You are on page 1of 31

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anemia
a. Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit)
menurun atau menurunnya haemoglobin, sehingga kapasitas daya
angkut oksigen untuk kebutuhan organ organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. (Tarwoto, 2007)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr/dl pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Menurut Depkes (2001) anemia dibagi menjadi dua derajat yaitu
anemia sedang bila kadar Hb 8-11 gr% dan anemia berat bila kadar Hb
kurang dari 8 gr/dl. Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO
tahun 1998 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (11 gr/dl),
anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar
haemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar
haemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
8
b. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Menurut Istiarti (2000) menyatakan bahwa perilaku seseorang
dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial
ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara berkembang
diperkirakan menderita anemia dibanding di negara maju yaitu
hanya 14 %.
b) Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya media
masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media
poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000).
Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg
sehari pada trimester I dan meningkat tajam selama trimester
III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin
tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan
pengetahuan ibu hamil yang kurang terhadap peningkatan
kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga menyebabkan
mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil.
Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang
rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi
9
tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat
besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki
pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung
lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin
patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). (Arisman,
2004)
c) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu
khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat
menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola
konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan
tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari
masalah anemia. (Jamaludin, 2004)
d) Budaya
Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh
terjadinya anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga
yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga, serta pantangan-pantangan
yang harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil,
bayi, ibu nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat istiadat
dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola
hidup sehat dimasyarakat.
10
2) Faktor Tidak Langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim (Manuaba, 1998). Menurut Arisman (2004) kasus
anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal
nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan
ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Dengan ANC
keadaan anemia ibu akan lebih dini terdeteksi, sebab pada
tahap awal anemia pada ibu hanil jarang sekali menimbulkan
keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah anemia sudah ke
tahap yang lanjut.
b) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin
yang mampu hidup di luar rahim (Pusdiknakes, 2003). Paritas
3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan
dengan jarak kehamilan terlalu dekat < 2 tahun. Hal ini
menurut Arisman (2004) disebabkan karena terlalu sering
hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu.
c) Umur
Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau
belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan
untuk pertumbuhan janin. Di samping itu akan terjadi
11
kompetisi makanan antar janin dan ibunya sendiri yang masih
dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang
terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil di atas 30 tahun
lebih cenderung mengalami anemia hal ini di sebabkan karena
pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa
fertilisasi. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1999)
d) Menderita sakit selama hamil
Riwayat kesehatan dan penggunaan obat membantu
dokter dalam penyiapan gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis
memerlukan bukan hanya zat besi untuk mengatasi
penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilannya yang sedang ia
jalani (Arisman, 2004)
3) Faktor Langsung
a) Pola konsumsi tablet besi (Fe)
Pada trimester ke 2 dan ke 3, faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet
besi (Fe) dan kadar hemoglobin pada trimester sebelumnya.
Konsumsi tablet besi (Fe) sangat berpengaruh terhadap
terjadinya anemia khususnya pada trimester II, trimester III dan
masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa
ini lebih besar di banding pada trimester I dan menunujukkan
pentingnya pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah
terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas. (Notobroto, 2003)
12
Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian
yang kurang terhadap gizi ibu hamil merupakan predisposisi
terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia.
(Saifuddin,2001)
Penyebab anemia gizi besi di karenakan kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan
reabsorbsi, gangguan penggunaan atau terlampau banyaknya
besi keluar dari badan misalnya perdarahan. Sementara itu
kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan
plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan
jumlah zat besi yang di perlukan selama hamil adalah 1040 mg.
Sebanyak 300 mg Fe di transfer ke janin dengan rincian 50-
75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah
jumlah sel darah merah, dan 200 mg hilang ketika melahirkan.
Kebutukan Fe selama kehamilan trimester 1 relatif sedikit yaitu
0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama
trimester III yaitu 6,3 mg sehari, jumlah sebanyak itu tidak
mungkin tercukupi hanya melalui makanan. (Arisman, 2004)
b) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria
juga penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan
terganggunya eritrosit. (Wiknjosastro, 2004)
13
c) Perdarahan
Penyebab anemia besi juga di karenakan terlampau
banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan.
(Wiknjosastro, 2004)
c. Kejadian anemia pada ibu hamil
1) Fisiologis
Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara
lain hipervolemia yang terjadi pada saat kehamilan. Pada wanita
hamil sehat volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume
tersebut terutama terjadi akibat peningkatan plasma bukan
peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah
eritrosit dalam sirkulasi yaitu sekitar 450 ml atau 33%, tetapi tidak
seimbang dengan peningkatan volume plasma sehingga terjadi
hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat pesat dari
usia gestasi sekitar 6 minggu, kemudian laju peningkatan
melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester
kedua dan lajunya memuncak pada trimester ketiga.
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai
beberapa fungsi penting antara lain; mengisi ruang vaskular di
uterus, jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit.
Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran haemoglobin
pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil
resistensi terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong
14
darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari pengebab defisiensi Fe
adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil. Kebutuhan ibu
hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester dua
(puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi
hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga
haemoglobin akan mengalami penurunan, mengakibatkan anemia
kehamilan fisiologis.
2) Patologis
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap
plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat
45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum
terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan
setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma
seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.
d. Penyebab anemia
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya
adalah sebagai berikut:
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diit
3) Malabsorpsi
15
4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan
lain-lain
5) Kehamilan karena dibutuhkan lebih banyak zat besi bagi
pertumbuhan janin.
6) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya
(hemolisis)
7) Kebutuhan zat besi meningkat
a) Infeksi kronis
b) Infeksi akut yang berulang
e. Tanda dan Gejala
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah,
lemah, lesu, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu
makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pada pemeriksaan pasien tampak pucat yang mudah dilihat pada
konjungtiva (bagian dalam kelopak mata) mukosa (selaput bagian
dalam) mulut, telapak tangan dan jaringan bawah kuku. (Manuaba,
2001)
f. Diagnosis
1) Anamnesa
a) Keluhan
Meningkatnya cardiac output terjadi agar dapat memenuhi
kebutuhan oksigen. Ibu mengeluh berdebar-debar sebagai
16
akibat hiperaktivitas jantung. Peningkatan aliran darah
mengakibatkan terdengarnya suara aliran darah pada telinga.
Sesak nafas saat bekerja berat merupakan karakteristik klinis
anemia. Walaupun jarang terjadi, dapat berhubungan dengan
ancaman terjadinya gagal jantung kongestif. Jika hipoksia
jaringan menetap dapat terjadi gejala seperti nyeri kepala,
sempoyongan, pingsan, lemah, letargi, mudah lelah dan
penurunan fungsi kognitif.
b) Penyakit yang diderita
c) Konsumsi nutrisi dan vitamin
2) Pemeriksaan Fisik
a) Konjungtiva anemis
b) Pucatnya membran mukosa, kuku, dan telapak tangan
3) Pemeriksaan Laboratorium (Kadar Hb)
g. Klasifikasi anemia pada kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998),
adalah sebagai berikut:
1) Anemia Defisiensi Besi
adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita
hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
17
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu
fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat
60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl / bulan.
Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan
50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin,
2002).
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak
tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan,
penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM
pada gluteus, dapat meningkatkan kadar Hb lebih cepat yaitu
2 gr/dl / bulan (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan laboratorium. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Cianmet, dilakukan minimal 2 kali selama
kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan
Cianmet dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Hb 11 gr% : Tidak anemia
b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
18
c) Hb 7 8 gr% : Anemia sedang
d) Hb < 7 gr% : Anemia berat
e) (Mochtar, 1998)
2) Anemia Megaloblastik
Anemia megalobiastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folat. Jarang sekali karena defisiensi vit B12.
Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak
mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, polong polongan dan
protein hewani (Sarwono, 2007).
a) Pengobatan
(1) Diet nutrisi dengan tinggi vit B12 dan asam folat
(2) Pemberian hydroxycobalamin IM 200 mg/ hari atau
1000 mg diberikan setiap minggu selama 7 hari.
(3) Berikan asam folat 5 mg/ hari selama 4 bulan (Sarwono,
2007).
b) Pencegahan
Pada umunya asam folat tidak diberikan secara rutin, kecuali di
daerah daerah dengan frekuensi anemia megalobiastik yang
tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak
berhasil maka besi harus ditambah dengan asam folat
19
c) Prognosis
Anemia megalobiastik dalam kehamilan umumnya mempunyai
prognosis cukup baik. Pengobatan dan asam folat hampir selalu
berhasil.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat atau
tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak
akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya
anak perempuan akan asam folat jauh berkurang. (Sarwono,
2002).
3) Anemia Hipoplastik
a) Pengertian anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia pada ibu hamil yang
disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel
sel darah baru (Sarwono, 2007).
b) Etiologi dan faktor resiko
Menurut Sarwono (2007) anemia hipoplastik biasanya karena
kehamilan hingga kini belum diketahui pasti kecuali yang
disebabkan oleh sepsisi, sinar rontgen, racun dan obat obatan.
c) Tanda dan gejala
(1) Kelelahan, letih
(2) Nyeri kepala
(3) Nadi cepat, pucat
(4) Mudah infeksi
20
(5) Perdarahan hidung dan gusi
(6) Demam (Sarwono, 2007)
d) Pengobatan
(1) Memonitor adanya perdarahan
(2) Transfusi darah
(3) Pengobatan infeksi : jamur, bakteri
(4) Tranplantasi sumsum tulang pasien dibawah umur 60 tahun
(5) Diet yang bebas bakteri
(6) Pendidikan kesehatan untuk mencegah infeksi (Sarwono,
2007)
e) Prognosis
Biasanya anemia hepoplastik kehamilan, apabila wanita dengan
selamat mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya.
Dalam kehamilan kehamilan berikutnya biasanya wanita
menderita anemia hepoplastik lagi. (Sarwono, 2007).
4) Anemia Hemolitik
a) Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita
dengan anemia hemolistik biasanya sukar menjadi apabila dia
hamil maka anemianya lebih berat (Sawrono, 2007).
b) Tanda dan gejala
(1) Anemia
(2) Demam
21
(3) Kelemahan, pucat
(4) Kekuningan (ikterik)
c) Pengobatan
(1) Pencegahan faktor resiko
(2) Transfusi darah
(3) Cairan adekuat
(4) Pemberian asam folat
(5) Pemberian eritropoitin
(6) Pemberian kortikusferoid
(7) Pendidikan kesehatan (Sarwono, 2007)
h. Pengaruh anemia pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari
11 gr/dl disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada
kehamilan atau kekurangan kadar haemoglobin dalam darah dapat
mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia
utein, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra
partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari
4 gr/dl dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. (Prawirohardjo,
2005).
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah
kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu
hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus
dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat
22
menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian,
BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik
primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
Saat post partum anemia dapat menyebabkan: atonia uteri, retensio
placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan
gangguan involusio uteri. (Notobroto, 2003)
i. Pencegahan anemia pada ibu hamil
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen
Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik (Hb
lebih atau = 11 gr/dl), sedangkan untuk hamil dengan anemia
defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg, 1-2 kali sehari.
Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan
asam folat 1 mg/ hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan
0,4 mg/ hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/ hari.
Pencegahan yang dilakukan pada wanita usia reproduksi dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Selain melalui pengobatan,
pencegahan anemia dapat dilakukan dengan diet sehat dan tepat, antara
lain dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
misalnya adalah hati, daging, kuning telur, ikan teri, susu, dan kacang-
23
kacangan seperti tempe dan susu kedelai, serta sayuran berwarna hijau
tua, menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi serta kontrol penyakit
infeksi.
Kepandaian dakam mengatur pola makan dengan
mengkombinasikan zat besi dalam menu makanan serta
mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada
waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Hindarilah
mengonsumsi makanan atau minuman yang menghambat penyerapan
zat besi di dalam tubuh. Misalnya kopi.
j. Pengobatan anemia pada ibu hamil
Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya
memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti
bayam. Juga makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti
jeruk, tomat, mangga, dan sebagainya. Sebab kandungan asam
askorbat dalam vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi.
Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr/dl / bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit
saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak
24
1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr/dl / bulan. (Manuaba, 2001).
k. Penyebaran anemia di Indonesia
Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi
yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J dkk (2001) melaporkan
dari 31 orang wanita hamil pada trimester III didapati 23 (74%)
menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi.
2. Ibu hamil trimester III
Adalah wanita yang sedang mengandung janin didalam rahim
dan usia kehamilan 28-40 minggu dihitung dari haid pertama hari terakhir
wanita tersebut.
Masa kehamilan terutama Trimester III merupakan masa kritis
dimana kebutuhan akan zat gizi akan meningkat. Jika zat besi dalam darah
kurang maka kadar haemoglobin akan menurun yang mengakibatkan
gangguan dan pertumbuhan janin. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
kadar Hb ibu hamil trimester akhir dan tingginya angka anemia pada
trimester III dapat mempengaruhi berat badan lahir
Kebutuhan zat besi ibu hamil lebih meningkat pada kehamilan
trimester II dan III. Pada masa tersebut kebutuhan zat besi tidak dapat
diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu hariannya mengandung
zat besi yang cukup, ibu hamil tetap perlu tambahan tablet besi atau
vitamin yang mengandung zat besi. Zat besi bukan hanya penting untuk
25
memelihara kehamilan. Ibu hamil yang kekurangan zat besi dapat
menimbulkan perdarahan setelah melahirkan, bahkan infeksi, kematian
janin in uteri, cacat bawaan dan abortus.
Zat besi juga penting saat menyusui. Zat besi pada masa ini
banyak dikeluarkan melalui keringat, urine,dan kulit selain ASI.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian ibu
hamil.
Pada trimester III, metabolisme basal tetap naik terus. Pada masa
ini umumnya nafsu makan baik sekali, dan wanita hamil selalu terasa
lapar. Pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti,
jangan sampai ibu terlalu gemuk, untuk menghindari kesulitan melahirkan
kelak. Pada saat ini pula, kandungan sudah besar sekali sehingga
menyebabkan lambung sedikit terdesak. Makanan yang porsinya terlalu
besar menimbulkan rasa tidak enak. Karena itu dalam masa ini porsi
makan sebaiknya kecil saja, namun sering, untuk mencegah kekurangan
unsur unsur gizi.
.
3. Zat besi
a. Pengertian
Zat besi adalah salah satu mineral penting yang diperlukan
selama kehamilan, bukan hanya untuk bayi tapi juga untuk ibu hamil.
Bayi akan menyerap dan mengunakan zat besi dengan cepat, sehingga
jika ibu kekurangan masukan zat besi selama hamil, bayi akan
26
mengambil kebutuhanya dari tubuh ibu sehingga menyebabkan ibu
mengalami anemia dan merasa lelah. (Sunririnah, 2008)
Zat besi diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Sebagaimana yang telah diterangkan tadi bahwa fungsi ini juga
dilakukan oleh folate. Kekurangan darah merah (anemia) akan
menyebabkan anda rasa cepat letih, kulit menjadi pucat, dan sukar
bernafas. Keperluan zat besi meningkat 100% dari 15mg sebelum
kehamilan menjadi 30 mg selama kehamilan. (Sunririnah, 2008)
b. Fungsi zat besi untuk ibu hamil
Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah, sementara
sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat zat makanan
keseluruh tubuh serta membantu proses metabolisme tubuh untuk
mengahasilkan energi,jika asupan zat besi kedalam tubuh berkurang
dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun
akan kekurangan oksigen akibatnya timbullah gejala gejala
anemia.(Samuel, 2006)
Penyerapan dan penggunaan zat besi adalah lebih baik dengan
kehadiran vitamin C. Oleh karena itu, sebaiknya meminum pil zat besi
dengan segelas air jeruk. Penyerapan zat besi pula dihambat oleh
kehadiran kalsium dan juga minuman yang mengandungi kaffein
seperti kopi dan teh. Maka tidak dianjurkan meminum pil zat besi
dengan segelas susu atau air kopi. (Sue Jordan, 2004)
27
Keperluan zat besi meningkat bagi wanita yang hamil, yang
mengeluarkan lebih sel darah merah untuk membekal fetus yang
membesar dengan oksigen. (Ridwanaminuddin, 2007).
c. Sumber-sumber zat besi
Sumber makanan yang banyak mengandung zat besi adalah
daging merah seperti daging lembu dan kambing, unggas, ikan,
kerang, telur, sereal, bayam, kacang-kacanan kering, hati ayam atau
sapi, dan lain-lain.
Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat
dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam
keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi
sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. (Sunririnah, 2008)
d. Hambatan pemberian zat besi
1) Sebagian besar sasaran tidak terjangkau oleh program
2) Ibu yang bersangkutan tidak merasakan kebutuhannya karena tidak
merasa sakit
3) Efek samping (mual, muntah, dan konstipasi) dapat menyebabkan
ibu-ibu enggan minum pil besi tersebut
4) Kelalaian untuk minum pil setiap hari.
(Ernawati, 2000)
e. Akibat kekurangan zat besi bagi ibu hamil
Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan
mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan
28
menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat zat gizi yang
dibutuhkan ibu hamil. Selain itu asupun zat besi sejak awal kehamilan
cukup baik, maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan
tumbuh kembangnya, sekaligus menyimpan dalam hati sebagai
cadangan sampai usia 6 bulan setelah dilahirkan.
Sehingga kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak
diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia, kondisi
meningkatkan resiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi
dan keguguran. Selain itu juga zat besi sangat dibutuhkan
perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. (Junita, 2006)
Gejala kekurangan zat besi :
1) Lemah, lesu, tidak bergairah
2) Mudah pusing dan mata berkunang kunang
3) Gelisah dan mudah pingsan
4) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
5) Nafsu makan menurun
6) Badan tidak bugar dan mudah lemah
(Ridwamiruddin, 2007)
f. Kebutuhan zat besi pada kehamilan
Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan, kebutuhan zat besi
pada kehamilan dengan janin tunggal adalah:
1) 200 600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah
29
2) 200 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya
3) 150 200 mg untuk kehamilan eksternal
4) 30 170 mg untuk tali pusat dan plasenta
5) 90 310 mg untuk mengantikandarah yang hilang saat melahirkan
Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester
terakhir, yaitu dari rata rata 2,5 mg / hari pada awal kehamilan
menjadi 6,6 mg / hari. (Sue jordan, 2004)
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai
800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk
janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan
massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. (Manuaba, 2001)
Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga
1,8 mg / hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya.
Karena itu pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan
mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi. (Sue
jordan, 2004)
g. Efek samping terapi zat besi pada ibu hamil
Peningkatan absorpsi zat besi dapat menambah intensitas efek
samping yang dialami pasien. (Smith, 2002)
Suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram
lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang kadang diare).
Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung
30
pada jumlah elemen zat besi yang diserap. Takaran zat besi diatas
60 mg dapat menimbulkan efek samping yang tidak biasa diterima
pada ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam pemakaian obat
jadi tablet zat besi dengan dosis rendah lebih cenderung ditoleransi
(dan diminum) dari pada dosis tinggi. Jika mungkin, terapi mulai
dengan dosis rendah. Bagi banyak wanita, pemberian dengan dosis
rendah sudah memadai. (Smith, 2002)
h. Dosis tablet zat besi pada ibu hamil
Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu
cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb
sampai tahap yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet
mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat.
Selama kehamilan minimal di berikan 90 tablet sampai 42 minggu
setelah melahirkan di berikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.
1) Pemberian tablet zat besi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada
saat sebelum tidur malam
2) Pemberian zat besi harus dibagi serta dilakukan dengan interval
sedikitnya 6 8 jam, dan kemudian interval ini ditingkatkan
hingga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping
3) Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus
tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu
mengubah (menurunkan) dosis zat besi dengan segera
31
4) Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan
selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga
akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi.
(Sue Jordan, 2004)
4. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2007)
Pada dasarnya manusia melewati dengan dua cara sehingga
dalam otaknya ada bayangan, mengetahui lewat indera (perceive) dan
mengetahui lewat akal (conseive). Pengetahuan yang di peroleh lewat
indera yang di sebut terapan (perception) dan yang diperolrh lewat
akal disebut pengertian (conception). Pengetahuan persepsi mengacu
pada hal hal konkrit, sedangkan pengetahuan konsepsi mengacu pada
hal hal abstrak. (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan
perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat
32
dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya
pengetauan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang
positif menjadi yang lebih positif, selain itu pengetahuan juga
membentuk kepercayaan. (Notoatmodjo, 2007)
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
sebagai berikut:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk juga mengingat kembali sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan sebagainnya.
2) Memahami (Comprehension )
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjalankan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat meninteprestasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang
telah dipelajari. Aplikasi dapat di artikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.
33
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu
objek kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain dapat
ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesi )
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang
baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu
materi penelitian didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan
wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur dari objek
penelitian.
c. Faktor faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Dalam proses seseorang mengetahui akan di pengaruhi oleh
beberapa hal atau faktor, menurut Sukmadinata (2003) faktor yang
mempengaruhi digolongkan menjadi dua yaitu faktor Internal dan
faktor Eksternal. Faktor Internal meliputi jasmani dan Rohani,
34
sedangkan Eksternal meliputi pendidikan, paparan media massa,
hubungan sosial dan pengalaman yaitu di jelaskan sebagai berikut:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian
respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang akan mereka dapatkan.
2) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain-
lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.
3) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih
tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan
informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder.
4) Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat
35
berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia
terpapar informasi.
5) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari
pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.
Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran suatu pengetahuan.
Dengan demikian pengetahuan ibu tentang zat besi
berpengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain
seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas akan dapat
mengambil keputuan yang lebih rasionl, umumnya terbuka untuk
menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki pengetahuan lebih sempit. (Depkes RI, 2002)
36
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat di gunakan
kerangka teori sebagai berikut :
Keterangan :
= yang diteliti
----------- = yang tidak diteliti
Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003
Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori
Predisposing Factor :
Sikap
Tindakan
Enabling Factor :
- Kekurangan zat besi
- Kehilangan darah
- Gangguan produksi
hemoglobin
- Menstruasi Berat
Reinforcing Factor :
- Keluarga
- Petugas kesehatan
Anemia Pada Ibu Hamil
Pengetahuan
37
C. Kerangka Konsep
Frame work atau kerangka konsep adalah suatu yang abstrak, logical
secara harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil
penelitian dengan Body Knowledge ( Nursalam, 2003 )
Pada penelitian ini kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau
dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
(Notoatmodjo, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang zat besi
dengan kejadian anemia.
Ho : Tidak ada pengetahuan ibu hamil trimester III tentang zat besi dengan
kejadian anemia.
Variabel Independen:
Pengetahuan Ibu hami trimester
III tentang Zat besi
Variabel Dependen:
Anemia Pada Ibu Hamil
Trimester III

You might also like