You are on page 1of 43

Skenario 1

Seorang laki-laki umur 77 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan


selalu buang air kecil sedikit-sedikit. Setiap selesai buang air kecil ia merasa tidak
puas meski buang air kecilnya berlangsung lama. Keadaan ini sudah dialaminya
sejak 5 hari yang lalu. Selama ini penderita berjalan tidak stabil, karena keluhan
pada lututnya yang sering sakit dan bengkak.
Menurut keluarganya, setahun terakhir ini, pembawaan bapak ini selalu
marah dan sering lupa setelah mengerjakan sesuatu yang baru saja dilakukannya.
Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis,
tekanan darah tinggi, jantung, dan rematik. Tiga tahun yang lalu penderita
mendapat serangan stroke.
Kalimat Kunci
Laki-laki 77 tahun ke puskesmas dengan keluhan buang air kecil sedikit-
sedikit.
Dia merasa tidak puas meski buang air kecil berlangsung lama.
Keadan ini sudah sejak 5 hari yang lalu
Selama ini penderita berjalan tidak stabil karena lututnya sering sakit dan
bengkak.
Setahun terakhir, sering marah dan lupa terhadap sesuatu yang baru saja
dikerjakan.
Di tahun terakhir, pasien mengkonsumsi obat DM, hipertensi, jantung
dan rematik.
3 tahun yang lalu penderita terkena stroke.
Pertanyaan-pertanyaan
1. Jelaskan mengenai teori penuaan!
2. Jelaskan perubahan anatomi dan fisiologi dari organ terkait sesuai
skenario!
3. Jelaskan proses pengisian dan pengeluaran urin normal!
4. Sebutkan faktor predisposisi inkontinensia urin!
5. Apa saja pendekatan diagnosis untuk inkontinensia urin?
6. Jelaskan tipe inkontinensia urin!
7. Bagaimana hubungan perubahan kepribadian dengan inkontinensia
pasien?
8. Jelaskan hubungan pengobatan yang dilakukan dengan inkontinensia
pasien!
9. Jelaskan hubungan riwayat stroke dengan keluhan sekarang!
10. Apa sajakah penatalaksanaan inkontinensia urin?
11. Sebutkan prespektif islam menurut skenario!
Jawaban
1. Teori Penuaan
1,2,3,4,5

Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur
seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur
seseorang tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi
organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi organ
antara manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun
yaitu :
- berat otak 56%
- Aliran darah ke otak 80%
- CardiacOutput 70 %
- Jumlah glomerulus 56%
- Glomerular filtration rate 69%
- Vital capacity 56%
- Asupan O2 selama olahraga 40%
- Jumlah dari axon pada saraf spinal 63%
- Kecepatan pengantar inpuls saraf 90%
- Berat badan 88%
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut sehingga
muncullah teori-teori yang menjelaskan mengenai faktor penyebab proses
penuaan ini. Diantara teori yang terkenal adalah teori Telomere dan teori radikal
bebas.
Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi
atas dua bagian yaitu :
1. Faktor genetik, yang melibatkan :
- jam gen
- Perbaikan DNA
- Respon terhadap stress
- Pertahanan terhadap antioksidan
2. Faktor lingkungan, yang melibatkan:
- pemasukan kalori
- penyakit-penyakit
- Stress dari luar (misalnya : radiasi, bahan-bahan kimia)
Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktifitas metabolisme sel yang
akan menyebabkan terjadinya stress oksidasi sehinga terjadi kerusakan pada sel
yang menyebabkan terjadinya proses penuaan.
TEORI GENETIKA
Proses penuaan kelihatannya mempunyai komponen genetik. Hal ini
dapat dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang sama cenderung
hidup pada umur yang sama dan umurnya mempunyai umur yang rata-rata
sama, tanpa mengikut sertakan meninggal akibat kecelakaan dan penyakit.
Mekanisme penuaan yang jelas secara genetik belumlah jelas, tetapi penting jadi
catatan bahwa lamanya hidup kelihatannya diturunkan melalui garis wanita dan
seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur dan tidak ada satupun
dipindahkan melalui spermatozoa. Pengalaman kultur sel sugestif bahwa
beberapa gen yang mempengaruhi penuaan terdapat pada kromosom 1, tetapi
bagaimana cara mereka mempengaruhi penuaan masih belum jelas. Disamping
itu terdapat juga eksperimen alami yang baik dimana beberapa manusia
dengan kondisi genetik yang jarang (progerias) seperti sindroma Werner
menunjukkan penuaan yang premature dan meninggal akibat penyakit usia
lanjut seperti ateroma derajat berat pada usianya yang masih belasan tahun atau
permulaan remaja.Serupa dengan itu, penderita sindroma Down pada umumnya
proses penuaannya lebih cepat dibandingkan dengan populasi lain. Disamping itu
fibroblasnya mampu membelah dalam jumlah lebih sedikit di dalam kultur
dibandingkan dengan control yang umurnya sama. Tetapi ini masih sangat jauh
dari bukti akhir bahwa penuaan merupakan kondisi genetik; hal ini hanya
menunjukkan kepada kita bahwa beberapa bentuk penuaan dipengaruhi oleh
mekanisme genetik.
TEORI TELOMERE
Pada ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA
nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali (TTAGGG), yang dikenal sebagai
telomere. Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA
menuju ke mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal di ujung
setiap kromosom; ini akan dibuang dan, pada setiap pembelahan sel, telomere
menjadi pendeksel. Pada saat sel somatik bereplikasi, satu potongan kecil tiap
susunan telomere tidak berduplikasi, dan telomere memendek secara progresif.
Akhirnya, setelah pembelahan sel yang multiple, telomere yang terpotong parah
diperkirakan mensinyal proses penuaan sel. Namun demikian, pada sel germ dan
sel stem panjang telomere diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim
khusus yang disebut telomerase.
Pemendekan telomere dapat menjelaskan batas replikasi (Hayflick) sel.
Hal ini didukung oleh penemuaan bahwa panjang telomer berkurang sesuai
umur individu darimana kromosom didapat. Dari pengamatan jangka panjang
bahwa fibroblast manusia dewasa normal pada kultur sel, memiliki rentang masa
hidup tertentu; fibroblast berhenti membelah dan menjadi menua setelah kira-
kira 50 kali penggandaan. Fibroblast neonatus mengalami sekitar 65 kali
penggandaan sebelum berhenti membelah, sementara itu fibroblast pada pasien
dengan progeria, yang berusia premature, hanya memperlihatkan 35 kali
penggandaan atau lebih. Menuanya fibroblas manusia dalam biakan dapat
dihindari secara parsial dengan melumpuhkan gen RB dan TP 53. Namun sel ini
akhirnya juga mengalami suatu krisis, yang ditandai dengan kematiaan sel masif.
TEORI WEAR AND TEAR
Teori Wear and Tear disebut juga teori Pakai dan Lepas. Teori ini
memberi kesan bahwa hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan dalam
kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel yang
berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga keseluruhan
organisme akan mati. Teori ini memberikan penjelasan yang baik mengapa
kegagalan jantung dan system saraf sentral merupakan penyebab yang sering
pada kematian; sel-sel yang mempunyai fungsi penting pada jaringan ini tidak
mempunyai kemampuaan regenerasi. Teori ini sama sekali tergantung pada
pandangan statistik penuaan. Pada teori ini kita mempunyai harapan hidup yang
sama bagi setiap individu, namun perubahan panjang umur setiap individu
diakibatkan oleh perubahan pola hidup dari individu itu sendiri.
Berbagai mekanisme seluler dan subseluler yang diperkirakan sebagai
penyebab kesalahan penumpukan yang menyebabkan terjadinya penuaan sel
adalah :
- ikatan silang protein
- ikatan silang DNA
- mutasi dalam DNA yang membuat gen yang penting tidak tersedia
atau berubah fungsinya
- kerusakan mitokondria
- cacat lain dalam penggunaan oksigen dan nutrisi
TEORI RADIKAL BEBAS
Berdasarkan penelitian Gomberg dan ilmuwan lainnya, istilah radikal
bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil, mempunyai satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan diorbit luarnya. Molekul tersebut bersifat
reaktif dalam mencari pasangan elektronnya. Jika sudah terbentuk dalam tubuh
maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang
akhirnya jumlahnya terus bertambah.
Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan
menjadi senyawa yang sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen
yang diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu bentuk radikal
bebas. Peristiwa ini berlangsung saat proses sintesa energi oleh mitokondria atau
proses detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS
secara fisiologis ini merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.
Sebagian ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan
lainnya adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi
kendaraan bermotor dan industri, asbes, asap rokok dan lain-lain), radiasi
ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta paparan zat kimia ( termasuk obat)
yang bersifat mengoksidasi. Ada berbagai jenis ROS, contohnya adalah
superoksida anion, hidroksil, peroksil, hydrogen peroksida, singlet oksigen, dan
lain sebagainya.
Didalam tubuh manusia sendiri juga dilengkapi oleh system defensive
terhadap radikal bebas tersebut berupa perangkat antioksidan enzimatis
(gluthatione, ubiquinol, catalase, superoxide dismutase, hydroperoksidase dan
lain sebagainya). Antioksidan enzimatis endogen ini pertama kali dikemukakan
oleh J.M. Mc Cord dan I. Fridovich yang menemukan enzim antioksidan alami
dalam tubuh manusia dengan namasuperoksida dismutase (SOD). Hanya dalam
waktu singkat setelah teori tersebut disampaikan, selanjutkan ditemukan enzim-
enzim antioksidan endogen lainnya seperti glutation peroksidase dan katalase
yang mengubah hydrogen peroksidase menjadi air dan oksigen.
Sebenarnya radikal bebas, termasuk ROS, penting artinya bagi kesehatan
dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan, membunuh
bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ-organ
dalam tubuh kita. Namun bila dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi
antioksidan seluler, maka dia akan menyerang sel itu sendiri. Struktur sel yang
berubah turut merubah fungsinya, yang akan mengarah pada proses munculnya
penyakit.
Stress oksidatif (oksidative stress) adalah ketidak seimbangan antara
radikal bebas (prooksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum :
- kurangnya antioksidan
- Kelebihan produksi radikal bebas
Keadaan stress oksidatif membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari
tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan
proses penuaan dan munculnya penyakit. Teori penuaan dan radikal bebas
pertama kali digulirkan oleh Denham Harman dari University of Nebraska
Medical Center di Omaha, AS pada 1956 yang menyatakan bahwa tubuh
mengalami penuaan karena serangan oksidasi dari zat-zat perusak.
TEORI PEROSES PENUAAN YANG LAIN
Ada beberapa teori proses penuaan yang lain yaitu :
1. Teori mutasi somatik
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan diakibatkan oleh
kerusakan pada integritas genetik sel-sel tubuh itu.
2. Teori akumulasi kesalahan
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan diakibatkan adanya
kesalahan pada kode genetic yang berangsur-angsur rusak yang
kemudian menumpuk dan menyebabkan rusaknya kode genetic tersebut.
3. Teori akumulasi sampah
Menurut teori ini proses penuaan disebabkan karena menumpuknya sisa-
sisa pembuangan (sampah metabolisme) yang akhirnya menyebabkan
kerusakan pada sistem metabolisme.
4. Teori Autoimune
Penuaan yang terjadi disebabkan karena terbentuknya autoantibodi yang
menyerang jaringan tubuh itu sendiri. Hal ini dapat terlihat pada radang
lambung atropi, Hashimoto tiroiditis.
5. Teori Aging Clock
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan disebabkan karena suatu
urutan yang telah terprogram, seperti halnya jam, dimana telah diatur
oleh saraf atau sistem endokrin kita. Sel-sel membelah dan terjadi
pemendekan dari telomer ini seperti jam yang telah diatur waktunya.
6. Teori cross-linkage
Penuaan terjadi karena akumulasi dari cross-linkage yang mana akan
menghalangi fungsi sel normal
7. Mitohormesis
Sejak tahun 1930 diketahui bahwa membatasi asupan kalori mencegah
timbulnya proses penuaan. Baru-baru ini, Michael Ristow menunjukkan
bahwa penundaan proses penuaan dapat dilakukan dengan
meningkatkan antioksidan yang menghambat pembentukan radikal bebas
dalam mitokondria.

2. Perubahan anatomi dan fisiologi organ terkait
6

Beberapa perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi ketika memasuki
usia lanjut adalah :
o Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia. Kehilangan
massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita dimulai pada
usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang puncak tercapai.
Dampaknya tulang akan mudah rapuh (keropos) dan patah, mengalami
cedera, trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.
o Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan
jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40
tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass (
otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot berkurang
sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang
sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun
karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar
kolesterol total dan trigliserida.
o Urogenitalia
1. Ginjal : Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50
%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya
+ 1) ; BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg % ; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2. Vesika urinaria : Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml yang menyebabkan frekwensi buang air kecil
meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga meningkatnya retensi urin.
3. Pada Vesica Urinaria (kandung kencing) tampak aktivitas kendali
spincter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar
4. Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
o Jantung dan Pembuluh darah
Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan
perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Pada lansia jumlah jaringan
ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel) meningkat sehingga
efisien fungsi pompa jantung berkurang. Pembuluh darah besar terutama
aorta menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan ini, selain mengurangi
aliran darah dan meningkatkan kerja ventrikel kiri,juga mengakibatkan
ketidak efisienan baroreseptor (tertanam pada dinding aorta, arteri
pulmonalis, sinus karotikus). Kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan
darah berkurang.
o Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat
tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan. Ada
kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral
termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.

System/ organ
Perubahan morfologik Perubahan fungsional Perubahan patologi
kardiovaskuler Arteri (termasuk
aorta)memanjang dan
berkelok Penebalan intima
arterimeningkat, tunika
media kaku dan
fibrotik Degenerasi katup
jantung,klasifikasi / sklerosis
yang kadang sampai
septuminterventrikulis
Perubahan
miokardial:ddeposit
lipofuchsin,fibrosis dan
amiloidosismiokardial.Atrofi
dan fibrosis tunikamedia,
hiperplasia tunikaintima a.
KoronariaBrown athropy
hanya dalam hubungannya
dengan keadaan patolgis
yangsangat berat:
malnutrisi,karsinoma,
anemia pernisiosa dll (berat
jantung berhubungan
dengan berat badan)
Ateroma, kekerapannya
meningkat pada
penuaan,mungkin akibat HT
/ merokok
Venous return di leher kiri
sering terblok (periksaJVP
dileherkanan)Sukar tentukan
letak apeks,kalau ada kaku/
distrosikarena kiposkiliosis.
Fungsi
baroreseptor menurun Katup
kaku timbulkan bising:
1) Sistolik di A, regurgitasi di
M, tak harus signifikan
2)Tak ada perubahan
/degenerative jantung yang
spesifik akibat menua (tak
adapenyakit jantung senelis)
3)Secara umum:
4)Curah jantung menurun
akibat isisekuncup
menurunakibatnya kecepatan
kerja fisik menurun
5)Latihan fisik yangsama
naikkanTD/denyut jantung
orang tua> dari orang muda
6)Konfusio mental dan
kelelahan menyebabkan harus
kan meningkatkan
akan penyakit jantung
padalansia (gejala ini lebih
sering disbanding nyeri anginal
/ sesak napas)
IHD/IHSS/Dekom.Kordis/MV
P? Aritmia kordis meningkat
HT sistolik
/diastolik meningkat Pseudo
HT meningkat
Hipotensi postural
meningkat Penyakit jantung
katup (A,M) meningkat
IHD merupakan penyebab
utama gagal jantung pada
usia lanjut
Sistem
Lokomotorik :
Otot

Terjadi atrofi pada otot,
baik dalm jumlah atau
ukurannya disebabkan oleh
gangguan metabolik dan
denervasi fungsional
Massa otot
menghilangHilangnya berkas
ototHernia: ekstra dan
intraabdominal Penurunan
kekeuatan fisik:kelemahan
fisiologikDisabilitis,
keterbatasan jangkauan dan
kecepatangerak, sbg akibat
dari gabungan dari kelemahan
otot, kaku sendi
danmekanisme
sentral penampilan sensori
motorik:
1.Berkurangnya
ketepatandalam gerakan
halusdan gerak yang berubah
cepat
Pengecilan otot, terutama
ekstermitas distal
Kelemahan patologik:
1.Metabolisme:defisiensi Ca,
K, dan Vitamin D
2.Endokrin:tirotoksikasis,
sindromacushing,
miopatikortison
3.Penyakit kardiorespirasi,
anemiaanoksia
.Karsinomatosis
2.Ketepatan waktu
dalamgerakan jadi tak teratur,
kelembutanaliran gerakan
darigerakan satu kegerakan
lainmenghilang
3.Gerakanyang satu melambat
dulu sebelum mulai
pergerakan
tulang Osteoporosis: penipisan
trabekulae dan
melebarkannya r o n g g a
tulang (cancelous)
A s i mt o ma t i k a t a u
n y e r i punggung ringan,
kifosi s, bungkuk dan tinggi
badan menurun
Osteoporosis meningkat
Nyeri punggung
berat,kifosos dan fraktur
(densitas tulang tak cukup)
Osteomalasia:
kurangnya penulangan pada
matriks tulang normal.
Nyeri tulang,miopati, fraktur
penyakit paget (Osteitis
deformans)
Tonjolan tulang jari kaki,sub-
luksasi senditangan/kaki
Telapak kaki nyeri dan
masalah kaki lain
Sistem Syaraf
Syaraf Pusat

Makroskopis :Penebalan
meningeal, atrofi serebral
(berat otak menurun 10%
antara usia 30-70
tahun)Histologik :Mula
mula secarasetempat
setempattojiolan dendrit di
neuronmenghilang,
disusul bangkaknya
batangdendrit dan badan
sel.Secara progresif
terjadifragmentasi dan
kematiansel. Pada semua
seldeposit lipofuchsin
(pigmen wear&tear yang
terbentuk disitoplasm,
mungkin berasal dari lisosom
ataumitokondria)Di neuron:
5.RNA,nitokondria dan enzim
sitoplasma menghilang
6.Inklusi hyalin,eosinofildan
Tanggapan intelektual,agilitas
menta, daya pemikiran
abstrak menghilang.Gangguan
persepsi, analisis, dan integrasi
inputsensorik menurunMemori
jangka pendek dankemampuan
belajar menurun Kurang
resilien, lebih kaku dalam
memandang persoalan, lebih
egois dan introvet.Gangguan
kesadaran sensorik (terhadap
rasanyeri, sentuh,
panas,dingin, perasaan posisi
sendi) Tampilan sensori
motor untuk menghasilkan
ketepatan melambat
Gangguan mekanisme
mengontrol postur menurun
juga
dayaantigravitasi,keseimbanga
n dan gerakan(kecepatan
Penurun cadangan
intelektual
merupakan predisposisi
keadaan konfusio akut
Demensia (suatu
defisitdalam memori dan
intelek serupa dengan yang
terjadi pada penuaan
normal.
Terjadi lebih dini dan dengan
intensitas tinggi menuju ke
perubahan disorientasi,
mental, tangkah laku dam
motorik dari jenis
deteriorisasi mental presenil
dan senil)
Gejala menuduh
pada parafrenia Daya nilai
dan lokalisasirasa nyeri
rusak
Predisposisi jatuh dan
badan levy
7.Kekusutanneurofibriler,
plak senilis
dandegenerasigranulovakuol
eBerbagai
perubahandegeneratif
terjadi denganfrekuensi
meningkat padaindividu >60
tahun, tapi tak berhubungan
satu denganlainnyaKorpora
amilasea terdapatdimana
mana
dijaringanotak Perubahan
vaskuler:8.Fibrosisintima
danmediasiderosis,degenera
siamiloiddan hialin
kondusif saraf menurun 10%
pada usia75 tahun
cedera Instabilitas postural
Demensia multi infark
Episoda iskemik
otak sepintas Berbagai jenis
stroke (mengancam,
berkembang dan lengkap)
Syaraf otonom Pembentukan anteroma
meningkat dengan makin
lanjutnya usia, pathogenesis
multifaktorial
Transmisi saraf
terganggu pada
asetilkolin,katekolamin,
dopamin dan noradrenalin.
Tanggapan otonom mungkin
melemah pada lansia
akibat berkurangnya sintesis
danhidrolisis transmiter
saraf tersebut dikombinasi
denganhilangnya reseptor
Disfungsi otonom menyertai
sindrom Shy-
Drager, parkinsonisme,
penyakit serebrovaskuler
dan berbagai
neuropayi,terutama DM dan
alkoholisme
Predisposisi terjadinya
hipotensi postural
(asimtomatik) Tanggapan
terhadap manuver Valsava
berubah
Sensitivitas barorefleks
menghilang
Regulasi suhu sebagai
tanggapan atas panas /dingin
terganggu Penilaian atas nyeri
visceral menghilang
Gerakan alimeter terganggu
Hipotensi postural
simtomatik
Otoregulasi di sirkulasi
serebral rusak
Mudah terjadi jatuh (falls)
Predisposisi hipotermia dan
heat stroke Penggambaran
penyakit secara keliru
System
urogenital
Penebalan membaran basalis
kapsula bowman dan
terganggunya permeabilitas
Perubahan
degeneratif tubuli
Penurunan jumlah dan
Efisiensi ginjal
dalam pembuangan sisa
metabolisme terganggu
dengan menurunnya massa
dan fungsi ginjal
1.Jumlah nefron tinggal50%
Batu ginjal
Infeksi ginjal
(pielonefritis, sisititis)Peny
akit prostat
Gangguan ginekologik
Retensi urin
atrofinefron Perubahan
vaskuler pengaruhi
pembuluh darah pada
semua tingkat, mulai dari
penbalan inti pembuluh
darah kecil sampai hialinisasi
arteriol dan hiperplasia inti
arteri besar Atrofi prostat
dan otot dengan area
fokushiperplasia noduler
benignaterdapat pada 75%
pria > 90tahun. (Ca kl i nik
jauh lebih jarang)
pada akhir rentan hidup rata
rata
2.Aliran darah gi nj al tinggal
50% pada usia75 tahun
3.Tingkat filtrasi glomerulus
dan kapasitas ekskresi
maksimum menur un
dengan proporsi sama Ginjal
yang menua masih dapat
mempertahankan mekanisme
homeostasis normal dan
ekskresi sisa metabolisme
dalam batas tertentu, tapi
kurang efisiensi dan perlu
waktu lebih lama dengan
cadangan minimal.Karenanya
dehidrasi,infeksi atau
gangguancurah jantung
yang relatif ringan akan
mempercepat gagal ginjal
Inkontinensia urin


GGA/GGK
rematologi Degenerasi tulang
rawan,ligamen dan jaringan
peri-artikuler
Sinovia menebal dan
terdapat hipertrofi villi
Tulang rawan menjadi
kuning dan keruh, mungkin
terjadi erosi dipermukaan
atau perubahan biokimiawi
yang mengarah terjadinya
degenerasi
mukoid, pembentukan kista
dan klasifikas
Penurunan fungsi sendi
Hilangnya elastisitas dan
mobilitas sendi
Kekakuan sendi dan cenderung
menjadi nyeri/sakit
Rasa percaya dan ketepatan
gerak berkurang
Kesulitan dalam gerak rumit,
terutama bila bersamaan
dengan adanya gangguan
penglihatan
Postur bungkuk, tinggi badan
menurun, dan distorsi lain yang
disebabkan oleh atrofi
/kelemahan rangka dan
kelompok otot besar
yang bertugas
dalam pembentukan postur
dan penopangan antigravitas
Berbagai penyakit arthritis
menyebabkan kakauan
sendi (ankilosis) dan
kontaktur:1.Osteo
arthritis: begitu seringnya
terjadi sehingga dianggap
fisiologik
2.Arthritis rhematoid:
System
imunologik
Timus menghilangLimfosit
B/T tetap tapikualitas
berubah
Penurunan fungsi
imunannateAktivitas sel T
menurunFungsi makrofag
menurun
Penyakit oto-imun
dankanker meningkat


Badan
menyeluruh
Penurunan tinggi badan
(postur bungkuk karena
kifosis)
Berat badan menurun
Peningkatan ratio
lemak/BB bersih
Penurunan air tubuh total
Nyeri punggung ringan

Nilai kreatinin cenderung
n o r m a l , w a l a u p u n
G F R menurun
Kesulitan menilai turgor
Nyeri punggung berat

Mudah terjadi dehidrasi
3. Proses pengisian dan pengeluaran urin normal
7,8

Miksi adalah proses pengeluaran urine melalui uretra yang prosesnya
terdiri dari dua bagian penting:
1. Kandung kemih akan terisi secara progresif yang akan meningkatkan
tegangan pada dinding pada vesika dan akan terus meningkat sampai di atas
nilai ambang batas yang selanjutnya akan mencetuskan proses kedua terjadi.
2. Timbul refleks berkemih yang disebut dengan refleks miksi yang akan
berusaha untuk mengosongkan vesika atau jika gagal setidaknya akan
menimbulkan keinginan untuk berkemih atau mengeluarkan urine dari
vesika yang telah terisi penuh melalui uretra.

A. Pengisian
Dinding ureter terdiri dari otot polos spiral, memanjang dan melingkar
namun tidak ada sekat atau batas tertentu untuk dapat membedakan ketiga otot
polos ini dalam lapisandinding dari ureter tersebut. Gerakan peristaltik yang
terjadi akan secara perlahan membantu mendorong urine dari pelvis renalis
menuju kandung kemih atau vesika urinaria. Urine akan masuk ke dalam
kandung kemih secara perlahan sesuai dengan irama dari gelombang peristaltik
tadi.
Ureter menembus vesika urinaria secara miring, sehingga meskipun tidak
ada sfingter khusus untuk ureter, keadaan kemiriangan tadi cenderung akan
menjempit ureter sehingga ureter tertutup kecuali ketika ada gelombang
peristaltik tadi, dan refluks dari vesika dapat dicegah

B. Pengosongan
Otot pada kandung kemih sama dengan yang ada pada ureter yaitu otot
polos yang spiral, memanjang dan melingkar. Kontraksi dari otot melingkat yang
disebut sebagai otot detrusor yang berperan sangat penting pada pengosongan
vesika selama miksi atau berkemih.
Berkas dari otot ini berada di sebelah kiri dan kanan dari uretra sehingga
terkadang disebut sebagai sfingter uretra interna meskipun pada kenyataan otot
polos ini tidak sepenuhnya melingkari uretra. Pada bagian distal dari uretra akan
ditemukan sfingter uretra eksterna.
Berkemih pada dasarnya merupakan reflex spinal yang di fasilitasi dan
dihambat oleh persarafan yang lebih tinggi. Akan tetapi sama halnya dengan
proses defekasi, berkemih atau miksi pun dapat dikendalikan secara volunteer
baik pada proses pengeluarannya maupun proses penghambatannya. Pada saat
vesica mulai terisi urin, perasaan untuk berkemih belum terasa sampai akhirnya
vesika akan penuh dan pterjadi peregangan dari vesika tersebut barulah
seseorang akan merasakan keinginan untuk miksi. Otot pada vesika sama dengan
otot lainnya memiliki sifat plastis, yaitu keadaaan dima ketika otot tersebut
dirangsang untuk tegang maka secara otomatis otot tersebut tidak akan
melakukan pertahanan tegangan.
Pada penelitian dimana diperhatikan hubungan antara tekanan
intravesika dengan volume vesika dimana dilakukan dengan pemasangan kateter
dapat dilihat hubungan antara keduanya. Dari kurva yang terlihat pada
pengisisan awal, peningkatan tekanan yang terjadi cukup kecil yang kemudian
disusul dengan pengisian segmen yang panjang dan hampir rata pada pengisian
selanjutnya timbul peningkatan yang tajam dan secara tiba-tiba akan tercetus
reflex untuk miksi. Keinginan pertama untuk berkemih adalah ketika vesika terisi
sekitar 150 ml urine dan rasa penuh timbul ketika vesika terisi sekitar 400 ml
urine.
Hukum Laplace mengatakan bahwa tekanan dari vesika bulat sama
dengan dua kali tengangan berbanding terbalik dengan jari-jari vesika. Pada
vesika, tegangan akan meningkat ketika vesika mulai terisi namun dengan
demikian secara otomatis jari-jari pada vesika juga akan meningkat. Oleh karena
itu, peningkatan tegangan dari vesika tidak akan terlalu besar setiap kali
pengisian terlebih pada pengisisan pertama kali dan akan benar-benar meningkat
ketika vesika tersebut relative akan penuh.
Selama proses berkemih, otot perineum dan sfingter urethra eksterna
akan melemas menyebabkan urin akan mengalir ke urethra. Kedua otot yang
berada pada sisi urethra justru tidak bekerja atau tidak melakukan suatu reaksi
tertentu pada sat berkemih. Kemungkinan kedua otot ini berperan sebagai
sfingter untuk urethra agar tidak terjadi refluks dari semen pada saat terjadinya
ejakulasi.
Meknisme dari terjadinya volunteer berkemih secara fisioogis belum
diketahui jelas bagaimana prosesnya dan disebakan oleh apa. Dengan sementara
menyebutkan hal tersebut bisa saja terjadi karena relaksasi dari otot panggul,
dan hal ini mungkin menimbulkan penarikan kebawah yang cukup besar pada
otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi dari otot perineum dan
otot sfingter urethra eksterna dapat dikendalikansecara volunteer sehingga
dapat mencegah mengalirnya urin melalui urethra atau menghentikan aliran urin
saat sedang berkemih.

C. Proses Pengendalian Berkemih
Pada saatvesika mulai terisai terjadi adanya peningkata tekanan pada
vesika yang menyebabkan reseptor pada bagian posterior dari vesia akan
meneruskan rangsangan peregangan tadi kepada reseptor regang sesorik yang
berada pada didnding vesika. Selanjutnya sinyal sensorik tersebut akan
dikirimkan menuju segmen sacral medulla spinalis melalui nervus pelvikus yang
akan dekembalika lagi ke vesika melalui searbut-serabut saraf parasimpatis
menuju ke saraf simpatis. Kemudian akan terjadi peningkatan reflex kontraksi
pada vesika. Proses ini akan terus terjadi sampai dengan kontraksi pada vesika
sangat kuat untuk melawan penghambatan dari sfinger urethra eksternus.
Sesekali reflex berkemih cukup kuat, hal ini akan menimbulkan reflex lain
yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter urethra eksternal untuk
menghambatnya. Apabila inhibisi ini lebih besar dari otak dibandingkan
kontriktor volunter ke sfingter eksterna, maka berkemihpun terjadi. Apabila
inhibisis berhasil terjadi atau jauh lebih kuat dari konstraksi yang timbul pada
vesikel maka berkemih tidak akan terjadi sampai dengan vesika kembali terisi
oleh urine dan adanyan reflex berkemih yang akan lebih besar untuk melawan
inhibisi tersebut.

4. Faktor predisposisi inkontinenisa urin
9

1. Usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi
juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum
mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem
neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga
akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi
penurunan tonus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut
menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada
manusia usia lanjut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi
urine, terjadi penurunan kontrol otot sfingter sehingga terjadi inkontinensia
2. Diet
Pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya,
misalnya jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat menghambat
miksi karena kandungan pada jengkol yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang
banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan
menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu.
Selain itu, urine juga dapat menjadi bau jengkol. Malnutrisi menjadi dasar
terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan seseorang
untuk mengeluarkan feses maupun urine. Selain itu malnutrisi menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada organ
pencernaan maupun organ perkemihan.
3. Cairan
Kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke
ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan
lebih pekat.
4. Latihan fisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot.
Tonus otot yang baik dati otot-otot abdominal, otol pelvis, dan diagfragma
sangat penting bagi miksi.
5. Stres psikologi
Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia
akan mengalami diare ataupun beser.
6. Temperatur
Seseorang yang demam akan mengalami peningkatan penguapan cairan
tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut menyebabkan
tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi
dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat
memegaruhi nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan
penurunan intake cairan.
7. Nyeri
Seseorang yang berasa dalam keadaan nyeri sulit untuk makan, diet yang
seimbang, maupun nyaman. Oleh karena itu berpangaruh pada eliminasi urine.
8. Sosiokultural
Adat istiadat tentang privasi berkemih berbeda-beda. Contoh saja di
masyarakat Amerika Utara mengharapkan agar fasilitas toilet merupaka sesuatu
yang pribadi , sementara budaya Eropa menerima fasilitas toilet yang digunakan
secara bersama-sama.
9. Status volume
Apabila cairan dan konsentrasi eletrolit serta solut berada dalam
keseimbangan, peningkatakan asupan cairan dapat menyebabkan peningkatan
produksi urine. Cairan yang diminum akan meningkatakan volume filtrat
glomerulus dan eksresi urin.
10. Penyakit
Adanya luka pada saraf perifer yang menuju kandung kemih
menyebabkan hilangnya tonus kandung kemih, berkurangnya sensasi penuh
kandung kemih, dan individu mengalami kesulitan untuk mengontrol urinasi.
Misalnya diabetes melitus dan sklerosis multiple menyebabkan kondusi
neuropatik yang mengubah fungsikandung kemih. Artritis reumatoid, penyakit
sendi degeneratif dan parkinson, penyakit ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap
akhir.
11. Prosedur bedah
Klien bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan sebelum
menjalani pembedahan yang diakibatkan oleh proses penyakit atau puasa
praoperasi, yang memperburuk berkurangnya keluaran urine. Respons stres juga
meningkatkan kadar aldosteron menyebabkan berkurangnya keluaran urine
dalam upaya mempertahankan volume sirkulasi cairan.
12. Obat-obatan
Retensi urine dapat disebabkan oleh penggunaan obat antikolinergik
(atropin), antihistamin (sudafed), antihipertensi (aldomet), dan obat penyekat
beta adrenergik (inderal).



5. Pendekatan diagnosis pada inkontinensia urin
10

Langkah langkah untuk menegakkan diagnosis pada pasien
a. Anamnesis
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Sejak Kapan keluhan dirasakan
d. Adakah rasa nyeri saat berkemih
e. Adakah urine keluar tanpa disadari misalnya saat batuk, mengedan atau
rasa ingin kencing yang terus-terus
f. Sering ngompol waktu tidur atau tidak
g. Gejala-gejala lain yang berkaitan
h. Riwayat Penyakit-penyakit selama ini: DM, hipertensi, ISK, hematuri
i. Operasi sebelumnya
j. Obat-obat yang sering dikonsumsi
k. Kebiasaan hidup, makan dan minum : kopi, teh manis, alkohol, dll
l. Kehidupan seksual
m. Bowel habit sering konstipasi, mengedan
b. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda vital
b. Inspeksi genitalia eksterna
c. Palpasi Abdomen : ada tumor atau tidak, buli-buli teraba/tidak
d. Rectal Toucher : meraba hipertrofi prostat, menentukan kekuatan tonus
sfingter dan otot dasar panggul
e. Pemeriksaan neurologis
a. Reflex ani
b. Reflex bulbocavernosis
f. Pemeriksaan meatus urethra sementara batuk/ mengedan waktu buli-
buli sementara penuh (Cough stress test) .
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Urinalisis untuk mengetahui adanya infeksi atau tidak,
hematuri, pyuria.
b. Darah : Gula darah , Fungsi ginjal.
c. Mengukur urin sisa post miksi : USG atau langsung dengan kateter
d. Urodynamic evaluation / uroflow : menilai kekuatan otot detrusor
e. urethro cystoscopi melihat keadaan buli-buli dan urethra.

Pendekatan diagnosis inkontinensia urin
Secara sistematis dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kemudian dengan pemeriksaan penunjang dicari faktor-faktor inkontinensia.
Dalam anamnesis juga dievaluasi mengenai pola asupan cairan pasien, obat-
obatan yang diminum (diuretik, psikotropik, antikolinergik), penyakit-penyakit
tertentu (diabetes mellitus, strok, demensia, dsb) dangejala yang berkaitan
dengan saluranurin (disuria, gangguan berkemih).
Semua waktu berkemih dan jumlah urin, serta kejadian inkontinensia urin
perlu dicatat selama 2-7 hari. Catatan ini dapat memberikan kunci diagnostik
yang berharga. Sebagai contoh, inkontinensia yang terjadi hanya antara jam 8.00
sampai siang hari mungkin disebabkan oleh diuretik yang diminum pagi hari.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan abdomen, rectum, dan genital
untuk mencari adanya pembesaran kandung kemih atau prostat atau gangguan
saraf sacrum. Pada pasien usila yang sudah renta/rapuh perlu diperhatikan
status mobilitas dan status mentalnya karena berkaitan dengan terjadinya
inkontinensia urin. Terabanya kandung kemih pada pemeriksaan fisik mungkin
menunjukkan adanya inkontinensia overflow akibat dari obstruksi kandung
kemih atau tidak berkontraksinya kandung kemih. Sistokel yang besar
menunjukkan adanya inkontinensia stress, hipestesia perianal menunjukkan
inkontinensia overflow akibat denervasi sakral. Adanya parkinsonisme atau
riwayat strok mengarahkan kemungkinan suatu inkontinensia urgensi akibat
ketidakstabilan kandung kemih.
Pendekatan berikut mungkin relative tidak invasif, akurat, hemat biaya
dan ditoleransi dengan baik. Tahap pertama adalah mengidentifikasi adanya
inkontinensia urin tipe overflow (sisa air kemih lebih atau sama dengan 450 ml),
bila sesuai secara klinis, pasien dapat dirujuk keahliurologi dan dapat
dikateterisasi. Untuk 90-95% pasien sisanya tergantung jenis kelamin pasien.
Karena obstruksi jarang terjadi pada pasien wanita, diagnosis banding umumnya
antara inkontinensia stress atau over aktivitas detrusor. Kebocoran akibat stress
atau tekanan harus dicari selama pemeriksaan dengan mengajukan pertanyaan
kepada pasien, bila pasien usila wanita tersebut merasakan bahwa kandung
kemihnya penuh, diminta untuk beristirahat dan batuk dengan kuat segera
sehingga kebocoran dapat segera diamati. Tidak hanya kebocoran yang teratur
pada saat dilakukan stress maneuvers merupakan bukti yang kuat bahwa bukan
suatu inkontinensia stress.
Pada pria, inkontinensia urin tipe stress jarang dijumpai. Masalah yang
biasanya dijumpai adalah membedakan overaktivitas detrusor dengan obstruksi.
Tahapan berikutnya adalah mencari kemungkinan adanya hidronefrosis pada
pria dengan sisa urin melebihi 200 ml, dan merujuknya atau mengosongkan
kandung kemih (dekompresi). Bila hidronefrosis tidak dijumpai namun terdapat
obstruksi, pasien tetap dirujuk untuk menjalani kemungkinan tindakan
pembedahan. Untuk yang lain, pada pasien-pasien dengan gejala inkontinensia
urgensi diduga karena overaktivitas detrusor dapat diberi pengobatan. Obat-obat
untuk merelaksasi kandung kemih seyogyanya dihindari pada pasien dengan sisa
urin 150 ml atau lebih. Pendekatan yang sama juga disarankan pada pasien
dengan gangguan kognitif yang dapat diamati secara dekat. Pasien usila pria
tanpa inkontinensia urgensi yang gagal dengan terapi empiris, dan yang
terganggu fungsi kognitifnya harus dirujuk.

6. Tipe inkontinensia urin
11

Mengetahui penyebab inkontinensia sangat penting untuk pengelolaan
yang tepat, pertama-tama harus diusahakan membedakan apakah penyebab
inkontinensia berasal dari:
a. Kelainan urologik ; misalnya radang, batu, tumor, divertikel.
b. Kelainan neurologik ; misalnya stroke, trauma pada medulla spinalis,
demensia dll
c. Lain-lain ; misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang
tidak memadai/jauh dan sebagainya.
Kemudian harus diteliti lagi apakah :
1. Inkontinensia terjadi secara akut, yang biasanya reversibel. Inkontinensia
yang terjadi secara akut ini, terjadi secara mendadak, biasanya berkaitan
dengan sakit yang sedang diderita atau masalah obat-obatan yang
digunakan(iatrogenik). Inkontinensia akan membaik, bila penyakit akut yang
diderita sembuh atau obat penyebab dihentikan.
2. Inkontinensia yang menetap/kronik/persisten, tidak berkaitan dengan
penyakit-penyakit akut ataupun obat-obatan, dan inkontinensia ini
berlangsung lama.
Dari skenario inkontinensia pada pasien ini bisa karena inkontinensia
terjadi secara akut dan juga bisa karena inkontinensia yang menetap. hal
tersebut bisa terjadi karena :
Inkontinensia terjadi secara akut berkaitan dengan :
Pharmaceuticals : obat-obatan merupakan salah satu penyebab utama dari
inkontinensia yang sementara, misalnya diuritika,
antikolinergik, psikotropik, analgesik opioid, alfa bloker
pada wanita, alfa agonis pada pria, dan penghambat
kalsium.
Psychologic factors : depresi berat dengan retardasi psikomotor dapat
menurunkan atau motivasi untuk mencapai tempat
berkemih
Excess urine output : pengeluaran urin berlebihan dapat melampaui
kemampuan orang usia lanjut mencapai kamar kecil.
Selain obat-obatan deuritika, penyebab lain yang sering
misalnya pengobatan gagal jantung, gangguan metabolik
seperti hiperglikemia ataupun terlalu banyak minum.
Restricted mobility : hambatan mobilisasi untuk mencapai tempat berkemih,
bila mobilitas belum dapat ditingkatkan, penyediaan
urinal atau komodo dapat memperbaiki inkontinensia.
Penyebab-penyebab ini sering menyebabkan inkontinensia sementara, biarpun
bila tidak dikenali dan diobati dapat menjadi inkontinensia berkelanjutan atau
persisten.
Untuk inkontinensia menetap berkaitan dengan:
Aktifitas detrusor yang menurun (inkontinensia tipe overflow/luapan) :
inkontinensia ini paling jarang dijumpai.dapat idiopatik, atau akibat gangguan
persyarafan sacrum (neurologik bladder). Bila mengakibatkan inkontinensi,
ditandai dengan sedikit berkemih, malam hari lebih sering, dengan jumlah urin
sedikit-sedikit/kecil. Sisa urin residu setelah berkemih (biasanya sekita 450 cc).
Dari skenario diketahui bahwa pasien ini mengeluhkan buang air kecil yang
sedikit sedikit dan merasa tidak puas setelah berkemih. hal tersebut berkenaan
dengan aktivitas detrusor yang melemah dan sisa residu urin setelah berkemih
yang masih banyak terdapat dalam kandung kemih, hal tersebut yang
kemungkinan dirasakan pasien tidak puas setelah berkemih.
Secara umum, dengan bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih
menurun. sisa urin dalam kandung kemih, setiap selesai berkemih cenderung
meningkat dan kontraksi otot-otot kandung kemih yang tidak teratur makin
sering terjadi. kontraksi-kontraksi involunter ini ditemukan pada 40-75% orang
lanjut usia yang mengalami inkontinensia.
Tipe fungisional
Inkontinensia urin tipe fungsional ditandai dengan keluarnya urin secara
dini, akibat ketidakmampuan mencapai tempat berkemih karena gangguan fisik
atau kognitif maupun macam-macam hambatan situasi/lingkungan yang lain,
sebelum siap untuk berkemih. faktor-faktor psikologi seperti marah, depresi juga
dapat menyebabkan inkontinensia tipe fungsional ini.
Berkenaan dengan skenario, pasien ini juga mengeluhkan lututnya yang
sering sakit dan bengkak sehingga menyulitkan dalam bobilitas menuju kamar
kecil, dan juga setahun terakhir pasien ini pembawaannya selalu marah, yang
kemungkinan dapat memperparah keadaan inkontinensia tipe fungsional pada
pasien.
Macammacam inkontinensia ini dapat terjadi pada satu penderita secara
bersamaan, sehingga membawa dampak juga pada strategi pengelolaanya (kane
dkk.;whitehead)
Dari semua tipe yang dijelaskan diatas kemungkinan besar inkontinensia
terjadi karena aktifitas detrusor yang menurun (inkontinensia tipe
overflow/luapan), hal tersebut karena pasien sangat mengeluhakan berkemih
yang sedikit-sedikit dan merasa tidak puas setelah berkemih.


7. Hubungan perubahan kepribadian dengan inkontinensia urin
12

Proses penuaan pada seseorang sudah berlangsung sejak
pembuahan/konsepsi sampai pada saat kematian, yang akan dipengaruhi oleh:
Kultur dan Etnik
Genetik
Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran
Pertumbuhan dan maturasi
Lingkungan
Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ didalam
tubuh seperti sistem Gastro Intestinal, Sistem Genito Urinari, Sistem Endokrin,
Sistem Immunologis Sistem serebrovaskulair dan Sistem saraf pusat,
cardiovaskulair dsb.
Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari tingkat molekuler terjadi
Chemical deterioration, enzim terjadi Enzyme synthesis/denaturation,
chromatin/histones terjadi Differential expression of genes, sampai pada
struktur dan fungsi organ otak akibat dari perubahan tersebut maka
konsekwensinya kemungkinan terjadi penurunan cerebral metabolic rate for
glocose pada daerah tertentu, penurunan cerebral blood flow pada daerah
tertentu, modifikasi selektif dari metabolisme neurotransmitter, nampak adanya
plaque dan neurofiblary tangles, intraneuronal lipofusion, secara selektif
deteroriasi axon, dendrit dan sinaps, selektif dan regional neuronall loss,
pembesaran ventrikel sampai akhirnya pada atropi dari pada otak. Berat otak
mengalami kekurangan 7% dari berat sebelumnya.
Akibat diatas maka fenomena yang muncul adalah adanya perubahan
Struktural dan fisiologis, kemampuan sensoris, insomnia, personaliti, gangguan
seksual dan gangguan kognitif perubahan ini bisa primer atau sekunder.
Sehingga bisa menimbulkan berbagai gangguan jiwa seperti depresi, kecemasan
dan psikotik dan gangguan saraf dementia, delirium, parkinson dsb.

8. Hubungan pengobatan yang dilakukan dengan inkontinensia urin
13,14

Sebagian besar penderita inkontinensia adalah wanita. Pria lebih jarang
mengalami gangguan ini, kecuali pada mereka yang telah menjalani operasi
prostat. Banyak faktor pemicu inkontinensia pada orang dewasa, di antaranya
yang paling umum adalah akibat kehamilan dan melahirkan. Hal ini biasanya
disebabkan adanya perubahan otot di dasar panggul. Selain itu, konsumsi obat-
obatan tertentu setiap hari juga dapat memicu inkontinensia. Berikut adalah
tujuh pengobatan yang mungkin dapat menyebabkan inkontinensia:
1. Obat hipertensi
Orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan mengonsumsi obat
hipertensi seperti jenis alpha-blocker seperti doxazosin mesylate, prazosin
hidroklorida, terazosin hydrochloride, mungkin berisiko mengalami
inkontinensia. Mengapa? Karena alpha-blocker bekerja untuk menurunkan
tekanan darah dengan mengendurkan dinding pembuluh darah. Masalahnya,
obat ini ternyata juga mengendurkan kandung kemih bersamaan dengan
pembuluh darah. Hal ini membuat Anda rentan terhadap stres inkontinensia,
yang memungkinkan urin keluar tanpa sengaja ketika Anda bersin, batuk,
tertawa, berlari, atau melompat.
2. Antidepresan dan obat mental lainnya
Seperti obat dengan efek antikolinergik, yang berarti obat yang
menghambat neurotransmitter seperti nortriptylene, amitriptyline, desipramine,
benztropine, haloperidol dan risperidone.Obat-obatan tersebut mempengaruhi
elastisitas kandung kemih sehingga urin terus memasuki kandung kemih, yang
menyebabkan inkontinensia.
3. Diuretik
Berbagai macam obat diuretik dengan nama merek Bumex, Lasix,
Aldactone atau jenis generik seperti bumetanide, spironolactone, furosemid,
teofilin, dan semua jenis "thalazides" (seperti hydrochlorothiazide), adalah obat
lini pertama yang paling sering diresepkan untuk hipertensi. Namun obat ini
diketahui juga dapat memicu inkontinensia.
Obat-obatan diuretik dapat merangsang ginjal untuk membuang
kelebihan air dan garam dari dalam tubuh. Karena tubuh memproduksi lebih
banyak urin, hal ini membuat adanya peningkatan tekanan pada kandung kemih.
4. Dekongestan dan antihistamin
Obat dengan kandungan zat aktif seperti pseudoefedrin,
diphenhydramine juga dapat merangsang anda untuk mengompol.
Cara kerja: Dekongestan yang mengandung pseudoefedrin dapat memicu
kontraksi sfingter uretra, menyebabkan retensi urin, yang pada wanita sering
disertai dengan inkontinensia overflow mendadak. Namun, pada pria yang
memiliki kebocoran setelah operasi prostat, konsumsi obat Sudafed justru dapat
menekan otot-otot kandung kemih, sehingga mencegah kebocoran. Beberapa
jenis antihistamin juga dapat membuat Anda mengantuk, yang dapat
menyebabkan inkontinensia pada orang tua khususnya.
5. Obat penenang dan obat tidur
Beberapa obat penenang atau tidur seperti Ativan, Valium, Dalmane,
Lunesta, Ambien, diazepam, flurazepam, lorazepam, eszopiclone dan zolpidem
dapat menjadi pemicu terjadinya inkontinensia.
Cara kerja: Konsumsi obat sedatif dapat memperlambat refleks Anda,
sehingga Anda tidak mengenali sinyal bahwa sudah waktunya untuk pergi ke
kamar mandi. Kebiasaan mengompol mempengaruhi sekitar 10 persen orang
dengan inkontinensia, dan para ahli memperkirakan bahwa konsumsi obat tidur
turut berkontribusi dalam memicu hal tersebut.
6. Obat penghilang rasa sakit
Setiap obat penghilang rasa sakit berbahan dasar opium dapat
mengganggu kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi penuh. Hal ini
dapat menyebabkan retensi urin dan inkontinensia overflow.
Proses berkemih berlangsung dibawah control dan koordinasi sistem
saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi di daerah sakrum. Sensasi pertama ingin
berkemih timbul saat volume kandung kemih atau vesica urinaria (VU) mencapai
antara 150-350 ml. Kapasitas VU normal bervariasi sekitar 300-600 ml. Bila
proses berkemih terjadi, otot-otot detrusor VU berkontraksi, diikuti relaksasi dari
sfingter dan uretra. Tekanan dari otot detrusor meningkat melebihi tahanan dari
muara uretra dan urin akan memancar keluar. Sfingter uretra eksternal dan otot
dasar panggul berada di bawah control volunter dan disuplai oleh saraf
pudendal, sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra internal
berada di bawah kontrol sistem saraf otonom, yang mungkin dimodulasi oleh
korteks otak. Proses berkemih diatur oleh pusat refleks kemih di daerah sakrum.
Jaras aferen lewat persarafan somatik dan otonom membawa informasi tentang
isi VU ke medulla spinalis sesuai pengisian VU. Ketika VU mulai terisi urin,
rangsang saraf diteruskan melalui saraf pelvis dan medulla spinalis ke pusat saraf
kortikal dan subkortikal. Pusat subkortikal (pada ganglia basal dan cerebellum)
menyebabkan VU relaksasi sehingga dapat mengisi tanpa menyebabkan
seseorang mengalami desakan untuk berkemih. Ketika pengisian VU berlanjut,
rasa penggembungan VU disadari, dan pusat kortikal (pada lobus frontalis)
bekerja menghambat pengeluaran urin. Gangguan pada pusat kortikal dan
subkortikal karena obat atau penyakit dapat mengurangi kemampuan menunda
pengeluaran urin.
Ketika terjadi desakan berkemih, rangsang dari korteks disalurkan melalui
medulla spinalis dan saraf pelvis ke otot detrusor. Aksi kolinergik dari saraf pelvis
kemudian menyebabkan otot detrusor berkontraksi. Kontraksi otot detrusor
tidak hanya tergantung pada inervasi kolinergik, namun juga mengandung
reseptor prostaglandin. Karena itu, prostaglandin-inhibiting drugs dapat
mengganggu kontraksi detrusor. Kontraksi VU juga calcium-channel dependent,
karena itu calcium-channel blockers dapat mengganggu kontraksi VU.
Interferensi aktivitas kolinergik saraf pelvis menyebabkan pengurangan
kontraktilitas.
Aktivitas adrenergik-alfa menyebabkan sfingter uretra berkontraksi.
Karena itu, pengobatan dengan agonis adrenergik-alfa (pseudoefedrin) dapat
memperkuat kontraksi sfingter, sedangkan zat alpha-blocking dapat mengganggu
penutupan sfingter. Inervasi adrenergik-beta merelaksasi sfingter uretra. Karena
itu zat beta-adrenergic blocking (propanolol) dapat mengganggu dengan
menyebabkan relaksasi uretra dan melepaskan aktifitas kontraktil adrenergic-
alpha.
Mekanisme sfingter berkemih memerlukan angulasi yang tepat antara
uretra dan VU. Fungsi sfingter uretra normal juga tergantung pada posisi yang
tepat dari uretra sehingga dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen secara
efektif ditransmisikan ke uretra. Bila uretra di posisi yang tepat, urin tidak akan
pada saat terdapat tekanan atau batuk yang meningkatkan tekanan intra-
abdomen.
Mekanisme dasar proses berkemih diatur oleh berbagai refleks pada
pusat berkemih. Pada fase pengisian, terjadi peningkatan aktivitas saraf otonom
simpatis yang mengakibatkan penutupan leher VU, relaksasi dinding VU, serta
penghambatan aktivitas parasimpatis dan mempertahankan inervasi somatik
pada otot dasar panggul. Pada fase pengosongan, aktivitas simpatis dan somatik
menurun, sedangkan parasimpatis meningkat sehingga terjadi kontraksi otot
detrusor dan pembukaan leher VU. Proses refleks ini dipengaruhi oleh sistem
saraf yang lebih tinggi yaitu batang otak, korteks serebri dan serebelum. Peranan
korteks serebri adalah menghambat, sedangkan batak otak dan supra spinal
memfalisitasi.
Obat-obat yang kemungkinan dikonsumsi oleh pasien antara lain diuretik
dan calcium channel blocker untuk menangani penyakit jantung dan Analgesik
Opioid untuk menangani nyeri pada rematik. Diuretik merupakan salah satu obat
dalam menangani penyakit jantung, namun kerja obat tersebut meningkatkan
absorbsi di tubulus ginjal sehingga kecepatan produksi urin pun meningkat. Pada
pasien yang juga memiliki riwayat stroke, muskulus detrusor pada kandung
kemih mengalami kelemahan akibat serangan stroke. Oleh karena itu lemahnya
muskulus detrusor ditambah peningkatan produksi urin semakin mempermudah
pasien untuk berkemih tanpa disadari. Sedangkan Calcium Channel Blocker yang
juga merupakan salah satu terapi medikamentosa pada penyakit jantung
memiliki efek samping relaksasi otot kandung kemih, sehingga pada saat
kandung kemih penuh, tidak ada kontraksi yang menahan aliran urin keluar
melalui urethra. Begitupula dengan Analgesik Opioid, obat ini berefek pada
peningktan kontraksi kandung kemih dan ureter dan juga berefek pada berkemih
tanpa disadari.

9. Hubungan riwayat stroke dengan keluhan pasien
15,16

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian. Inkontinensia setelah stroke kadang-
kadang terjadi pada pasien afasia (gangguan fungsi bicara) karena pasien tidak
dapat menyampaikan keinginannya atau akibat gangguan pergerakan berat yang
menyebabkan penderita terlambat menuju kamar mandi, ketidakmampuan
untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan
postural atau karena lokasi kelainan di otak.
Peran susunan saraf autonom perifer dalam mengatur dan memelihara
kehidupan vegetatif jelas sekali. Pelaksanaan tugasnya berjalan secara
reflektorik. Lagi pula, mekanisme proses reflektorik tersebut beroperasi
terutama secara segmental dan sebagian terpengaruh oleh busur refleks
suprasegmental dan supraspinal.
Pada kandung kemih dan uretra, kedua-duanya menerima persarafan
sipmpatik dan parasimpatik. Ganglion-ganglion kedua komponen susunan
autonom itu terletak di dekat bangunan yang dipersarafinya. Serabut-serabut
postganglionar kedua komponen saraf autonom itu tiba pada arget organ
melalui dinding pembuluh darah. Peran simpatetik bersifat inhibisi terhadap
pengaruh eksitasi dari komponen parasimpatetik. Yang aktif dalam kontraksi otot
detrusor kandung seni ialah komponen parasimpatik. Pusat parasimpatik pada S3
dan S4 adalah yang paling penting dalam penggalakan otot detrusor kandung
kemih.

Miksi (kencing) merupakan suatu refleks yang mempunyai busur refleks
supraspinal dan segmental-intraspinal. Penuhnya kandung kemih terasa karena
lintasan asendens menyalurkan impuls yang dicetuskan oleh serabut efferent
perifer akibat teregangnya otot detrusor. Tibanya impuls tersebut di korteks
serebri memerlukan kesadaran akan penuhnya kandung kemih. Terputusnya
lintasan impuls tersebut akan menghilangkan perasaan ingin kencing, yang
sewajarnya timbul jika kandung kemih penug. Kelanjutan dari keadaan demikian
ialah inkontinensia melimpah keluar (overflow incontinence).

Pada para penderita dengan lesi di medulla spinalis di atas conus
medularis yang sudah menahun, kandung kemih dapat dikosongkan dengan jalan
perangsangan pada daerah os pubis dan lipatan inguinal. Ada kalanya miksi
timbul sewaktu kedua tungkai bergerak secara involuntary. Oleh karena itu
kandung kemih semacam itu dinamakan kandung kemih automatic.
Pengosongan secara reflektorik itu dapat dilaksanakan kerana busur refleks
spinal yang terletak di conus medullaris masih utuh. Lain halnya dengan lesi di
conus medullaris. Refleks miksi spinal sudah tidak mungkin sehingga
pengosongan kandung kemih harus dilaksanakan dengan penekanan suprapubik,
secara terus-menerus sampai air seni yang terkandung dikeluarkan semuanya.
Karena busur refleks terputus oleh lesi di conus medularis atau saraf S3 dan S4,
maka tonus kandung kemih hilang dan kandung kemih semacam itu dinamakan
kandung kemih atonik. Akibat keadaan tersebut ialah residu air seni setelah
pengosongan dengan jalan penekanan supra pubik, masih cukup besar. Lama-
kelamaan sfingter menjadi longgar dan timbullah inkontinensia.

Baik inkontinensia kandung kemih atonik maupun kandung kemih
automatic, merupakan kelanjutan dari keadaan pada mana kandung kemih
tidak dapat dikosongkan, yang dikenal dalam klinik sebagai retensi urine. Itu
yang harus dibuka pada waktu otot detrusor berkontraksi untuk mengeluarkan
air seni adalah otot sfingter internus dan eksternus. Aktivitas parasimpatik
menggiatkan otot detrusor, tetapi sekaligus melemaskan otot sfingter internus.
Pintu terdepan dari kandung kemih ialah otot sfinter eksternus yang bisa
menutup dan membuka atas kemauan. Saraf yang mempersarafi otot sfingter
eksternus adalah saraf motorik somatic (nervus pudendus S1, S2). Lesi pada saraf
somatomotorik tersebut menimbulkan inkontinensia. Keadaan ini sering terjadi
setelah partus pada mana otot sfingter eksternus atau saraf pudendus
mengalami jejas.
10. Penatalaksanaan inkontinensia urin
17,18

Penanganan awal yang diberikan pada pasien sesuai dengan kasus yakni
dengan pemasangan kateter. Ada 3 cara pemasangan kateter pada inkontinensia
urin:
1. Kateterisasi luar
pada laki-laki dengan memakai sistem keteter-kondom. efek samping
yang ditimbulkan adalah iritasi kulit, dan sering lepas. ini digunakan terutama
pada penderita retensi urin dan mobilitasnya masih baik.
2. Kateterisasi intermitten
di gunakan terutama pada wanita usia lanjut. frekuensi pemasangannya
2-4 x sehari, dengan sangat memperhatikan sterilitas dan teknik prosedurnya.
3. Kateterisasi secara menetap:
diindikasikan pada dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena
adanya inkontinensia urin. komplikasi: batu saluran kemih, abses ginjal, bahkan
keganasan.
Pengelolahan inkontinensia akan cukup baikm hasilnya jika factor yang
berpengaruh diperhatikan, dan tipe inkontinensia dapat diketahui dan di ketahui
factor pencetusnya.
metode pengobatan inkontinensia urin ada tiga:
1. teknik latihan perilaku (Behavioral Training) yang mempelajari cara untuk
megontrol kandung kemih dan otot-otot sfringter dengan latihan
kandung kemih (bladder training) cara latihan otot dasar panggul (pelvic
floor exercise). dengan menggunkan metode ini banyak penderita
inkontinensia tertolong dan tanpa adanya resiko pengobatan.
2. obat-obatan
3. Pembedahan: 76%-92% penderita yang membutuhkan operasi dapat
sembuh, (Finerty, 2003).

TEKNIK LATIHAN PERILAKU
A. Latihan kandung kemih
Latihan kandung kemih mengikuti suatu jadwal yang ketat untuk ke
kamar kecil/berkemih. jadwal dimulai dengan ke kamar kecil tiap dua
jam, dan waktunya makin ditingkatkan. Makin lama waktu yang dicapai
untuk berkemih, makin memberikan peningkatan control terhadap
kandung kemih. latihan kandung kemih terbukti efektif untuk
inkontinensia tipe strees dan urgensi.
B. Latihan menahan dorongan untuk berkemih
Cara yang dilkukan adalah:
- Berdiri tenang atau duduk diam, lebih baik jika kaki disilangkan. tindakan
ini memcegah dorongan berlebih dari kandung kemih.
- tarik nafas teratur dan rileks
- kontraksikan otot-otot dasar panggul beberapa kali. ini akan menutup
uretra dan menenangkan kandung kemih
- alihkan perhatian ke yang lain, untuk melupakan dorongan untuk
berkemih
- bila rangsangan berkemih sudah menurun, jangan ke toilet jika belum
waktu untuk berkemih.
C. Latihan otot dasar panggul
Menurut penelitian, latihan otot dasar panggul untuk wanita terbukti
dengan macam-macam tipe inkontinensia. Otot pelvis, seperti otot-otot
yang lain dapat menjadi lemah. latihan ini bertujuan untuk melatih otot
yang lemah di sekitar kandung kemih. untuk identifikasi otot yang harus
dilatih, bayangkan saja kita untuk tidak flatus. otot yang kita pakai untuk
menahan flatus adalah otot yang ingin kita latih.
OBAT-OBATAN
Jenis Obat Mekanisme Tipe
inkontinensia
Efek
samping
Nama obat dan dosis
Antikolinergik
dan
antispasmodic
- meningkatkan
kapasits VU.
- mengurangi
involunter VU
Urgensi/stress
dgn instabilitas
detrusor atau
hiperfleksia
Mulut
kering,
konstipasi,
delirium,
penglihatn
kabur,
- Oksibutinin 2,5-5 mg
tid
- Tolterodin 2 mg bid
- Propanthelin 15-30
mg tid
- dicyclomine 10-20 mg
- Imipramin 10-50 mg
tid
Adrenergik
agonis
Meningkatken
kontraksi oto
polos uretra
Tipe stress dgn
kelemahan
sfringter
Sakit
kepala,
takikardi,
TD
meningkat
- Pseudoefedrin 15-
30 mg tid
- Phenylpropanolami
ne 75 mg bid
- Imipramin 10-50 mg
tid
Kolinergik
agonis
Menstimulasi
kontraksi Vu
Tipe overflow
dgn VU atonik
Bradikarsi,
hipotensi,
bronkokon
triksi,
sekresi
asam
lambung
Bethanechol 10-30 mg
tid
Adrenergik
antagonis
Merelaksasi otot
polos uretra dan
kapsul prostat
Tipe overflow,
urgensi yang
berhubungan
dgn
pembesaran
Hipotensi
postural
Terasozine 1-10
mg/hari
prostat

OPERATIF/ PEMBEDAHAN
Tindakan pembedahan yang dilakukan yakni Spinchterectomi, operasi prostat,
dan operasi prolaps rahim.
11. Perspektif islam dari skenario
19,20,21

Kebutuhan para lanjut usia (Lansia) tidak hanya terbatas pada perawatan
medis dan kesehatan. Namun kebutuhan sosial dan ekonomi mereka seperti
jaminan dan hak-hak-hak pensiunan, serta kebutuhan mental seperti perhatian
dan menjaga martabat mereka sangat lebih diperlukan. Sehingga para lanjut usia
selalu berada dalam kesehatan fisik dan mentalnya dengan baik

Dan (ingatlah wahai Muhammad), ketika Kami mengikat perjanjian setia
dengan Bani Israil (dengan berfirman): "Janganlah kamu menyembah melainkan
Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu-bapa, dan kaum kerabat, dan anak-
anak yatim, serta orang-orang miskin dan katakanlah kepada sesama manusia
perkataan-perkataan yang baik dan dirikanlah sembahyang serta berilah zakat".
Kemudian kamu berpaling membelakangkan (perjanjian setia kamu itu) kecuali
sebahagian kecil dari kamu dan sememangnya kamu orang-orang yang tidak
menghiraukan perjanjian setianya.

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri. (An-Nisa`: 36)
Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Isra : 23

Artinya :
Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
dia dan hendaklah berbuat baik ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaan, maka
jangan sekali-sekali engkau mengatakan kepada ke duanya perkataan Ah dan
janganlah engkau membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.
Surat Al-Isra : 24

Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah wahai tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku diwaktu kecil.

Jika dilihat dari Sisi Sahnya Ibadah Sholat (Terkait dengan Thoharah)
Di antara syarat sahnya shalat didalam islam adalah suci pakaian dan suci badan
dari hadats kecil maupun besar, sebagaimana firman Allah swt didalam surat al
Maidah :


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah
: 6)
Didalam surat al Mudatsir disebutkan :


Artinya : dan pakaianmu bersihkanlah. (QS. Al Mudatsir : 4)
Sunnah yang mulia telah menjelaskan tentang urgensi suci dari kencing
serta suci pakaian dan badan sebagaimana dianjurkan Rasulullah saw didalam
hadits yang diriwayatkan oleh Anas,Sucikan (dirimu) dari air kencing.
Juga yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata,Rasulullah saw
pernah melewati dua kuburan dan beliau saw bersada,Sesungguhnya kedua
orang ini sedang diadzab dan tidaklah mereka berdua didzab karena suatu dosa
besar. Adapun salah seorang dari mereka berdua diadzab karena suka mengadu
domba sedangkan yang lainnya (diadzab) karena tidak bersembunyi saat
kencing. Didalam riwayat lain disebutkan,Sedangkan yang lainnya karena tidak
bersuci dari air kencing.
Dari sini para ulama telah bersepakat bahwa wudhu batal disebabkan
keluarnya sesuatu dari lubang bagian depan maupun belakang (qubul dan dubur)
secara mutlakdidalam keadaan sehatnya. Dan apabila sesuatu itu keluar dalam
keadaan sakit seperti sering keluar air kencing (enuresis) sementara dirinya tidak
mampu menahannya maka orang ini mendapat pemaafan menurut pendapat
para fuqaha namun para fuqaha mewajibkan orang terseut setelah kencing dan
istinja atau membersihkan bagian tempat keluarnya air kencing agar menyumpal
dan membalutnya untuk menahan dari keluarnya air kencing sesuai dengan
kemampuannya. (Buhuts wa Fatawa Islamiyah juz I hal 122)
Athiyah Saqar menyebutkan pendapat para ulama didalam permasalahan ini :
1. Para ulama Syafii mengatakan bahwa apa yang keluar dikarenakan
enuresis maka diharuskan bagi orang itu untuk berusaha menjaganya
dengan menyumpal dan membalut tempat keluarnya itu. Dan apabila
setelah dia meyumpal dan membalutnya serta berwudhu kemudian
masih keluar sesuatu darinya maka hal ini tidaklah mengahalanginya
untuk diperbolehkannya melakukan shalat atau yang lainnya dengan
wudhu tersebut. Hal itu dengan syarat orang itu mendahulukan bersuci
(istinja) daripada berwudhu dan mengurutkan antara istinja, berwudhu
dan shalat. Dan perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan setelah
masuknya waktu shalat dan dibolehkan baginya melakukan shalat dengan
wudhu itu baik shalat fardhu ataupun nafilah jika dia menghendakinya
2. Para ulama Maliki mengatakan bahwa wudhu tidaklah batal dikarenakan
apa yang keluar saat ia sakit seperti enuresis dengan syarat hal itu terjadi
disebagian besar atau sebagian waktu shalat, tidak teratur dan tidak
memiliki kesanggupan untuk menghilangkannya dengan berobat atau
yang lainnya, inilah pendapat yang masyhur didalam madzhab Malik. Ada
pula pendapat yang mengatakan bahwa enuresis tidaklah membatalkan
wudhu akan tetapi dianjurkan bagi orang itu untuk berwudhu apabila hal
itu (keluarnya air kencing) tidak terjadi setiap waktu. Dan siapa saja
penderita enuresis yang memenuhi persyaratan seperti itu dianjurkan
baginya untuk berwudhu dan dibolehkan baginya melakukan shalat
dengan wudhunya itu sekehendaknya hingga wudhunya batal karena
sesuatu lain yang membatalkannya.
3. Para ulama Hanafi mengatakan bahwa siapa yang selalu mengeluarkan air
kencing, angin atau istihadhah maka orang itu termasuk yang dimaafkan
apabila hal itu terjadi sepanjang waktu shalat fardhu. Hendaklah orang itu
berwudhu di waktu setiap shalat dan melakukan shalat fardhu dan nafilah
sekehendaknya. Wudhunya batal dengan berakhirnya waktu shalat dan
terhadap orang yang mendapatkan pemaafan itu agar berusaha
semampunya mencegah keluarnya air kencing, angin atau istihadhah
tersebut.
4. Para ulama Hambali mengatakan bahwa wudhu seorang penderita
enuresis tidaklah batal dengan syarat orang itu mencuci tempat
keluarnya itu, membalutnya dengan baik, hadats itu berlangsung terus
dan wudhu itu dilakukan setelah masuk waktu shalat maka diperbolehkan
baginya untuk melakukan shalat dengan wudhunya itu baik shalat fardhu
maupun nafilah sekehendaknya. (Fatawa Al Azhar juz VIII hal 410)
Dengan demikian seringnya keluar air kencing yang sulit ditahan atau
dikendalikan menjadikan anda berada dalam kondisi darurat dan darurat
membolehkan sesuatu yang dilarang sesuai dengan takarannya dan tidak
berlebihan.
Untuk itu yang anda lakukan setiap masuk waktu shalat adalah :
1. Menyumpal dan membalut tempat keluarnya air kencing dengan kain suci
setelah anda buang air kecil dan membersihkannya.
2. Berwudhu setelah masuk waktu shalat dan wudhu ini berakhir dengan
masuknya waktu shalat berikutnya, artinya berwudhu setiap kali datang
waktu shalat.
3. Melakukan shalat fardhu dan nafilah sekehendak anda dengan wudhu
tersebut selama ia belum batal atau berakhir dengan masuknya waktu
shalat berikutnya
HAK-HAK ORANG YANG SUDAH TUA
Sesungguhnya orang yang sudah lanjut usia mempunyai hak-hak yang
harus diperhatikan. Islam sebagai agama yang sempurna berada di barisan paling
depan dalam memberi perhatian dan menjaga hak-hak mereka. NabiShallallahu
alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada
Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan
ahli Quran dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan
memuliakan para pemimpin yang berbuat adil.[1]
Perhatikanlah hadits diatas. Betapa besarnya hak orang yang sudah lanjut
usia. Betapa tinggi kedudukan mereka. Bahkan, Nabi juga berwasiat : Bukan
termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak-anak kecil dan tidak
menghormati orang-orang tua dari kami.[2]
Sabda Nabi bukan termasuk golongan kami menunjukkan bahwa orang
yang tidak menghormati orang yang sudah tua maka dia tidak mengikuti
petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak berada diatas jalan dan
sunnahnya.
Islam sebagai agama yang hanif dengan kelembutan dan perhatiannya
sangat memperhatikan orang-orang yang sudah berusia lanjut. Diantara bukti
tersebut ialah apa yang dikisahkan dalam riwayat berikut ini :
Tatkala Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tiba di kota Makkah dan duduk di
masjid, Abu Bakar datang bersama bapaknya menemui Rasulullah. Ketika
Rasulullah melihatnya maka beliau berkata kepada Abu Bakarradhiyallahu
anhu : Tidakkah engkau biarkan bapak ini tetap di rumahnya hingga aku
mendatanginya?
Abu Bakar menjawab, Wahai Rasulullah, dia lebih berhak datang
kepadamu daripada engkau yang datang kepadanya. Rawi berkata, Maka Abu
Bakar mendudukkan bapaknya di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengusap dadanya
dan berkata, Masuk Islamlah! Bapak tersebut akhirnya masuk Islam.[3]
Lihatlah bagaimana kalimat yang diucapkan oleh Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam begitu mengena dalam jiwanya. Apa yang terjadi? Apa pengaruhnya
dalam hati bapak tersebut? Demi Allah, hatinya sangat terbuka, bahagia untuk
menyambut seruan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Karena itu, dia segera
menerima ajakan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk masuk Islam tanpa
keraguan!
Bahkan, andaikan orang tua seseorang bukanlah muslim maka syariat
kita tetap menyerukan untuk menjaga haknya sekalipun dia mengajak anaknya
kepada kekafiran. Allah Taala berfirman : Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia yang baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-ku, kemudian
hanya kepada-Ku-lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (QS. Luqman [31] : 15).
Dalil-dalil dalam syariat yang mulia dari al-Quran dan Sunnah yang
menunjukkan perhatian terhadap hak-hak orang yang sudah lanjut usia sangatlah
banyak.

FAKTOR PENDUKUNG DALAM PELAKSANAANNYA
Ketika kita mendengar hak-hak ini dan mengetahui bahwa syariat Islam
menjaga hak orang yang sudah lanjut usia, perlu kita perhatikan beberapa
perkara yang hendaknya kita ingat dan kita hadirkan dalam dada ketika ingin
melaksanakan hak-hak tersebut, agar menjadi penolong dalam pelaksanaannya
dan kita tetap istiqamah dalam pelaksanaan hak tersebut. Sebab, inti dari
menerima peringatan adalah keadaan kita tetap baik dan istiqamah dalam
melaksanakan peringatan yang kita ketahui. Allah berfirman : Dan sesungguhnya
kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah
hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman
mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang
besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (QS.
An-Nisa *4+ : 66-68).
Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan hak-hak orang yang sudah
lanjut usia?
1. Perhatikan dalil-dalil yang memerintahkan untuk menaruh perhatian
terhadap hak-hak orang yang sudah lanjut usia. Sebab, hal itu akan
membantu dalam pelaksanaannya. Demi Allah, tidaklah ucapan
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Sesungguhnya termasuk pengagungan
kepada Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim
kecuali akan membangkitkan hati untuk semangat melaksanakan hak-hak
tersebut.
2. Memohon pertolongan kepada Allah Taala agar kita mampu melaksanakan
hak-hak ini karena tidak ada kemampuan kecuali dari Allah Taala. Bila kita
mendengar pintu-pintu kebaikan maka mohonlah kepada AllahTaala agar
kita mampu meraih kebaikan tersebut.
3. Mengingat akan manisnya buah dari pelaksanaan hak-hak tersebut. Sungguh
Allah Taala telah menyiapkan kebaikan yang besar dan nikmat yang banyak
di dunia dan akhirat bagi yang melaksanakan hak-hak ini. Perbuatan baik ini
akan meluaskan rezeki, memanjangkan umur, menjadikan kehidupan lebih
berkah, menghilangkan segala kesedihan dan penyakit, serta menghindarkan
dari musibah dan ujian. RasulullahShallallahu alaihi wa sallam bersabda
: Carikanlah untukku orang-orang yang lemah dari kalian, karena kalian
akan diberi rezeki dan ditolong dengan sebab orang-orang yang lemah di
antara kalian.[4]
4. Ingatlah sebuah kaidah dalam agama ini bahwa sebagaimana engkau
beramal maka demikian pula kamu akan dibalas. Perbuatan baik balasannya
adalah kebaikan dan perbuatan jelek balasannya pun adalah kejelekan.
Apabila engkau menjaga hak-hak orang yang sudah lanjut usia dan
memperhatikannya maka demikian pula nanti ketika engkau telah berusia
lanjut hak-hakmu akan terjaga.
5. Melihat perjalanan kehidupan yang penuh berkah dari kalangan salaf, dari
adab mereka bersama orang yg sudah tua, penghormatan mereka, perhatian
dan pemuliaan mereka kepada orang yg sudh lanjut usia, hal ini akan
menjadi kisah dan suri teladan yang baik.

HAK-HAK ORANG YANG SUDAH TUA DALAM ISLAM
a. Menghormatinya
Sebagaimana Rasulullah mengatakan : dan menghormati orang-orang
tua dari kami.[5]
Ini adalah kalimat yang agung mengandung makna yang tinggi; bahwa
orang yang tua dihormati, hingga hal ini akan mengambil hatinya dan
menyenangkan jiwanya. Sebab, orang yang sudah tua pantas untuk dihormati.
Yang dimaksud menghormati orang yang tua adalah dalam hatimu ada rasa
penghormatan dan pengagungan terhadap mereka, engkau mengetahui
kedudukannya; dan inilah salah satu hak dari hak-hak mereka.
b. Memuliakannya
Sebagaimana hadits yang sudah kami sebutkan : Sesungguhnya
termasuk pengagungan kepada Allah adalah memuliakan orang sudah beruban
lagi muslim.[6]
Memuliakannya dengan cara membaguskan panggilan kepada mereka,
membaguskan cara bergaul dengan mereka, dan menampakkan kecintaan
kepada mereka.
c. Engkau memulai salam kepadanya
Sebagaimana hadits yang berbunyi : Hendaknya org yg kecil memberi
salam kepada yg lebih besar, orang yang berjalan kepada yang duduk, dan yang
sedikit kepada yg banyak.[7]
Apabila engkau berjumpa dengan orang tua maka jangan menunda untuk
memulai salam kepadanya. Akan tetapi, segeralah memberi salam dengan penuh
adab dan penghormatan. Dan perhatikan juga kondisi usia tuanya, jika
pendengarannya masih sehat maka ucapkanlah salam dengan suara yang dia
dengar dan tidak menyakitinya, dan jika pendengarannya sudah berkurang maka
perhatikan pula kondisinya.
d. Jika engkau berbicara maka lembutkanlah suaramu
Jika engkau berbicara kepada orang yang sudah tua, maka bicaralah
dengan suara yang lembut. Panggilah dengan panggilan yang penuh
penghormatan dan pemuliaan, seperti wahai pamanku dan selainnya. Abu
Umamah bin Sahl berkata, Kami pernah shalat Zhuhur bersama Umar bin Abdul
Aziz, kemudian kami keluar hingga menemui Anas bin Malik radhiyallahu
anhu sedang dia shalat Ashar. Aku berkata,Wahai pamanku, shalat apa yang
baru saja engkau kerjakan? Anas menjawab, Ini shalat Ashar, dan inilah shalat
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dahulu kami pernah shalat
bersamanya.[8]
e. Mendahulukannya dalam berbicara
Juga mendahulukannya dalam perkumpulan, mendahulukan dalam hal
makan, dalam hal masuk; dan hal ini termasuk hak mereka. Rasulullah sendiri
pernah bersabda dalam kisah yang panjang : Dahulukanlah orang yang tua,
dahulukannya orang yang tua.[9]
f. Perhatikan kesehatannya
Yaitu dengan memberi perhatian pada badan dan kesehatannya yang
semakin lemah karena dimakan usia. Dan hal ini adalah ketentuan yang tak dapat
ditolak. Allah berfirman : Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan
lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. ar-Rum [30] : 54).
Dengan demikian, termasuk hak yang seharusnya engkau tunaikan adalah
memperhatikan kesehatannya. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat
lemah, lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebagian orang yang sudah
tua, perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka engkau
harus perhatian juga. Dan termasuk perkara yang menyedihkan, ada sebagian
anak sudah berbuat baik kepada orang tuanya yang sudah lanjut usia, tetapi
kemudian dia merasa bosan hingga pada akhirnya dia tidak lagi berbuat baik
kepada orang tuanya, bahkan sampai ada yang membawa orang tuanya yang
sudah jompo ke tempat penitipan, tempat orang-orang tua dan
jompo! Naudzubillahi min dzalika.
g. Mendoakan kebaikan
Hendaknya engkau selalu mendoakan kebaikan kepada mereka agar tetap di
dalam ketaatan, tetap mendapat taufik, tetap mendapat penjagaan Allah.
Hendaknya engkau pun mendoakan mereka agar tetap sehat walafiat, hidup
dengan tenang, dan agar mereka termasuk orang-orang yang disabdakan oleh
Nabi: Orang yang panjang umurnya dan bagus amalannya.[10]
h. Kebaikan orang tua tidak ada bandingannya
Ketahuilah, betapa pun besarnya kebaikan yang engkau berikan kepada orang
tuamu belum sebanding dengan kebaikan mereka dan belum bisa membalas
jasa-jasa mereka. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallambersabda, Anak tidak
akan bisa membalas jasa orang tuanya, kecuali jika orang tuanya itu adalah
seorang budak yang kemudian dia beli dan dia bebaskan.
Inilah sebagian hak-hak yang selayaknya dijaga seorang muslim. Dan inilah
sebagian peringatan tentang pembahasan ini.[]
Disarikan secara bebas oleh Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman dari
kitab Huquq Kibaar as-Sinn fil Islam,
karya: Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafidhaumullah dengan
peringkasan oleh penulis.




Daftar Pustaka
1
Aging (life cycle). Available at : http://en.wikipedia.org/wiki/aging process.
2
Aging Process. Available at : http: //www.the rubins.com/aging/precess htm
3
Curriculum Module on the Aging Process. Available at :
http://en.wikipedia.org./wiki/aging process
4
Kumar V, Cotran R.S, Robbin S.L, Basic Pathology, 84. Kumar V, Cotran R.S,
5
Robbin S.L, Basic Pathology, 8
th
ed, Saunders, Philadelphia, 2007 ; 28-30
6
Darmojo boedhi. Buku Ajar Geriatri edisi ke-4. Jakarta : FK-UI. 2011
7
WF Ganong. Buku Ajar Fisisologi kedokteran. 2005. Edisi 22. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
8
Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.1996. Jakarta :
Penerbit Buku Pedokteran EGC
9
http://gustomoridho.wordpress.com/2012/05/25/askep-inkintinensia-urin/
10
Palmer RM. Ambulatory Management of Urinary Incontinence in The
Elderly. Geriatrics 1990; 45: 61-6.
11
Darmojo boedhi. Buku Ajar Geriatri edisi ke-4. Jakarta : FK-UI. 2011
12
Darmojo boedhi. Buku Ajar Geriatri edisi ke-4. Jakarta : FK-UI. 2011
13
http://sampahtutorial.blogspot.com/2011/03/geriatri-inkontinensia.html
14
http://ashraf-sahih-haza.scriptintermedia.com/index.php/artikel/410-7-
jenis-obat-yang-bisa-bikin-anda-mengompol
15
Mardjono, Mahar. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
16
http://becomehealth.blogspot.com/favicon.ico
17
Darmojo boedhi. Buku Ajar Geriatri edisi ke-4. Jakarta : FK-UI. 2011
18
.Gunawan, sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta : FK UI 2009
19
Al-Quran
20
Artikel: http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/
21
Sumber: Majalah AL-FURQON edisi 10 thn. 11 jumadil Ula 1433H

You might also like