You are on page 1of 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker dan
merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan,
kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta pertahun dan 2,3 juta di
antaranya ditemukan di Negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun
5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di Negara sedang
berkembang. Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini
terlihat dari berbagai data data kanker yang dipublikasikan baik oleh
pemerintah maupun lembaga- lembaga kanker. Bahkan menurut WHO pada
tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di Indonesia hingga tujuh
kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal kian memprihatinkan. Di
Indonesia, diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap
100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari
tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, social ekonomi, serta
perubahan pola penyakit. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab
utama kematian di Indonesia.
1,2,3,4,5

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang mengalami
perubahan pola penyakit yang dikenal dengan transisi epidemiologi, yaitu
perubahan pola penyakit dan penyebab kematian. Pada awalnya penyebab
kematian didominasi oleh penyakit infeksi, namun kemudian bergeser ke
penyakit non infeksi dan penyakit degeneratif salah satunya adalah penyakit
kanker.
6
2


Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang
tidak terkendali dan kemampuan sel- sel tersebut untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan oleh
kerusakan sel DNA, menyerbabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia.
1,2,3

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meyatakan bahwa lima besar
kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar,
kanker lambung dan kanker hati. Sedangkan data dari patologi di Indonesia
menyatakan bahwa urutan lima besar kanker leher rahim (kanker serviks),
kanker payudara (karsinoma mammae), kanker kelenjar getah bening, kulit
dan kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak diderita
wanita yaitu sekitar 32% dari seluruh keganasan pada wanita. Ditambahkan,
kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara
dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim
dengan 16 per 100.000 perempuan. Menurut data SIRS 2007, kasus kanker
bronchus dan paru pada pasien rawat inap sebesar 5,8% dari seluruh jenis
kanker. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara
mencapai 5 juta pada wanita dan kanker payudara pada wanita menunjukkan
angka ke-2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. Biasanya
terdapat pada wanita berusia 40-49 tahun.
7,8

Penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak
5.207 kasus. Setahun kemudian pada 2005, jumlah penderita kanker payudara
3

meningkat menjadi 7.850 kasus. Tahun 2006, penderita kanker payudara
meningkat menjadi 8.328 kasus dan pada tahun 2007 jumlahtersebut tidak
jauh berbeda meski sedikit mengalami penurunan yakni 8.277 kasus. Perlu
diketahui data penderita kanker payudara tersebut merupakan pasien yang
keuar rawat inap dengsn diagnosis kanker. Jadi penderita kanker payudara
sebenarnya sangat mungkin jauh lebih besar lagi.
5

Kanker payudara (karsinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat payudara.

Sebagian besar keganasan payudara datang pada stadium lanjut. Di
RSCM tahun 2010 mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%,
stadium IV sebanyak 14,3%. Berbeda dengan negara maju ditemukan lebih
banyak dalam stadium dini. Penyebab keterlambatan penderita datang ke
dokter, antara lain adalah takut operasi, percaya pada pengobatan tradisional
dan paranormal, dan faktor ekonomi atau ketiadaan biaya. Padahal makin
tinggi stadiumnya maka kemungkinan sembuhnya akan turun hingga 15%.
Hal ini disebabkan karena terapi yang diberikan juga kurang maksimal.
1,9

Pasien yang menderita kanker payudara mengalami banyak perubahan.
Perubahan tersebut bukan hanya dari segi fisik saja tetapi juga berisiko
mengalami perubahan terhadap harga dirinya. Harga diri adalah hasil
penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini menyatakan suatu
sikap yang berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa
besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil dan
berharga. Menurut penelitian pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi mengekspresikan ketidakberdayaan, merasa tidak sempurna,
4

merasa malu dengan bentuk payudara, ketidakbahagiaan, merasa tidak
menarik lagi, perasaan kurang diterima oleh orang lain, merasa terisolasi,
takut, berduka, berlama- lama di tempat tidur, ketidakmampuan fungsional,
gagal memenuhi kebutuhan keluarga, kurang tidur, sulit konsentrasi,
kecemasan dan depresi. Berdasarkan survei yang dilakukan menunjukkan
respon merasa malu dengan bentuk payudara, takut apabila pengobatan tidak
berhasil, keadaan yang lemah, merasa tidak berdaya, merasa tidak menarik
lagi, murung, merasa dikucilkan di masyarakat, sangat membutuhkan
dukungan dari keluarga terutama dari anak dan suaminya.
10

Salah satu terapi yang diberikan pada pasien kanker payudara yaitu
tindakan kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pemberian obat- obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan
membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga sel-
sel yang ada di seluruh tubuh. Efek samping dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual, muntah, rambut rontok, serta stomatitis atau sariawan. Hal
inilah yang membuat pasien biasanya malas untuk menjalani kemoterapi.
Oleh katrena itu, peran dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan.

Kesulitan pasien menyesuaikan diri terhadap dampak pengobatan
dapat mempengaruhi pasien sebagai stressor sepeeti kehilangan control dan
kebebasan, merasa tidak berdaya, gangguan fungsi dan body image, takut
akan kematian dan bimbang terhadap masa depan. Dampak kanker payudara
dan pengobatan dapat menimbulkan ketidakseimbangan psikologi yang sangat
nyata seperti depresi, berduka, ketangguhan psikologi, dan kemampuan
mrngatasi masalah. Pasien dengan kanker payudara membutuhkan bantuan
dukungan social untuk tetap berpikir positif akan keadaan dirinya, sehingga
mampu menurunkan kecemasan, depresi, ketidakberdayaan, dan mampu
untuk bisa selalu memiliki motivasi untuk bisa berobat secara teratur.
1,9,11

5


Pemeriksaan untuk mendeteksi awal kanker payudara antara lain:
Pemeriksaan payudara sendiri. Apabila ditemuakn indikasi yang abnormal,
yaitu benjolan atau penebalan pada jaringan payudara, sakit pada salah satu
payudara atau pada ketiak. Satu payudara menjadi lebih besar atau lebih
rendah, putting tertarik ke dalam atau berubah posisi, perubahan kulit
(mengkerut), bengkak di bawak ketiak atau tulang selangka, rauam pada atau
sekitar kulit. Jika ada tanda- tanda tersebut makan harus dilakukan tiga
pengkajian, yaitu pemeriksaan klinis payudara, mammografi atau
ultrasonografi, dan biopsy. Setelah mendapatkan diagnosis histologi yaitu
biopsi yang merupakan tindakan awal pembedahan, dengan sediaan beku hasil
pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit, bila
hasilnya jinak operasi diselesaikan dan jika ganas, maka operasi dilanjutkan
dengan tindakan kuratif.
12,13


Pasien kanker payudara memerlukan control seumur hidup. Setelah
terapi untuk kanker payudara selesai, pasien diharuskan untuk control atau
follow up sebagai upaya mencegah kemungkinan rekurensi ataupun
metastasis. Walaupun umumnya rekurensi terjadi dalam 5 tahun setelah terapi,
namun rekurensi dapat juga terjadi setelah 20 tahun terapi. Pasien harus
kontrol atau follow up ke dokter untuk mediskusikan adanya gejala baru,
pemeriksaan fisik dan mammografi. Setiap bulan direkomendasikan untuk
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Untuk itu sangat dibutuhkan
kesabaran dan dukungan keluarga baik secara materi maupun piskis kepada
pasien kanker payudara sehingga mereka bisa patuh dalam menjalani
pengobatan.9

Pasien kanker payudara membutuhkan dukungan keluarga karena
dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota
6

keluarganya. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana
peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota
keluarga, mulai dari strategi- strategi hingga fase rehabilitasi.

Bentuk dari dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada pasien
adalah dukungan secara fisik dan piskologis. Secara fisik dukungan keluarga
berupa bantuan tenaga untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari- hari
pasien. Sedangkan secara psikologis dukungan keluarga dapat berbentuk
memberikan kasih sayang, membantu mengembangkan konsep diri pasien
yang positif dan menerima pasien sesuai dengan perubahan- perubahan yang
dialaminya saat menjalankan pengobatan sehingga pasien mau menjalankan
pengobatan secara rutin.
1


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dalam latar
belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah dalam pernyataan sebagai
berikut: Seberapa Jauh Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Berobat pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Berobat pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar.
7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan tingkat kekerabatan dari dukungan keluarga
terhadap kepatuhan berobat pada pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar.
2. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dari dukungan keluarga
terhadap kepatuhan berobat pada pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar.
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dari dukungan keluarga
terhadap kepatuhan berobat pada pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat memberikan masukan pada rumah sakit dalam
memberikan pelayanan medis yang komprehensif seperti memotivasi keluarga
agar memberikan dukungan pada pasien Kanker Payudara untuk bisa datang
berobat secara teratur.

1.4.2 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Meningkatkan wawasan mahasiswa fakultas kedokteran mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam berobat pada pasien
Kanker Payudara.



8

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau sebagai pedoman
oleh peneliti lain baik secara teoritis maupun secara metodologis mengenai
dukungan keluarga terhadap kepatuhan berobat pada pasien Kanker Payudara.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan media informasi tentang dukungan
keluarga terhadap kepatuhan berobat pada pasien Kanker Payudara, serta
memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hal- hal yang harus
diperhatikan dalam merawat dan memelihara status kesehatan dalam bentuk
pencegahan dan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit Kanker
Payudara.

You might also like