You are on page 1of 23

STATUS UJIAN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)




IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : MTS
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Metro Kibang
Masuk RS Tanggal : 28 November 2013

ANAMNESIS PSIKIATRI
1. Autoanamnesis (11 Januari 2013)
2. Allooanamnesis (12 Januari 2013)
Nama / umur : Sri Indarsi/28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat/telepon : Metro Kibang / 085266267210
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan : Saudara kandung (Saudara kembar)

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRS
Marah-marah tanpa sebab yang jelas

B. Riwayat Gangguan Sekarang
Menurut pasien, kurang lebih tujuh tahun yang lalu pasien pernah bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di Kalianda. Pasien bekerja kurang lebih
selama dua bulan sebagai pembantu rumah tangga. Menurut pasien, setelah
dua bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga pasien memutuskan untuk
berhenti bekerja karena sering dibentak oleh majikannya. Sejak kejadian itu,
pasien merasa stress dan sering melihat bayangan yang mengajaknya
berbicara. Berdasarkan kejadian tersebut pasien dibawa berobat ke Rumah
Sakit Jiwa, lalu dirawat selama beberapa bulan. kemudian pulang dalam
kondisi tenang dan berobat jalan diberi pengobatan oral yaitu haloperidol dan
tryhexipenidyl.

Menurut pasien, setelah berobat dari rumah sakit jiwa ia tidak pernah melihat
bayangan kembali. Pasien menjalani aktivitas seperti biasanya, mau
berkumpul dengan keluarga, tetangga atau teman sebayanya, namun ia tidak
bekerja sebagai pembantu rumah tangga seperti sebelumnya. Pasien tidak
pernah putus obat dan rutin kontrol ke rumah sakit jiwa jika obat habis diantar
oleh kakaknya.

Menurut pasien, pada akhir tahun 2010, pasien melaksanakan pernikahan.
Beberapa bulan setelah menikah ia kembali bekerja sebagai buruh pabrik,
kurang lebih selama satu minggu ia bekerja, ia merasa lelah bekerja di pabrik
karena pekerjaannya cukup berat, sehingga ia memutuskan untuk berhenti
bekerja. Sejak saat itu ia mulai melihat bayangan serta mendengar bisikan
yang memerintahnya untuk melakukan sesuatu, kemudian pasien kembali
dibawa berobat ke rumah sakit jiwa dan dirawat sela beberapa bulan. Menurut
pasien, sepulangnya dari rumah sakit jiwa ia tidak pernah melihat bayangan
dan mendengar bisikan lagi. Pasien juga rutin kontrol dan meminum obat.


Menurut pasien, pada akhir tahun 2013 pasien berkeinginan untuk
mengunjungi suaminya yang sedang bekerja di luar kota, namun ayahnya
melarangnya menemui suaminya. Pasien merasa stress dan setiap kali ia
membujuk ayahnya ia dimarahi ayahnya. Menurut pasien ayahnya sering
marah-marah dan pernah memukul dirinya. Pasien merasa sedih dan stress
karena tidak diizinkan untuk bertemu dengan suaminya. Sejak saat itu pasien
kembali melihat bayangan dan mendengarkan bisikan yang memerintahnya
untuk melakukan sesuatu. Menurut pasien, ia berusaha melawan bayangan itu
dan pernah memukul bayangan orang tersebut hingga jatuh.

Menurut keluarga pasien, sekitar dua bulan yang lalu pasien menunjukan
perilaku yang aneh, sering berbicara sendiri dan marah-marah tanpa sebab
yang jelas. Jika marah, ia sering membanting piring. Ia juga sering bepergian
sendiri, sulit dinasihati, serta jarang tidur. Berdasarkan hal tersebut, keluarga
pasien membawa pasien berobat ke RS. Ahmad Yani Metro dan dirujuk ke
RSJ Provinsi Lampung.

Menurut pasien, saat ini ia merasa sedih karena tidak dapat bertemu dengan
suaminya. Ia juga kecewa terhadap perilaku ayahnya yang membentak dan
memukul dirinya. Selama perawatan di Rumah Sakit Jiwa, pasien masih
sering melihat bayangan berupa manusia bertubuh besar dan mengenakan baju
putih yang membisikan ia untuk pergi ke kamar mandi. Bisikan tersebut
membuat dirinya tidak nyaman dan menurutnya ia berusaha mengusir
bayangan dan bisikan-bisikan tersebut. Menurut pasien bayangan serta bisikan
tersebut hilang setelah ia meminum obat.




C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat gangguan psikiatrik:
Pasien pernah dirawat tahun 2005 dan 2011 dengan keluhan yang sama,
pasien rutin kontrol dan meminum obat. Adapun obat-obatan yang pernah
diberikan pasien adalah trifluoperazine, chlorpromazine, dan tryhexipenidyl.
Riwayat gangguan medik :
Trauma (-) infeksi (-), kejang (-)
Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Menurut pasien, selama ini pasien tidak pernah mengkonsumsi zat-zat
psikoaktif. Pasien juga menyatakan bahwa dia tidak pernah mengkonsumsi
alkohol dan merokok.
D. Riwayat Pramorbid
- Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak mengetahui
- Riwayat masa kanak awal
Tidak mengetahui
- Riwayat masa kanak pertengahan
Tidak mengetahui
- Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pasien sering bermain dengan teman sebayanya dan tidak pernah berpacaran.

E. Riwayat Pendidikan
- SD : SD, tamat 6 tahun.
- SMP : MTS, sampai kelas 2.
Pasien tidak pernah memiliki masalah di lingkungan sekolahannya. Ia tidak
pernah tinggal kelas dan merasa dapat mengikuti pelajaran.

E. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama dua bulan dan
memiliki majikan yang sering membentaknya sehingga pasien merasa tidak
nyaman. Selain itu pasien juga pernah bekerja sebagai buruh pabrik selama
satu minggu, ia merasa lelah bekerja di pabrik.

F. Riwayat Perkawinan
Menikah sekali dan memiliki satu orang anak.

G. Agama
Pasien beragama islam.

H. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan kriminal.

I. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan tiga orang saudara kandungnya di
Metro Kibang. Anak pasien diasuh oleh saudara kembarnya dan biaya hidup
ditanggung oleh suaminya.

J. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keenam dari 8 bersaudara (,,,,). Pasien
Memiliki saudara kembar perempuan. Adik laki-laki pasien juga mengalami
gangguan jiwa.Menurut pasien hubungan dengan keluarga baik.








Keterangan:
: Laki-laki
: Wanita
: pasien

K. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa mengalami gangguan jiwa dan sadar sedang dirawat


AUTOANAMNESIS TANGGAL 31 DESEMBER 2013
Dokter Muda (DM), Pasien (P)

DM : Selamat siang mbak. Perkenalkan, saya rizki,
dokter muda yang sedang bertugas disini, maaf dengan mbak siapa ?
P : Sri Indarti (benar)
DM : mbak, bisa bincang-bincang sebentar ?
P : boleh..
DM : mbak sri, usianya berapa tahun mbak?
P : 28 tahun.. (benar)
DM : Mbak Sri rumahnya dimana mbak?
P : di Metro mas... (benar)
DM : Sudah berapa hari mbak dirawat di sini ?
P : sudah satu bulan lebih disini
DM : Mbak sri, kenapa kemarin dibawa kesini mbak?
P : karena sakit saya kambuh lagi dok..
DM : Oh begitu, memang siapa yang membawa mbak sri ksini?
P : Kakak saya mas... (benar)
DM : oh begitu.. memang kambuhnya seperti apa mbak sri sampai dibawa
kesini?
P : saya suka ngomong sendiri sambil marah-marah, terus dibawa kesini
DM : oh begitu.. kalau boleh tahu mbak sri bicara dengan siapa memangnya ?
P : sama bayangan mas..
DM : Bayangan siapa mbak? Laki-laki atau perempuan?
apa mbak sri kenal dengan bayangan itu?
P : Gak mas, gak kenal.. bayangan laki-laki besar, pake baju putih
DM : Wajah bayangannya jelas gak mbak sri?
P : jelas, ada matanya.. hidungnya..
DM : Memang bayangannya suka bicara apa sama mbak sri?
P : ya macem-macem.. kadang-kadang suka nyuruh saya pergi ke mana
DM : Terus mbak Sri nurut kalau disuruh bayangan itu?
P : ya enggak saya suka lawan
DM : Melawannya bagaimana mbak?
P : Saya suruh pergi bayangannya sambil teriak pergi! Pergi! Sambil saya
pukul-pukul.. pernah bayangannya kalah sama saya sampai dia jatuh
DM : Oh begitu.. mbak sri, sekarang masih suka liat bayang-bayang itu lagi gak?
Kapan terakhir mbak sri lihat bayangan itu?
P : Masih..ya tadi pagi saya lihat, bayang-bayang itu menyuruh saya ke kamar
Mandi tapi saya tutup kuping saya lawan gak mau gak mau
DM : Mbak sri, selain bayangan pernah denger bisikan tapi gak ada orangnya
gak?
P : Ya orang itu mas yang bisikin-bisikin saya, yang tadi nyuruh-nyuruh saya
itu
DM : oh begitu.. selain orang itu ada lagi gak mbak?
P : gak ada..
DM : mbak sri memang dari kapan mbak sri lihat bayangan dan dengar bisikan-
bisikan itu?
P : hm saya lupa.. kira-kira dari tujuh tahun yang lalu..
DM : Sudah berapa kali memang dirawat mbak?
P : lupa sekitar dua atau tiga kali lah
DM : Mbak sri inget gak kenapa pertama kali mbak sri dirawat?
P : waktu itu saya pulang kerja dari kalianda, saya stress di kalianda karena
majikannya galak suka marah-marah, dari situ kata keluarga saya, saya
suka marah-marah sendiri
DM : oh begitu mbak.. memang galaknya bagaimana? Apa karena mbak sri buat
salah atau tiba-tiba marah?
P : galak aja mas.. pernah saya lagi makan terus tiba-tiba di maki-maki
DM : oh begitu.. mbak sri pernah sampai dipukul?
P : gak pernah mas..
DM : Mbak sri kan tadi bilang, katanya sudah sekitar dua atau tiga kali dirawat
disini, memang biasanya kambuhnya karena apa mbak?
P : karena stress
DM : Stress nya karena apa mbak?
P : Dimarahin bapak.. bapak saya galak
DM : Dimarahin kenapa mbak? Sampai dipukul mbal?
P : Gak diizinin ke rumah suami, iya sampai dipukul
DM : oh gitu.. mbak sri.. bayangan atau bisikan itu pernah hilang gak mbak?
P : pernah mas..
DM : Hilangnya kalau mbak sri minum obat?
P : iya..
DM : Mbak sri rajin minum obat kalau pulang ke rumah? Sering kontrol?
P : sering mas.. gak pernah berenti minum obat
DM : mbak sri, apa mbak sri tau kalau mbak sri sekarang sakit?
P : iya tau
DM : sakit apa memang mbak?
P : sakit jiwa..
DM : Di keluarga mbak sri ada yang sakit seperti mbak sri atau tidak?
P : Ada adek saya.. (benar)
DM : oh begitu.. pernah dirawat disini mbak?
P : gak pernah
DM : Kalau dibawa berobat pernah?
P : sudah pernah tapi sekarang sudah sembuh
DM : Mbak sri tau kata dokternya adik mbak sri sakit apa?
P : sakit jiwa katanya mas
DM : Oh begitu.. selain adik tidak ada lagi yang sakit seperti mbak sri?
P : Gak ada..
DM : Memang mbak sri anak ke berapa? punya berapa saudara?
P : anak ke enam.. ada delapan saudara
DM : coba mbak sri sebutin satu persatu dari kakak yang pertama..
P : Yang pertama laki-laki, kedua laki-laki, ketiga perempuan, keempat laki-
laki, kelima perempuan, keenam saya, yang kelima sama saya kembar..
ketujuh laki-laki, kedelapan perempuan (benar)
DM : Yang sakit tadi yang keberapa?
P : Ketujuh (benar)
DM : Oh begitu.. Apa yang mbak sri rasain sekarang, senang atau sedih?
P : biasa aja, pengen ketemu suami..
DM : Dalam satu minggu ini apa yang mbak rasain? Sedih? atau senang?
P : Ya sedih pengen ketemu suami..
DM : Mbak sri sudah menikah ?
P : sudah..
DM : Sudah berapa tahun menikah?
P : Dua tahun
DM : sudah punya anak belum mbak?
P : Sudah satu orang laki-laki (benar)
DM : Berapa tahun usia anak mbak sri?
P : Enam bulan.. (Benar)
DM : Mbak sri, sekolah terakhir mbak sri apa?
P : MTS..
DM : tamat mbak MTS nya?
P : Gak.. sampai kelas dua aja
DM : Loh, memangnya kenapa gak mbak sri selesaikan?
P : Gak ada biaya mas
DM : oh begitu.. kalau SD kemarin sekolah dimana?
P : di SD Tanjung Sari
DM : Berapa tahun sekolahnya mbak?
P : Enam tahun..
DM : Selama sekolah mbak sri pernah ada masalah gak?
P : Gak ada
DM : Mbak sri bagaimana tidurnya tadi malam? Nyenyak?
P : Nyenyak..
DM : Tidur jam berapa?
P : jam 10..
DM : Mbak sri kalau di rumah dengan tetangga gimana? Sering ngobrol?
P : Iya sering ngobrol
DM : Pernah gak mbak sri berfikir kalau ada orang kumpul, mbak sri merasa
mereka membicarakan mbak sri?
P : gak pernah..
DM : Baik mbak sri, jadi dari pembicaraan tadi saya simpulkan bahwa mbak sri
masih mengalami gangguan kejiwaan, mbak sri jangan terlalu stress kalau
ada masalah supaya sakitnya tidak kambuh, nanti kalau mbak sri pulang ke
rumah coba kalau ada masalah cerita ke saudara mbak sri jangan difikirin
sendiri, selain itu mbak sri juga harus rajin minum obat ya mbak

II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : tampak seorang wanita memakai baju seragam RSJ provinsi
lampung berwarna oranye. Memakai celana pendek berwarna hitam
selutut. Perawakan pendek, wajah agak tirus sesuai umur, rambut sebahu
tersisir rapih, kulit sawo matang, kesan rapih
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : tenang
4. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi sedang, volume rendah.
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : hipotimia
2. Afek : tumpul
3. Keserasian : appropriate

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan
taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : Cukup
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, jangka menengah
dan jangka segera baik.
5. Pikiran abstrak : kurang

D. Gangguan Persepsi :
- Halusinasi auditorik berupa suara orang yang memerintahnya melakukan
Sesuatu
- Halusinasi visual berupa bayangan orang betubuh besar mengenakan jubah
putih

Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Miskin ide
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi pikiran
Tidak ada

F. Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
G. Tilikan : Tilikan 4, pasien merasa dirinya sakit dan butuh \
bantuan namun tidak memahami penyebab
penyakitnya.

H. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg
N = 74x/menit
P = 19x/menit
S = 37C
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Paru : Tidak ditemukan kelainan
Jantung: Tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke RSJ provinsi Lampung dengan
keluhan berbicara sendiri. Pasien juga sering marah-marah tanpa sebab, gelisah,
sering bepergian sendiri, dan kurang tidur. Pasien telah berulang kali dirawat di
rumah sakit jiwa. Menurut pasien, saat ini ia sering melihat bayangan orang
mengenakan jubah putih dan membisikan pasien untuk melakukan sesuatu.
Keluhan tersebut telah dialami pasien selama kurang lebih tujuh tahun.

Menurut pasien, kurang lebih tujuh tahun yang lalu ia pernah bekerja sebagai
pembantu rumah tangga di Kalianda sebagai pembantu rumah tangga, ia merasa
tidak nyaman bekerja karena sering dibentak oleh majikannya. Sejak kejadian
itu, pasien merasa stress dan sering melihat bayangan yang mengajaknya
berbicara.

Pada akhir tahun 2010, pasien bekerja sebagai buruh pabrik, ia merasa lelah dan
tidak nyaman bekerja di pabrik karena pekerjaannya cukup berat. Sejak saat itu
penyakitnya kambuh kembali dan ia mulai melihat bayangan serta mendengar
bisikan yang memerintahnya sesuatu, kemudian pasien kembali dibawa berobat
ke rumah sakit jiwa dan dirawat selama beberapa bulan.

Menurut pasien, saat ini ia merasa sedih karena tidak dapat bertemu dengan
suaminya. Ia juga kecewa terhadap perilaku ayahnya yang membentak dan
memukul dirinya. Selama perawatan di Rumah Sakit Jiwa, pasien masih sering
melihat bayangan berupa manusia bertubuh besar dan mengenakan baju putih
yang membisikan ia untuk pergi ke kamar mandi. Bisikan tersebut membuat
dirinya tidak nyaman dan menurutnya ia berusaha mengusir bayangan dan
bisikan-bisikan tersebut. Menurut pasien bayangan serta bisikan tersebut hilang
setelah ia meminum obat.


Menurut keluarga pasien, beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit pasien
menunjukan perilaku yang aneh. Pasien sering berbicara sendiri dan marah-
marah tanpa sebab yang jelas. Jika pasien marah, ia sering membanting piring.
Selain itu, pasien juga sering bepergian sendiri, sulit dinasihati, serta jarang tidur.
Berdasarkan hal tersebut, keluarga pasien membawa pasien berobat ke RS.
Ahmad Yani Metro dan dirujuk ke RSJ Provinsi Lampung.

Pada status mental didapatkan, pasien mempunyai kesadaran compos mentis,
psikomotor tenang, verbalisasi tenang dengan intonasi sedang, volume rendah,
kooperatif terhadap pemeriksa, mood hipotimi, afek tumpul, keserasian
approriate. Pada fungsi kognitif, didaptkan pikiran abstrak buruk, dan
kemampuan menolong diri sendiri cukup. Ditemukan adanya gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Pasien merasa dirinya sakit
dan secara keseluruhan pasien dapat dipercaya.

V. FORMULASI DIAGNOSIS
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna yaitu sering berbicara-bicara sendiri, marah-marah, dan sulit tidur.
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas bagi pasien dan
keluarganya sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan
gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab
organik dapat disingkirkan, sehingga pasien di diagnosis sebagai Gangguan
Jiwa Psikotik Non-Organik.

Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi visual
berupa bayangan orang besar mengenakan jubah putih dan halusinasi auditorik
berupa perintah untuk melakukan tidakan seperti memerintah pasien untuk
menuju kamar mandi. Gangguan ini sudah berlangsung sejak kurang lebih
delapan tahun yang lalu. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai
Skizofrenia (F.20).

Disamping itu, ditemukan adanya gejala halusinasi auditorik berupa perintah
yang menonjol sehingga berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ-III), diagnosis pada Aksis I diarahkan pada Skizofrenia
Paranoid (F.20.0).

Pada pasien belum dapat ditemukan ciri kepribadian yang khas sehingga
diagnosis pada Aksis II diarahkan pada Ciri kepribadian tidak khas

Pada pasien tidak ditemukan adanya kelainan fisik sehingga diagnosis pada
Aksis III adalah tidak ada diagnosis

Menurut pasien, hubungan dengan ayahnya kurang baik. Pasien menyatakan
ayahnya sering marah dan pernah memukul dirinya. Selain itu pasien merasa
sedih karena tidak diizinkan untuk bertemu dengan suaminya. Berdasarkan hal
tersebut maka diagnosis pada Aksis IV adalah Stress Psikososial.

Saat ini pasien mengalami gejala sedang dan disabilitas sedang sehingga
diagnosis Aksis V adalah GAF Scalae 60-51. Pada satu tahun terakhir pasien
mengalami gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam keluarga,
lingkungan pekerjaan. sehingga diagnosis Aksis V adalah GAF Scalae 80-71.



VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0) remisi parsial

Aksis II : Ciri kepribadian skizoid

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Stress Psikososial
Aksis V : Current: GAF Scale 60-51
HLPY: GAF Scale 80-71

VII. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna.
2. Psikologik: Ditemukan adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual
3. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial pasien butuh
sosioterapi.

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

VIII. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka : Risperidone 2 x 1 mg
2. Psikoterapi Supportif
a. Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega
b. Konseling memberikan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan
menganjurkan untuk berobat teratur
c. Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan
orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan
lingkungan yang kondusif.



IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
efektivitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang
diberikan.

X. DISKUSI
Untuk mendiagnosis skizofrenia (F20), maka harus memenuhi kriteria umum
skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat jelas)
yaitu berupa : Thought, Delusion, Halusinasi auditorik, dan waham. Serta
kriteria dua gejala (paling sedikit 2 dari 4 gejala di bawah ini yang harus ada
secara jelas)
1. Halusinasi
2. Waham harus menonjol
3. Arus pikiran yang terputus
4. Perilaku katatonik
5. Gejala gejala negative (gangguan afek)
Menurut DSM-IV untuk menegakan diagnosa skizofrenia meliputi :
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal dan kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode
tersebut
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan
mood mayor, autism, atau gangguan organik.

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi visual
berupa bayangan orang yang jelas dan halusinasi auditorik bersifat
memerintah. Gangguan ini sudah berlangsung sejak kurang lebih delapan
tahun yang lalu. Gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria umum
skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat jelas),
Sehingga di diagnosis sebagai Skizofrenia (F.20).

Sedangkan untuk mendiagnosis Skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III
yaitu harus memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia. Dan sebagai
tambahan:
Halusinasi dan / atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit,mendengung,
atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain
lain perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (
delusion of control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity
dan keyakinan dikejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol. Pada pasien ini ditemukan adanya
Halusinasi visual dan Halusinasi Auditorik yang menonjol sehingga diagnosis
diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0).

Untuk terapi psikofarmaka diberikan Risperidon sebagai antipsikotik atipikal
pada pasien ini dengan pertimbangan efektivitasnya dalam mengatasi gejala
positif maupun gejala negatif yang sama baik serta efek samping yang lebih
kecil disbanding antipsikotik tipikal. Penggunaan antipsikotik atipikal kini
merupakan lini pertama untuk mengaasi gejala psikotik. Obat ini tidak
memiliki efek samping ekstrapiramidal, kecil kemungkinan dalam
peningkatan berat badan dan lebih kecil dalam menyebabkan terjadinya
sindrom metabolik. Selain itu, pemberian antipsikotik atipikal dapat
mengurangi efek samping berupa gangguan kognitif. Adapun dosis terapi
risperidon adalah 2-8 mg yang setara dengan dosis haloperidol 5-20 mg,
dengan dosis efektif 6 mg/hari. Pemberian dosis dimulai dengan 2 x1 mg
perhari, kemudian dilakukan evakuasi selama dua minggu dan dinaikan secara
bertahap.


























GANGGUAN PERSEPSI

Persepsi ialah sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik
menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar.
Secara umum persepsi terbagi dua macam yaitu :
External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang datang dari luar diri individu.
Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah
dirinya sendiri.

Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Adapun etiologi dari
dispersepsi adalah adanya gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan,obat
halusino-genik, gangguan jiwa,seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan
ilusi,psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosio-
budaya, sosio-budaya yang berbeda.

Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu :
1. Halusinasi
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
4. Derelisasi
5. Gangguan somatosenserik pada reaksi konversi,
6. Gangguan psifiligik
7. Agnosia.

A. Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apa pun pada
pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin
organic ,fungsional,psikotik ataupun histerik (Maramis,1999). Dalam buku ajar
ilmu psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia disebutkan halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal
yang nyata. Jenis-jenis halusinasi yaitu :
- Halusinasi visual, yaitu persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk
jelas (orang) atau bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali terjadi pada
gangguan medis umum.
- Halusinasi auditiorik, yaitu persepsi suara yang keliru, seolaholah
mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara musik,
dan suara kejadian alami.
- Halusinasi olfaktori yaitu, persepsi penghidu keliru seolah- olah mencium
suatu aroma tertentu, yang sering kali ditemukan pada gangguan medis
umum.
- Halusinasi gutatorik (halusinasi pengecapan) yaitu persepsi pengecapan keliru
seperti rasa tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada
gangguan medis umum.
- Halusinasi taktil yaitu, persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensai
anggota tubuh teramputasi) atau merasa badannya bergerak di sebuah ruang
tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
- Halusinasi somatik yaitu halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah
olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam ( mis. Lambung
seperti di tusuk tusuk jarum ).
- Halusinasi hipnagogik yaitu persepsi sensorik bekerja yang salah yang
terdapat pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur.
- Halusinasi hipnopompik yaitu persepsi sensorik bekerja yang salah yang
terdapat pada orang normal, terjadi ketika pseseorang terbangun.
- Halusinasi liliput yaitu persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat
lebih kecil (mickropsia).


B. Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (
persepsi) yang sebenarnya sungguh sungguh terjadi karena adanya rangsang
pada panca indra. Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang
menyimpang.

Contoh:
- Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
- Bunyi angina terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya.
- Suara binatang di semak semak, terdengar seperti ada tangisan bayi.

C. Depersonalisasi
Depersonalisasi ialah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
diri sendiri asing, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang
merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata.

Contoh:
- Perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya.
- Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.

D. Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing atau
tidak nyata.

E. Gangguan Somatosensorik
Gangguan somotosensorik pada reaksi konversi, secara harfiah soma artinya
tubuh, dan sensorik atrinya mekanisme neurologis yang terlibat dalam proses
pengindraan dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah suatu keadaan
menyangkut tubuh yang secara simbolik mengganbarkan adanya suatu konflik
emosional.
Contoh:
- Anastesia, yaitu kehilangan sebagai atau keseluruhan kepekaan indra peraba
pada kulit.
- Gangguan penglihatan atau pendengaran.
- Makropsia (megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan
sebenarnya bahkan kadang kadang terlalu besar sehingga menakutkan.

F. Gangguan Psikofiligik
Gangguan psikofisiligik ialah gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan
saraf yang berhubungan dengan kehidupan (nervus vegetatif) dan disebabkan
oleh gangguan emosi.

G. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi,baik
sebagai maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

You might also like