You are on page 1of 4

17

Desa Cikole merupakan desa hutan terletak di bawah cagar


alam Gunung Tangkuban Perahu yang termasuk ke dalam kawasan
sub-sub-DAS Cigulung, sub-DAS Cikapundung, DAS Citarum.
Su n gai Ci gu l u n g d i mu l ai d ar i Si n d an g Asi h , mel i n t asi
perkampungan Pasir Sela dan bermuara di Maribaya. Suplai dari
air Cigu lu ng member i kont r ibu si langsu ng p ad a su ngai
Cikapundung yang berfungsi sebagai drainase utama pusat kota
Bandung.
Desa Cikole juga merupakan desa hutan dengan luas wilayah
3.429,96 km2. Menurut pendataan kependudukan tahun 2006 jumlah
penduduk 11.305 orang. Mata pencaharian penduduk adalah petani,
peternak, dagang PNS dan swasta.
Masalah di Cikole: Hutan Cikole yang ada di Pangkuan hutan
Perhutani hampir lebih dari 70% telah beralihfungsi, dari hutan
lindung menjadi lahan rumput gajah para peternak sapi. Populasi
sapi perah sebanyak 6000 ekor, limbah kotorannya digelontorkan
langsung ke selokan-selokan disekitar.
Permasalahan lainnya adalah meskipun lahan di daerah ini sangat
subur, tetapi kebanyakan pertanian dengan tanaman sayur-sayuran
dilakukan di lereng-lereng gunung yang tingkat kemiringannya
lebih dari 40 persen. Praktek semacam ini dikhawatirkan akan menimbulkan erosi dan ancaman tanah longsor.
Meskipun di daerah ini terdapat titik titik mata air, namun banyak pula mata air yang mati, sehingga penduduk
mengalami kesulitan air terutama di musim kemarau.
Air bersih dialirkan dari mata air ke desa dengan pipa paralon yang ditanam di tanah. Lalu dari bak-bak
penampungan untuk mengalirkannya ke rumah-rumah penduduk dengan menggunakan selang-selang plastik.
Distribusi air dengan cara sederhana ini melalui kandang-kandang sapi, hingga sangat rentan terhadap
kontaminasi bakteri jika terdapat kebocoran selang.
Profil Singkat Desa Cikole
18
Desa Sunten Jaya yang juga terletak di Kecamatan Lembang ini memiliki
mata-mata air yang potensial sebagai sumber air di daerah-daerah
sekelilingnya, termasuk menjadi suplai air untuk Sungai Cikapundung
yang ber mu ar a ke Su ngai Cit ar u m d i d aer ah Dayeu h Kolot .
Luas desa Sunten Jaya 4.556,56 km2 dengan total populasi 7.032 jiwa.
Rata-rata penduduk desa ini memiliki mata pencaharian sebagai petani,
peternak, pedagang, pegawai negeri dan jasa ojek.
Dengan sebagian besar lahan desa digunakan sebagai lahan pertanian,
hal ini juga termasuk bercocoktanam di daerah-daerah lereng bukit dengan
kemiringan yang cukup tajam. Menurut data pertanian Kabupaten
Bandung Barat, semakin tahun luas lahan kritis semakin bertambah. Data
menyebutkan luas lahan kritis hingga saat ini sudah mencapai sekitar 160
hektar.
Dengan bertambahnya lahan kritis ini, dikhawatirkan akan menimbulkan
ancaman lingkungan seperti erosi dan tanah longsor. Jika lokasinya
berdekatan dengan sungai, maka jumlah volume tanah yang masuk ke
dalam sungai akan menimbulkan masalah pendangkalan pada sungai,
yang juga akan sangat terasa akibatnya bagi masyarakat yang tinggal di
daerah hilir sungai. Apalagi mengingat desa Sunten jaya ini merupakan
hulu sub das Cikapundung yang sangat vital dan kondisinya saat ini
cukup memprihatinkan.
Profil Singkat Desa Sunten Jaya
Demikian sebuah konsep yang diusung oleh Munawir, salah satu penggagas Payment for
Environmental Services (PES) atau mekanisme imbal jasa lingkungan. Konsep ini digagas
untuk mengembangkan mekanisme perlindungan daerah aliran sungai yang mencakup hulu-
hilir sebagai pengguna dan penyedia manfaat di daerah aliran.
Selama ini upaya pelestarian lingkungan dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat
melalui anggaran negara. Namun dengan semakin kompleksnya permasalahan lingkungan,
diperlukan upaya yang dapat mendorong keterlibatan para pemangku kepentingan yang
memanfaatkan sumber daya alam tersebut.
Hilir peduli, hulu menanam dan merawat
Hilir Peduli ,
Hulu Menanam dan Merawat :
Sebuah Konsep
19
Skema dan mekanisme imbal jasa secar a seder hana dapat dikelompokkan sebagai ber ikut , yait u:
1. Kesepakatan diatur sendiri antara penyedia jasa dengan penerima jasa, biasanya bersifat tertutup,
cakupannya sempit, negosiasi terjadi secara tatap muka, perjanjian cenderung sederhana, dan campur
tangan yang rendah dari pemerintah.
2. Skema pembayaran publik. Pendekatan ini sering digunakan bila pemerintah bermaksud
menyediakan landasan kelembagaan untuk suatu program dan sekaligus menanamkan investasinya.
3. Skema pasar terbuka. Skema ini jarang diterapkan dan cenderung dapat diterapkan di negara yang
sudah maju. Pendekatan ini sering digunakan bila pemerintah bermaksud menyediakan landasan
kelembagaan untuk suatu program dan sekaligus menanamkan investasinya. Pemerintah dapat
memperoleh dana melalui beberapa jenis iuran dan pajak.
Dari penjelasan di atas, saat ini mekanisme yang paling memungkinkan untuk di-uji coba dan diterapkan
adalah mekanisme nomor satu, dimana penyedia dan penerima jasa menyepakati kerjasama dalam lingkup
kecil dengan perjanjian yang sederhana.
Mekanisme imbal jasa ini tidak hanya memberikan bantuan semata, yang tak kalah penting juga adalah proses
p ember d ayaan masyar akat set emp at u nt u k meningkat kan kep ed u lian d an mengat asi masalah.
Dalam kaitannya dengan membangun hubungan hulu hilir dalam penerapannya di Daerah Aliran Sungai
(DAS), mekanisme ini diharapkan dapat membangun komunikasi hulu-hilir dan sama-sama menyadari kondisi
lingkungan yang semakin menurun, sekaligus sama-sama menjaga sumber daya yang ada untuk meningkatkan
taraf kehidupan yang lebih baik.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, terdapat hubungan yang sangat erat antara hulu dan
hilir di daerah aliran sungai (DAS). Aktivitas yang terjadi pada daerah hulu akan berdampak langsung maupun
tidak langsung terhadap daerah hilir.
Hulu sebagai daerah tangkapan air akan memberikan dampak dari pengelolaan yang dilakukan di hulu. Hilir
sebagai penerima dampak kegiatan pengelolaan di hulu, baik dampak yang baik maupun yang buruk. Meskipun
demikian, daerah hulu pun dapat menerima dampak dari aktivitas ekonomi di daerah hilir dan juga berlaku
dengan sebaliknya.
Salah satu kendala yang cukup besar dalam pengelolaannya adalah selama ini pemanfaatannya diperoleh
secara gratis. Mengubah paradigma pemanfaatan jasa lingkungan dari yang biasanya didapat secara cuma-
cuma dan kini diharapkan dapat ikut berkontribusi, tentunya bukan hal yang dapat dilakukan dalam semalam.
Mekanisme imbal jasa lingkungan secara sederhana dapat diartikan sebagai mekanisme pembayaran finansial
dan non-finansial yang dituangkan dalam kesepakatan atau kontrak kerja antara penyedia dan pemanfaat jasa,
baik yang mengikat secara hukum maupun tidak. Kesepakatan atau kontrak kerja ini meliputi aspek legal,
teknis maupun operasional. Komponen dalam mekanisme ini antara lain yaitu jasa lingkungan yang terukur,
penyedia dan pemanfaat jasa serta meliputi tata cara pembayaran.

You might also like