You are on page 1of 4

Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi

MANIK CINDERANO

Istilah kapitalisme berarti kekuasaan ada di tangan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa batas
yang didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini.
Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: pengutamaan kepentingan pribadi
(individualisme), persaingan (kompetisi) dan pengerukan kuntungan. Individualisme penting
dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukanlah sebagai bagian dari
masyarakat, akan tetapi sebagai “individu-individu” yang sendirian dan harus berjuang sendirian
untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. “Masyarakat kapitalis” adalah arena di mana para
individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat sengit dan kasar. Ini adalah
arena pertarungan sebagaimana yang dijelaskan Darwin, di mana yang kuat akan tetap hidup,
sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan terinjak dan termusnahkan, dan tempat di mana
kompetisi yang sengit mendominasi.

Menurut cara berpikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu – dan ini dapat
berupa seseorang, sebuah perusahaan atau suatu bangsa – harus berjuang atau berperang hanya
untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri. Yang paling menentukan dalam peperangan ini
adalah produksi. Para produsen yang paling unggul akan bertahan hidup, sedang yang lemah dan
tidak mampu bersaing akan tersingkir dan mati. Inilah sistem yang sedang berlaku, dan seolah
tidak ada kepedulian bahwa mereka yang tersingkirkan dalam perjuangan sengit ini, mereka
yang terinjak-injak dan jatuh ke jurang kemiskinan adalah manusia. Sebaliknya yang justru
dianggap lebih penting bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang-
barang, yakni produk dari pertumbuhan ekonomi ini. Dengan sebab ini, mentalitas kapitalis tidak
merasakan adanya tanggung jawab moral atau hati nurani atas orang-orang yang terinjak di
bawah kaki mereka, dan yang harus hidup dengan berbagai kesulitan. Ini adalah Darwinisme
yang diterapkan secara menyeluruh pada masyarakat di bidang ekonomi

Seorang pendukung teori evolusi dalam bukunya The Moral Animal, Robert Wright, mengulas
secara singkat tentang pengertian Darwinisme Sosial serta bencana kemanusiaan akibat
munculnya teori evolusi, bahwa:

“Tidak dapat dipungkiri, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang kelam dalam penerapannya
pada hubungan antar manusia. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad
ini, untuk membentuk ideologi yang tidak jelas, yang dikenal dengan “Darwinisme Sosial”,
ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani” 1

Dengan menyatakan perlunya mendorong kompetisi di berbagai aspek kehidupan masyarakat,


dan memaklumkan tidak perlunya memberikan kesempatan atau bantuan bagi masyarakat yang
lemah di sektor apapun, baik kesehatan maupun ekonomi, para perumus Darwinisme Sosial
terkemuka telah meletakkan dukungan “filosofis” dan “ilmiah” bagi kapitalisme. Misalnya,
menurut Tille, sosok terkemuka yang mewakili mentalitas kapitalis-Darwinis, menyatakan
bahwa adalah kesalahan besar untuk mencegah kemiskinan dengan memberikan bantuan atau
pertolongan bagi “kelas-kelas yang tersingkirkan”, sebab ini berarti ikut campur dalam proses
seleksi alam yang mendorong berlangsungnya evolusi. 2

Dalam pandangan Herbert Spencer, perumus terkemuka Darwiniwme Sosial, yang juga
memasukkan prinsip-prinsip Darwinisme pada kehidupan masyarakat, jika seseorang itu miskin
maka ini adalah kesalahannya; tak seorangpun berkewajiban menolong orang ini untuk bangkit
(dari kemiskinannya). Jika seseorang itu kaya, bahkan jika ia telah mendapatkan kekayaannya
melalui cara yang amoral, maka hal ini adalah karena kecakapannya. Oleh karena itu, orang yang
kaya akan tetap bertahan hidup, sedangkan yang miskin akan tersingkirkan dan terhapuskan. Ini
adalah pandangan yang telah hampir mendominasi secara keseluruhan pada masyarakat jaman
sekarang, dan merupakan gambarang singkat tentang moralitas kapitalis-Darwinis.

Spencer, yang mendukung dan mempertahankan moralitas ini, mneyelesaikan karyanya berjudul
Social Statistics pada tahun 1850, dan menolak semua sistem bantuan (untuk masyarakat) yang
diusulkan oleh negara, antisipasi bagi perlindungan terhadap kesehatan, sekolah-sekolah negeri,
dan vaksinasi wajib. Sebab menurut Darwiniwme Sosial, tatanan masyarakat terbentuk dari
prinsip bahwa yang kuat akan tetap bertahan hidup. Pemberian bantuan dan pemberdayaan bagi
masyarakat lemah dan menjadikan mereka tetap bertahan hidup adalah pelanggaran terhadap
prinsip ini. Yang kaya tetap kaya dikarenakan mereka lebih mampu bertahan hidup; sebagian
bangsa menjajah bangsa lain, sebab bangsa-bangsa penjajah ini lebih cerdas dan unggul. Spencer
bersiteguh menerapkan doktrin ini: “Jika mereka benar-benar layak untuk hidup, mereka akan
hidup, dan sudah sebaiknya jika mereka harus hidup. Jika mereka benar-benar layak untuk
mati, mereka akan mati, dan adalah paling baik jika mereka harus mati” (3)

Graham Sumner, Professor Ilmu Politik dan Sosial di Universitas Yale, adalah juru bicara
Darwinisme Sosial di Amerika. Dalam salah satu tulisannya, ia merangkum pandangannya
tentang masyarakat manusia sebagai berikut:

...jika kita mengangkat seseorang ke atas kita harus memiliki tumpuan, yakni titik reaksi. Dalam
masyarakat ini berarti bahwa untuk mengangkat seseorang ke atas maka kita harus mendorong
yang seseorang yang lain ke bawah.

Richard Milner, editor senior pada Majalah Natural History terbitan American Museum of
Natural History, New York, menulis:

Salah satu juru bicara terkemuka Darwinisme Sosial, William Graham Sumner dari Princeton,
berpandangan bahwa kaum jutawan adalah individu-individu yang paling mampu (bertahan
hidup) dalam masyarakat dan berhak mendapatkan hak-hak istimewa. Mereka “secara alamiah
telah terseleksi di arena kompetisi”

Sebagaimana telah kita ketahui dari pernyataan-pernyataan ini, para Darwinis sosial
menggunakan teori evolusi Darwin sebagai pernyataan “ilmiah” bagi masyarakat kapitalis.
Akibat dari hal ini, masyarakat telah kehilangan ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh agama
seperti saling tolong-menolong, kedermawanan, dan kerjasama; sebaliknya semua ini telah
tergantikan oleh sifat mementingkan diri sendiri, kikir dan oportunisme. Menurut perumus
terkemuka Darwinisme sosial, Profesor E.A. Ross asal Amerika,”Bantuan kemanusiaan oleh
kaum Kristiani sebagai sarana beramal baik telah memunculkan tempat berlindung di mana
orang-orang sangat idiot tumbuh dan berkembang biak.” Lagi menurut Ross,”Negara
mengumpulkan orang-orang bisu dan tuli di tempat-tempat penampungannya, dan ras bisu dan
tuli sedang dalam proses pembentukan.” Ross menolak semua ini karena dianggap mencegah
berlangsungnya proses evolusi di alam.

Begitulah, Darwinisme telah meletakkan landasan filosofis bagi semua sistem ekonomi kapitalis
di dunia dan sistem politik yang dibentuk oleh sistem ekonomi ini.

Tidak mengherankan jika para pendukung utama Darwinisme Sosial adalah para pemilik kapital.
Kemunculan yang kuat dengan menginjak-injak yang lemah dan dengan meyakini kebijakan
ekonomi yang sangat jauh dari rasa belas kasih, tolong-menolong dan cinta sesama tidak lagi
menjadi sesuatu yang terkutuk. Sebab perilaku seperti ini dianggap sebagai sejalan dengan
“penjelasan ilmiah” dan “hukum alam”, yakni evolusi.

Menurut Richard Hofstadter, penulis buku Social Darwinism in American Thought, juragan
perkeretaapian, Chauncey Depew mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki ketenaran,
keberuntungan dan kekuasaan di kota New York mewakili mereka yang paling kuat dan layak
untuk tetap bertahan hidup, melalui kecakapan mereka yang unggul, kemampuan berpikir ke
depan dan kemampuan beradaptasi”. Baron kereta api yang lain, James J. Hill, mengatakan
bahwa “keberuntungan perusahaan-perusahaan perkeretaapian ditentukan oleh hukum
kemampuan bertahan hidup bagi yang layak dan kuat”

Dalam biografinya, Andrew Carnegie, seorang pemilik kapital utama di Amerika, menyatakan
kepercayaannya pada evolusi dengan perkataannya, “Saya telah menemukan kebenaran evolusi.”
(4) Dalam bagian lain ia menuliskan perkataan ini:

(Hukum kompetisi) itu ada di sini; kita tidak dapat menghindarinya; tak ada penjelasan lain
yang telah ditemukan untuk menggantikannya; dan kendatipun hukum ini mungkin terkadang
terasa berat bagi individu, namun inilah yang terbaik bagi sekelompok ras, sebab hal ini
menjamin kelangsungan bertahan hidup bagi yang paling layak di semua aspek (kehidupan)”

Dalam artikel Darwin’s Three Mistakes, ilmuwan evolusioner Kenneth J. Hsü, membongkar
pemikiran Darwinis kaum kapitalis Amerika, termasuk pernyataan Rockefeller yang menyatakan
bahwa, “pertumbuhan bisnis besar hanyalah sekedar [tentang kemampuan] individu yang kuat
[untuk] tetap bertahan hidup; [hal] tersebut hanyalah cara kerja hukum alam.” (5)

Sungguh sangat menarik bahwa di Amerika, lembaga-lembaga seperti Rockefeller Foundation


dan the Carnegie Institution, yang didanai oleh para raja kapitalis seperti Rockefeller dan
Carnegie, memberikan bantuan dana yang cukup besar untuk penelitian di bidang evolusi.
Sebagaimana telah dipahami dari apa yang telah diuraikan, kapitalisme telah menyeret manusia
untuk menyembah hanya uang dan kekuatan yang bersumber dari uang. Dengan menganggap
segala ajaran agama dan etika sebagai sesuatu yang tidak bermakna, masyarakat yang
terpengaruh oleh gagasan evolusi mulai lebih mementingkan peranan dan kekuatan yang bersifat
materi, dan terseret menjauhi perasaan seperti cinta, kasih sayang dan pengorbanan.

Moralitas kapitalis ini telah menjadi sangat berpengaruh hampir di seluruh masyarakat masa kini.
Dengan dalih ini, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak diberikan bantuan serta
perlindungan. Bahkan jika mereka terjangkiti penyakit parah dan mematikan, mereka tidak
mampu mendapatkan siapa saja yang dapat membantu mengobati. Kaum papa diterlantarkan
begitu saja dengan penyakitnya hingga meninggal. Di banyak negara, berbagai kedzaliman dan
tindakan tak manusiawi seperti pemaksaan anak-anak secara kasar untuk bekerja dan
perampasan hak-hak sosial sangatlah sering dijumpai.

Saat ini, alasan mengapa bangsa-bangsa seperti Ethiopia terjerembab dalam kekeringan dan
kelaparan adalah dominasi moral kapitalis ini. Kendatipun bantuan dari banyak negara mampu
untuk menyelamatkan orang-orang yang kelaparan ini, namun mereka diterlantarkan kelaparan
dan miskin begitu saja

You might also like