditimbang tablet
asetosal sebanyak 20 tablet, lalu dihitung berat rata-ratanya, kemudian digerus.

Setelah itu ditimbang serbuk sebanyak 1,41406 g setelah dilakukan
perhitungannya dimana berat serbuk tersebut disetarakan dengan 500 mg asetosal
(jika dalam bentuk serbuk asli). Kemudian ditambahkan 30 ml NaOH 0,5 N
sebagai pereaksi dengan asetosal. Penambahan NaOH 0,5 N bertujuan untuk
menghidrolisis gugus ester atau reaksi samping berupa natrium salisilat dan
natrium asetat yang dapat mengganggu persentase kadar. Selanjutnya dididihkan
selama 10 menit untuk mempercepat reaksi antara NaOH dan asetosal (waktu 10
menit dimulai ketika larutan mendidih), lalu didinginkan. Setelah dingin
ditambahkan 3 tetes indikator PP lalu dihomogenkan. Penambahan indikator
digunakan untuk memperjelas atau menjadi tanda terjadinya Titik Akhir Titrasi
yang ditandai hilangnya warna merah setelah dititrasi dengan titran, Kemudian
dititrasi dengan HCl 0,5 N (50 ml). Penambahan HCl 0,5 N untuk mendapatkan
titrasi (netralisasi). Perlakuan ini dilakukan secara duplo untuk membandingkan
antara titrasi I dan titrasi II. Setelah itu, dilakukan perlakuan yang sama untuk
titrasi blanko yaitu tidak menggunakan sampel. Adapun titrasi blanko ini
bertujuan sebagai pembanding antara larutan tanpa obat asetosal dengan yang
menggunakan asetosal.
Prinsip reaksi dari percobaan ini, yaitu asam asetil salisilat dapa segera
dihidrolisis, menggunakan kelebihan NaOH yang diketahui, menghasilkan garam
natrium dari dua asam lemah, yakni asam etanoat dan asam salisilat (asam 2-
hidroksi benzoat). Jumlah kelebihan natrium hidroksida kemudian ditentukan
dengan titrasi kembali dengan asam sulfat atau asam klorida standar.

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu pada sampel/
perlakuan I dengan berat 1,4187 g volume titrasinya yaitu 21,5 ml dan pada
sampel/ perlakuan II dengan berat 1,4255 g volume titrasi yaitu 20 ml. Sedangkan
untuk perlakuan blanko didapatkan volume titrasi yaitu 35,2 ml. Setelah dilakukan
perhitungan didapatkan persen kadar kemurnian yaitu 260,375 %. Dimana terjadi
perubahan warna yaitu dari warna kuning ke merah pudar lalu kembali ke kuning
setelah ditirasi untuk larutan yang mengandung asetosal, dan untuk blanko
perubahan warna dari bening ke merah lalu kembali ke bening setelah dititrasi.
Berdasarkan literatur yaitu Farmakope Indonesia Edisi IV halam 32
menyatakan bahwa tablet asam asetil salisilat (C
9
H
8
O
4
) tidak kurang dari 90 %
dan tidak lebih dari 110 % dari jumlah yang tertera pada etiket. Maka berdasarkan
literatur hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hasil yang diperoleh yaitu:
a. Buret yang digunakan mengalami sedikit kerusakan sehingga titran yang
digunakan menetes terus.
b. Ketika dididihkan, larutan meluap keluar sehingga larutan tertumpah dan
terjadi pengurangan jumlah larutan dalam erlenmeyer.
Hubungan percobaan ini dengan dunia farmasi yaitu kita dapat mengetahui
efek dari kadar asam asetil salisilat dalam tablet aspilet yang bermanfaat sebagai
analgesik, anti inflamasi dan antipiretik.

You might also like