You are on page 1of 8

PERITONITIS

1. DEFINISI
- Peritonitis adalah inflamasi lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
meliputi visceral. Biasanya akibat dari infeksi bakteri, organism yang berasal
dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduktif
internal ( Brunner & Suddart, 2002)
- Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal , dapat berupa primer atau
sekunder akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi ( dongoes )
- Peritonitis peradangan peritonium yang merupakan komplikasi berbahaya
akibat penyebaran infeksi dari organ organ abdomen ( apendiks , pankreatitis
, dll ), seputar saluran cerna dan luka tembus abdomen (sylvia anderson &
Lairaine Carry wison , 1995 )

2. KLASIFIKASI
Peritonitis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan inflamasi pada
rongga peritoneum yang biasanya diklasifikasikan menjadi Primary, Secondary
dan Tertiary
a. Primary
Berkembang secara spontan dan umumnya tampak pada pasien sirosis.
Bukan merupakan akibat masalah kesehatan lainnya. Bias tampak juga pada
orang yang mengalami asites dimana asites adalah komplikasi dari paien
yang mengalami sirosis hati yang sudah parah
b. Secondary
Muncul sebagai akibat jika ada kerusakan pada saluran gastrointestinal atau
terkait dengan masalah medis lainnya yang menyebabkan bakteri masuk dan
berkembang di area peritoneum abdomen
c. Tertiary
Peritonitis kambuhan setelah terapi peritonitis primer atau sekunder
A. Peritonitis Primer
Klasifikasi berdasar kuman penyakit
Peritonitis streptococcus
Penyebabnya adalah streptococcus B. Haemolitikus, penderita biasa
berusia 4 th akibat infeksi saluran pernafasan
Peritonitis pneumococcus
Penyebabnya adalah pneumococcus, penderita terbanyak adalah
perempuan berusia 3 -10 tahun, akibat vaginitis dan salphingitis.
Selain itu dapat disebabkan oleh pneumonia dan infeksi telinga tengah
Peritonitis Gonococcus
Sering terjadi pada wanita dewasa karena salphingitis
Peritonitis tuberculosis
Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis dan dapat terjadi
pada semua golongan umur

B. Peritonitis Sekunder
Peritonitis yang disebabkan oleh masuknya bakteri atau enzim ke
peritoneum, biasanya karena :
- Infeksi peritoneum akut bisa disebabkan oleh perforasi gastrointestinal
atau nekrosis pancreas
- Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis
yang fatal. Sinergisme dari multiple organism dapat memperberat
terjadinya infeksi
- Sering disebabkan oleh organisme aerob dan anaerob. Organism yang
paling sering adalah e.coli dan bactereides fragilis.
- Pemasngan benda asing ke dalam rongga peritoneum pada kateter
ventrikulo
-
3. EPIDEMIOLOGI
Peritonitis berasal dari usus besar (32% dari pasien), appendix (31%), lambung /
duodenum (18%), usus kecil (13%), atau saluran empedu (6%). Kebanyakan
pasien (78%) disajikan dengan peritonitis% dan 26 umum dengan peritonitis
berat. Tingkat kematian secara keseluruhan adalah tinggi (15%).
Pasien dengan non-pascaoperasi peritonitis harus dianggap berisiko tinggi dan
harus menerima terapi awal yang tepat. Kehadiran Enterococcus spp. dalam
budaya peritoneal signifikan meningkatkan morbiditas tetapi tidak angka
kematian.

4. ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO
Biasanya peritonitis disebabkan oleh infeksi. Pada wanita biasanya disebabkan
oleh bakteri yang ada di daerah reproduktif/perineal. Peritonitis dapat juga
disebabkan oleh infeksi dari luar, misalnya luka tembak,trauma pasca
pembedahan, dan lain-lain. Bakteri yang paling sering menyebabkan adalah e-
coli, klebsiella, proteus, dan pseudomonas.
Penyebab lainnya dari peritonitis adalah apendisitis, ulcer di verticulitis dan
bowel perforation. Penyebab peritonitis juga dapat dibedakan berdasarkan
klasifikasinya :
a. Peritonitis primer : biasanya disebabkan oleh penyakit hati. Cairan
menumpuk diperut (asites), menciptakan lingkungan yang utama bagi
pertumbuhan bakteri.
b. Pertitonitis sekunder : disebabkan oleh kondisi lain yang memungkinkan
bakteri, enzim, atau empedu kedalam peritoneum dari lubang atau robek
disaluran pencernaan atau empedu, air mata seperti dapat disebabkan oleh
pancreatitis, usus buntu yang pecah, tukak lambung, penyakit crohn, atau
divertrulitis.
Faktor Risiko
a. Factor factor berikut dapat meningkatkan risiko untuk peritonitis primer :
1. Penyakit hati ( sirosis )
2. Cairan diperut (yang berlebih)
3. System kekebalan tubuh melemah
4. Penyakit radang panggul
b. Faktor risiko untuk peritonitis sekunder meliputi :
1. Appendicitis
2. Bisul perut
3. Robek / melilit usus
4. Pancreatitis
5. Radang usus ( seperti penyakit crohn )
6. Luka pasca operasi
7. Dialysis peritoneal
8. trauma

5. MANIFESTASI KLINIS
a) Nyeri abdomen ( nyeri akut )
b) Nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya ( peritonium viseral )
kemudian lama lama akan menjadi jelas lokasinya ( peritonium parietal
c) Adanya demam tinggi
d) Pada pasien sepsis terjadi hipotermia , takikardi, dehidrasi, hipotensi
e) Nyeri yang hebat biasanya memiliki punctum maximum
f) Dinding perut terasa tegang
g) Bising usus menghilang dan ini merupakan anda yang paling penting dari
peritonitis
h) Distensi abdomen dalam berbagai tingkatan
i) Muntah yang pada awalnya kemudian muntah menetap sebagai tanda
peritonitis dan ileus

6. PATOFISIOLOGI
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Adanya asites
- Klien tampak pucat
- Tampak lemas
- Membran mukosa kering
- Klien tampak meringis kesakitan
- Tampak sesak
- Klien tampak kurus
b. Palpasi
- Akral dingin
- CRT > 3 detik
- Takikardi
c. Perkusi
- Timpani
- Pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah
diafragma
d. Auskultasi
- Bising usus menurun sampai hilang
Pemeriksaan diagnostic :
a. Tes darah : untuk melihat apakah ada bakteri yang ada dalam darah (
hb,leukosit)
b. Sampel cairan dari perut : identifikasi bakteri yang menyebabkan infeksi
c. CT scan : mengidentifikasi fluida di perut atau organ yang terinfeksi
d. Pemeriksaan laboratorium :
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis,
hematokrit yang meningkat dan asidosis metabolis. Pada peritonitis
tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein lebih dari
3gram/100ml) dan banyak imfosit, basil toberkel diindentifiaksi dari kultur.
Biopsy peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan
granuloma tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa
sebelum hasil pembiakan didapatkan.
e. X ray : ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis, usus
halus dan usus besar bendilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-
kasus perfonasi.
f. Gambaran radiologi : pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan
penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan
abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi,
yaitu :
1. Supine
2. Semi fowler
3. Tiduran miring ke kiri
g. Tes laboratorium
- Tes darah
- Sampel cairan dari perut

8. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum terapi peritonitis adalah pengganti cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena. Pemberian anti dekompresi saluran cerna
dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal. Pembuangan focus septic
(apendiks) atau penyebab radang radang lainnya, bila mungkin mengalihkan
keluar dan tindakan tindakan menghilangkan nyeri.
Resutitasi dengan larutan saling isotonic sangat penting pengembalian volume
intravascular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi dan
mekanisme pertahanan. Keluarkan urine, tekanan vena sentral dan tekanan
darah harus dipantau untuk menilai keadekuatan resusitasi.
Terapi anti biotika harus diberikan segera mungkin setelah diagnosis peritonitis
bakteri dibuat. Antibiotic berspektrum luas diberikan secara empiric dan
kemudian diubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika di
dasarkan pada organism mana yang dicurigai menjadi penyebab antibiotika
berspektrum luas juga merupakan tumbuhan drainase bedah. Harus tersedia
dosis yang cukup pada saat pembedahan karena bakterimiaakan berkembang
selama operasi
Terapi pada peritonitis adalah dengan pemberian antibiotika bila diagnose telah
ditegakkan.sedangkan untuk peritonitis sekunder, terapi bergantung pada
penyakit dasarnya yang memerlukan tindakan bedah.
Pembedahan bertujuan untuk :
1. Mengeliminasi sumber infeksi
2. Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
3. Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan
Terapi bedah pada peritonitis antara lain
1. Control sumber informasi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi, dilakukan
sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas dari pembedahan tergantung
dari proses dasar penyakit dan keparahan
2. Pencucian rongga peritoneum, dilakukan debridement suctioning, kain,
kassa, lavast, irigasi intra operatic. Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan pus darah dan jaringan yang nekrosis
3. Debridement : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin
4. Irigasi kontinyu pasca operasi

Peran keperawatan perioperatif
1. Pre operatif
Peran keperawatan perioperatif pada fase ini dimulai ketika keputusan untuk
intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien di giring ke meja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup :
- Penetapan pengkajian dasar pasien
- Menjalani wawancara pre-operatif
- Mempuasakan pasien untuk mengistirahatkan saluran cerna
- Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung
- Pemasangan kateter untuk diagnostic maupun monitoring urin
- Pemberi cairan melalui IV line
- Pemberian antibiotic
2. Intra operatif
Fase ini dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke bagian atau keruang
pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi :
- Memasang infuse
- Memberikan medikasi intravena
- Melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang pembedahan
- Menjaga keselamatan pasien
Pada beberapa contoh aktivitas keperawatan terbatas henya pada
menggenggam tangan pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam
perannya sebagai perawat scrub atau membantu dalam mengatur posisi pasien
diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran
tubuh
3. Post operatif
Fase ini dimulai dengan evaluasi tindak lanjut padu tatanan klinik atau
dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama
periode ini pada fase post operatif langsung focus perawat mengkaji efek dari
agen anastesia dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan kemunduran pada penyembuhan pasien dan
melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting
untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabiltas diikuti dengan pemulungan
setiap fase ditelaah lebih detail dalam unit ini.

Terapi post operatif antara lain :
1. Pemberian cairan IV dapat berupa air, cairan elektrolit dan nutrisi
2. Pemberian antibiotic
3. Oral feeding diberikan setelah flatus, produk iugt minimalperistaltik usus
pulih dan tidak ada distemsi abdomen

You might also like