IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Umur : 28 Tahun Jenis Kelamin : Wanita Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Warga Negara : Indonesia Pendidikan : MTS Pekerjaan : Buruh Pabrik Alamat : Metro Kibang Masuk RS Tanggal : 28 November 2013
ANAMNESIS PSIKIATRI 1. Autoanamnesis (11 Januari 2013) 2. Allooanamnesis (12 Januari 2013) Nama / umur : Sri Indarsi/28 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat/telepon : Metro Kibang / 085266267210 Pekerjaan : Ibu rumah tangga Hubungan : Saudara kandung (Saudara kembar)
I. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan Utama dan Alasan MRS Marah-marah tanpa sebab yang jelas
B. Riwayat Gangguan Sekarang Menurut pasien, kurang lebih tujuh tahun yang lalu pasien pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kalianda. Pasien bekerja kurang lebih selama dua bulan sebagai pembantu rumah tangga. Menurut pasien, setelah dua bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga pasien memutuskan untuk berhenti bekerja karena sering dibentak oleh majikannya. Sejak kejadian itu, pasien merasa stress dan sering melihat bayangan yang mengajaknya berbicara. Berdasarkan kejadian tersebut pasien dibawa berobat ke Rumah Sakit Jiwa, lalu dirawat selama beberapa bulan. kemudian pulang dalam kondisi tenang dan berobat jalan diberi pengobatan oral yaitu haloperidol dan tryhexipenidyl.
Menurut pasien, setelah berobat dari rumah sakit jiwa ia tidak pernah melihat bayangan kembali. Pasien menjalani aktivitas seperti biasanya, mau berkumpul dengan keluarga, tetangga atau teman sebayanya, namun ia tidak bekerja sebagai pembantu rumah tangga seperti sebelumnya. Pasien tidak pernah putus obat dan rutin kontrol ke rumah sakit jiwa jika obat habis diantar oleh kakaknya.
Menurut pasien, pada akhir tahun 2010, pasien melaksanakan pernikahan. Beberapa bulan setelah menikah ia kembali bekerja sebagai buruh pabrik, kurang lebih selama satu minggu ia bekerja, ia merasa lelah bekerja di pabrik karena pekerjaannya cukup berat, sehingga ia memutuskan untuk berhenti bekerja. Sejak saat itu ia mulai melihat bayangan serta mendengar bisikan yang memerintahnya untuk melakukan sesuatu, kemudian pasien kembali dibawa berobat ke rumah sakit jiwa dan dirawat sela beberapa bulan. Menurut pasien, sepulangnya dari rumah sakit jiwa ia tidak pernah melihat bayangan dan mendengar bisikan lagi. Pasien juga rutin kontrol dan meminum obat.
Menurut pasien, pada akhir tahun 2013 pasien berkeinginan untuk mengunjungi suaminya yang sedang bekerja di luar kota, namun ayahnya melarangnya menemui suaminya. Pasien merasa stress dan setiap kali ia membujuk ayahnya ia dimarahi ayahnya. Menurut pasien ayahnya sering marah-marah dan pernah memukul dirinya. Pasien merasa sedih dan stress karena tidak diizinkan untuk bertemu dengan suaminya. Sejak saat itu pasien kembali melihat bayangan dan mendengarkan bisikan yang memerintahnya untuk melakukan sesuatu. Menurut pasien, ia berusaha melawan bayangan itu dan pernah memukul bayangan orang tersebut hingga jatuh.
Menurut keluarga pasien, sekitar dua bulan yang lalu pasien menunjukan perilaku yang aneh, sering berbicara sendiri dan marah-marah tanpa sebab yang jelas. Jika marah, ia sering membanting piring. Ia juga sering bepergian sendiri, sulit dinasihati, serta jarang tidur. Berdasarkan hal tersebut, keluarga pasien membawa pasien berobat ke RS. Ahmad Yani Metro dan dirujuk ke RSJ Provinsi Lampung.
Menurut pasien, saat ini ia merasa sedih karena tidak dapat bertemu dengan suaminya. Ia juga kecewa terhadap perilaku ayahnya yang membentak dan memukul dirinya. Selama perawatan di Rumah Sakit Jiwa, pasien masih sering melihat bayangan berupa manusia bertubuh besar dan mengenakan baju putih yang membisikan ia untuk pergi ke kamar mandi. Bisikan tersebut membuat dirinya tidak nyaman dan menurutnya ia berusaha mengusir bayangan dan bisikan-bisikan tersebut. Menurut pasien bayangan serta bisikan tersebut hilang setelah ia meminum obat.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya Riwayat gangguan psikiatrik: Pasien pernah dirawat tahun 2005 dan 2011 dengan keluhan yang sama, pasien rutin kontrol dan meminum obat. Adapun obat-obatan yang pernah diberikan pasien adalah trifluoperazine, chlorpromazine, dan tryhexipenidyl. Riwayat gangguan medik : Trauma (-) infeksi (-), kejang (-) Riwayat penggunaan zat psikoaktif Menurut pasien, selama ini pasien tidak pernah mengkonsumsi zat-zat psikoaktif. Pasien juga menyatakan bahwa dia tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan merokok. D. Riwayat Pramorbid - Riwayat Prenatal dan Perinatal Tidak mengetahui - Riwayat masa kanak awal Tidak mengetahui - Riwayat masa kanak pertengahan Tidak mengetahui - Riwayat masa kanak akhir dan remaja Pasien sering bermain dengan teman sebayanya dan tidak pernah berpacaran.
E. Riwayat Pendidikan - SD : SD, tamat 6 tahun. - SMP : MTS, sampai kelas 2. Pasien tidak pernah memiliki masalah di lingkungan sekolahannya. Ia tidak pernah tinggal kelas dan merasa dapat mengikuti pelajaran.
E. Riwayat Pekerjaan Pasien pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama dua bulan dan memiliki majikan yang sering membentaknya sehingga pasien merasa tidak nyaman. Selain itu pasien juga pernah bekerja sebagai buruh pabrik selama satu minggu, ia merasa lelah bekerja di pabrik.
F. Riwayat Perkawinan Menikah sekali dan memiliki satu orang anak.
G. Agama Pasien beragama islam.
H. Riwayat Pelanggaran Hukum Pasien tidak pernah melakukan tindakan kriminal.
I. Situasi Sekarang Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan tiga orang saudara kandungnya di Metro Kibang. Anak pasien diasuh oleh saudara kembarnya dan biaya hidup ditanggung oleh suaminya.
J. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak keenam dari 8 bersaudara (,,,,). Pasien Memiliki saudara kembar perempuan. Adik laki-laki pasien juga mengalami gangguan jiwa.Menurut pasien hubungan dengan keluarga baik.
Keterangan: : Laki-laki : Wanita : pasien
K. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya Pasien merasa mengalami gangguan jiwa dan sadar sedang dirawat
AUTOANAMNESIS TANGGAL 31 DESEMBER 2013 Dokter Muda (DM), Pasien (P)
DM : Selamat siang mbak. Perkenalkan, saya rizki, dokter muda yang sedang bertugas disini, maaf dengan mbak siapa ? P : Sri Indarti (benar) DM : mbak, bisa bincang-bincang sebentar ? P : boleh.. DM : mbak sri, usianya berapa tahun mbak? P : 28 tahun.. (benar) DM : Mbak Sri rumahnya dimana mbak? P : di Metro mas... (benar) DM : Sudah berapa hari mbak dirawat di sini ? P : sudah satu bulan lebih disini DM : Mbak sri, kenapa kemarin dibawa kesini mbak? P : karena sakit saya kambuh lagi dok.. DM : Oh begitu, memang siapa yang membawa mbak sri ksini? P : Kakak saya mas... (benar) DM : oh begitu.. memang kambuhnya seperti apa mbak sri sampai dibawa kesini? P : saya suka ngomong sendiri sambil marah-marah, terus dibawa kesini DM : oh begitu.. kalau boleh tahu mbak sri bicara dengan siapa memangnya ? P : sama bayangan mas.. DM : Bayangan siapa mbak? Laki-laki atau perempuan? apa mbak sri kenal dengan bayangan itu? P : Gak mas, gak kenal.. bayangan laki-laki besar, pake baju putih DM : Wajah bayangannya jelas gak mbak sri? P : jelas, ada matanya.. hidungnya.. DM : Memang bayangannya suka bicara apa sama mbak sri? P : ya macem-macem.. kadang-kadang suka nyuruh saya pergi ke mana DM : Terus mbak Sri nurut kalau disuruh bayangan itu? P : ya enggak saya suka lawan DM : Melawannya bagaimana mbak? P : Saya suruh pergi bayangannya sambil teriak pergi! Pergi! Sambil saya pukul-pukul.. pernah bayangannya kalah sama saya sampai dia jatuh DM : Oh begitu.. mbak sri, sekarang masih suka liat bayang-bayang itu lagi gak? Kapan terakhir mbak sri lihat bayangan itu? P : Masih..ya tadi pagi saya lihat, bayang-bayang itu menyuruh saya ke kamar Mandi tapi saya tutup kuping saya lawan gak mau gak mau DM : Mbak sri, selain bayangan pernah denger bisikan tapi gak ada orangnya gak? P : Ya orang itu mas yang bisikin-bisikin saya, yang tadi nyuruh-nyuruh saya itu DM : oh begitu.. selain orang itu ada lagi gak mbak? P : gak ada.. DM : mbak sri memang dari kapan mbak sri lihat bayangan dan dengar bisikan- bisikan itu? P : hm saya lupa.. kira-kira dari tujuh tahun yang lalu.. DM : Sudah berapa kali memang dirawat mbak? P : lupa sekitar dua atau tiga kali lah DM : Mbak sri inget gak kenapa pertama kali mbak sri dirawat? P : waktu itu saya pulang kerja dari kalianda, saya stress di kalianda karena majikannya galak suka marah-marah, dari situ kata keluarga saya, saya suka marah-marah sendiri DM : oh begitu mbak.. memang galaknya bagaimana? Apa karena mbak sri buat salah atau tiba-tiba marah? P : galak aja mas.. pernah saya lagi makan terus tiba-tiba di maki-maki DM : oh begitu.. mbak sri pernah sampai dipukul? P : gak pernah mas.. DM : Mbak sri kan tadi bilang, katanya sudah sekitar dua atau tiga kali dirawat disini, memang biasanya kambuhnya karena apa mbak? P : karena stress DM : Stress nya karena apa mbak? P : Dimarahin bapak.. bapak saya galak DM : Dimarahin kenapa mbak? Sampai dipukul mbal? P : Gak diizinin ke rumah suami, iya sampai dipukul DM : oh gitu.. mbak sri.. bayangan atau bisikan itu pernah hilang gak mbak? P : pernah mas.. DM : Hilangnya kalau mbak sri minum obat? P : iya.. DM : Mbak sri rajin minum obat kalau pulang ke rumah? Sering kontrol? P : sering mas.. gak pernah berenti minum obat DM : mbak sri, apa mbak sri tau kalau mbak sri sekarang sakit? P : iya tau DM : sakit apa memang mbak? P : sakit jiwa.. DM : Di keluarga mbak sri ada yang sakit seperti mbak sri atau tidak? P : Ada adek saya.. (benar) DM : oh begitu.. pernah dirawat disini mbak? P : gak pernah DM : Kalau dibawa berobat pernah? P : sudah pernah tapi sekarang sudah sembuh DM : Mbak sri tau kata dokternya adik mbak sri sakit apa? P : sakit jiwa katanya mas DM : Oh begitu.. selain adik tidak ada lagi yang sakit seperti mbak sri? P : Gak ada.. DM : Memang mbak sri anak ke berapa? punya berapa saudara? P : anak ke enam.. ada delapan saudara DM : coba mbak sri sebutin satu persatu dari kakak yang pertama.. P : Yang pertama laki-laki, kedua laki-laki, ketiga perempuan, keempat laki- laki, kelima perempuan, keenam saya, yang kelima sama saya kembar.. ketujuh laki-laki, kedelapan perempuan (benar) DM : Yang sakit tadi yang keberapa? P : Ketujuh (benar) DM : Oh begitu.. Apa yang mbak sri rasain sekarang, senang atau sedih? P : biasa aja, pengen ketemu suami.. DM : Dalam satu minggu ini apa yang mbak rasain? Sedih? atau senang? P : Ya sedih pengen ketemu suami.. DM : Mbak sri sudah menikah ? P : sudah.. DM : Sudah berapa tahun menikah? P : Dua tahun DM : sudah punya anak belum mbak? P : Sudah satu orang laki-laki (benar) DM : Berapa tahun usia anak mbak sri? P : Enam bulan.. (Benar) DM : Mbak sri, sekolah terakhir mbak sri apa? P : MTS.. DM : tamat mbak MTS nya? P : Gak.. sampai kelas dua aja DM : Loh, memangnya kenapa gak mbak sri selesaikan? P : Gak ada biaya mas DM : oh begitu.. kalau SD kemarin sekolah dimana? P : di SD Tanjung Sari DM : Berapa tahun sekolahnya mbak? P : Enam tahun.. DM : Selama sekolah mbak sri pernah ada masalah gak? P : Gak ada DM : Mbak sri bagaimana tidurnya tadi malam? Nyenyak? P : Nyenyak.. DM : Tidur jam berapa? P : jam 10.. DM : Mbak sri kalau di rumah dengan tetangga gimana? Sering ngobrol? P : Iya sering ngobrol DM : Pernah gak mbak sri berfikir kalau ada orang kumpul, mbak sri merasa mereka membicarakan mbak sri? P : gak pernah.. DM : Baik mbak sri, jadi dari pembicaraan tadi saya simpulkan bahwa mbak sri masih mengalami gangguan kejiwaan, mbak sri jangan terlalu stress kalau ada masalah supaya sakitnya tidak kambuh, nanti kalau mbak sri pulang ke rumah coba kalau ada masalah cerita ke saudara mbak sri jangan difikirin sendiri, selain itu mbak sri juga harus rajin minum obat ya mbak
II. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 1. Penampilan : tampak seorang wanita memakai baju seragam RSJ provinsi lampung berwarna oranye. Memakai celana pendek berwarna hitam selutut. Perawakan pendek, wajah agak tirus sesuai umur, rambut sebahu tersisir rapih, kulit sawo matang, kesan rapih 2. Kesadaran : Compos mentis 3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : tenang 4. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi sedang, volume rendah. 5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Keadaan Afektif 1. Mood : hipotimia 2. Afek : tumpul 3. Keserasian : appropriate
C. Fungsi Intelektual (Kognitif) 1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf pendidikan 2. Daya konsentrasi : Cukup 3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik 4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, jangka menengah dan jangka segera baik. 5. Pikiran abstrak : kurang
D. Gangguan Persepsi : - Halusinasi auditorik berupa suara orang yang memerintahnya melakukan Sesuatu - Halusinasi visual berupa bayangan orang betubuh besar mengenakan jubah putih
Ilusi : Tidak ada Depersonalisasi : Tidak ada Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir : 1. Arus pikiran : a. Produktivitas : Miskin ide b. Kontinuitas : Relevan, koheren c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran Tidak ada
F. Daya Nilai 1. Norma sosial : Tidak terganggu 2. Uji daya nilai : Tidak terganggu G. Tilikan : Tilikan 4, pasien merasa dirinya sakit dan butuh \ bantuan namun tidak memahami penyebab penyakitnya.
H. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital: TD = 110/70 mmHg N = 74x/menit P = 19x/menit S = 37C Mata : Konjungtiva tidak anemis Hidung : Tidak ditemukan kelainan Telinga : Tidak ditemukan kelainan Paru : Tidak ditemukan kelainan Jantung: Tidak ditemukan kelainan Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke RSJ provinsi Lampung dengan keluhan berbicara sendiri. Pasien juga sering marah-marah tanpa sebab, gelisah, sering bepergian sendiri, dan kurang tidur. Pasien telah berulang kali dirawat di rumah sakit jiwa. Menurut pasien, saat ini ia sering melihat bayangan orang mengenakan jubah putih dan membisikan pasien untuk melakukan sesuatu. Keluhan tersebut telah dialami pasien selama kurang lebih tujuh tahun.
Menurut pasien, kurang lebih tujuh tahun yang lalu ia pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kalianda sebagai pembantu rumah tangga, ia merasa tidak nyaman bekerja karena sering dibentak oleh majikannya. Sejak kejadian itu, pasien merasa stress dan sering melihat bayangan yang mengajaknya berbicara.
Pada akhir tahun 2010, pasien bekerja sebagai buruh pabrik, ia merasa lelah dan tidak nyaman bekerja di pabrik karena pekerjaannya cukup berat. Sejak saat itu penyakitnya kambuh kembali dan ia mulai melihat bayangan serta mendengar bisikan yang memerintahnya sesuatu, kemudian pasien kembali dibawa berobat ke rumah sakit jiwa dan dirawat selama beberapa bulan.
Menurut pasien, saat ini ia merasa sedih karena tidak dapat bertemu dengan suaminya. Ia juga kecewa terhadap perilaku ayahnya yang membentak dan memukul dirinya. Selama perawatan di Rumah Sakit Jiwa, pasien masih sering melihat bayangan berupa manusia bertubuh besar dan mengenakan baju putih yang membisikan ia untuk pergi ke kamar mandi. Bisikan tersebut membuat dirinya tidak nyaman dan menurutnya ia berusaha mengusir bayangan dan bisikan-bisikan tersebut. Menurut pasien bayangan serta bisikan tersebut hilang setelah ia meminum obat.
Menurut keluarga pasien, beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit pasien menunjukan perilaku yang aneh. Pasien sering berbicara sendiri dan marah- marah tanpa sebab yang jelas. Jika pasien marah, ia sering membanting piring. Selain itu, pasien juga sering bepergian sendiri, sulit dinasihati, serta jarang tidur. Berdasarkan hal tersebut, keluarga pasien membawa pasien berobat ke RS. Ahmad Yani Metro dan dirujuk ke RSJ Provinsi Lampung.
Pada status mental didapatkan, pasien mempunyai kesadaran compos mentis, psikomotor tenang, verbalisasi tenang dengan intonasi sedang, volume rendah, kooperatif terhadap pemeriksa, mood hipotimi, afek tumpul, keserasian approriate. Pada fungsi kognitif, didaptkan pikiran abstrak buruk, dan kemampuan menolong diri sendiri cukup. Ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Pasien merasa dirinya sakit dan secara keseluruhan pasien dapat dipercaya.
V. FORMULASI DIAGNOSIS Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu sering berbicara-bicara sendiri, marah-marah, dan sulit tidur. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas bagi pasien dan keluarganya sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, sehingga pasien di diagnosis sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi visual berupa bayangan orang besar mengenakan jubah putih dan halusinasi auditorik berupa perintah untuk melakukan tidakan seperti memerintah pasien untuk menuju kamar mandi. Gangguan ini sudah berlangsung sejak kurang lebih delapan tahun yang lalu. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai Skizofrenia (F.20).
Disamping itu, ditemukan adanya gejala halusinasi auditorik berupa perintah yang menonjol sehingga berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III), diagnosis pada Aksis I diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
Pada pasien belum dapat ditemukan ciri kepribadian yang khas sehingga diagnosis pada Aksis II diarahkan pada Ciri kepribadian tidak khas
Pada pasien tidak ditemukan adanya kelainan fisik sehingga diagnosis pada Aksis III adalah tidak ada diagnosis
Menurut pasien, hubungan dengan ayahnya kurang baik. Pasien menyatakan ayahnya sering marah dan pernah memukul dirinya. Selain itu pasien merasa sedih karena tidak diizinkan untuk bertemu dengan suaminya. Berdasarkan hal tersebut maka diagnosis pada Aksis IV adalah Stress Psikososial.
Saat ini pasien mengalami gejala sedang dan disabilitas sedang sehingga diagnosis Aksis V adalah GAF Scalae 60-51. Pada satu tahun terakhir pasien mengalami gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam keluarga, lingkungan pekerjaan. sehingga diagnosis Aksis V adalah GAF Scalae 80-71.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0) remisi parsial
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Stress Psikososial Aksis V : Current: GAF Scale 60-51 HLPY: GAF Scale 80-71
VII. DAFTAR PROBLEM 1. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna. 2. Psikologik: Ditemukan adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual 3. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial pasien butuh sosioterapi.
VII. PROGNOSIS Quo ad vitam : Bonam Quo ad functionam : Dubia ad malam Quo ad sanationam : Dubia ad malam
VIII. RENCANA TERAPI 1. Psikofarmaka : Risperidone 2 x 1 mg 2. Psikoterapi Supportif a. Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega b. Konseling memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat teratur c. Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif.
IX. FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.
X. DISKUSI Untuk mendiagnosis skizofrenia (F20), maka harus memenuhi kriteria umum skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat jelas) yaitu berupa : Thought, Delusion, Halusinasi auditorik, dan waham. Serta kriteria dua gejala (paling sedikit 2 dari 4 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas) 1. Halusinasi 2. Waham harus menonjol 3. Arus pikiran yang terputus 4. Perilaku katatonik 5. Gejala gejala negative (gangguan afek) Menurut DSM-IV untuk menegakan diagnosa skizofrenia meliputi : 1. Berlangsung paling sedikit enam bulan 2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan interpersonal dan kehidupan pribadi. 3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tersebut 4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor, autism, atau gangguan organik.
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi visual berupa bayangan orang yang jelas dan halusinasi auditorik bersifat memerintah. Gangguan ini sudah berlangsung sejak kurang lebih delapan tahun yang lalu. Gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria umum skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat jelas), Sehingga di diagnosis sebagai Skizofrenia (F.20).
Sedangkan untuk mendiagnosis Skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III yaitu harus memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia. Dan sebagai tambahan: Halusinasi dan / atau waham harus menonjol a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit,mendengung, atau bunyi tawa. b. Halusinasi pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain lain perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan ( delusion of control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity dan keyakinan dikejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol. Pada pasien ini ditemukan adanya Halusinasi visual dan Halusinasi Auditorik yang menonjol sehingga diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Untuk terapi psikofarmaka diberikan Risperidon sebagai antipsikotik atipikal pada pasien ini dengan pertimbangan efektivitasnya dalam mengatasi gejala positif maupun gejala negatif yang sama baik serta efek samping yang lebih kecil disbanding antipsikotik tipikal. Penggunaan antipsikotik atipikal kini merupakan lini pertama untuk mengaasi gejala psikotik. Obat ini tidak memiliki efek samping ekstrapiramidal, kecil kemungkinan dalam peningkatan berat badan dan lebih kecil dalam menyebabkan terjadinya sindrom metabolik. Selain itu, pemberian antipsikotik atipikal dapat mengurangi efek samping berupa gangguan kognitif. Adapun dosis terapi risperidon adalah 2-8 mg yang setara dengan dosis haloperidol 5-20 mg, dengan dosis efektif 6 mg/hari. Pemberian dosis dimulai dengan 2 x1 mg perhari, kemudian dilakukan evakuasi selama dua minggu dan dinaikan secara bertahap.
GANGGUAN PERSEPSI
Persepsi ialah sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar. Secara umum persepsi terbagi dua macam yaitu : External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Adapun etiologi dari dispersepsi adalah adanya gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan,obat halusino-genik, gangguan jiwa,seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosio- budaya, sosio-budaya yang berbeda.
Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu : 1. Halusinasi 2. Ilusi 3. Depersonalisasi 4. Derelisasi 5. Gangguan somatosenserik pada reaksi konversi, 6. Gangguan psifiligik 7. Agnosia.
A. Halusinasi Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organic ,fungsional,psikotik ataupun histerik (Maramis,1999). Dalam buku ajar ilmu psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia disebutkan halusinasi adalah persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata. Jenis-jenis halusinasi yaitu : - Halusinasi visual, yaitu persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk jelas (orang) atau bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali terjadi pada gangguan medis umum. - Halusinasi auditiorik, yaitu persepsi suara yang keliru, seolaholah mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara musik, dan suara kejadian alami. - Halusinasi olfaktori yaitu, persepsi penghidu keliru seolah- olah mencium suatu aroma tertentu, yang sering kali ditemukan pada gangguan medis umum. - Halusinasi gutatorik (halusinasi pengecapan) yaitu persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum. - Halusinasi taktil yaitu, persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensai anggota tubuh teramputasi) atau merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya. - Halusinasi somatik yaitu halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk tusuk jarum ). - Halusinasi hipnagogik yaitu persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur. - Halusinasi hipnopompik yaitu persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi ketika pseseorang terbangun. - Halusinasi liliput yaitu persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil (mickropsia).
B. Ilusi Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan ( persepsi) yang sebenarnya sungguh sungguh terjadi karena adanya rangsang pada panca indra. Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang.
Contoh: - Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat. - Bunyi angina terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya. - Suara binatang di semak semak, terdengar seperti ada tangisan bayi.
C. Depersonalisasi Depersonalisasi ialah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa diri sendiri asing, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata.
Contoh: - Perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya. - Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.
D. Derealisasi Derealisasi adalah perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing atau tidak nyata.
E. Gangguan Somatosensorik Gangguan somotosensorik pada reaksi konversi, secara harfiah soma artinya tubuh, dan sensorik atrinya mekanisme neurologis yang terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik mengganbarkan adanya suatu konflik emosional. Contoh: - Anastesia, yaitu kehilangan sebagai atau keseluruhan kepekaan indra peraba pada kulit. - Gangguan penglihatan atau pendengaran. - Makropsia (megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya bahkan kadang kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
F. Gangguan Psikofiligik Gangguan psikofisiligik ialah gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan saraf yang berhubungan dengan kehidupan (nervus vegetatif) dan disebabkan oleh gangguan emosi.
G. Agnosia Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi,baik sebagai maupun total sebagai akibat kerusakan otak.