Trauma kimia adalah trauma akibat terpapar bahan kimia seperti bahan alkali (basa) atau bahan asam. Bahan alkali dan asam akan menyebabkan pecah atau rusaknya sel jaringan (Ilyas, 2010). Trauma kimia sering terjadi pada mata dan kulit. Trauma kima pada mata akibat terpapar bahan kimia pada bola mata yang merusak struktur bola mata (Ilyas, 2010). Trauma kimia pada kulit biasanya dikarenakan zat kimia seperti fenol, asam hidroflourida dan fosfor.
2. PREVALENSI Secara umum, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan pajanan kerja. Prevalensi trauma kimia pada mata dialami pleh pria 3-5 kali lebih banyak daripada wanita. Perbandingan antara trauma asam dan trauma basa yaitu 1:1 sampai 1:4 (Ilyas, 2010).
3. PATOFISIOLOGI Trauma kimia dapat mengenai organ tubuh seperti mata dan kulit. Pada mata yang disebabkan trauma alkali persabunan disertai disosiasiasam lemak membrane sel. Akibat persabunan ini akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari alkali. Hal ini akan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosit. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma akan mati. Akibat membrane sel epitel kornea rusak maka memudahkan lepasnya sel diatasnya, sel epitel yang baru akan terbentuk dan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen akan dilepaskannya juga kolagenase yang akan merusak kornea dan menyebabkan tukak kornea dan perforasi kornea (Radjamin, 2002). Bila bahan asam yang mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali biasanya kerusakannya hanya pada bagian superficial saja (Radjamin, 2002).
4. GEJALA KLINIS Pada trauma kimia yang mengenai mata, gejala klinis nya berupa nyeri dengan derajat bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo disekitar cahaya, rasa mengganjal dimata, mata merah dan rasa terbakar (Rhee and Pyfer, 2010)..
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan fisik dilakukan setelah diirigasi pada mata yang terkena dengan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan dengan seksama untuk melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraocular (Asbury and Sanitatto, 2007). Pemeriksaan pH permukaan bola mata secara periodic dan melnjutkan irigasi sampai pH normal. Selain itu pemeriksaan seperti tes flourescein, tes tonometri Goldman, tes Schimmer, tes Sitologi impresi juga perlu dilakukan. Pemeriksaan laboratorium juga perlu dilakukan jika terdapat kelainan sistemik (Asbury and Sanitatto, 2007).
6. DIAGNOSIS Diagnosis dapat ditegakkan apabila adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada mata. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik dan oftalmologi seperti, defek epitel kornea, tekanan intaokular, pemeriksaan tajam penglihatan (Rhee and Pyfer, 2002).
7. TATALAKSANA Pada trauma alkali segera diirigasi dengan air selama 30 menit sebanyak 2000 ml, bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik. Bila penyebabnya CaoH, dapat diberikan EDTA 0,05. Diberikan antibiotic untuk mencegah infeksi oportunistik. Sedangkan pada pengobatan trauma asam dilakukan irigasi segera dengan garam fisiologi atau air (Rhee and Pyfer, 2002).
8. KOMPLIKASI Pada trauma kimia basa dapat terjadi komplikasi, seperti : a. Kornea, pada organ ini terjadi edema kornea karena adanya kerusakan epitel, glikosaminoglikan, keratosit dan endotel sehingga aquos humor dari bilik mata anterior dapat masuk ke dalam mata. b. Konjungtiva, sel goblet akan menghasilkan mucus yang bmenyebabkan dry eye karena produksinya berkurang c. Konjungtiva fornik, apabila terjadi peradangan atau nekrosis maka akan terjadi simblefaron d. Glaukoma sekunder, terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraokuler yang disebabkan oleh adanya kelaina dan pemendekan serabut e. Lensa dapat terjadi katarak f. Korpus siliaris, apabila terkena akan menyebabkan hipotoni permanen (Ptisis bulbi) dengan kehilangan penglihatan permanen (Rhee and Pyfer, 2002).
9. PROGNOSIS Trauma bahan kimia yang disebabkan bahan asam pada mata biasanya akan normal kembali sehingga tajam penglihatan tidak terganggu (apabila konsentrasi tidak tinggi). Pada bahan yang bersifat basa, prognosis tergantung konsentrasi, pH daerah yang terkena, lamamya kontak dan pengobatan yang diberikan (Asbury and Sanitatto, 2007).
DAFTAR PUSTAKA Asbury , T and Sanitatto, J.J. 2007. Trauma in: Vaughan DG, Asbury T, Eva PR (ed). General Ophthalmology.
Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. P.271-273 Radjamin, R.K.T et al. 2002. Penyakit lensa dalam Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Mata Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.
Rhee, D.J and Pyfer, M.F. 2002. The Wills Eye Manual: office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease.3 rd Edition. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelphia. NAMA : PUTRI HARTATI NIM : 0907101010139