You are on page 1of 8

1.1.

DEFINISI KARIES
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.

.2. ETIOLOGI KARIES
Beberapa jenis karbohdrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan utembentuk asam sehingga pH plak akan
menurun sampai di bawah S &limn tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai. Paduan keempat
faktor penyebab tersebut kadang-kadang digambarkan sebagai empat lingkaran
yang bersitumpang (gambar 1.1) K dries baru bisa terjadi hanya kalau keempat
faktor tersebut di atas ada.

Gambar 1.1. Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab
karies. Karies baru akan timbul hanya kalau keempat faktor penyebab tersebut
bekerja simultan.
1.2.1. Plak
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya,
yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi
secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.

Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan
organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas
glikoprotein yang diendapkan dad saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan
gigi. Sifatnya sangat lengket dan mabipu membantu melekatkan bakteri-bakteri
tertentu pada permukaan gigi.
Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang berbentuk kokus. Yang
paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak
dan mengeluarkan gel ekstra-sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk
bakteri yang lain. Dalam beberapa hari plak ini akan bertambah tebal dan terdiri
dari berbagai macam mikroorganisme. Akhimya, flora plak yang tadinya
didominasi oleh bentuk kokus benibah menjadi flora campuran yang terdiri atas
kokus, batang dan filamen.
Peran Bakteri
Dalam serangkaian percobaan pada binatang di tahun lima puluhan, Orland dan
Keyes beserta stafnya memperlihatkan besamya peran bakteri dalam pembentukan
karies. Mereka memberi tikus percobaannya diet yang sangat kariogenik.
Temyata, jika kondisinya tetap dijaga bebas kuman, maka karies tidak terbentuk.
Baru ketika kuman ditambahkan, kariespun timbul. Pada tahun 1960 Keyes
memasukkan kuman jenis streptokokus pada binatang yang bebas kuman.
Temyata kuman stretokokus ini dipindahkan ke binatang lain yang sekandang
yang sebelumnya juga behTs kuman, yang kemudian menjadi rentan terhadap
karies. Dengan demikian, Keyes menunjukkan bahwa karies sangat menular dan
dapat dipindahkan.
Untuk mengetahui kuman mana yang kariogerlik, percobaan dilanjutkan dengan
menggunakan tikus yang kandungan floranya diketahui. (Binatang yang
kandungan floranya diketahui disebut gnotobiotik). Percobaan ini menunjukkan
bahwa streptococcus mutans serta beberapa strain laktobasilus clan aktinomiset
sangat relevan dalam menimbulkan karies pada binatang. Kelak organisme
tersebut, yang diambil dari lesi karies pada manusia, digunakan untuk
menimbulkan karies pada kera yang sebelumnya bebas karies dan diberi makanan
dengan kadar gula tinggi. Juga diperlihatakan bahwa organisme tersebut,
demikian juga kerentanan terhadap karies dapat dipindahkan, mungkin dengan
jalan kontak oral dari si induk kepada anak-anaknya. Akan tetapi binatang lain
yang sekandang yang sudah dewasa lebih tahan terhadap karies, mungkin karena
flora oralnya telah lebih dahulu terbentuk.
Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena
mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-
kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat

menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida
ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini, yang
terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai
konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat
pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka
hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.
Temyata, dalam mulut pasien yang caries active, jumlah streptococcus mutans dan
laktobasilus lebih banyak ketimbang dalam mulut orang yang be-bas karies.
Penyelidikan akhir-akhir ini juga memperlihatkan bahwa S. mu-tans dapat
dipindahkan dari ibu ke bayinya, mungkin dengan kontak oral. Oleh karena itu
karies hams dianggap sebagai suatu penyakit yang dapat ditularkan dan
dipindahkan.

1.2.2. Peran Karbohidrat Makanan
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel
pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi
email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri
dan sintesa polisakharida ekstra sel. Walaupun demikian, tidak semua karbohidrat
sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relatif
tidak berbahaya karena tidak dicema secara sempuma di dalam mulut, sedangkan
karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan segera meresap
ke dalam plak dan dimetabolismeldengan cepat oleh bakteri. Dengan demikian,
makanan dan minuman yang mengan-dung gula akan menurunkan pH plak
dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email.
Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH
normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula
yang sering dan berulangulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal
dan menyebabkan demineralisasi email.
Grafik perubahan pH plak beberapa saat setelah kumur-kumur dengan larutan
glukosa ditunjukkan pada gambar 1.2. Grafik tersebut disebut lengkung Stephan,
mengikuti nama orang yang pertama kali menunjukkan hal ini pada tahun 1944.
Di sini Stephan memperlihatkan bahwa penurunan pH plak lebih besar pada
individu yang caries-active ketimbang individu yang bebas karies.
Sintesa polisakharida ekstra sel dada sukrosa lebih cepat ketimbang glukosa,
fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling
kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Dan karena

sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa
merupakan penyebab karies yang utama.
1.2.3. Kerentanan Permuk-aan Gigi Morfologi Gigi: Daerah yang Rentan
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh
karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin
diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah:
a. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar (gambar 1.3); pit
bukal molar dan pit palatal insisif.
b Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak (gambar
1.4.)
c. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva. (Gatnbar
1.5 a-c)
d. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya
plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium. (gambar
1.6)
e. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.
f. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
Lingkungan Gigi: Saliva, Cairan Celah Gusi, dan Fluor
Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena
kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka
peran saliva sangat besar sekali. (lihat Bab 5.4.). Saliva mampu
meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung
ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi
meningkat jika ada ion fluor . Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di
dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu, jika ahran saliva
berkurang atau meughilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali.
Pada daerah tepi gingiva, gigi dibasahi oleh cairan celah gusi walaupun dengan
tiadanya inflamasi gingiva volume cairan ini bisa diabaikan. Cairan celah gusi
mengandung antibodi yang didapat dari serum yang spesifik terhadap S. mutans.
Peran antibodi ini sedang diteliti dan fungsi yang pasti dari antibodi ini masih
hams ditentukan.

Gambar 1.6. !;arias poda tkrimikaarl aka, hukal 49vaiw terbrek(1
PENDAHULUAN 9
Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan
lingkungannya merangsang efek anti karies dalam beberapa cara (lihat Bab 7.4).
Kadar F yang bergabung dengan email selama proses pertumbuhan gigi
bergantung kepada ketersediaan F (tersebut) dalam air minum atau makanan lain
yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar F lebih tinggi, tidak
dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam. Akan tetapi, tersedianya F di
sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses
remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses remineralisasi. Disamping itu,
F mempengaruhi bakteri plak dalam membentuk asam.
1.2.4. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri
atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila
saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian
sebenamya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.
1.3. PENGGOLONGAN KARLES
Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu
timbul. Dengan demikian lesi bisa dimulai pada pit dan fisur atau pada
permukaan halus. Lesi permukaan halus dimulai pada email atau sementum dan
dentin akar yang terbuka (karies akar). Kemungkinan lain karies bisa timbul pada
tepian restorasi. Ini disebut karies rekuren atau karies sekunder.
Karies bisa juga digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan
berkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda-beda
bergantung kepada keparahan karies yang dihadapi. Oleh karena itu karies
disebut karies ringan jika yang terkena karies adalah daerah yang memang
sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen.
Dikatakan moderat jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi
posterior, dan dikatakan parah jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu
daerah yang biasanya bebas karies. Hal ini menumbuhkan konsep variasi individu
gigi. Sebagai tambahan, kerentanan dan perlakuan pasien terhadap karies
berbeda satu dengan yang lain. Dengan demikian pentinglah kiranya
menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan masing-masing individu.
Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang meliputi
beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi

You might also like