You are on page 1of 3

Menjadi pertimbangan bagi perencana pembangunan, ketika menghadapi persoalan peningkatan

kapasitas sumberdaya manusia masyarakat pedesaan yang rata-rata pendidikan formalnya terbatas.
Bahkan di beberapa desa terpencil masih ditemukan mereka yang buta huruf. Tentunya perlu dipilih
metode dan media pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Para pelaku
pemberdaya di tingkat masyarakat yang selanjutnya sering disebut dengan fasilitator, mengembangkan
metode pelatihan bagi orang dewasa untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
pedesaan. Kunci dari metode pendidikan bagi orang dewasa adalah proses penyadaran melauli
penumbuhan kepercayaan diri (motivasi), menumbuhkan rasa membutuhkan pada diri masyarakat
untuk memperbaiki kualitas hidup.
PEMBANGUNAN DAERAH Dilaksanakan Melalui:Penguatan Otonomi Pengelolaan Good Governance
Daerah Sumberdaya y Keseimbangan Peran Tiga Pilar Pemerintahan Dunia Usaha Masyarakat
Menjalankan danmenciptakan lingkungan Mewujudkan penciptaan Penciptaan interaksipolitik dan
hukum yang lapangan kerja dan sosial, sosial ekonomi dan kondusif bagi unsur- pendapatan. politik.
unsur lain.
Untuk dapat mewujudkan pembangunan yang berkeadilan tersebut diperlukan tatakelola
kepemerintahan yang baik artinya tiga komponen atau pilar governance baik pemerintah, dunia usaha
maupun masyarakat harus bersinegi, seimbang dan saling mendukung satu sama lain dalam rangka
mewujudkan pembangunan yang berkeadilan tersebut.
Terdapat tiga pilar utama yang berperan dalam pembangunan wilayah, yakni pemerintah, sektor
industri/bisnis, dan masyarakat (Rogers, 2004:2). Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan
untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang. Sebagai regulator dan eksekutor
pembangunan, peran pemerintah menjadi pilar utama dalam pembangunan kawasan pesisir dan laut
Bali. Sementara itu, sektor industri sebagai kelompok bisnis yang melaksanakan kegiatan di bidang
produksi dan jasa merupakan pilar pembangunan yang sangat strategis dalam perkembangan kawasan
sebagai pusat pertumbuhan perekonomian Bali. Berbagai jenis industri dan bisnis yang ada di suatu
kawasan menjadi penggerak ekonomi kawasan yang menimbulkan beragam dampak, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Selain itu, peran masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan
merupakan pilar ketiga yang sangat penting. Peran tiga pilar pembangunan bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat lahir dan batin sehingga perlu diupayakan agar berjalan dengan baik dan
terarah.
Penyebab Kegagalan Suatu Perencanaan
data dan informasi yang digunakan dalam menyusun rencana tidak akurat dan tidak
lengkap
adanya gangguan dari beberapa faktor yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya
adanya kelemahan-kelemahan instutisional dari aparat perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
ika meninjau dari sejarah perencanaan yang ada di negeri ini, maka akan dapat terlihat beberapa
kegagalan dalam dunia perencanaan pembangunan di Indonesia, namun kegagalan yang terjadi
bukanlah terletak pada kapasitas perencana, baik badan maupun kemampuan individu dari perencana
maupun pejabat perencana itu sendiri, namun lebih kepada 4 faktor penyebab yaitu :

Kondisi Politik.
Kemampuan pengimplementasikan.
Kesesuaian aspek kelembagaan dengan perubahan ekonomi dan politik regional dan global.
Tuntutan daerah dalam hal pemerataan pembangunan.

Keempat hal inilah yang menjadi permasalah pembangunan menurut buku Perencanaan Dan
Pengembangan Wilayah, jika di tinjau ulang memang benar adanya, tak jarang berbagai hal yang telah
direncanakan oleh Planner terkadang tidak diterima di parlemen dan terkadang ketika sampai diranah
politik tak jarang menjadi mengedepankan kepentingan kelompok tertentu yang tidak lagi
mengedepankan kepentingan khalayak banyak, sikap keegoisan-pun tak jarang muncul dipermukaan
dan ditambah lagi di tingkat parlemen yang membahas mengenai perenacaan pembangunan bukanlah
orang orang yang ahli dibidang tersebut. Dan ditambah lagi buruknya pengimplementasian rencana
yang telah dibuat, kemampuan menyesuaikan perencanaan dengan jadwal dan cakupan anggaran masih
sangat buruk sehingga tak jarang sebuah rencana hanya menjadi konsep atau draft semata yang tidak
tahu kapan akan dilaksanakan. hal hal yang sedemikan itulah yang terkadang menjadi permasalahan
dan kegagalan dalam perencanaan. Namun dengan hal dan permasalahan seperti itulah menjadi
menarik untuk diselesaikan dan dipelajari lebih lanjut didunia perencanaan wilayah dan kota.
perencanaan ini disebabkan oleh tiga hal utama yaitu rendahnya tingkat kompetensi sumber daya
manusia dibidang perencanaan, kurangnya komitmen para pengambil kebijakan terhadap
dokumen perencanaan yang telah disepakati bersama dan tumpang tindihnya regulasi tentang
perencanaan. Ketiga hal tersebut menjadi sangat urgent dalam mekanisme ataupun proses
perencanaan karena tanpa dukungan ketiga aspek tersebut perencanaan tidak lebih dari mimpi
disiang bolong, sehebat apapun visi dan misi yang telah dibuat namun akan terasa hambar ketika
tidak ada yang mampu menjabarkannya kedalam rencana kerja yang riil dan kebijakan yang
mendukung sepenuhnya.
Sumber Daya Manusia akan sangat menentukan metode/cara atau bahkan seni dalam
merencanakan, namun demikian metode yang digunakan tentunya tidak keluar grand design
yang telah dirancang sedemikian rupa, hal ini yang seringkali terjadi dalam proses perencanaan
di Pandeglang. Kita seringkali lupa dengan adanya prioritas pembangunan untuk jangka panjang
dan menengah kemudian menjabarkannya satu demi satu dalam renca kerja tahunan. Kita
seringkali merencanakan suatu program dan kegiatan hanya sebatas ritual belaka guna untuk
menggugurkan kewajiban, tidak pernah ada keseriusan untuk berfikir secara deduktif dan
rasional bagaimana menjabarkan visi dan misi kedalam rencana kerja yang dapat mendukung
pencapaian visi dan misi.
Kemudian hal lainnya yang turut memberikan andil inkonsistensi perencanaan pembangunan daerah
yang berujung pada gagalnya perencanaan adalah komitmen para pengambil kebijakan terhadap
dokumen perencanaan yang telah disepakati. Regulasi perencanaan pembangunan daerah yang
menekankan pada empat pendekatan dalam perencanaan dan salah satunya pendekatan politis sering
kali terjebak pada proses tawar-menawar yang semu dan terbentur pada kepentingan pribadi maupun
golongan. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses perencanaan di era reformasi dewasa kini bernuansa
sangat demokratis sehingga segala kemungkinan dapat terjadi bahkan potensi penyimpangan terhadap
berbagai hal termasuk perencanaan sangatlah besar. Dalam kondisi tersebut komitmen merupakan obat
mujarab untuk menyeimbangkan kesadaran politik yang semakin tidak terkontrol agar alur perencanaan
pembangunan daerah tetap pada jalurnya. Komitmen sudah semestinya dibangun antara eksekutif dan
legislatif serta semua pihak diatas keyakinan yang kokoh untuk membangun Pandeglang ke arah yang
lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya, karena seperti yang telah diutarakan diatas, sebagus
apapun perencanaan tanpa dukungan kebijakan yang kuat hanya akan menjadi sebatas wacana.

You might also like