You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dengan kekayaan alam yang dimiliki, bangsa Indonesia telah lama
mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
dalam menanggulangi masalah kesehatan (Sukandar, 2010)
Pada dasarnya obat tradisional (herbal) telah diterima secara luas di
hampir seluruh Negara di dunia !enurut "orld #ealth $rgani%ation ("#$),
negara&negara di '(rika, 'sia dan 'merika )atin menggunakan obat tradisional
(herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima *ahkan di
'(rika, sebanyak +0, dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer "#$ merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk kronis, penyakit degenerati( dan kanker #al ini menun-ukan
dukungan "#$ untuk .back to nature/ dalam hal yang lebih menguntungkan
("#$, 2000)
1aktor pendorong ter-adinya peningkatan penggunaan obat tradisional di
Negara ma-u adalah usia harapan hidup yang lebih pan-ang pada saat pre2alensi
penyakit kronis meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu diantaranya kanker, serta semakin luas akses in(ormasi
mengenai obat tradisional di seluruh dunia (Sukandar, 2010)
1
3amu (sebelumnya D-amu) adalah obat tradisional di Indonesia 3amu
merupakan obat herbal yang terbuat dari bahan&bahan alami, seperti bagian&
bagian tanaman seperti akar, daun, kulit kayu, dan buah 'da -uga bahan dari
tubuh he4an, seperti empedu kambing atau buaya yang digunakan (Periplus,
2010)
Di Indonesia dari tahun ke tahun ter-adi peningkatan produksi obat
tradisional !enurut data *adan Penga4asan $bat dan !akanan (*P$!), sampai
tahun 2010 terdapat 2000 industri obat tradisional yang memiliki i%in usaha
industri yang terdiri dari 510 industri berskala besar dan 1120 industri berskala
kecil Diperkirakan -umlah total pengusaha -amu di Indonesia telah mencapai 600,
namun yang men-adi anggota 7abungan Pengusaha 3amu Indonesia (7P3I)
tercatat hanya sekitar 800 pengusaha -amu 3adi memang sangat sukar bagi 7P3I
untuk dapat melakukan kontrol terhadap seluruh produksi dan distribusi diluar
anggota 7P3I (Sukandar, 2010)
*anyaknya 2ariasi sediaan bahan alam, maka untuk memudahkan
penga4asan dan peri%inan, maka *adan P$! mengelompokan dalam sediaan
-amu, sediaan herbal terstandar dan sediaan (ito(armaka Persyaratan ketiga
sediaan berbeda yaitu untuk -amu pemakaiannya secara empirik berdasarkan
pengalaman, sediaan herbal terstandar bahan bakunya harus distandarisasi dan
sudah diu-i farmakologi secara eksperimental, sedangkan sediaan fitofarmaka
sama dengan obat modern bahan bakunya harus distandarisasi dan harus melalui
u-i klinik (Periplus, 2010)
2
Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan !enteri 9esehatan
Nomor 2:8;!enkes;Per;<;1550 Pasal 1 menyebutkan bah4a = $bat >radisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan he4an,
bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan&bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan
ketrampilan yang secara turun temurun telah di4ariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, dimana setiap generasi mengikuti setiap perkembangan yang
ada (#usniah, 2010)
!enurut penelitian masa kini, meskipun obat&obatan tradisional yang
pengolahannya masih sederhana (tradisional) dan digunakan secara turun&temurun
berdasarkan resep nenek moyang adat&istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
setempat, memang berman(aat bagi kesehatan dan kini digencarkan
penggunaannya karena lebih mudah di-angkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya Selain itu obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena
menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan e(ek samping, karena
masih bisa dicerna oleh tubuh (Sukandar, 2010)
'kan tetapi khasiat alamiah dan kemurnian obat&obatan tradisional
seringkali .dinodai/ oleh pihak&pihak yang tidak bertanggung-a4ab terutama
produsen obat tradisional yang hanya mencari keuntungan (inansial sa-a tanpa
memperhatikan kemurnian dan resiko dari kandungan obat tradisional Dari data
yang saya peroleh, bah4a dari .public 4arning/ pada tahun 2010 *adan P$!,
sebanyak :8 produsen dengan senga-a mencampur kandungan herbal dari obat
tradisional dengan obat modern yang secara kimia4i -ika dosisnya tidak tepat
0
akan berbahaya 'palagi -ika ter-adi interaksi merugikan antara herbal dan bahan
kimia obat, baik obat bebas maupun obat da(tar 7 (obat keras yang hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter) Produsen -amu ada yang mencampurkan satu
bahan kimia obat dalam -amunya, tetapi ada pula yang mencampurkan beberapa
bahan kimia obat sekaligus (Suarni, 2010)
Pada dasarnya bahan kimia yang ada di dalam -amu biasanya adalah obat
sintesis yang ditambahkan *ahan tambahan yang dimaksud adalah bahan resmi,
yang dibedakan dari sediaan resmi, tidak mengandung bahan yang ditambahan,
kecuali secara khusus diperkenankan oleh monogra(i 'pabila diperkenankan
pada penandaan harus tertera nama dan -umlah bahan tambahan tersebut, dan pada
dasarnya bahan kimia yang dicampurkan ke dalam obat tradisional yang tidak
diperkenankan dan dalam produk tidak mencantumkan nama dan -umlah bahan
kimia yang ditambahkan (#usniah, 2010)
3amu e(eknya tidak langsung dapat terasa, karena itu banyak pen-ual agar
dianggap -amunya man-ur karena e(ek segera muncul dengan menambahkan obat&
obatan tersebut, misalnya -amu penghilang pegal pegal ditambah obat analgesik
(penurun rasa sakit), obat penambah berat badan ditambah kortikosteroid yang
bisa menahan air dalam tubuh hingga orangnya -adi tampak gemuk (Suarni, 2010)
9ortikosteroid adalah suatu hormon yang dibuat oleh bagian korteks (luar)
dari kelen-ar adrenal 9ortikosteroid terbagi men-adi 2 kelompok, yaitu kelompok
glukokortikoid dan mineralokortikoid 7lukokortikoid berperan mengendalikan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, -uga bertindak sebagai anti&in(lamasi
dengan cara menghambat pelepasan (os(olipid serta dapat pula menurunkan
:
kiner-a eosino(il Sedangkan mineralokortikoid ber(ungsi mengatur kadar
elektrolit dan air dengan cara penahanan garam di gin-al 'kan tetapi penggunaan
kortikosteroid yang berlebihan, yang terdapat pada -amu dapat menimbulkan
berbagai macam e(ek samping seperti dis(ungsi ereksi, cacat lahir ulcerative
colitis, Crohn's disease dan yang paling banyak ter-adi yaitu moon face yang
diakibatkan oleh penggunaan steroid -angka pan-ang (#asselgren, 2010)
*erdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik membahas tentang .'spek
!edikolegal Penggunaan 9ortikosteroid Pada 3amu ditin-au dari 9edokteran dan
Islam/
1.1. Permasalahan
111 'pa itu kortikosteroid?
112 *agaimana aspek medikolegal penggunaan kortikosteroid pada -amu
menurut @ndang&undang Nomor 08 tahun 2005 tentang 9esehatan
110 *agaimana aspek medikolegal penggunaan kortikosteroid pada -amu
menurut pandangan Islam ?
1.2. Tujuan
121 >u-uan @mum
!emberikan in(ormasi tentang aspek medikolegal penggunaan
kortikosteroid pada -amu ditin-au dari kedokteran dan Islam
122 >u-uan 9husus
1221 Dapat men-elaskan tentang kortikosteroid
A
1222 Dapat men-elaskan pandangan kedokteran tentang aspek
medikolegal penggunaan kortikosteroid pada -amu di
Indonesia
1220 Dapat men-elaskan pandangan Islam tentang aspek
medikolegal penggunaan kortikosteroid pada -amu
1.3. Manfaat
101 *agi Penulis
Skripsi ini diharapkan menambah pengetahuan penulis tentang aspek
medikolegal penggunaan kortikosteroid pada -amumenurut
kedokteran dan Islam
102 *agi @ni2ersitas Barsi
Skripsi ini diharapkan dapat men-adi masukan serta menambah
pembendaharaan karya tulis sehingga berman(aat bagi ci2itas
akademika @ni2ersitas Barsi
100 *agi !asyarakat
Skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat dan
umat Islam tentang aspek medikolegal penggunaan kortikosteroid
pada -amumenurut kedokteran dan Islam
8

You might also like