You are on page 1of 12

UTS AIK

CARI DAN TULIS (TANGAN) AYAT-AYAT DALAM AL-QUR'AN YANG


BERKAITAN DENGAN TUJUAN HIDUP MANUSIA DAN AQIDAH.
KEMUDIAN JELASKAN: (1) AZBABUN NUZUL AYAT-AYAT
TERSEBUT; (2) KANDUNGAN POKOK AYAT-AYAT TERSEBUT; DAN
(3)PELAJARAN MORAL YANG BISA DIAMBIL DARI AYAT-AYAT
TERSEBUT SERTA PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI.

AYAT-AYAT TENTANG AQIDAH

Qs. Al-Hasyr 22-24

Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang
gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.


22
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan
keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang
Memiliki segala keagungan, Maha Suci,
Allah dari apa yang mereka persekutukan.


23
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit
dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.


24


Qs. Ar-Ruum 20-25

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan kamu dari tanah,
kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia
yang berkembang biak.


20
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.


21
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang mengetahui.


22
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari
dan usahamu mencari sebagian dari karunia-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mendengarkan.


23
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya,
Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan
Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah
matinya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang mempergunakan akalnya.


24
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradah-Nya. Kemudian apabila Dia


25
memanggil kamu sekali panggil dari bumi,
seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).



QS. Al-Baqarah 255

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada
yang dapat memberi syafaat di sisi Allah
tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-
apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit
dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar.


255

Qs. Al-Mulk 1-4

1 Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu,(QS. 67:1)

Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT, Yang Maha Suci dan yang tidak terhingga rahmat-
Nya, adalah penguasa segala kerajaan dunia yang fana ini dengan segala macam isinya, dan
kerajaan akhirat yang terjadi setelah lenyapnya kerajaan dunia; sebagaimana firman Allah SWT:


Artinya:
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al
Ma'idah: 17)
Dan firman Allah SWT:
(

2 (

) 3

)
Artinya:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang
menguasai hari pembalasan. (Q.S Al Fatihah: 1-4)
Allah SWT, penguasa kerajaan dunia; berarti Dia4ah yang menciptakan seluruh alam ini beserta
segala yang terdapat di dalamnya. Dia pulalah yang mengembangkan, menjaga kelangsungan
wujudnya, mengatur, mengurus, menguasai dan menentukan segala sesuatu yang ada di
dalamnya, menurut yang dikehendaki-Nya. Dalam mengatur, mengurus, mengembangkan dan
menjaga kelangsungan wujud alam ini, Dia menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan.
Semua wajib tunduk dan mengikuti hukum-hukum dan peraturan yang dibuat-Nya itu. Tidak ada
sesuatu pengecualian pun. Apa dan siapa saja yang tidak mau tunduk dan patuh, serta
mengingkari hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu pasti akan binasa atau sengsara.
Hukum-hukum dan peraturan-peraturan Allah SWT yang berlaku di alam ini berupa:
1. Sunatullah.
2. Agama Allah.
Yang pertama,
Sunatullah, ialah hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Allah SWT, yang berlaku di alam
semesta ini; baik bagi makhluk hidup maupun benda mati, baik bagi manusia maupun bagi
binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda yag tidak bernyawa, baik bagi bumi dengan segala isinya
maupun bagi seluruh planet-planet yang terapung beredar di jagat raya yang tiada terpermanai
luasnya itu. Di antara hukum dan peraturan Allah itu, ialah api membakar, air mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, hukum Pascal, hukum Archimedes. Manusia hidup
memerlukan oksigen, makan minum, baik berupa makan minum jasmani maupun makan minum
rohani. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk masyarakat. Tiap-tiap planet, termasuk
bumi, mempunyai daya tarik menarik dan berjalan pada garis edarnya yang telah ditentukan; dan
banyak lagi hukum-hukum dan peraturan-peraturan Allah, baik yang telah diketahui manusia,
maupun yang belum diketahuinya
Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan Allah berarti kesengsaraan dan kebinasaan bagi yang
melanggarnya. Seperti memasukkan tangan ke dalam api berakibat terbakarnya tangan tersebut,
merusak alam atau menebang hutan yang melampaui batas, berakibat banjir dan kerugian bagi
manusia. Bahkan bintang-bintang dan meteor yang menyalahi hukum Allah akan mengalami
kehancuran.
Yang kedua, ialah agama Allah. Agama Allah berisi petunjuk-punjuk bagi manusia. Dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk itu manusia akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti.
Agama yang berisi petunjuk-petunjuk itu diturunkan Allah kepada para rasul yang telah
diutusnya; sejak dan Nabi Adam A.S., sampai kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai Nabi dan
Rasul Allah yang terakhir, penutup dari segala Rasul dan Nabi. Manusia yang hidup setelah
diutusnya Nabi Muhammad SAW., sampai akhir zaman nanti, wajib mengikuti agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., seandainya mereka ingin hidup berbahagia di dunia dan
akhirat nanti.
Demikianlah Allah SWT yang menguasai, mengurus, mengatur dan menjaga kelangsungan
wujud alam ini, menetapkan undang-undang dan peraturan-peraturan, sehingga dengan demikian
terlihat semuanya teratur rapi, indah dan bermanfaat bagi manusia. Apabila seorang warga
negara wajib tunduk dan patuh kepada hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku di
negaranya, tentulah ia harus lebih wajib lagi tunduk dan patuh kepada hukum dan peraturan
Allah yang menciptakan, memberi nikmat dan menjaganya. Jika suatu negara menetapkan
sangsi-sangsi bagi setiap warga negara yang melanggar hukum hukum dan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkannya, maka Allah lebih menetapkan sangsi dan mengadili dengan seadil-
adilnya setiap makhluk yang mengingkari hukum dan peraturan yang telah dibuat-Nya.
Di samping sebagai penguasa kerajaan dunia, Allah SWT juga menguasai kerajaan akhirat, yang
ada setelah hancurnya seluruh kerajaan dunia. Kerajaan akhirat merupakan kerajaan abadi;
dimulai dari terjadinya Hari Kiamat, hari kehancuran dunia, dibangkitnya manusia dari kubur.
Kemudian dikumpulkan di padang Mahsyar untuk diadili dan ditimbang amal dan perbuatannya.
Dari pengadilan itu diputuskanlah: mana yang beriman dan berat amal salehnya dibandingkan
dengan kesalahan yang telah diperbuatnya, maka ia diberi balasan dengan menyediakan surga,
tempat yang penuh kenikmatan. Sebaliknya jika perbuatan jahat yang telah dikerjakannya selama
hidup di dunia lebih berat dari iman dan amal saleh yang telah dilakukannya, maka balasan yang
mereka peroleh adalah neraka, tempat yang penuh kesengsaraan yang tiada taranya. Kehidupan
di akhirat, baik di surga maupun di neraka adalah kehidupan yang kekal. Di surga Allah
melimpahkan kenikmatan dan kebahagiaan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
sedang di neraka Allah menimpakan siksaan yang sangat berat kepada orang-orang kafir dan
berbuat jahat.
Allah berfirman:

Artinya:
(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya,
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman
serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (Q.S Al Baqarah:
81-82)
Pada akhir ayat ini, ditegaskan bahwa Allah SWT sebagai penguasa kerajaan dunia dan kerajaan
akhirat, Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang membandingi kekuasaan-
Nya itu dan tidak ada sesuatupun yang dapat luput dari kekuasaan-Nya itu.


2 Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,(QS. 67:2)

Dalam ayat ini, bahwa Tuhan pemegang kekuasaan kerajaan dunia dan kerajaan akhirat serta
menguasai segala sesuatunya itu, adalah Tuhan yang menciptakan kematian dan kehidupan.
Hanya Dia sajalah yang menentukan saat kematian sesuatu makhluk. Jika saat kematian itu telah
tiba tidak ada sesuatu pun yang dapat mempercepat atau memperlambatnya barang sekejappun.
Demikian pula keadaan makhluk yang akan mati itu, tidak ada sesuatupun yang dapat
mengubahnya dari yang telah ditentukan-Nya. Allah SWT berfirman:

Artinya:
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Munafiqun:11)
Dan tidak seorangpun manusia atau makhluk hidup yang lain yang. Dapat menghindarkan diri
dari kematian yang telah ditetapkan Allah itu; Allah SWT berfirman:

Artinya:
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh. (Q.S An Nisa':78)
Demikian pula dinyatakan bahwa Allah SWT yang menciptakan kehidupan. Maksudnya ialah
bahwa Dialah yang menghidupkan seluruh makhluk hidup yang ada di alam ini, Dialah yang
menyediakan segala sesuatu keperluan hidup itu dan Dia pulalah yang memberikan
kemungkinan kelangsungan jenis makhluk hidup itu, sehingga tidak terancam kepunahan.
Kemudian Dia pulalah yang menetapkan lama kehidupan sesuatu makhluk dan menetapkan
keadaan kehidupan seluruh makhluk. Dalam pada itu Allah SWT pun menentukan sampai kapan
kelangsungan hidup suatu makhluk, sehingga bila waktu yang ditentukan-Nya itu telah berakhir,
musnahlah jenis makhluk itu sebagaimana yang dialami oleh jenis-jenis binatang purba.
Diterangkan bahwa tujuan Allah menciptakan kematian dan kehidupan itu untuk menguji
manusia, siapa di antara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan mengikuti petunjuk-
petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad SAW. dan siapa pula yang mengingkarinya. Dari ayat di
atas dipahami bahwa dengan menciptakan kehidupan itu Allah SWT memberi kesempatan yang
sangat luas kepada manusia untuk memilih mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan
mengikuti hawa nafsunya, atau ia akan mengikuti petunjuk-petunjuk hukum dan ketentuan-
ketentuan Allah SWT sebagai penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia ditimpa azab
yang pedih di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas kehendak diri
mereka sendiri, dan jika mereka memperoleh kebahagiaan, maka kebahagiaan itu datang karena
kehendak diri mereka sendiri pula.
Berdasarkan ujian itu pulalah ditetapkan derajat dan martabat seseorang manusia di sisi Allah.
Semakin kuat iman seseorang semakin banyak amal saleh yang dikerjakannya dan semakin
tunduk dan patuhlah ia mengikuti hukum dan peraturan Allah, semakin tinggi pulalah derajat dan
martabat yang diperolehnya di sisi Allah. Sebaliknya jika manusia tidak beriman kepada-Nya,
tidak mengerjakan amal yang saleh dan tidak taat kepada-Nya, ia akan memperoleh tempat yang
paling hina di sisi-Nya.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:
"Siapakah di antara kamu yang paling baik pemahamannya (terhadap agama), yang paling kuat
menahan diri dari mengerjakan larangan Allah dan yang paling bersegera melakukan taat
kepada Allah `azza wa jalla?".(lihat tafsir Al Maragi, halaman 6, juz 29, jilid X)
Maksudnya ialah: kehidupan duniawi itu adalah untuk menguji manusia siapa di antara mereka
yang selalu mempergunakan akal dan pikirannya memahami agama Allah, memilih mana
perbuatan yang paling baik dikerjakannya, sehingga perbuatannya itu diridai Allah; siapa yang
tabah dan tahan mengekang diri dari mengerjakan larangan-larangan Allah dan siapa pula yang
paling taat kepada-Nya.
Ayat ini mendorong dan menganjurkan agar manusia selalu waspada dalam hidupnya.
Hendaklah mereka selalu memeriksa hati mereka, apakah benar-benar ia seorang yang beriman
dan memeriksa segala yang akan mereka perbuat. Apakah yang akan mereka perbuat itu telah
sesuai dengan yang diperintahkan Allah atau tidak. Atau yang akan mereka perbuat itu larangan
Allah atau bukan larangan-Nya. Jika perbuatan itu telah sesuai dengan perintah Allah bahkan
termasuk perbuatan yang diridai-Nya, hendaklah segera mengerjakannya, sebaliknya jika
perbuatan itu termasuk larangan Allah SWT, maka jangan sekali-kali dilaksanakan.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Perkasa, tidak ada sesuatu
makhlukpun yang dapat menghalangi kehendak-Nya, jika Ia hendak melakukan sesuatu, seperti
hendak memberi pahala orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau hendak mengazab
orang yang durhaka kepada-Nya. Dia Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang mau
bertobat kepada-Nya dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berjanji tidal:
akan memperbuat dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan dosa-dosa yang lain.
Pada ayat ini Allah SWT menyebut secara bergandengan dua macam sifat dari sifat-sifat Nya,
yaitu sifat Maha Perkasa dan sifat Maha Pengampun, seakan-akan kedua sifat ini adalah sifat
yang berlawanan. Sifat Maha Perkasa memberi pengertian memberi kabar yang menakut-nakuti,
sedang sifat Maha Pengampun memberi pengertian adanya harapan bagi setiap orang yang
mengerjakan perbuatan dosa, jika ia bertobat. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Allah SWT
yang berhak disembah itu benar-benar dapat memaksakan kehendak-Nya kepada siapapun, tidak
ada yang dapat menghalanginya, Dia mengetahui segala sesuatu, sehingga dapat memberikan
balasan yang tepat kepada setiap hamba Nya, baik berupa pahala maupun berupa siksa. Dengan
pengetahuan-Nya itu pula Dia dapat membedakan antara orang yang taat dan durhaka kepada-
Nya sehingga tidak ada kemungkinan sedikitpun seseorang durhaka memperoleh pahala atau
seseorang yang taat dan patuh memperoleh siksa.
Firman Allah SWT yang lain yang menyebut secara bergandengan kabar penakut dan
pengharapan itu, ialah:

Artinya:
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih (Q.S
Al Hijr: 49-50)


3 Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?(QS. 67:3)

Allah SWT menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan tujuh lapis langit; sebahagian lapisan
langit itu berada di atas lapisan yang lain di alam semesta. Tiap-tiap lapisan itu seakan-akan
terapung kokoh di tengah-tengah jagat raya, tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa
ada tali-temali yang mengikatnya. Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan
baginya di tengah-tengah jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas ratusan ribu planet
yang tidak terhitung banyaknya. Tiap-tiap planet berjalan mengikuti garis edar yang telah
ditentukan baginya. Allah SWT berfirman:

Artinya:
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung
(di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembang biakkan
padanya segala macam-jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Q.S Luqman: 10)
Semua lapisan langit beserta bintang-bintang yang terdapat di dalamnya tunduk dan patuh
mengikuti ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT baginya. Dan
tetaplah lapisan langit beserta bintang-bintang itu seperti yang demikian sampai kepada waktu
yang ditentukan baginya. Allah SWT berfirman:

Artinya:
Allah lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas Arsy dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga
waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (Q.S Ar Ra'd: 2)
Menurut Ilmu Astronomi bahwa di jagat raya yang luasnya tiada terhingga itu, terdapat galaxi-
galaxi atau gugusan-gugusan bintang yang di dalamnya terdapat ratusan ribu bintang-bintang
yang tiada terhitung jumlahnya Bintang-bintang yang berada di dalam tiap-tiap galaxi itu ada
yang kecil seperti bumi ini dan ada pula yang besar seperti matahari, banyak yang lebih besar
dari matahari. Tiap-tiap galaxi itu mempunyai sistem yang teratur rapi, yang tiap-tiap sistem itu
tidak terlepas dari sistem ruang angkasa seluruhnya. Adanya daya tarik menarik yang terdapat
pada tiap-tiap planet itu, menyebabkan planet-planet itu tidak jatuh dan tidak berbenturan antara
yang satu dengan yang lain, sehingga tetaplah ia terapung-apung dan beredar pada garis-garis
edarnya di angkasa.
Bila dihubungkan pengertian ayat tersebut dengan yang dijelaskan Ilmu Astronomi itu, maka
yang dimaksud dengan lapisan-lapisan langit yang tujuh itu, ialah galaxi-galaxi yang disebut
dalam Ilmu astronomi. Sedang angka tujuh dalam bahasa Arab biasa digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang banyak jumlahnya. Karena itu yang dimaksud dengan lapisan langit
yang tujuh itu adalah galaxi-galaxi yang banyak terdapat di langit. Dalam pada itu ada pula ahli
tafsir yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "tujuh lapisan langit" itu ialah tujuh
bintang yang berada di sekitar matahari, dan ada pula ahli tafsir yang tidak mau menafsirkannya.
Mereka menyerahkannnya kepada Allah SWT karena hal itu adalah pengetahuan Allah yang
belum diketahui dengan pasti oleh manusia.
Demikianlah gambaran umum keadaan sistem galaxi-galaxi itu. Mengenai keadaan tiap-tiap
planet yang tidak terhitung banyaknya ini, seperti bagaimana sifat dan tabiatnya, apa yang
terkandung di dalamnya, bagaimana bentuknya secara terperinci dan sebagainya amat sedikit
baru yang diketahui manusia. Seandainya ada pengetahuan manusia tentang ini, maka
pengetahuan ini baru merupakan pengetahuan sekelumit kecil saja dari pengetahuan tentang
galxi itu.
Demikianlah pengetahuan tentang jagad raya. Amatlah sombong seorang manusia yang
mengakui tahu segala sesuatu. Betapapun luasnya pengetahuan seseorang, amatlah sedikit bila
dibandingkan dengan pengetahuan Allah SWT. Apalagi jika seseorang mengumpamakan dirinya
sebagai bumi tempat ia berdiam, kemudian melihat dirinya terletak di antara planet-planet yang
banyak itu, tentulah akan merasa bahwa dirinya sebenarnya tidak ada artinya jika dibandingkan
dengan makhluk Allah yang beraneka ragam bentuk dan coraknya yang tiada terhitung
jumlahnya itu.
Kemudian Allah SWT memerintahkan manusia memandang langit dan bumi beserta isinya;
kemudian memperhatikan masing-masingnya dan mempelajari sifat-sifat. Perhatikanlah matahari
bersinar dan bulan bercahaya, sampai di mana guna dan faedah sinar dan cahaya itu bagi
kehidupan seluruh makhluk yang ada. Perhatikanlah binatang ternak yang digembalakan di
padang rumput, tumbuh-tumbuhan yang tumbuh menghijau, gunung-gunung yang tinggi kokoh
menjulang kehijau-hijauan yang menyejukkan mata orang yang memandangnya; laut yang
terhampar luas membiru; langit dan segala isinya. Semuanya tumbuh, berkembang, tetap dalam
kelangsungan hidup dan wujudnya, serta berkesinambungan yang mempunyai sistem, hukum-
hukum dan peraturan yang sangat rapi yang tidak terlepas dari sistem hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang lebih besar daripadanya yaitu sistem, hukum-hukum dan peraturan
yang berlaku pada seluruh alam yang fana ini Cobalah pikirkan dan renungkan: Apakah ada
sesuatu cacat atau cela pada makhluk yang diciptakan Allah, demikian juga pada sistem, hukum-
hukum dan peraturan yang berlaku padanya? Maha Besar dan Maha Pencipta Allah, Tuhan serui
sekalian alam, tiada suatu cacat atau cela pun terdapat pada makhluk yang diciptakan Nya.
Kemudian Allah SWT melanjutkan pertanyaan-Nya kepada manusia: "Apakah kamu sekalian,
hai manusia, masih ragu-ragu tentang kekuasaan dan kebesaran-Ku? Apakah kamu masih ragu-
ragu tentang sistem, hukum-hukum dan peraturan yang Aku buat untuk makhluk-Ku, yang di
dalamnya termasuk kamu sekalian? Jika kamu sekalian masih ragu-ragu, cobalah perhatikan,
renungkan dan pelajari kembali dengan sebenar-benarnya. Apakah engkau masih mendapati
dalam ciptaan-Ku itu suatu sebagian yang tidak sempurna?"
Dari pertanyaan yang dikemukakan ayat ini, dipahamkan seakan-akan Allah SWT menantang
manusia, agar mencari kalau ada barang sedikit saja kekurangan dan ketidak sempurnaan pada
ciptaan Allah. Seandainya ada kekuarangan, cacat dan cela dalam ciptaan Allah, pantas manusia
mengingkari keesaan dan kekuasaan-Nya. Tetapi mereka kagum dan mengakui kerapian ciptaan
Allah itu, bahkan mereka mengakui kelemahan mereka. Jika demikian halnya, maka keingkaran
mereka itu bukanlah ditimbulkan karena ketidakpercayaan mereka kepada Allah, tetapi semata-
mata karena kesombongan dan keangkuhan mereka semata-mata.


4 Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan
payah.(QS. 67:4)

Pertanyaan Allah SWT kepada manusia pada ayat di atas dijawab sendiri oleh Allah pada ayat
ini: "Wahai manusia, sekalipun kamu berulang-ulang memperhatikan, mempelajari dan
merenungkan seluruh ciptaan Allah, pasti kamu tidak akan menemukan kekurangan dan cacat,
walau sedikitpun. Jika kamu terus-menerus melakukan yang demikian itu, bahkan seluruh hidup
dan kehidupanmu digunakan untuk itu, akhirnya kamu hanya akan merasa dan tidak akan
menemukan kekurangan itu, sampai kamu mati dan kembali kepada-Ku, Tuhanmu.
Dari ayat ini, dipahami bahwa tidak ada seorangpun di antara manusia yang sanggup mencari
kekurangan pada ciptaan Allah. Jika ada di antara manusia yang sanggup, hal ini berarti bahwa
dia mengetahui seluruh ilmu Allah. Sampai saat ini belum ada seorangpun yang mengetahuinya
dan tidak akan ada seorangpun yang dapat memiliki seluruh ilmu Allah. Seandainya ada di
antara manusia yang dianggap paling luas ilmunya, maka ilmu yang diketahuinya itu hanyalah
merupakan bahagian yang sangat kecil saja dari ilmu Allah. Tetapi banyak di antara manusia
yang tidak mau menyadari kelemahan dan kekurangannya itu, sehingga mereka tetap ingkar
kepada-Nya.
Surah Al Baqarah 255

Artinya
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada
Tuhan selain Dia, hanya Dia sajalah yang berhak disembah. Adapun tuhan-tuhan yang lain yang
disembah oleh sebagian manusia dengan alasan yang tidak benar memang banyak jumlahnya.
Akan tetapi Tuhan yang sebenarnya hanyalah Allah semata-mata. Hanya Dialah Yang Hidup
abadi, yang ada dengan sendiri-Nya dan Dia pulalah yang selalu mengatur makhluk-Nya tanpa
ada kelalaian sedikit pun.
Kemudian ditegaskan lagi bahwa Allah swt. tidak pernah mengantuk. Orang yang berada dalam
keadaan mengantuk tentu hilang kesadarannya sehingga ia tidak akan dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik padahal Allah swt. senantiasa mengurus dan memelihara makhluk-
Nya dengan baik, tidak pernah kehilangan kesadaran atau pun lalai.
Karena Allah swt. tidak pernah mengantuk, sudah tentu Ia tidak pernah tidur karena mengantuk
adalah permulaan dari proses tidur. Dan orang yang tidur lebih banyak kehilangan kesadaran
daripada orang yang mengantuk.
Sifat Allah yang lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa Dialah yang mempunyai
kekuasaan dan yang memiliki apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang mempunyai
kekuatan dan kekuasaan yang tak terbatas sehingga Dia dapat berbuat apa yang dikehendaki-
Nya. Semuanya ada dalam kekuasaan-Nya sehingga tidak ada suatu pun dari makhluk-Nya
meskipun nabi-nabi dan para malaikat dapat memberikan pertolongan kecuali dengan izin-Nya
apalagi patung-patung yang oleh orang-orang kafir dianggap sebagai penolong-penolong mereka.
Yang dimaksud dengan "pertolongan" atau "syafaat" dalam ayat ini ialah pertolongan yang
diberikan oleh nabi kepada umatnya di hari kiamat untuk mendapatkan keringanan atau
kebebasan dari hukuman Allah. Syafaat itu hanyalah akan berhasil apabila Allah
memerintahkannya atau mengizinkannya.
Sifat Allah yang lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa Allah senantiasa mengetahui
apa saja yang terjadi di hadapan dan di belakang makhluk-Nya, sedang mereka tidak mengetahui
sesuatupun dari ilmu Allah, melainkan sekedar apa yang dikehendaki-Nya untuk mereka ketahui.
Kursi Allah (yaitu ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dan Allah tiada merasa
berat sedikit pun dalam memelihara makhluk-Nya yang berada di langit dan di bumi, dan di
semua alam ciptaan-Nya. Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Mereka tidak mengetahui ilmu Allah swt. kecuali apa yang telah dikehendaki-Nya untuk mereka
ketahui. Dengan demikian, yang dapat diketahui oleh manusia hanyalah sekedar apa yang dapat
dijangkau oleh pengetahuan yang telah dikurniakan Allah kepada mereka, dan jumlahnya amat
sedikit dibanding dengan ilmu-Nya yang luas. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

Artinya:
....dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Q.S Al Isra': 85)

Sumber:
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=7&SuratKe=2#138

You might also like