You are on page 1of 3

Pada kasus di atas didapatkan beberapa masalah keperawatan antara lain ketidakefektifan

bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, kelebihan volume cairan dan juga resiko
infeksi.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas diakibatkan oleh adanya penumpukkan sekret yang
berlebihan pada jalan napas Ny. S. Penumpukan sekret ini dapat tampak pada pemeriksaan
berdasarkan auskultasi dan observasi yaitu terdengar suara gurgling serta ronkhi pada area
pulmo bagian dextra. Respon fisiologis yang dapat tampak pada pasien dengan
ketidakefektivan bersihan jalan nafas adalah gangguan hemodinamik seperti peningkatan
frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan darah dan peningkatan tekanan nadi. Gangguan
hemodinamik yang terjadi pada Ny. S juga mengalami peningkatan RR dan TD yaitu
38x/menit (RR) dan 184/90 mmHg (TD). Dengan peningkatan RR menjadikan pasien
menjadi sesak nafas yang menimbulkan ketidaknyamanan dan kegelisahan pada pasien.
Produksi sekret berlebih merupakan akibat adanya benda asing (trakeostomi tube) yang
masuk ke dalam jalan napas Ny. S. Jalan napas mengkompensasi adanya benda asing tersebut
dengan mengeluarkan sekret supaya benda asing dapat hilang. Tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut yaitu dengan melakukan
nebulizer dengan obat Berotec, Pulmicort dan NaCl sebagai bronkodilator dan pengencer dari
sekret yang ada pada jalan napas Ny. S. Setelah nebulizer bisa dilakukan suction secara
berkala untuk mengeluarkan sekret yang berlebih. Dan ketika sekret tersebut dapat
dikeluarkan jalan napas bisa bersih.
Masalah gangguan pertukaran gas yang terjadi didukung dengan data AGD pasien.
Berdasarkan pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan pH (7.29), kenaikan PCO2
(57mmHg), peningkatan HCO3 (27.4 mmol/L), BE(-0.2). Hal ini menunjukkan terjadi
asidosis respiratorik terkompensasi murni.
Masalah gangguan pertukaran gas yang terjadi pada pasien disebabkan oleh perubahan
membran alveolar. Perubahan membran alveolar dapat disebabkan oleh adanya riwayat efusi
pleura dan Ca. mamae yang kemungkinan menyebabkan perubahan alveoli dimana fungsi
alveoli adalah sebagai pertukaran gas CO2 dan O2. Respon fisiologis yang dialami pasien
sebagai dampak dari gangguan pertukaran gas ini adalah perubahan pada hemodinamik
pasien yaitu peningkatan TD, peningkatan HR, dan peningkatan RR.
Intervensi yang dilakukan adalah kolaborasi oxygen therapy melalui ventilator dengan
metode SIM V, volume tidal 400, PEEP 6 cmH2O, FiO2 45%. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4 hari, mode SIM V diganti dengan SPONT, volume tidal 385, PEEP 6
cmH2O, FiO2 45% dan Sp02 100%. Kolaborasi pemberian oksigen tersebut dilakukan untuk
membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi pada Ny. S, sehingga Ny. S dapat bernafas
dengan nyaman. Selain itu, pemberian posisi semifowler juga dilakukan guna
memaksimalkan ekspansi paru klien. Pemantauan BGA dilakukan guna mengetahui adanya
gangguan pada proses respiratori atau metabolik klien.

Kelebihan volume cairan merupakan kondisi dimana terjadi perbedanan tekanan antara
ektraseluler dan intraseluler sehingga mendesak cairan keluar menembus interstisial.
Kelebihan volume cairan yang terjadi pada pasien dapat tampak pada inspeksi yaitu tampak
adanya edema pada ekstremitas atas dan bawah, selan itu hasil laboratorium menunjukan nila
albumin yang rendah 3,1 gr/ dL. Setelah dilakukan penghitungan balance cairan
menunjukkan nilai +700cc. Kelebihan volume cairan pada klien disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi bedrest lama/ kurangnya mobilisasi, efusi pleura serta hipoalbumin.
Intervensi dilakukan dengan tujuan mempertahankan balance cairan. Implementasi yang
dilakukan meliputi implementasi keperawatan serta kolaborasi dengan tim medis. Pemberian
albumin bertujuan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah. Albumin merupakan
protein dalam plasma yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Pembatasan pemberian
cairan dan pemantauan balance cairan pada Ny. S juga dilakukan guna memantau cairan yang
masuk ke tubuh Ny. S.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan albumin dari 2.6 g/dl menjadi 3.2 g/dl. Balance
cairan menunjukkan nilai +560 cc.
Masalah resiko infeksi terjadi akibat adanya prosedur invasif yang dilakukan kepada Ny. S.
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme
dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995).
Pada Ny. S terdapat luka yang dapat menyebabkan bakteri dengan mudah masuk
ke dalam tubuh Ny. S. Pada Ny. S juga terpasang beberapa peralatan yang bersifat
invasif yang kemungkinan dapat menyebabkan adanya bakteri penyebab infeksi.
Peralatan yang terpasang pada Ny. S dalam jangka lama dapat menyebabkan adanya
bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh Ny. S. Dengan demikian, sebagai perawat
diharapkan dapat mencegah adanya infeksi tersebut dengan menjaga kebersihan
peralatan yang masuk ke dalam tubuh Ny. S dan mengganti dengan yang baru sesuai
jangka waktunya. Selain itu, luka yang ada pada Ny. S juga harus selalu dibersihkan
sehingga luka bersih dan bakteri tidak dapat masuk ke dalam tubuh.
Intervensi yang telah dilakukan dalam mencegah adanya infeksi pada Ny. S adalah
dengan melakukan rawat luka sehingga dapat membersihkan area yang luka, memantau
hemodinamik untuk mengetahui efek dari adanya infeksi pada Ny. S, berkolaborasi
dengan dokter untuk memberikan obat antibiotik dan penurun panas jika infeksi muncul.
Selain itu, kolaborasi dilakukan juga untuk meningkatkan imun tubuh Ny. S agar tetap
mampu bertahan dengan baik. Personal hygiene juga dilakukan guna mengurangi adanya
bakteri penyebab infeksi. Personal hygiene yang telah dilakukan meliputi memandikan
dan mengganti linen klien setiap hari guna membersihkan diri dan lingkungan tempat
istirahat klien, memberikan lotion untuk melembabkan kulit klien dan melakukan oral
hygiene guna membersihkan area di sekitar mulut klien.
Oral hygiene yang dilakukan dengan menggunakan povidone iodine 1 %. Povidone
iodine merupakan antiseptik yang dapat membunuh kuman di mulut sehingga tidak
terjadi kontaminasi aspirasi sekret ke dalam saluran pernapasan.

You might also like