You are on page 1of 15

taksonomi anderson

Prinsip Dasar Penyusunan Taksonomi


Ada 4 buah prinsip dasar yang digunakan Bloom dan Krathwohl dalam melahirkan
taksonomi, yaitu:
a. Prinsip metodologis (cara guru mengajar)
b. Prinsip psikologis (fenomena kejiwaan)
c. Prinsip logis (logis dan konsisten)
d. Prinsip tujuan (keselarasan antara tujuan dan nilai-nilai)

Latar Belakang Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut
dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan
karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk
mencapai pemahaman yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan pengetahuan yang
ada pada tingkatan pertama.
Bloom memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam tingkatan
kognitif. Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat kompleks dan abstrak. Sedangkan ranah afektif
yang berdasarkan penghayatan dipimpin oleh David R. Krathwohl, ranah psikomotorik yang
berhubungan dengan gerakan refleks sederhana ke gerakan syaraf dipimpin oleh Anita Harrow.
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali
menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya
tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan
penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun
2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun)
menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah
penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang
menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir
tingkat tinggi (high order thinking).
Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson
Taksonomi Bloom
Perbaikan Taksonomi
Bloom
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai
Penilaian Menciptakan

Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal
belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir,
sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan
menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru
bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari
berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan
Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak menggambarkan
penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk
gerund yaitu remembering (ingatan), understanding (pemahaman) , applying (penerapan),
analysis (analisis), evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan) dan seterusnya. Terminologi
ini lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda
umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini
memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca,
mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat
kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation.
Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi
tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu
mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah
istilah menjadi creation (penciptaan).

Dimensi Taksonomi Anderson
Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
KATEGORI KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the student
recall or remember the information?
Dapatkah peserta didik mengucapkan atau
mengingat informasi?
Menyebutkan definisi, menirukan ucapan,
menyatakan susunan, mengucapkan, mengulang,
menyatakan
Understanding (pemahaman): Dapatkah
peserta didik menjelaskan konsep, prinsip,
hukum atau prosedur?
Mengelompokkan, menggambarkan, menjelaskan
identifikasi, menempatkan, melaporkan,
menjelaskan, menerjemahkan, pharaprase.
Applying (penerapan): Dapatkah peserta
didik menerapkan pemahamannya dalam
situasi baru?
Memilih, mendemonstrasikan, memerankan,
menggunakan, mengilustrasikan, menginterpretasi,
menyusun jadwal, membuat sketsa, memecahkan
masalah, menulis
Analyzing (analisis): Dapatkah peserta
didik memilah bagian-bagian berdasarkan
perbedaan dan kesamaannya?
Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan,
membedakan, melakukan deskriminasi,
memisahkan, menguji, melakukan eksperimen,
mempertanyakan.
Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta
didik menyatakan baik atau buruk terhadap
sebuah fenomena atau objek tertentu?
Memberi argumentasi, mempertahankan,
menyatakan, memilih, memberi dukungan,
memberi penilaian, melakukan evaluasi
Creating (penciptaan): Dapatkah peserta
didik menciptakan sebuah benda atau
pandangan?
Merakit, mengubah, membangun, mencipta,
merancang, mendirikan, merumuskan, menulis.
(Siana, 2012)

Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam
taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge
Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi).
Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut.

The Taxonomy Table
Dimensi
Pengetahuan
(The
Knowledge
Dimension)
Dimensi Proses Kognisi (TheCognitive Process Dimension)
Ingatan
(remember)
Pemahaman
(understand)
Penerapan
(apply)
Analisis
(analyze)
Penilaian
(evaluate)
Penciptaa
n
(create)
Pengetahuan
Faktual
(Factual
Knowledge)

Pengetahuan
Konseptual
(Conceptual
Knowledge)

Pengetahuan
Prosedural
(Procedural
Knowledge)

Pengetahuan
Meta-
Kognisi
(Meta-
Cognitive
Knowledge)

(LorinW. Anderson and David R. Krathwohl, 2001)

Dimensi Pengetahuan
JENIS UTAMA DAN JENIS SUB CONTOH
A. PENGETAHUAN FAKTUAL Siswa harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara
memecahkan masalah di dalamnya.
Aa. Pengetahuan tentang terminologi

Ab. Pengetahuan tentang rincian spesifik
dan elemen
Teknis kosakata, simbol musik.

Sumber utama, sumber informasi yang
dapat diandalkan.
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang
memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.
Ba. Pengetahuan tentang klasifikasi dan
kategori

Bb. Pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi

Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan
struktur
Periode waktu geologi, bentuk-bentuk
kepemilikan bisnis.

Teorema pythagoras, hukum penawaran
dan permintaan.

Teori evolusi, struktur kongres.
C. PENGETAHUAN PROSEDURAL Bagaimana melakukan sesuatu, metode penyelidikan, dan kriteria untuk
menggunakan keterampilan, algoritma, teknik, dan metode.
Ca. Pengetahuan tentang subjek-
keterampilan khusus dan algoritma


Cb. Pengetahuan tentang subjek khusus
teknik dan metode

Cc. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat
Keterampilan yang digunakan dalam
lukisan dengan warna air, seluruh
nomor algoritma pembagian.

Teknik wawancara, metode ilmiah.


Kriteria yang digunakan untuk
menentukan kapan harus menerapkan
prosedur yang melibatkan hukum kedua
Newton, kriteria yang digunakan untuk
menilai kelayakan dari penggunaan
metode tertentu untuk memperkirakan
biaya bisnis.
D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF Pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang
kognisi sendiri.
Da. Pengetahuan strategis





Db. Pengetahuan tentang tugas kognitif,
termasuk pengetahuan kontekstual dan
kondisional yang tepat


Dc. Pengetahuan diri
Pengetahuan menguraikan sebagai
sarana menangkap struktur dari unit
materi pelajaran dalam buku teks,
pengetahuan tentang penggunaan
heuristik.

Pengetahuan tentang jenis tes khusus,
mengelola pengetahuan dari tuntutan
kognitif dari tugas yang berbeda.

Pengetahuan mengkritisi diri adalah
kekuatan pribadi, sedangkan menulis
esai adalah kelemahan pribadi,
kesadaran tingkat pengetahuan sendiri
(Anderson W. Lorin, Classroom Assessment, 2003)

Keterangan
1. Pengetahuan faktual (Factual Knowledge): pengetahuan berbentuk fakta seperti nama, nomor,
jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki Hajar Dewantara, jumlah
rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan sebagainya.
2. Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge): pengetahuan berbentuk konsep, hukum, dan
prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan sejenisnya.
3. Pengetahuan prosedural (Procedural Knolwledge): pengetahuan berbentuk cara melakukan
sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur menerbangkan pesawat terbang,
langkah menyusun modul dan sejenisnya.
4. Pengetahuan metakognisi (Meta-cognition Knowledge): sering disebut a process of thinking
about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan strategi terkait dengan penerapan
pengetahuan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah
kesadaran otomatis (automatic awareness) yang timbul karena pengetahuan dan kemampuan
melakukan pengendalian (control) dan memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang peserta
didik menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video
pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Struktur Dimensi Proses Kognisi (Cognitive Process Dimension)
KATEGORI &
PROSES KOGNISI

NAMA ALTERNATIF DEFINISI DAN
CONTOH
1. INGATAN - Mengambil pengetahuan relevan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Mencari pengetahuan
dalam memori jangka
panjang yang konsisten
dengan materi yang
disampaikan (misalnya,
Kenali tanggal peristiwa
penting dalam sejarah
AS)


1.2 Mengingat Mengambil Mengambil
pengetahuan yang
relevan dari memori
jangka panjang
(misalnya, Ingat tanggal
peristiwa-peristiwa
penting dalam sejarah
AS)
2. PEMAHAMAN - Membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan komunikasi grafis
2.1 Menafsirkan Klarifikasi, Mengubah dari satu






2.2 Mencontohkan






2.3 Mengklasifikasi







2.4 Meringkas






2.5 Menyimpulkan


parafrase
mewakili
menerjemahkan




Menggambarkan,
instantiating






Mengkategorikan,
subsuming







Abstrak,
generalisasi





bentuk representation
(misalnya, numerik) ke
bentuk yang lain
(misalnya pidato, dan
dokumen)

Menemukan contoh
spesifik atau ilustrasi
dari suatu konsep atau
prinsip (misalnya,
Berikan contoh gaya
lukisan varicusartistik

Menentukan sesuatu
yang termasuk dalam
kategori (misalnya,
klasifikasikan kasus
yang diamati atau
dijelaskan dari
gangguan mental)

Abstrak tema umum
atau titik utama
(misalnya, Menulis
ringkasan singkatdari
acara yang digambarkan
pada rekaman video)

Mengambil kesimpulan
logis dari informasi
yang disajikan






2.6 Membandingkan







2.7 Menjelaskan

Penutup,
ekstrapolasi,
interpolasi,
memprediksi






Kontras,
pemetaan,
sesuai






Membangun
model
(misalnya, Dalam
belajar bahasa asing,
menyimpulkan prinsip
gramatikal dari contoh
yang ada)

Mendeteksi
korespondensi antara
dua ide, benda, dan
sejenisnya (misalnya,
peristiwa sejarah
dibandingkan dengan
situasi kontemporer)

Membangun model
sebab-akibat dari suatu
sistem (misalnya,
Jelaskan penyebab
peristiwa penting abad
ke-18 di Perancis)


3. PENERAPAN - Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu
3.1 Menjalankan







Melaksanakan







Menerapkan prosedur
untuk mengerjakan
tugas (misalnya, digit
nomor satu keseluruhan
dengan nomor lain
keseluruhan,baik
dengan digit ganda)

3.2 Mengimplementasikan



Menggunakan Menerapkan prosedur
untuk tugas asing
(misalnya, Gunakan
Hukum Kedua Newton
dalam situasi di mana
itu tepat)
4. ANALISIS-Memilah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-
bagian tersebut berhubungan satu sama lain dan struktur keseluruhan atau tujuan.
4.1 Membedakan










4.2 Mengorganisir








4.3 Menghubungkan
Diskriminatif,
membedakan,
fokus,
memilih








Temuan
koherensi,
mengintegrasikan,
menguraikan,
parsing,
penataan




Mendekonstruksi
Membedakan sesuatu
yang relevan dari bagian
yang tidak relevan atau
penting dari bagian
materi yang
disampaikan (misalnya,
bedakan antara angka
yang relevan dan tidak
relevan dalam bahasa
matematis)

Menentukan bagaimana
elemen yang cocok atau
berfungsi dalam struktur
(misalnya, Struktur
bukti dalam deskripsi
sejarah menjadi bukti
dan penjelasan terhadap
resiko artikular sejarah)

Tentukan point
pandang, nilai-nilai,
atau bahan yang
disajikan yang mendasar
(misalnya, Tentukan
sudut pandang penulis
esai dalam hal nya atau
perspektif politik nya)

5. EVALUASI-Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar
5.1 Memeriksa
















5.2 Mengkritik
Koordinasi,
mendeteksi,
pemantauan,
pengujian















Menilai
Mendeteksi
inkonsistensi dari
fallacies dalam proses
atau produk,
menentukan apakah
suatu proses atau
produk memiliki
konsistensi internal,
detecting efektivitas
prosedur seperti yang
sedang dilaksanakan
(misalnya,
Menentukan apakah
kesimpulan seorang
ilmuwan diikuti dari
data yang diamati)

Mendeteksi konsistensi
antara produk dan
kriteria eksternal,
menentukan apakah
suatu produk memiliki
konsistensi eksternal,
mendeteksi kesesuaian
prosedur untuk masalah
tertentu (misalnya,
Hukum yang dari dua
metode adalah cara
terbaik untuk
memecahkan masalah
yang diberikan)
6. PENCIPTAAN- Masukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau
fungsional, mengenali unsur-unsur ke dalam pola baru atau struktur
6.1 Membuat






6.2 Merencanakan







6.3 Memproduksi
Hipotesa






Merancang







Membangun
Datang dengan hipotesa
berdasarkan kriteria
(misalnya, Hasilkan
hipotesa untuk
menjelaskan fenomena
yang diamati)


Merancang prosedur
untuk menyelesaikan
beberapa tugas
(misalnya, Rencanakan
sebuah makalah
penelitian tentang topik
sejarah tertentu)

Menciptakan suatu
produk (misalnya,
Membangun habitat
untuk tujuan tertentu)
(Anderson W. Lorin. Classroom Assessment, 2003)


Kata Kerja Operasional pada Dimensi Proses Kognisi dalam Taksonomi Anderson

Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson)

Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan
Memahami: Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-kan, dan membuat
perhitungan
Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola
penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan.
Menganalisis :Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
Menilai: Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang
jelas

KATA KERJA OPERASIONAL TAKSONOMI ANDERSON
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptakan
Memilih
Menguraikan
Mendefinisikan
Menunjukkan
Memberitabel
Mendaftar
Menempatkan
Memadankan
Mengingat
Menamakan
Menghilangkan
Mengutip
Mengenali
Menentukan
Menyatakan
Menggolongkan
Mempertahankan
Mendemonstrasikan
Membedakan
Menerangkan
Mengekspresikan
Mengemukakan
Memperluas
Membericontoh
Menggambarkan
Menunjukkan
Mengaitkan
Menafsirkan
Menaksir
Mempertimbangkan
Memadankan
Membuatungkapan
Mewakili
Menyatakankembali
Menerapkan
Menentukan
Mendramatisasikan
Menjelaskan
Menggeneralisasikan
Memperkirakan
Mengelola
Mengatur
Menyiapkan
Menghasilkan
Memproduksi
Memilih
Menunjukkan
Membuatsketsa
Menyelesaikan
Menggunakan
Menganalisis
Mengategorikan
Mengelompokkan
Membandingkan
Membedakan
Mengunggulkan
Mendiversivikasikan
Mengidentifikasi
Menyimpulkan
Membagi
Merinci
Memilih
Menentukan
Menunjukkan
Melaksanakan survei
Menghargai
Mempertimbangkan
Mengkritik
Mempertahankan
Membandingkan
Memilih
Menentukan
Menggabungkan
Mengombinasikan
Mengarang
Mengkonstruksi
Membangun
Menciptakan
Mendesain
Merancang
Mengembangkan
Melakukan
Merumuskan
Membuathipotesis
Menemukan
Membuat
Mempercantik
Mengawali
Mengelola
Menuliaskembali
Menentukan
Merangkum
Mengatakan
Menerjemahkan
Menjabarkan
Merencanakan
Memproduksi
Memainkanperan
Menceritakan.
(Samsudin, 2011. Kata Kerja Operasional)
Menurut Thohir (2009) dalam bab terakhir bukunya, Anderson dan Krathwohl sendiri
mengakui bahwa hasil revisinya ini lebih melihat fungsi otak dalam satu kesatuan ranah
(domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian tersebut dikritisi banyak pihak karena cenderung
membuat pendidikan beranggapan bahwa adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang
sama.
Pada revisi taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah dengan
ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang lain. Karena semua
aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja otak. Sebagai contoh, pada kategori
pengetahuan metakognitif, di dalamnya juga mencakup ranah kognitif dan afektif, juga
psikomotor.
Revisi ini merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein mengatakan,
complexity is the theory of classifying problems based on how difficult they are to solve. Sebutan
ini cukup wajar karena masalah otak dan fungsinya telah mengundang beragam teori yang secara
tak langsung telah menunjukkan betapa rumitnya kajian tentangnya.
How amazing is it begitulah ungkapan dalam artikel Barry L. Aaronson. Dalam
narasi yang lebih sederhana, kami mencoba mengambil analog dari gambaran saat seseorang
sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat mengernyitkan dahi, memegang atau memijit-mijit
keningnya. Orang lain yang melihatnya, dengan mudah menebak kalau orang dengan tanda-
tanda seperti itu sedang melakukan proses berpikir.
Berpikir tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena informasi yang
dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam itu menjadi indikasi
seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang menyampaikan perasaan atau dengan kata,
hati-hati di jalan ya!, mengapa yang dipegang bukanlah kepala, tetapi malah memegang dada.
Bukankah saraf emosi dan perasaan juga berada dalam otak?.
Menfungsikan otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett (1932)
mengartikan berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi informasi, (2)
ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-interpretasi yang mengatur
kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer (1977) menyarankan pengertian berpikir
sebagai upaya mengarahkan dan menghasilkan perilaku untuk memecahkan (solve) atau mencari
solusi dari suatu masalah. Pengertian ini selevel dengan kategori metakognitif Anderson dan
Krathwohl.
Kompleksitas fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya pandangan para
ahli cognitive neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya, menegaskan bahwa aktifitas kognitif
manusia dan perilakunya bergantung kepada 95 persen di bawah batas kesadaran manusia
(subconscious awarness). Hanya 5 persen aktifitas manusia dilakukan berdasarkan kesadaran
penuh (conscious awareness). Konsep ini agak sulit disinergikan dengan kalsifikasi Anderson
dan Krathwohl dalam revisi Taksonomi Bloomnya

You might also like