You are on page 1of 6

Pendahuluan

Pencernaan adalah salah satu organ pada manuasia yang banyak memiliki fungsi penting. Salah
satunya adalah untuk menyerap dan mengolah makanan yang kita makan menjadi sumber kekuatan untuk
tubuh. Namun seringkali, padatnya pekerjaan, membuat orang lupa akan kesehatan pencernaanya
sehingga menimbulkan penyakit.
Salah satu penyakit yang paling sering pada pencernaan adalah dispepsia. Dispepsia merupakan
suatu kumpulan gejala gangguan pencernaan seperti nyeri, mual, muntah , rasa penuh, sendawa,
regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. Dispepsia dapat disebabkan karena berbagai masalah
salah satunya adalah gastritis.
4
Oleh sebab itulah untuk lebih mengenal mengenai dispepsia dan gastritis,
penulis akan menjabarkan etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinik, komplikasi, penatalaksanaan,
pencegahan dan prognosisnya.

Anamnesis
Jika pasien datang dengan keluhan dispepsia, maka kita harus melakukan anamnesis
dengan teliti. Dapat kita tanyakan kepada pasien apa keluhan utama pasien. Jika pasien datang
dengan keluha n sakit perut maka kita perlu menjabarkan dari keluhan tersebut, seperti sejak
kapan, dimana letak nyeri perutnya, dibagian mana yang terasa paling sakit, apakah nyeri pada
daerah ulu hati, apakah nyeri tersebut hilang setelah makan, apakah ada rasa nyeri yang sangat
hebat muncul tiba-tiba. Perlu juga ditanyakan apakah pasien mengalami demam dan bagaimana
sifat demam. Perlu diketahui apakah pasien sedang mengkonsumsi suatu obat-obatan atau pernah
mengkonsumsi suatu obat dalam jangka waktu yang lama. Adakah pasien mengalami nafsu
makan menghilang, muntah, muntah darah, BAB berdarah, batuk atau nyeri dada.


Pada anamnesis jangan lupa tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
tanda alarm dispepsia, seperti usia pasien, adakah muntah darah , apakah warna BAB
menjadi hitam cair, apakah pasien merasa lemah letih lesu, apakah ada penurunan berat
badan, muntah yang sangat sering. Jika didapatkan tanda-tanda alarm berarti keadaan
tersebut mengarah pada gangguan organik terutama keganasan sehingga memerlukan
endoskopi segera. Tidak lupa ditanyakan pernahkah mengalami gangguan jantung atau
gangguan paru.


Riwayat minum obat termasuk minuman yang mengandung alkohol dan jamu yang
dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau mungkin harus dihentikan. Hubungan
dengan jenis makanan tertentu perlu diperhatikan.

Perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial misalnya:
masalah anak (meninggal, nakal, sakit, tidak punya), hubungan antar manusia (orang tua, mertua,
tetangga, adik ipar, kakak), hubungan suami-istri (istri sibuk, istri muda, dimadu, bertengkar,
cerai), pekerjaan dan pendidikan (kegiatan rutin, penggusuran, pindah jabatan, tidak naik
pangkat). Hal ini berakibat eksaserbasi gejala pada beberapa orang.
5
Harus diingat gambaran khas dari beberapa penyebab dispepsia. Pasien ulkus peptikum
biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok dan nyeri berkurang dengan mencerna
makanan tertentu atau antasid. Nyeri sering membangunkan pasien pada malam hari
banyak ditemukan pada ulkus duodenum. Gejala esofagitis sering timbul pada saat berbaring
dan membungkuk setelah makan kenyang yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri dada yang
tidak spesifik (bedakan dengan pasien jantung koroner), regurgitasi dengan gejala perasaan asam
pada mulut. Bila gejala dispepsia timbul segera setelah makan biasanya didapatkan pada
penyakit esofagus, gastritis erosif dan karsinoma. Sebaliknya bila muncul setelah beberapa jam
setelah makan sering terjadi pada ulkus duodenum. Pasien dispepsia non ulkus lebih sering
mengeluhkan gejala di luar GI, ada tanda kecemasan atau depresi, atau mempunyai riwayat
pemakaian psikotropik.
2, 6-11
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kelainan intra-abdomen atau intra lumen yang
padat misalnya tumor, organomegali, atau nyeri tekan sesuai dengan adanya ransang
peritoneal/peritonitis.
1
Tumpukan pemeriksaan fisik pada bagian abdomen. Inspeksi akan distensi, asites, parut,
hernia yang jelas, ikterus, dan lebam. Auskultasi akan bunyi usus dan karekteristik motilitasnya.
Palpasi dan perkusi abdomen, perhatikan akan tenderness, nyeri, pembesaran organ dan timpani.
6

Pemeriksaan tanda vital bisa ditemukan takikardi atau nadi yang tidak regular.
1
Kemudian, lakukan pemeriksaan sistem tubuh badan lainnya. Perlu ditanyakan perubahan
tertentu yang dirasai pasien, keadaan umum dan kesadaran pasien diperhatikan. Auskultasi bunyi
gallop atau murmur di jantung. Perkusi paru untuk mengetahui konsolidasi. Perhatikan dan
lakukan pemeriksaan terhadap ektremitas, adakah terdapat perifer edema dan dirasakan adakah
akral hangat atau dingin. Lakukan juga perabaan terhadap kelenjar limfa.
6-11

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi (leukositosis),
pakreatitis (amylase, lipase), keganasan saluran cerna (CEA, CA 19-9, AFP).

Biasanya meliputi
hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil
pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan
tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita
malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam
lambung. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan
karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9.
1

2.Barium enema untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan
berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
makan. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna
bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran ke arah tumor.
1,3,15

3.Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus
halus dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.
Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung
terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain
sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
2,3,7
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan
bila dispepsia tersebut disertai oleh keadaan yang disebut alarm symptoms, yaitu adanya
penurunan berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya obstruksi, muntah darah,
melena, atau keluhan sudah berlangsung lama, dan terjadi pada usia lebih dari 45tahun.
1

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
15

4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan
kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia
di Indonesia). Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan
sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di
esofagus yang menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang
meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin.Pada
tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu
suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya
reguler, semisirkuler, dengan dasar licin). Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak
massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah.
Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya
usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang
disebut sentina loops.
1

5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi esofagus atau respon
esofagus terhadap asam.
10

Management of dyspepsia based on age and alarm features. EGD, esophagogastroduodenoscopy.

Working Diagnoses
Dispepsia
Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut
rasa penuh atau begah.
1
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan (Pepse),berarti
pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.
3
Ada berbagai macam definisi dispepsia. Salah satu definisi yang dikemukakan oleh suatu
kelompok kerja internasional adalah: Sindroma yang terdiri dari keluhan - keluhan yang
disebabkan karena kelainan traktus digestivus bagian proksimal yang dapat berupa mual atau
muntah, kembung, dysphagia, rasa penuh, nyeri epigastrium atau nyeri retrosternal dan ruktus,
yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Dengan demikian dispepsia merupakan suatu sindrom
klinik yang bersifat kronik.
2
Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-
lain.
1,6


Different Diagnoses
Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus, bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi setelah 3 bulan dengan
gejala dispepsia.
7



Epidemiologi

You might also like