ANALISA KEGAGALAN MISI HITLER DALAM MENGUASAI DUNIA
DITINJAU DARI ASPEK KEPEMIMPINAN STRATEGIS
2. Pembahasan
a. Hitler selalu dihantui rasa takut. Dimata Internasional Kekuasaan Hitler diraih bukan melalui kemenangan besar dalam pemilihan umum. Namun ia takkan menjadi Kanselir Reich seandainya pada bulan Januari 1933 ia tidak memimpin partai terkuat. Pada pemilihan umum untuk Reichstag yang terakhir di era Republik Weimar pada tanggal 6 November 1932, partai Nazi kehilangan dua juta suara dibandingkan dengan hasil pemilu pada tanggal 31 Juli 1932. Sebaliknya partai komunis berhasil mendapat tambahan 600.000 suara, sehingga mencapai angka magis 100 kursi Reichstag. Sukses Partai Komunis Jerman (KPD) itu memperbesar kekhawatiran akan perang saudara. Rasa takut itulah sekutu terkuat Hitler, terutama di kalangan elite kekuasaan yang konservatif. Berkat rekomendasi kalangan tersebut kepada Hindenburg, pada tanggal 30 Januari 1930 Hitler diangkat oleh Presiden Reich itu sebagai kanselir yang memimpin kabinet yang mayoritas anggotanya berhaluan konservatif.
b. Teror demi kekuasaan. Untuk tetap mempertahankan kekuasaan selama dua belas tahun pemerintahan Reich Ketiga, tidak cukup menjalankan teror terhadap semua pihak yang berbeda pendapat. Hitler memperoleh dukungan dari sebagian besar kaum buruh, sebab ia berhasil menghapus pengangguran masal dalam waktu beberapa tahun saja. Sukses itu terutama didasarkan atas konyungtur industri persenjataan. Dukungan pekerja dapat dipertahankan oleh Hitler selama Perang Dunia II. Caranya dengan memeras tenaga kerja dan sumber daya di daerah-daerah pendudukan secara kejam, sehingga massa rakyat Jerman tidak mengalami kekurangan yang parah seperti pada Perang Dunia I. Sukses besar di bidang politik luar negeri dalam tahun-tahun menjelang perang, terutama pendudukan daerah Rheinland yang semula zone bebas militer serta aneksasi Austria pada bulan Maret 1938,
2
membuat kepopuleran Hitler meroket di segala lapisan masyarakat. Mitos mengenai Reich dan misi historisnya, yang diperalat dengan cekatan oleh Hitler, terutama mempengaruhi orang Jerman yang terpelajar. Dukungan mereka dibutuhkan oleh pemimpin atau Fhrer yang karismatik tersebut, kalau Hitler ingin membuat Jerman menjadi kekuatan penata di Eropa secara lestari. Sebaliknya kalangan terpelajar itu memerlukan Hitler, karena di mata mereka tidak ada tokoh lain yang mampu mewujudkan impian mengenai negara yang besar bagi orang Jerman.
c. Kebencian terhadap Bangsa Yahudi. Dalam berbagai kampanye pemilu pada awal tahun 1930-an, Hitler tidak menutupi sikapnya yang memusuhi orang Yahudi, tetapi juga tidak menonjolkannya. Di kalangan buruh, yang hendak dirangkul oleh semua pihak, sikap itu memang takkan disambut. Di kalangan warga terpelajar dan berada, begitu juga di antara tukang, pengusaha kecil dan petani, prasangka anti-Yahudi tersebar luas, tetapi mereka tidak menyukai antisemitisme yang ribut. Peristiwa pencabutan hak orang Yahudi di Jerman melalui Undang-Undang Ras yang disahkan di Nrnberg pada bulan September 1935 tidak menimbulkan protes, karena tidak melanggar formalitas hukum. Kekerasan dan kerusuhan pada malam 9 November 1938 (Reichskristallnacht) tidaklah populer, berbeda dengan peng-arya-an harta benda Yahudi, suatu aksi pengalihan harta secara besar-besaran yang dampaknya terasa hingga kini. Kabar mengenai holocaust, pemusnahan sistematis kaum Yahudi di Eropa pada masa Perang Dunia II, tersebar lebih luas daripada yang diinginkan oleh rezim Nazi. Namun agar sesuatu dapat diketahui perlu ada rasa ingin tahu, dan menyangkut nasib warga Yahudi, hal terakhir ini kurang di Jerman pada saat Reich Ketiga.
d. Pelanggaran Hitler terhadap Perjanjian Versailles. Hitler mengangkat Jerman dari kegagalan ekonomi. Pertumbuhan industri Jerman sangat cepat dan memangkas jumlah pengangguran secara signifikan. Pekerjaan sipil seperti pembangunan transportasi dan infrastruktur, puluhan bendungan, industri otomotif Volkswagen untuk menyediakan kendaraan murah bagi rakyat Jerman. Menurunnya angka pengangguran ini menjadi 3
wajar, karena disaat bersamaan Hitler juga melakukan pembangunan militer besar-besaran dan merobek Perjanjian Versailles yang mengebiri militer Jerman. Secara keseluruhan Hitler berhasil mengangkat kepercayaan diri bangsa Jerman yang terpuruk karena kalah Perang Dunia I. Oleh karena itu , rakyat Jerman masih mendukung Hitler, walau Hitler mulai melakukan praktek kekerasan terhadap lawan politiknya dan juga permulaan didirikannya kamp konsentrasi.
e. Kekalahan Jerman terhadap Sekutu. Setelah kapitulasi tanpa syarat pada akhir Perang Dunia Kedua, selain kekuasaan pemerintah, wewenang menentukan masa depan Jerman juga berpindah ke tangan keempat negara pendudukan, yaitu Amerika Serikat, Uni Sovyet, Inggris dan Perancis. Dalam sejarah Jerman, jatuhnya Reich Jerman yang besar pimpinan Hitler pada bulan Mei 1945 berarti titik balik yang jauh lebih besar dampaknya daripada runtuhnya kekaisaran pada bulan November 1918. Keutuhan Reich itu sendiri tidak tersentuh seusai Perang Dunia I. Berbeda dengan tahun 1918, pada tahun 1945 kuasa pimpinan politik dan militer Jerman dicabut. Para pejabat yang masih hidup diadili oleh Mahkamah Militer Internasional di Nrnberg (Perkara-Perkara Nrnberg). Para bangsawan pemilik latifundium di sebelah timur Sungai Elbe, yaitu kelompok yang lebih banyak berperan dalam proses penghancuran Republik Weimar dan pengalihan kekuasaan kepada Hitler daripada kelompok elite kekuasaan lainnya, kehilangan tanah dan harta. Ada yang harus meninggalkan daerah asalnya akibat dipisahkannya kawasan di sebelah timur Sungai Oder dan Sungai Neie dekat Grlitz dari wilayah Jerman, kemudian ditempatkan di bawah administrasi Polandia atau, dalam hal Ostpreuen bagian utara, di bawah administrasi Uni Sovyet. Tanah milik sebagian lain dari kelompok tuan tanah tersebut disita dalam rangka land reform di zone pendudukan Uni Sovyet.
3. Penutup
a. Kesimpulan.
4
1) Hitler dianggap sebagian besar orang sebagai Diktator yg bisa berbuat apa saja, tetapi sebenarnya pengelolaan Hitler sangat baik dalam memegang tampuk kekuasaan Jerman dengan bukti mampu mengentaskan Jerman dari kebobrokan.
2) Dalam segi ekonomi yang membuat negaranya hancur adalah sifat megalomania yang ingin menguasai seluruh daratan Eropa dan karena perlawanan dari negara-negara yang melawannya. Jika sifat tersebut tidak ada dalam diri Hitler, mungkin Jerman hingga kini dapat menjadi negara super power dengan kekuatan ekonomi dan militernya.
b. Saran. 1) Dalam kepemimpinan strategis, diperlukan penguasaan terhadap kemampuan fisik dan intelektual seorang pemimpin, demikian juga kemauan yang keras dan semangat. Untuk itu disarankan agar proses pembelajaran kepemimpinan menekankan terhadap hal-hal tersebut di atas. 2) Kepemimpinan yang sukses harus terbebas dari sifat-sifat serakah dari seorang pemimpin. Disarankan agar pembelajaran tentang kepemimpinan strategis ditekankan dengan menerapkan dasar-dasar kepemimpinan yang ada dalam Delapan Wajib TNI. 1. Pendahuluan
Adolf Hitler lahir tahun 1889 di Braunau, Austria. Hitler muda merupakan seniman gagal yang kemudian menjadi seorang nasionalis Jerman yang fanatik. Di masa Perang Dunia ke-I, Hitler masuk Angkatan Bersenjata dimana kekalahan Jerman membuat Hitler terpukul sehingga membawanya bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan yang dikenal dengan Partai Buruh Nasionalis Jerman (Nazi). Hitler tampil sebagai pemimpin tanpa saingan (Fuehrer). Di bawah kepemimpinan Hitler, partai Nazi tumbuh dengan kecepatan luar biasa, bahkan Hitler menjadi 5
Kanselir Jerman yang membentuk kediktatoran dengan banyak lawan politik yang dibunuh. Kemudian Hitler merancang jalan menuju penaklukan-penaklukan yang membawa dunia ke kancah Perang Dunia ke-2.
Sejarah Hitler beserta sepak terjangnya ini menarik untuk dipelajari dimana pada akhirnya Hitler tidak berhasil dalam misinya untuk menguasai dunia. Semangat tinggi yang didukung oleh rakyat Jerman juga menarik untuk dikaji dari aspek kepemimpinan strategis. Kediktatoran Hitler di Jerman yang dikenal sangat kental dengan karakter dan kepribadiannya, akan dianalisis dalam tulisan ini khususnya aspek penyebab kegagalan Hitler dalam mengemban misi dan cita-citanya bagi Jerman.