You are on page 1of 13

By kelompok 2

Dian Darmawan
Fikri faturrohman
Fachrul islam hajir
Muhammad ikhsan
*
*Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai
yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha
Kena Pajak karena perolehan Barang Kena
Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak
dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.
KEMBALI
*
*Pajak masukan adalah pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena
Pajak melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena
pajak. Pengusaha Kena Pajak, sering disebut PKP adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya
*Tata cara umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pengusaha kena
pajak mengurangkan atau mengkreditkan pajak masukan dalam suatu
masa dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. Apabila
dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak keluaran, kelebihan pajak
keluaran harus disetorkan ke kas negara. Sebaliknya, apabila dalam
masa pajak tersebut pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran,
kelebihan pajak masukan dapat dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya atau dimintakan restitusi. Dalam tata cara umum tersebut,
jumlah yang harus dibayarkan oleh pengusaha kena pajak berubah-ubah
sesuai dengan pajak masukan yang dibayarkan dan pajak keluaran yang
dipungut dalam suatu masa pajak.

KEMBALI
*Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. (Pasal 9 ayat 2 UU PPN).
*Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan
dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat
dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan
setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan
pemeriksaan. (Pasal 9 ayat 9 UU PPN).
*Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum
melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas
perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. (Pasal
9 ayat 2a UU PPN).
*Barang modal adalah harta berwujud yang memiliki masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan termasuk pengeluaran yang dikapitalisasikan ke
barang modal tersebut. (PP 1/2012).
*Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) dan ayat (9). (Pasal 9 ayat 2a UU PPN).

MEKANISME PAJAK MASUKAN
KEMBALI
LANJUT
* Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan / atau JKP harus
dikreditkan dengan Pajak Keluaran di tempat Pengusaha Kena Pajak
dikukuhkan. Contoh : alamat di FP sama dg alamat di SK pengukuhan.
Dalam hal impor BKP, DJP karena jabatan atau berdasarkan permohonan
tertulis dari PKP dapat menentukan tempat lain selain tempat
dilakukannya impor BKP sebagai tempat pengkreditan Pajak Masukan. (PM
dikreditkan di tempat PKP dikukuhkan, Dikukuhkan di beberapa tempat
maka dapat memilih). (PP 1/2012).
* Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada
Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus
disetor oleh Pengusaha Kena Pajak. Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
oleh Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. (Pasal 9 ayat 3 UU
PPN).
* Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan
pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya (Pasal 9 ayat 4 UU
PPN).
* Atas kelebihan Pajak Masukan tsb dapat diajukan permohonan
pengembalian pada akhir tahun buku. Termasuk dalam pengertian akhir
tahun buku dalam ketentuan ini adalah Masa Pajak saat Wajib Pajak
melakukan pengakhiran usaha (bubar). (Pasal 9 ayat 4a UU PPN).

KEMBALI
LANJUT
* Perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP. Ketentuan ini
memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.
Contoh : Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak
diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010.
Pajak Masukan yang diperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan
berdasarkan ketentuan ini.
* Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
usaha. Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan
kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran,
dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha, oleh karena itu,
meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi syarat adanya hubungan langsung
dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat
dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
* Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
* Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Ketentuan ini memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang
diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak
dapat dikreditkan. Contoh : Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai
Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak
tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang diperoleh sebelum
tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan sesuai pasal 9 ayat 8 UU PPN
adalah atas pengeluaran sebagai berikut :
KEMBALI
LANJUT
* Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9)
atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
* pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6).
* Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak. Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena
Pajak baru membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan atau
pemanfaatan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah diterbitkan ketetapan
pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.
* Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan
pada waktu dilakukan pemeriksaan. Namun apabila pada saat pemeriksaan diketahui
adanya perolehan BKP/JKP yang telah dibukukan atau dicatat dalam pembukuan PKP,
namun Faktur Pajaknya belum atau terlambat diterima sehingga belum dilaporkan
dalam SPT Masa PPN untuk Masa ybs., maka PM dalam Faktur Pajak tersebut dapat
dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya
Masa Pajak ybs. Contoh : Pemeriksaan SPT Masa Januari 2010 dilakukan tanggal 24
Maret 2010, dan ditemukan FP tanggal 12 Januari 2010 yang baru diterima pada
tanggal 22 Maret 2010, dan belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN Januari atau
Februari 2010, namun perolehannya sudah dicatat dalam pembukuan, maka Faktur
Pajak tertanggal 12 Januari 2010 tersebut tetap dapat dikreditkan dalam Masa PPN
Masa Maret atau April 2010.

KEMBALI
LANJUT
*Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa
Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).
*Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang
tidak terutang PPN atau mendapat fasilitas PPN dibebaskan
sebagaimana dimaksud dalam Ps 9 ayat (5) dan Ps 16B ayat
(3). Yang dimaksud dengan penyerahan yang tidak
terutang pajak adalah penyerahan barang dan jasa yang
tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4A dan yang dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16B. Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu
Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan
penyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapat
mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang pajak. Bagian penyerahan yang
terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti
dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.


KEMBALI



*

You might also like