You are on page 1of 21

Teori Belajar Kognitivisme oleh Piaget

makalah ini disusun untuk memenuhi tugas inovasi pembelajaran biologi


Dosen : Triasianingrum, Dra,.S.U

Disusun Oleh :
Ajeng Bunga Pujiyana ( 036111048 )
Elgia Nurfadilla A.S ( 036111027 )
Intan Aprillianti ( 036111023 )
Rafflenti Pintavia ( 036111017 )
Siti Rahmawati ( 036111091)
Semester VI/A













PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2014

i


Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wataala,
karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Inovasi Pembelajaran
Biologi yang bertemakan Teori Belajar Kognitivisme Piaget ini. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Biologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Penulis


Bogor, April 2014





ii


KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Profil Singkat Piaget ......................................................................................... 2
2.2 Teori Piaget ....................................................................................................... 4
2.3 Implementasi Teori Piaget dalam Pendidikan ..................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18




1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan
pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat
perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000 ;
Ormorod, 1995)
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan
belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori belajar, yaitu :
teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai teori kognitivisme yang
dikemukakan oleh Jean Piaget.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui profil singkat Jean Piaget
Untuk mengetahui teori kognitivisme yang dikemukakan oleh Piaget
Untuk mengetahui implementasi teori Piaget dalam pendidikan









2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Piaget
Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agusts 1896 di Neutchatel Swiss.
Ayahnya adalah seseorang ahli sejarah dengan spesialisasi sejarah abad
pertengahan. Ibunya adalah seorang yang dinamis, intellegen, dan taqwa
(Suparno, 2001:11). Pada tahun 1916, Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana
bidang biologi di Universitas Neuchatel. Pada usia 21 tahun ia telah
menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh gelar doctor filsafat.
Setelah menyelesaikan pendidikan formal, Piaget memutuskan untuk
mendalami psikologi di Zurich. Pada tahun 1919, ia meninggalkan Zurich dan
pergi ke Paris. Selama dua tahun, ia tinggal di Universitas Sorbonne, belajar
psikologi klinis,logika, serta epistemology. Pendalamannya tentang filsafat
meyakinkannya bahwa perlunya pemikiran spekulasi murni dilengkapi dengan
pendekatan ilmu pengetahuan yang faktual.
Pada tahun 1920, Piaget bekerja bersama Dr. Theophile Simon di
laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran yang
kemudian diujikan. Dari hasil uji yang diperolehnya, ia menyimpulkan bahwa
perbedaan jawaban yang ada disebabkan oleh perbedaan intelegensi peserta.
Berdasarkan pengalaman membuat tes tersebut, Piaget mendapatkan tiga
pemikiran penting yang mempengaruhi berpikirnya dikemudian hari. Pertama,
Piaget melihat bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berpikir
yang bebeda. Inilah yang mempengaruhi pandangan Piaget mengenai tahap-
tahap perkembangan kognitif anak. Kedua, metode klinik digunakannya untuk
mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam. Metode inilah yang
dikembangkan Piaget dalam studinya tentang perkembangan kognitif anak.
Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan untuk
mememahami pemikiran anak. Menurutnya, operasi-operasi logika yang ada
dalam pemikiran deduksi berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam diri

3

anak. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana pemikiran sangat berkaitan
dengan logika. Ciri pemikiran deduksi logis (abstrak dan hipotesis) ini menjadi
salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap perkembangan
kognitif anak.
Pada tahun 1921, Piaget diangkat sebagai direktur penelitian di Institut
Jean-Jacques Rousseu di Geneva. Disitu ia memperoleh kesempatan untuk
mempelajari pemikiran anak. Hasil penelitiannya banyak dipublikasikan pada
tahun 1923-1931.
Selama penelitian, Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara
proses pemikiran anak dengan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan
merupakan suatu tiruan (replika) dari orang dewasa. Anak buka hanya berpikir
kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan
orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap
perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa. Piaget
juga mencoba menemukan sebab-musabab perkembangan kognitif.
Pada tahun 1920-1930, Piaget meneruskan penelitiannya dalam bidang
perkembangan kognitif anak. Bersama dengan istrinya, ia meneliti ketiga
anaknya sendiri yang lahir pada tahun 1925, 1927, dan 1931. Hasil pengamatan
terhadap anak-anaknya ini dipublikasikan dalam The Original of Intelligence in
Children dan the Consruction of Realitytentang tahap sensorimotor. Studinya
tentang masa kanak-kanak meyakinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari
tindakan anak dan bukan dari bahasa anak.
Pada tahun 1940-an, Piaget tertarik untuk meneliti persepsi
psikologiGestalt. Ia memperluas pengertian persepsi tidak hanya sebagai suatu
proses tersendiri, tetapi juga berhubungan dengan inteligensi.
Sejak tahun 1943, Piaget dengan teman-temannya menerbitkan banyak
buku dan laporan tentang persepsi. Puncaknya adalah buku The Mechanism of
Perception pada tahun 1961. buku ini menjelaskan tentang struktur, proses, serta
relasi antara pesepsi dengan inteligensi seseorang. Atas anjuran Einstein, pada
tahun 1940 Piaget meneliti tentang pengertian anak tentang waktu, kecepatan,

4

dan gerak. Sebagai hasil penelitian tersebut, ia mempublikasikan dua buku, The
Childs Conception of Timedan The Childs of Movement and Speed. Sesudah
perang dunia kedua, penghargaan akan karya Piaget mulai tersebar ke seluruh
dunia. Ia menerima gelar kehormatan dari banyak Universitas, seperti
Universitas Harvard di Cambridge, Universitas Sorbonne di Paris, dan beberapa
Universitas di Belgia dan Brasilia.
Pada tahun 1950, Piaget banyak meneliti dan menulis tentang
perkembangan inteligensi manusia. Ia juga mangaplikasikan hasil penemuan
psikologis tersebut dalam persoalan epistemology. Ditahun yang sama, ia
mempublikasikan seri epistemology genetic. Buku ini merupakan sintesis
pemikirannya akan beberapa aspek pengetahuan, termasuk matematika, fisika,
psikologi, sosiologi, biologi, dan logika. Di antara tahun 1950-1960 , Piaget
banyak mempublikasikan bukunya terutama berisi tentang perkembngan
kognitif.
Hingga pada tahun 1969, Piaget menerbitkan The Psychology of the
Child yang diperuntukkan bagi kalangan umum yang ingin mengetahui
pemikirannya. Ini adalah semacam ringkasan teori Piaget tentang
perkembangan intelektual dan persepsi. Pada tahun yang sama, ia juga
menerbitkan Mental Imaginary in the Child. Buku ini menjelaskan
perkembangan gambaran mental dan hubungannya dengan perkembangan
inteligensi. Pada tahun 1967, ia mempublikasikanBiology and
Knowledge,sebuah buku yang berkaitan dengan hubungan antara faktor
biologi dengan proses kognitif. Piaget pensiun dari Institut Rousseau pada tahun
1971. Meskipun demikian, ia tetap aktif menulis dan menerbitkan banyak buku.
Piaget meninggal pada tanggal 16 September 1980 di Geneva.

2.2 Teori Piaget
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses
perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak

5

yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir
menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen
yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa
yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi
terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan
lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lingkungan,
membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa
mempertahankan hidupnya. Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget
banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari
hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan
bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang
fundamental, yaitu kecenderungan untuk :
1. organisasi ( tindakan penataan )
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan
pengetahuan kedalam system-sistem. Dengan kata lain, organisasi
adalah system pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan
pencitraan realitas yang semakin akurat.
Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk
menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha
mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam)
dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk
membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-
struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku
terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan
melakukan tindakan dalam situasi tertentu.
Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot
pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2. beradaptasi

6

Untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat
konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
1. Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk
dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap
suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan
dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia
untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan
ini secara intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi
antara asimilasi dan akomodasi.
2. Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema
yang ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap
saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan
memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak
menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi
pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari
proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi
diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi
tiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain
yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga
siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau
pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-
sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan

7

perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada
keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.

Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif
/perkembangan intelektual Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4
periode yaitu :
a. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir
sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-
tindakan fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-
kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka
seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan
dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
1) Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks
menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka
disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber
rangsangan secara lebih tepat dan terarah.
Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan
menggerakkan kepala kearah kanan.
2) Periode 2 : Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman
baru dan berusaha mengulanginya.
Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan :
1). Gerakan motorik dari tangannya dan

8

2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
3) Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi
bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler
sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan
kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
4) Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua
skema terpisah untuk mendapatkan hasil.
Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak
mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada
awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha
menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan
ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk
menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan
itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri
dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya
setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan
perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum
memeluk kotak mainan.
Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua
skema terpisah yaitu:
1). Mengibaskan perintang
2). Memeluk kotak mainan.
5) Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk
mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi
bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk
mengamati hasil yang berbeda-beda.

9

Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru
dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya
beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk
mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
6) Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat
tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai
memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya
bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir dalam
mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat
menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan
fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam
gambaran atau pemikirannya.
b. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini
anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar
atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat
secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu
untuk melaksanakan Operation (operasi) , yaitu tindakan mental
yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah kemampuan
anak mempergunakan simbol. Penggunaan simbol bagi anak pada
tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
1) Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau
dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi
pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula
dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.

10

Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-
pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
2) Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba
meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-
akan bonekanya adalah adiknya.
3) Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis
dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak
pada segi kesenangan pada diri anak yang sedang menggambar.
Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada usaha anak
untuk memulai meniru sesuatu yang riel.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat
tulis lainnya.
4) Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau
pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini
kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang
sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau
transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih
dan hitam.
5) Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda
atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan
orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
c. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan
dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-

11

aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-
proses penting selama tahapan ini adalah:
1) Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling
besar ke yang paling kecil.
2) Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
3) Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit
isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
4) Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat
dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan
sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5) Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda
adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari
objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu

12

bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
6) Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak
dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu
tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh
Baim.
d. Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia
11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini
adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti
cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini
muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif,
penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.

13

Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir
sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk
memecahkan suatu persoalan.
Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka
jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap
operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya
habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja.
Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia
akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu
mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang
tinggi, sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu
berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir
fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang
ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran
mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
Piaget mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada
hubungnnya dengan perkembangan kognitif
a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan
syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan
benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia
beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan
individu
d. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi, adalah suatu system
pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan
pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi sosial.


14

Dalam hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa
implementasi yang harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak
sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru
harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting
sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan
pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak
diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka
memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.


2.3 Implikasi teori Piaget dalam pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan
intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan
intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi,
akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan
kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif
menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan
diagram berikut :

15






















Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah
memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah
skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan
dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak
terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2
kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :

Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang
sudah ada dalam pikiran anak
Penguatan
sesuai
Kesesuaian
yang lebih
baik Pemilahan Awal
(dengan
mengingat)
Pengalaman
Baru (Benda,
Kegiatan,
Gagasan)
Keresahan
Jalan Buntu Akomodasi
Tidak sesuai

16

Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan
skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan
penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak
sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi
semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan,
kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini
anak mempunyai 2 pilihan :

Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau
menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan
secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya
atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap
stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.









17

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses
perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang
berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir
menggunakan hipotesis-hipotesis. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan
tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap.
Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu
skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu
sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan
kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif
/perkembangan intelektual Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4
periode yaitu :
e. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
f. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
g. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
h. Periode operasi formal (11,0-dewasa)







18



Antoro. 2013. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Diperoleh April 2014 dari
http://atariuz.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html
Dahar Ranta Willis Pof. Dr.M.SC.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Anonimous. 2000. kumpulan-nahan diklat nasional guru biologi SMU. Bandung :
Pusat pengembangan penataran guru IPA
Rimatrian. 2013. Teori Perkembangan Kognitif. Diperoleh April 2014 dari
http://rimatrian.blogspot.com/2013/12/teori-perkembangan-kognitif-
menurut.html
Ormrod, Jeanne Ellis. 2012. Human learning. United States of America: Pearson
Education

You might also like