You are on page 1of 43

TATA KELOLA

OLEH :
BAYUDONO
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara

lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5. Penyelenggaraan

penan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara

lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5. Penyelenggaraan

penan
BENCANA ADALAH PERISTIWA ATAU
RANGKAIAN PERISTIWA YANG
MENGANCAM DAN MENGGANGGU
KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN
MASYARAKAT YANG DISEBABKAN,
BAIK OLEH FAKTOR ALAM DAN/ATAU
FAKTOR NON-ALAM SEHINGGA
MENGAKIBATKAN TIMBULNYA
KORBAN JIWA MANUSIA, KERUSAKAN
LINGKUNGAN, KERUGIAN HARTA
BENDA DAN DAMPAK PSIKOLOGIS
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatka
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatka
BENCANA ALAM ADALAH BENCANA
YANG DIAKIBATKAN OLEH PERISTIWA
ATAU SERANGKAIAN PERISTIWA YANG
DISEBABKAN OLEH ALAM ANTARA LAIN
BERUPA ; GEMPA BUMI, TSUNAMI,
GUNUNG MELETUS, BANJIR,
KEKERINGAN, ANGIN TOPAN DAN TANAH
LONGSOR
BENCANA NON-ALAM ADALAH
BENCANA YANG DIAKIBATKAN OLEH
PERISTIWA ATAU SERANGKAIAN PERIS-
TIWA YANG ANTARA LAIN BERUPA ;
GAGAL TEKNOLOGI, GAGAL MODER-
NISASI, EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT
BENCANA SOSIAL ADALAH BEN-
CANA YANG DIAKIBATKAN OLEH PERIS-
TIWA ATAU SERANGKAIAN PERISTIWA
YANG DIAKIBATKAN OLEH MANUSIA YANG
MELIPUTI KONFLIK SOSIAL ANTAR
KELOMPOK ATAU ANTARKOMUNITAS
MASYARAKAT DAN TEROR
DEFINISI BENCANA
(U.U. NO. 24/2007)
U.U.D 1945
Ps. 20 & Ps. 21
U.U. 24/2007
Ps. 7 ayat 3
PPres.. ttg
Pedoman Status &
Tingkatan
Bencana
Ps. 17
PPres 8/2008 ttg
Pembentukan
BNPB
Ps. 25
Perda ttg
Pembentukan
BPBD
Ps. 30
PP 23/2008 ttg
Peran Lembaga
Asing
Ps. 65-69
PP 22/2008 ttg Pe-
ngelolaan Ban-
tuan & Penda-
naan
Ps. 50, 58, 59
PP 21/2008 ttg
Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana
Ps. 35, 36
PerKa BNPB ttg
Pedoman Pe-
nyusunan RPB
Ps. 35
Perda/Pergub
ttg
RPB
Ps. 51
PPres ttg
Penetapan Status
Bencana
Ps. 35
Pergub ttg
Penetapan Status
Bencana
Ps. 61
Perda ttg
Alokasi Anggaran
Bencana
U.U. NO. 24/2007
Pasal 3. ayat (2).

Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu:
a. cepat dan tepat;
b. prioritas;
c. koordinasi dan keterpaduan;
d. berdaya guna dan berhasil guna;
e. transparansi dan akuntabilitas;
f. kemitraan;
g. pemberdayaan;
h. nondiskriminatif; dan
i. nonproletisi.
U.U. NO. 24/2007
Pasal 7

(1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi:
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan
kebijakan pembangunan nasional;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan
unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana;
c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan
bencana dengan negara lain, badan-badan, atau pihakpihak
internasional lain;
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang
berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan
sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk
melakukan pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang
yang berskala nasional
(2) Penetapan status dan tingkat bencana nasional dan
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
memuat indikator yang meliputi:
a. jumlah korban;
b. kerugian harta benda;
c. kerusakan prasarana dan sarana;
d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan status
dan tingkatan bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.
REHABILITASI
Tujuan:
PENYELAMATAN
KORBAN
Penyelamatan Korban
Penanganan Korban Luka2
Pembentukan Tim Tanggap
Darurat/Satkorlak
Pembentukan Pusat2
Layanan (Posko)
Distribusi Supplies (Logistik,
tenda dll)
Penyediaan hunian
sementara
Penguatan Jalur Distribusi
Pendataan Korban & Akibat
Bencana (Media Center)
Pendampingan Psikologis
Pengalihan Program
Pembangunan ke Program
Darurat
Tujuan:
PEMULIHAN STANDAR
PELAYANAN MINUM :
Pemulihan sistem pe-
merintahan (Kab, Kec, Desa)
Pemulihan Pelayanan publik
(pendidikan, kesehatan dll)
Pembangunan kembali
perumahan
Pemulihan Pelayanan sosial
dasar
Rekonstruksi Prasa-rana &
sarana dasar
Pemulihan fasilitas
perekonomian
Rehabilitasi psikologis
dll
Tujuan:

PEMBANGUNAN
KEMBALI SELURUH
SISTEM :
Sistem ekonomi (pro-duksi,
perdagangan, perbankan)
Sistem transportasi
Sistem telekomunikasi
Pemulihan sosial dan
budaya
Pemulihan kelembagaan
Pengembalian (main-
streaming) program darurat
ke Program Pembangunan
Dll.

KEGIATAN DALAM SETIAP TAHAPAN
PROGRAM PENANGANAN PASCA BENCANA DI D.I. YOGYAKARTA
TANGGAP DARURAT
& PEMULIHAN
REKONSTRUKSI
? ?
BEBERAPA KETENTUAN YANG PERLU DICERMATI ;
TANGGAP
DARURAT
Keterkaitannya dengan status keadaan darurat (status
kedaruratan yang mana)
Persyaratan ditetapkannya kegiatan tanggap darurat
Siapa yang menetapkan diambilnya kegiatan tanggap
darurat (penentu status & tingkatan bencana)
Konsekuensi yang timbul bagi pejabat penentu
pengambilan kegiatan tanggap darurat (kalau ternyata
kedaruratan tidak separah perkiraan)

STATUS
KEADAAN
DARURAT
Ditetapkan oleh Presiden ? (bagaimana di daerah)
Sequence/urutan status keadaan (kalau mendadak)
Bersifat responsif atau antisipatif (menunggu sampai
terjadi bencana)
Konsekuensi bagi pejabat yang menetapkan status
(kalau ternyata tidak terjadi bencana)
Pengakhiran status kedaruratan (kasus DIY & Klaten)
CATATAN :
STATUS KEADAAN DARURAT NAMPAKNYA HANYA BERLAKU HANYA
UNTUK KEJADIAN BENCANA YANG DAPAT DIPERKIRAKAN SEBELUMNYA
(SEPERTI; Gn. MERAPI)
BEBERAPA KETENTUAN YANG PERLU DICERMATI ;
STATUS
BENCANA
Proses penilaian kerusakan & kerugian (DLA) yang
memerlukan waktu (prinsip cepat tepat tidak terpenuhi)
Penetapan metode penilaian kerusakan & kerugian (banyak
metode, mis; ECLAC)
Kuantifikasi indikator untuk menentukan status bencana
(ukuran dari ; ringan, sedang, berat)
Kemungkinan peningkatan status bencana dan
prosedurnya (dari ringan ke sedang dst dan dari lokal ke
daerah dst)
Cakupan wilayah (mestinya masuk ke indikator tingkatan
bencana)

TINGKATAN
BENCANA
Proses penilaian kerusakan & kerugian (DLA) yang
memerlukan waktu(prinsip cepat tepat tidak terpenuhi)
Kuantifikasi nilai kerusakan untuk menentukan tingkat
bencana (misal; dampak sosek dari bencana tingkat lokal,
daerah, nasional)
Kemungkinan peningkatan status bencana dan
prosedurnya (bencana makin meluas, mis; pandemi
penyakit)
Keterkaitannya dengan pembagian kewenangan
penyelenggaraan pemerintahan (otonomi daerah dan
desentralisasi)
U.U. NOMOR 24/2007
Pasal 1

10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelematan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
U.U. NOMOR 24/2007
Pasal 1
19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas
dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk
menanggulangi bencana.
DRAFT PERATURAN PRESIDEN R.I. TENTANG PENETAPAN STATUS
DAN TINGKATAN BENCANA
20. Status keadaan darurat dibedakan menjadi; awas, siaga dan waspada,
yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang dilakukan secara
akurat oleh Badan atau Lembaga yang berkompeten
21. Status keadaan darurat waspada adalah suatu keadaan darurat yang
menunjukkan peningkatan suatu gejala dari suatu proses atau peristiwa
yang memungkinkan timbulnya ancaman bencana dan ditentukan
berdasarkan hasil pemantauan secara akurat
22. Status keadaan darurat siaga adalah peningkatan dari keadaan darurat
waspada, yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang akurat
23. Status keadaan darurat awas adalah peningkatan dari keadaan darurat
siaga yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang akurat
STATUS
BENCANA
Keadaan bencana di suatu tempat pada saat
terjadi, dengan indikator jumlah korban, kerugian
harta benda, kerusakan prasarana-sarana,
cakupan wilayah dan dampak sosial ekonomi,
yang dapat dibedakan menjadi ; bencana ringan,
sedang dan berat
TINGKATAN
BENCANA
Keadaan di suatu tempat yang terlanda oleh jenis
bencana tertentu dan dinilai berdasarkan jumlah
korban, kerugian harta benda, kerusakan
prasarana-sarana, cakupan wilayah dan dampak
sosial ekonomi, yang dibedakan menjadi lokal,
daerah dan nasional
DRAFT PERATURAN PRESIDEN R.I. TENTANG
PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA
PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA
TINGKAT
INDIKATOR
(DRAFT PERPRES)
KOMENTAR
LOKAL
(KABUPATEN-
KOTA)

Jumlah korban (jiwa?)
kurang dari 100 orang
Kerugian harta benda
kurang dari Rp. 1 milyar
Kerusakan sarpras ringan
Cakupan wilayah kurang
dari 10 km2
Dampak sosek terbatas
Pemerintah (kab/kota)
mampu menangani ber-
dasar SDM, sumberdaya
finansial dan dari segi
teknologi
Perlu kejelasan apakah
indikator-indikator ters-
ebut bersifat kumulatif
(dan) atau alternatip
(atau), misalnya ; korban
kurang dari 100 orang
tapi kerugian > Rp. 1
milyar
Kerusakan sarpras di-
ukur dari fungsi
Apa keuntungan dita-
ngani sendiri dibanding
jika diserahkan kepada
level lebih tinggi (de-
ngan surat takluk)
PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA
TINGKAT
INDIKATOR
(DRAFT PERPRES)
KOMENTAR
DAERAH
(PROPINSI)

Jumlah korban (jiwa?) ku-
rang dari 500 orang
Kerugian harta benda ku-
rang dari Rp. 1 trilyun
Kerusakan sarpras mene-
ngah (beberapa meng-
ganggu kehidupan masya-
rakat)
Cakupan wilayah lebih dari
1 kab/kota dalam propinsi
Dampak sosek menengah,
sebagian besar kegiatan
sosek terganggu
Pemerintah bersama Pem
kab/kota mampu mena-
ngani berdasar SDM, sum-
berdaya finansial dan dari
segi teknologi
Perlu kejelasan apakah
indikator-indikator ters-
ebut bersifat kumulatif
(dan) atau alternatip
(atau), misalnya ; korban
kurang dari 500 orang
tapi kerugian > Rp. 1
trilyun
Kerusakan sarpras di-
ukur dari fungsi
Apa keuntungan dita-
ngani sendiri dibanding
jika diserahkan kepada
level lebih tinggi (de-
ngan surat takluk)

PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA
TINGKAT
INDIKATOR
(DRAFT PERPRES)
KOMENTAR
NASIONAL

Jumlah korban (jiwa?) lebih
dari 500 orang
Kerugian harta benda lebih
besar dari Rp. 1 trilyun
Kerusakan sarpras sangat
berat sehingga tidak dapat
berfungsi mendukung kehi-
dupan
Cakupan wilayah sangat lu-
as mencakup beberapa
kab/kota di lebih dari 1
propinsi
Pemerintah (kab/kota) ti-
dak mampu lagi menangani
berdasar SDM, sumberda-
ya finansial, srapras, ke-
lembagaan, manajemen dan
dari segi teknologi

BENCANA
RINGAN
BENCANA
SEDANG
BENCANA BERAT
LOKAL/
KABUPATEN-
KOTA
bencana ringan di
kab/kota dalam
propinsi
KAB/KOTA YBS
bencana se-
dang di kab/ kota
dalam propinsi
KAB/KOTA YBS
bencana berat di
kab/ kota dalam
propinsi
PROPINSI YBS
DAERAH/
PROPINSI
bencana ringan
meliputi > 1
kab/kota dalam
propinsi
MASING2
KAB/KOTA DGN
KOORD PROPINSI
bencana sedang
meliputi > 1
kab/kota dalam
propinsi
PROPINSI YBS

bencana berat
meliputi > 1
kab/kota dalam
propinsi
PROPINSI DGN
KOORD PUSAT
NASIONAL
bencana ringan
meliputi > 1
propinsi
MASING2
KAB/KOTA DGN
KOORD PUSAT
bencana sedang
meliputi > 1
propinsi
MASING2 PROPINSI
DGN KOORD PUSAT
bencana berat
meliputi > 1
propinsi
PUSAT
USULAN LEMBAGA PENENTU STATUS DAN TINGKATAN
BENCANA
CATATAN :
MESTINYA PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA TIDAK
MERUPAKAN ALASAN UNTUK PENGALIHAN KEWENANGAN
PENANGGULANGAN BENCANA
MANAJEMEN BANTUAN
TIDAK ADA NEGARA/DAERAH DI DUNIA INI YANG MAMPU
MENANGGULANGI BENCANA YANG MELANDA TANPA
BANTUAN DARI LUAR (NEGERI/DALAM NEGERI)
Aspek kemitraan dan kerjasama internasional adalah salah satu kunci
utama dalam penanganan bencana.
Hal ini merupakan elemen yang sama pentingnya dengan peningkatan
kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam memandang dan
mengelola bencana,
BANTUAN ASING DI D.I.Y SAAT GEMPA BUMI 27 MEI
2006
1. Austria
2. Amerika Serikat
3. AusSAID
4. Brunei Darussalam
5. China
6. Cruz Roja Espanola
7. Chairperson Good Neighbour
International
8. Direct relief Interna-tional St.
Barbara
9. European Community
10. Philipina
11. India
12. Italia (World Food Program)
13. Iran
14. Islamic Relief
15. Inggris (Oxfam)
16. Japan (JICS, JICA, JBIC, Hyogo
Pref. Kyoto Pref. etc)
17. Jerman
19. Jordan
20. Korea Selatan
21. Kuba
22. Kuwait
23. Malaysia
24. Moldova
25. Norwegia
26. Pakistan
27. Perancis
28. Polandia
29. Qatar
30. Red Cross Iran
31. Rotary International
32. Rusia
33. Saudi Arabia,
34. dst sampai 480
negara/institusi


BAGAIMANA AGAR BANTUAN YANG DITERIMA ;
1. EFEKTIP DAN EFFISIEN
2. BERMANFAAT
3. CEPAT SAMPAI KE SASARAN
4. TEPAT SASARAN
5. SESUAI KEBUTUHAN (TIDAK MESTI MEMENUHI KEBUTUHAN)
6. TERCATAT (DALAM SISTEM DATA BASED BERBASIS I.T)
7. DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
8. TRANSPARAN/AKSESIBEL
BANTUAN DAPAT BERWUJUD ;
BARANG/LOGISTIK
JASA
MEDIS
KONSTRUKSI
PELAYANAN
CASH
KONSULTASI
PRINSIP DALAM PROGRAM REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DI D.I.Y.
1. Masyarakat Yogyakarta akan membangun kemandiriannya.
2. Bantuan dari Pemerintah (Pusat, Propinsi dan Kabupa-ten/Kota) adalah
merupakan bagian dari tugas peme-rintah untuk membantu dan
melindungi warga-negaranya
3. Masyarakat Yogyakarta tidak bersedia menerima ban-tuan dalam wujud
pinjaman/loan yang nantinya akan membebani rakyat Indonesia
4. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi didasarkan pada prinsip
Pemberdayaan Masyarakat (Community Based Development) dan
dilaksanakan secara gotong-royong,
5. Bantuan dari luar masyarakat adalah untuk membantu masyarakat agar
mampu menolong dirinya sendiri
6. Rehabilitasi dan Rekonstruksi tidak semata-mata untuk aspek fisik tetapi
juga aspek ekonomi dan sosial budaya. Untuk itu, nilai budaya dan
kearifan lokal harus dipertim-bangkan dan akan menjadi dasar bagi
perencanaan dan pelaksanaan program
1. menjamin penghormatan terhadap peran dan tindakan Pemerintah
berdasarkan kepentingan masyarakat sebagai penanggung jawab
utama dalam mengatur dan mengkoordinir kegiatan
penanggulangan bencana;
2. memungkinkan masyarakat internasional memberikan dukungan
dan kontribusi secara efektif dalam kegiatan penanggulangan
bencana;
3. memperjelas proses, peran, dan tanggung jawab Pemerintah dan
komunitas internasional dalam kegiatan penanggulangan bencana;
4. meminimalisasi hambatan-hambatan administrasi dan hukum yang
dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemberian bantuan
internasional dalam situasi darurat; dan
5. menjamin kerjasama dan bantuan internasional yang diberikan
sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan kualitas standar
baik secara nasional maupun internasional.
Bantuan (dari luar/dalam negeri, bilateral, multilateral, swasta/lsm
dsb) diarahkan untuk mendukung penguatan upaya penanggulangan
bencana, pengurangan ancaman dan risiko bencana, pengurangan
penderitaan korban bencana, dan mempercepat pemulihan kehidupan
masyarakat
Selain itu juga untuk ;
P.P. NOMOR 23 tahun 2008
PP. 22 tahun 2008 mengatur tentang PENDANAAN DAN
PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PP. 23 tahun 2008 mengatur tentang PERAN SERTA
LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING
NONPEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Keduanya kurang memberi arahan bagaimana mengelola
bantuan (luar negeri/dalam negeri/individu/private/LSM) baik
pada saat ; tanggap bencana, rehabilitasi maupun rekonstruksi
Bagaimanapun, pemberi bantuan berharap agar bantuannya;
EFEKTIP DAN EFFISIEN
BERMANFAAT
CEPAT SAMPAI KE SASARAN
TEPAT SASARAN
SESUAI KEBUTUHAN (TIDAK MESTI MEMENUHI KEBUTUHAN)
DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
TRANSPARAN/AKSESIBEL
AGAR MEMENUHI KRITERIA TERSEBUT, PERLU
DISIAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN BANTUAN
SEBAGAI BERIKUT ;
1. Perlu dibentuk Media Center untuk menyampaikan kepada dunia
luar kondisi terkini dari akibat bencana
2. Perlunya dirilis hasil penilaian kerugian dan kerusakan akibat
bencana melalui Media Center
3. Melalui Media Center juga perlu dirilis mengenai kebutuhan-
kebutuhan darurat yang diperlukan sehingga calon donor
mengetahui apa yang harus diperbantukan
4. Pelaksanaan kebijakan penerimaan dan penyaluran bantuan satu
pintu sulit dilaksanakan, tetapi pada pintu-masuk (terminal, airport,
stasiun KA dsb) perlu disediakan desk untuk membantu para donor
5. Ada unit kerja khusus yang mengelola bantuan-bantuan tersebut
yang dilengkapi dengan perangkat IT
6. Pada saat tanggap darurat selesai, perlu adanya handing over
bantuan dari unit kerja khusus ke unit kerja sektoral untuk
selanjutnya ditangani melalui program rehab/rekon
7. Kepala Daerah mewakili masyarakat harus menyampaikan ucapan
terimakasih kepada para donor, baik secara tertulis maupun melalui
media elektronik
R.P.B. PEMDA &
INSTANSI VER-
TIKAL DAERAH
R.A.D. DAERAH
WHO PLAN WHAT
WHO DO WHAT
F
A
C
I
L
I
T
A
T
I
N
G

PEMERINTAH,
PEMERINTAH DAERAH
DIBANTU
STAKEHOLDERS
UNTUK
MENANGGULANGI
BENCANA
PEMERINTAH
(PUSAT/DAERAH),
MASYARAKAT,
SWASTA, DONOR
AGENCIES, LEMBAGA
BANTUAN ASING, DLL
UNTUK
MENANGGULANGI
BENCANA,
SEBAGAIMANA
DICANTUMKAN
DALAM R.P.B.
PEME-
RINTAH
PEMDA
MASY.
L.S.M.
N.G.O.
INTL.
AGENCI-
ES
DLL
S.K.P.D
INST.
VERT
L.S.M.
MASY.
KEDUDUKAN R.P.B DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
Renstra
KL
Renja
KL
RKA-KL
Rincian
RAPBN
RPJM
Nasional
RKP RAPBN APBN
RPJM
Daerah
RKP Dae-rah
(incl.
kebencanaan
)
RAPBD APBD
Renstra
SKPD
Renja
SKPD (incl.
kebencanaan
)
RKA-
SKPD
Rincian
APBD
RPJP
Nasional
RPJP
Daerah
Diacu Diperhatikan
Diserasikan
melalui
Musrenbang
P

U

S

A

T

D

A

E

R

A

H

20
TAHUNAN
5
TAHUNAN
TAHUNAN
R.P.B.
ILUSTRASI MUATAN RPB DALAM PENYUSUNAN
RPJMD
Visi, Misi, Program
Kepala Daerah
terpilih
BAPPEDA menyusun
Rancangan Awal RPJMD
Muatan yang dimasukkan/diacu:
a) Visi, Misi RPB
b) Strategi RPB
c) Program dan Kegiatan
RPB
Secara inklusif masuk dalam
Dokumen RPJMD
BAPPEDA menyusun
Rancangan Akhir RPJMD
a) Visi, Misi Kepala Daerah
b) Strategi Pemb. Daerah
c) Kebijakan Umum
d) Program SKPD
SKPD menyusun Renstra-SKPD
dengan :
Menjabarkan muatan RPB pada
Renstra-SKPD
Mengadopsi Strategi dan Program
RPB yang relevan/terkait
dalam Program SKPD
MUSRENBANG RPJMD
(Stakeholder memastikan bahwa program
RPB sudah termuat
dalam dokumen)
Penetapan RPJMD
(sudah berisi muatan RPB)
Digunakan sebagai pedo-
man Penyusunan
Rancangan RKPD
1
2
3
4
5
6
DALAM HAL RPJMD SUDAH DITETAPKAN BELUM
MEMASUKKAN/MENGACU KEPADA VISI/MISI/ STRATEGI
RPB
VISI/MISI/STRATEGI
RPJMD
BPBD (BAKESBANGLINMAS)
menyusun kerangka RPB
dengan ;
Muatan yang diacu:
a) Visi, Misi RPJMD
b) Strategi RPJMD
c) Program dalam RPJMD
BPBD menyusun
Rancangan Akhir RPB
a) Visi, Misi RPB
b) Strategi RPB
c) Kebijakan Umum
d) Program RPB (sektoral)
SKPD menyusun usulan program RPB
dengan :
Memperhatikan kebutuhan program
RPB yang dapat difasilitasi dalam
Renstra SKPD
Mengadopsi Strategi dan Program
RPB yang relevan/terkait dalam
Program SKPD
FGD RPB
(Stakeholder memastikan bahwa usulan
program RPB sudah lengkap)
Penetapan RPB
(dengan Keputusan Gubernur)
dengan kemungkinan peninjauan
ulang
Digunakan sebagai pedo-
man Penyusunan
Rancangan RKPD
1
2
3
4
5
BPBD menyusun
Rancangan Akhir RPB
a) Visi, Misi RPB
b) Strategi RPB
c) Kebijakan Umum
d) Program RPB (sektoral)
AKAN MEMERLUKAN
SINERJI DARI SKPD &
INSTANSI VERTIKAL
KEWENANGAN/
URUSAN
KOMPETENSI
KELEMBAGAAN
KEMAMPUAN
KEUANGAN
KEMAMPUAN
S.D.M.
URUTAN PRIORITAS
PENYUSUNAN
SINERJA
RENCANA PE-
NANGGULANG
AN BENCANA
(RPB)
PROGRAM-
PROGRAM
SEKTORAL
LAINNYA
RENSTRA
SKPD
RENCANA
KERJA SKPD
R.K.
ANGGARAN
SKPD
RINCIAN
A.P.B.D. SKPD
BAGAN ALIR PADA
LEVEL SKPD
5 tahunan tahunan
BAGAN ALIR RANCANGAN APBD
KEBENCANAAN
RPB
RAD
RENJA SKPD
(KEBENCANA-
AN)
RKPD
RENJA SKPD
(KEBENCANA-
AN)
RENJA SKPD
(KEBENCANA-
AN)
6
7
9
10
RPJMD
RKUA
PEDOMAN
MENDAGRI
KUA
PPAS PPA
RAPBD APBD
PELAKSA
NAAN
APBD
MUSRENBANG
MASING2
SKPD
1
2
3
3
3
4
5
8
DOKUMEN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN KEGIATAN
DOKUMEN PERENCANAAN
ANGGARAN KEGIATAN
BAGAN ALIR RANCANGAN
APBD KEBENCANAAN
Di dalam melaksanakan arah dan kebijakan pembangunan yang
tertuang dalam RKPD ini, terdapat prinsip-prinsip pengarus-
utamaan yang menjadi landasan operasional, yaitu:
pro rakyat miskin
pro lapangan pekerjaan
pro lingkungan hidup
berwawasan gender
partisipasi masyarakat
pembangunan berkelanjutan
tata pengelolaan yang baik
pengurangan kesenjangan antar wilayah
percepatan pembangunan daerah tertinggal
tanggap bencana
R.K.P.D. 2010
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara

lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5. Penyelenggaraan

penan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara

lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5. Penyelenggaraan

penan
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatka
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatka
BENCANA
ALAM
BENCANA
NON-ALAM
BENCANA
SOSIAL
SEKTOR YANG MUNGKIN TERKENA DAMPAK BENCANA
BIDANG
INFRASTRUKTUR
BIDANG
SOSIAL BUDAYA
BIDANG
PEREKONOMIAN
BIDANG
PEMERINTAHAN,
KEAMANAN,
KETERTIBAN
Perhubungan
Pengendalian Ling-
kungan
PU, Perumahan,
ESDM
Sosial
Kesehatan
Pendidikan
Kebudayaan
Pertanian
Perikanan/Kelautan
Kehutanan/Perkebun
an
Nakertrans
Pariwisata
Indagkop
Hukum & HAM
Pemerintahan
Keamanan
Ketertiban
PENGARUS-UTAMAAN PRB DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN
DAPAT DILAKUKAN MELALUI BEBERAPA TINGKATAN
(contoh : PPAS APBD 2010);
1. Tingkat Program
PRIORITAS SASARAN ARAH KEBIJAKAN
PROGRAM
PRIORITAS
4. Peningkatan Pe-
layanan Publik
melalui Penata-
an Kawasan dan
Peningkatan Sa-
rana & Prasara-
na Ekonomi dan
Fisik
3. Terwujudnya ke-
sadaran masya-
rakat terhadap
bahaya dan pe-
nanggulangan
bencana secara
mandiri
1. Memantapkan
manajemen pe-
nanggulangan
bencana
Urusan Pemerin-
tahan Umum
1. Program Mana-
jemen Pencegahan
dan penanggu-
langan bencana
3. Tingkat Sub Kegiatan :
BIDANG
SASARAN
PROGRAM/KEGIATAN
POSISI PENGARUS-
UTAMAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Badan Lingkungan Hidup
Workshop Pengembangan
Kelembagaan Pengelola-an
Lingkungan Hidup
Kawasan Sungai
Dimasukkannya isu-isu
mengenai PENCEGAHAN
BENCANA BANJIR dan
TANAH LNGSOR
2. Tingkat Kegiatan :
BIDANG
SASARAN
PROGRAM/KEGIATAN
POSISI PENGARUS-
UTAMAAN
SOSIAL
Dinas Sosial
Penanganan masalah-
masalah strategis yang
menyangkut tanggap cepat
darurat dan kejadian luar
biasa
Pemberian bantuan
kesiapsiagaan
Penyegaran Tagana
dalam rangka kesiapsia-
gaan penanggulangan
bencana
MONITORING & EVALUASI
IMPLEMEN
TASI
EVAL/ANALIS
IS/REKOM
PERENCA-
NAAN
MONITOR
ANALISIS/
PENYESUAI
-AN
IMPLEMEN
TASI
IMPLEMEN
TASI
IMPLEMEN
TASI
MONITOR
ANALISIS/
PENYESUAI
-AN
Gambar 5.1. Siklus MONEV
Evaluasi Kegiatan Penanggulangan
Bencana
Kerangka Logis Monev.
Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam
kerangka pelaksanaan MONEV, yaitu ;
(i). Pengukuran Kinerja dan,
(ii). Penilaian terhadap hasil.
a. Pengukuran Kinerja :

Pengukuran Kinerja Pelaksanaan Program Penanggulangan Bencana
secara umum mengikuti Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 (PP
39/2006) tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan, melalui pendekatan sebagai berikut;
INPUT: segala sesuatu yang dibutuhkan, yang dalam hal ini adalah
Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
PROSES: terdiri dari kegiatan-kegiatan; perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian yang di dalamnya terkait dengan
aspek; kelembagaan, manajemen dan SDM yang dianggap melekat di
dalamnya, termasukAnggaran dan Material
OUTPUT: hasil dari suatu proses kegiatan. Terhadap aspek output
(keluaran) yang telah sesuai, maka dilanjutkan dengan proses menuju
outcome (hasil), sedangkan terhadap output yang belum sesuai akan
menjadi feedback (umpan balik) dalam proses untuk mencapai output
pada tahun mendatang.
R.P.B.D.
R.A.D.
SASARAN-
SASARAN
INPUT/
MASUKAN
PROSES OUTPUT
OUTCOME/
HASIL
SASARAN-
DANA
INDIKATOR SASARAN
(KINERJA)
pemantauan & pengendalian
KESIMPULAN
REKOMENDASI
PERENCANAAN &
ANGGARAN
Gambar 5.2. Kerangka Pelaksanaan Evaluasi Program
Penanggulangan Bencana
evaluasi
b. Penilaian outcome (hasil)
Penilaian terhadap outcome/hasil dilaksanakan untuk mengetahui
capaian dari tujuan yang telah selesai dilaksanakan berdasarkan
indikator, yaitu dengan membandingkan antara fungsi/manfaat antara
hasil yang direncanakan dengan hasil yang dicapai. Penilaian fungsi
atau manfaat hasil ditinjau dari indikator 5K sebagai berikut;
KONSISTENSI : dinilai melalui indikator; (i) ketersediaan mekanisme dan
strategi pelaksanaan, (ii) ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan, (iii)
ketersediaan strategi operasional pemulihan akibat bencana dan, (iv)
keterkaitan antara prioritas dan pelaksanaan.
KOORDINASI : dinilai melalui indikator (i) ketersediaan forum koordinasi
perencanaan dan pelaksanaan dan, (ii) efektivitas forum koordinasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan.
KONSULTASI : dinilai melalui indikator; (i) ketersediaan fasilitasi bagi
masyarakat, (ii)ketersediaan informasi akurat bagi masyarakat
KAPASITAS : dinilai melalui indikator; (i) penyediaan pedoman operasional,
(b) penyediaan mekanisme pementauan, pengendalian dan pengawasan, (iii)
ketersediaan sumber pembiayaan lokal, (iv) adanya kemampuan kelembagaan,
sumberdaya manusia dan sumber pendanaan, sumberdaya alam, yang dapat
didayagunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemulihan akibat
bencana
KEBERLANJUTAN : dinilai melalui indikator; (i) tersedianya RPJM yang
memfasilitasi RPBD, (ii) tersedianya Peraturan Daerah tentang Penanggulangan
Bencana, (iii) tersedianya RAD-PRB, (iv) tersedianya RTRW berbasis
Pengurangan Resiko Bencana dan, (v) tersedianya Rencana Pemulihan Sektoral
Jangka Menengah dan Jangka Panjang dalam kerangka Pembangunan Daerah
Pasca Bencana.
B E N C A N A

You might also like