Makalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan Dosen Pengampu: Prof. Dr. Rusdarti, M.Si
Disusun oleh:
QUTFI MUARIF 0102513006 MAFUL 0102512027
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KELAS KHUSUS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 1
A. PENDAHULUAN Berangkat dari visi mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan nasional, bangsa Indonesia menyelenggarakan proses pendidikan secara terstruktur dalam skala nasional. Dasar yuridis pelaksanaannya tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang Sisdiknas). Di dalamnya dikemukakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal di atas merupakan cita-cita luhur bangsa yang mendasari proses dan usaha bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan. Pendidikan menjadi satu pilar penting dalam membangun manusia Indonesia yang berkualitas. merupakan proses panjang dan kontinu yang tanpa ujung. Pada dasarnya hal ini adalah upaya menuju tatanan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Pendidikan nasional dalam bentuk strukturnya dibentuk melalui kebijakan nasional di bidang pendidikan. Maka tingkat keberhasilan pendidikan nasional dimulai dari keberhasilan mengaplikasikan kebijakan pendidikan secara nasional. Namun, keberhasilan ini sangat ditentukan oleh kemampuan aparat dalam merumuskan program/kebijakan untuk dilaksanakan oleh aparat pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat yang ikut serta bersama-sama melaksanakan program/kebijakan yang telah diputuskan, yang harusnya mendapatkan dukungan dari berbagai aspek, meliputi SDM berkualitas, sistem kerja yang kondusif, hingga sarana dan prasarana yang memadai. Aparatur negara sebagai perumus kebijakan dan seluruh stakeholder kebijakan pendidikan perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan agar dapat diambil langkah yang tepat untuk tercapainya tujuan kebijakan tersebut. Makalah ini menguraikan sejumlah faktor penting yang mempengaruhi terlaksananya kebijakan pendidikan. Namun kompleksitas dunia pendidikan di Indonesia tidak memungkinkan penulis untuk menampung semua faktor yang ada. Dalam hal ini penulis membatasi diri pada faktor-faktor dominan yang dialami oleh para pelaku pendidikan pada umumnya. 2
B. PERMASALAHAN Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan sejumlah permasalahan sebagai berikut. 1. Apa saja yang menjadi indikator keberhasilan kebijakan pendidikan di Indonesia? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan pendidikan?
C. PEMBAHASAN 1. Indikator Implementasi dan Parameter Keberhasilan Tilaar (2008:139), mendefinisikan kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Dalam penyusunan kebijakan pendidikan ini tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai filosofi dan teori pendidikan. Rumusan kebijakan tersebut kemudian diaplikasikan dalam tahap implementasi. Pada tahap ini kebijakan publik dalam bidang pendidikan dinyatakan dalam program pendidikan yang dipandang memiliki dampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk kemudian implementasi program pendidikan ini perlu dilakukan evaluasi, riset dan pengembangan sebagai masukan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Mazmatian dan Sabatier yang dikutip oleh Agustino (2006:139) mengungkapkan bahwa pelaksanaan keputusan kebijakan tidak hanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya. 3
Tahap implementasi itu sendiri memiliki sejumlah indikator. Sebagaimana dikembangkan oleh George C Edwards dalam Winarno (2002:149), indikator implementasi kebijakan meliputi: a. Komunikasi Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan aspek komunikasi, di antaranya adalah transmisi konten yang dikomunikasikan. Penyaluran komunikasi yang baik akan menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Adanya salah pengertian yang terjadi lebih banyak dikarenakan komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan menjadi terdistorsi. Dalam konteks organisasi sekolah, pemegang otoritas adalah Kepala Sekolah yang didampingi oleh jajaran wakil kepala. Dalam tahap tertentu, perumusan kebijakan hanya melibatkan kalangan elit ini saja. Untuk itu perlu ada sistem komunikasi antara jajaran pimpinan sekolah dengan guru sebagai pelaksana kebijakan, agar terjalin pengertian yang seharusnya. Kejelasan, komunikasi yang diterima oleh para guru sebagai pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Pada saat yang bersamaan, jajaran pimpinan sekolah juga memiliki kewajiban untuk taat pada kebijakan yang dibuatnya. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas. b. Sumberdaya Sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Diuperlukan staf yang ahli dan mampu dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Yang kedua adalah informasi, informasi berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan, implementator harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan di saat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Menurut Edward dalam Agustino (2006:158-159), sumberdaya merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang 4
baik. Indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari: i. Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan. ii. Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. iii. Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan secara efektif. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan implementasi kebijakan publik. Tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersedia, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. iv. Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
5
c. Disposisi Disposisi merupakan sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. d. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi memiliki pengaruh signifikan pada tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan menjadi penghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
Ukuran keberhasilan suatu kebijakan pendidikan di Indonesia tidak memiliki parameter yang baku. Setiap pihak dapat menggunakan parameternya masing-masing. Untuk itulah perlu dilakukan analisis kebijakan guna menangkap tingkat ketercapaian tujuan kebijakan yang dimaksud. Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-masalah pencapaian tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan. Hal ini sangat mungkin oleh karena street level-level-bureucrats tidak dilibatkan dalam formulasi kebijakan. Berangkat dari perspektif tersbut, maka timbullah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 6
1. Sampai sejauh mana tindakan-tindakan pejabat pelaksana konsisten dengan keputusan kebijakan tersebut? 2. Sejauh mana tujuan kebijakan tercapai? 3. Faktor-faktor apa yang secara prinsipil mempengaruhi output dan dampak kebijakan? 4. Bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan kembali sesuai pengalaman lapangan?
Empat pertanyaan tersebut mengarah pada inti sejauhmana tindakan para pelaksana sesuai dengan prosedur dan tujuan kebijakan yang telah digariskan para pembuat kebijakan dilevel pusat. Fokus tersebut membawa konsekuensi pada perhatian terhadap aspek organisasi atau birokrasi sebagai ukuran efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kebijakan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kebijakan Pendidikan Dalam proses implementasi sebuah kebijakan, para ahli mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi sebuah kebijakan. Dari kumpulan faktor tersebut bisa kita tarik benang merah faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik. Faktor- faktor tersebut adalah: a. Isi atau konten kebijakan Kebijakan yang baik dari sisi konten setidaknya mempunyai sifat- sifat sebagai berikut: jelas, tidak distorsif, didukung oleh dasar teori yang teruji, mudah dikomunikasikan ke kelompok target, didukung oleh sumberdaya baik manusia maupun finansial yang baik. Isi kebijakan umumnya mewujud dalam peraturan perundangan, baik berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, hingga Peraturan Daerah, dan sebagainya. Secara umum Abidin (2006:17) menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat. Konten kebijakan ini yang pada perkembangannya menjadi pondasi utama terbentuknya sistem pendidikan nasional. 7
Menurut Atmosudirdjo dalam Hidayat (2012: 39), sistem didefinisikan sebagai segala sesuatu yang terdiri atas obyek-obyek atau unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan data tertentu. Keberhasilan kebijakan terutama ditentukan oleh isi kebijakan itu sendiri, khususnya keberterimaannya di tengah masyarakat. Selain aspek keberterimaan, konten kebijakan juga harus selaras dengan filosofi dan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Untuk bisa menghasilkan kebijakan yang layak untuk membangun sistem pendidikan nasional yang ideal, perlu ada proses yang matang dan terarah. Dalam upaya mengimplementasikan kebijakan arah pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam UUD 1945 dan undang-undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003, perlu dilakukan pengakajian keilmuan yang tepat dalam pengembangan persekolahan untuk level pendidikan menengah dan tinggi. (Supardi, 2008: 119)
b. Implementator dan kelompok target. Pelaksanaan implementasi kebijakan tergantung pada badan pelaksana kebijakan (implementator) dan kelompok target (target groups). Implementator harus mempunyai kapabilitas, kompetensi, komitmen dan konsistensi untuk melaksanakan sebuah kebijakan sesuai dengan arahan dari penentu kebijakan (policy makers), selain itu, kelompok target yang terdidik dan relatif homogen akan lebih mudah menerima sebuah kebijakan daripada kelompok yang tertutup, tradisional dan heterogen. Lebih lanjut, kelompok target yang merupakan bagian besar dari populasi juga akan lebih mempersulit keberhasilan implementasi kebijakan. Menurut Gaffar (2007), Kebijakan pendidikan berhubungan dengan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan. Keputusan-keputusan tersebut berkaitan dengan kinerja SDM yang berperan sebagai implementator. SDM implementator merupakan hal penting dalam mengimplementasi kebijakan. Perannya sangat krusial karena adanya komunikasi antara pembuat 8
kebijakan dan pelaksana kebijakan dapat terjalin jika terdapat sumberdaya manusia yang memiliki kapabilitas dalam memainkan perannya. Menurut George C. Edward III dalam Leo Agustino (2006 : 151) dalam mengimplementasikan kebijakan, salah satu indikator sumberdaya utama adalah Staf. Keberhasilan dan kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh tingkat kemampuan staf. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri. Sedangkan kelompok target merupakan khalayak yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Keberhasilan kebijakan sangat dipengaruhi oleh bagaimana implementator dapat membangun komunikasi dengan kelompok target. Masih menurut George C. Edward III dalam Leo Agustino (2006 : 151), indikator penting dalam implementasi kebijakan salah satunya faktor Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap kebijakan. Dengan adanya informasi ini, tingkat keberhasilan kebijakan dapat diukur.
c. Lingkungan Keadaan sosial-ekonomi, politik, dukungan publik maupun kultur populasi tempat sebuah kebijakan diimplementasikan juga akan mempengaruhi keberhasilan kebijakan publik. Kondisi sosial-ekonomi sebuah masyarakat yang maju, sistem politik yang stabil dan demokratis, dukungan baik dari konstituen maupun elit penguasa, dan budaya keseharian masyarakat yang mendukung akan mempermudah implementasi 9
sebuah kebijakan. Lingkungan merupakan keseluruhan entitas yang melingkupi adanya kebijakan tersebut. Berbeda dengan uraian mengenai implementator, faktor lingkungan lebih banyak membahas tentang komunikasi dan pola hubungan yang terjalin antar aktor pelaksana kebijakan, baik perumus maupun pada tataran pelaksana. Aktor aktor pelaksana dan hubungan antar aktor berpengaruh langsung terhadap keberhasilan implementasi. Umumnya penjelasan mengenai aktor dan pola hubungan mereka menggunakan teori-teori yang dipinjam dari disiplin ilmu organisasi, psikologi dan ilmu politik. Istilah Disposisi atau kepatuhan misalnya digunakan untuk menggambarkan sikap mental aktor pelaksana terhadap kebijakan yang harus ia implementasikan. Interest atau kepentingan, yang digunakan untuk menggambarkan bahwa adanya hubungan emosi dalam wujud kepentingan (apapun itu), akan mempengaruhi cara implementor melaksanakan tugasnya, dll. Tak pelak bahwa kondisi lingkungan akan dapat mempengaruhi hasil akhir sebuah implementasi kebijakan, meski tidak secara langsung. Bahwa sebuah kebijakan telah diperhitungkan secara masak dan rasional, struktur implementasi telah dipersiapkan sebaik mungkin, actor-aktor pelaksana dan pola komunikasi juga telah persiapkan secara matang, namun hasil akhir bisa berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dimana kebijakan tersebut diimplementasikan. Perbedaan factor kondisi lingkungan inilah yang kemudian melahirkan istilah diskresi dalam implementasi kebijakan public (walau tidak pernah dinyatakan secara implicit dalam model-model implementasi). Secara umum factor-faktor kondisi lingkungan yang dipandang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan adalah factor-faktor sistem politik, sistem ekonomi, dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku. Faktor- faktor sistem politik/tata pemerintahan misalnya berpengaruh terhadap bagaimana seharusnya penstrukturan proses implementasi. Ada yang distrukturkan secara legal formal dan ada yang cenderung lebih pragmatis. Manakala kontrol publik sangat besar terhadap kinerja pemerintahan, maka 10
struktur yang legal formal lebih disukai implementor untuk menghindari klaim publik atau sebagai tameng dalam akuntabilitas publik. Oleh karenanya implementasi diterapkan sesuai textbook dan diskresi dihindari. Faktor lingkungan ekonomi misalnya apakah yang dianut adalah sistem ekonomi pasar, terpimpin, atau campuran, karena masing-masing sistem akan melahirkan kebijakan dan cara pengimplementasian yang berbeda pula. Diskresi merupakan keleluasaan implementor kebijakan, utamanya yang berhadapan langsung dengan kelompok sasaran, untuk menafsirkan dan memilih cara yang mungkin berbeda dengan yang disepakati sebelumnya, sepanjang tidak keluar dari tujuan utamanya. Namun kewenangan untuk melakukan diskresi juga harus dilakukan dengan hati- hati, sebab bisa memerangkap pelakunya dengan pelanggaran prosedur walau dengan tujuan yang mulia, atau bisa juga kewenangan tersebut disalah-gunakan untuk kepentingan pribadi. Sementara itu manakala tingkat kepercayaan public relative tinggi, maka struktur implementasi bisa bersifat lebih pragmatis sesuai kebutuhan yang ada, sehingga diskresi bagi para implementor menjadi dimungkinkan.
d. Fasilitas dan Pembiayaan Fasilitas utama yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan adalah dana. Semua permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut, jika ditelaah secara mendalam akhirnya akan mengarah pada satu bagian yang mendasar, yaitu penyediaan dana atau anggaran pendidikan yang umumnya diperlukan dalam jumlah nominal yang cukup besar. Mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi, tentunya secara oprasional pengalokasian biaya pendidikan memerlukan perhatian tersendiri karena sektor pendidikan merupakan sektor pelayanan publik yang tidak mudah disejajarkan dengan bentuk perusahaan yang bernafaskan ekonomi atau kegiatan untung rugi, pelayanan pendidikan lebih mengarah pada kepentingan politik yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat. 11
Besarnya anggaran biaya pendidikan dan makin berkembangnya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap sektor pendidikan adalah konsekuensi politis di mana profesionalisme pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah semakin diperlukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, yang pada operasionalnya memiliki perbedaan pengertian untuk setiap periode/tahap pembangunan. Ace Suryadi mengatakan bahwa, Pendekatan dalam membangun Sistem Pendidikan Nasional dalam rangka memasuki masa tinggal landas (1993-2018) pada hakekatnya berbeda dengan membangun sistem pendidikan dalam masa persiapan tinggal landas (1969-1993). (Suryadi, 1990). Alokasi dana pendidikan menjadi proses yang rumit karena berbenturan dengan proses politik. Besaran anggaran pendidikan tentu tergantung dari polical will pemerintah dalam memprioritaskan pendidikan sebagai alur utama proses pembangunan nasional. Implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula bersifat umum telah dirinci, program-program aksi telah dirancang dan sejumlah dana/biaya telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran tersebut. Ini merupakan syarat-syarat pokok bagi implementasi kebijakan publik apapun. Dengan demikian jelaslah bahwa, besarnya anggaran biaya pendidikan yang dibutuhkan merupakan implikasi dari semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan sebagai akibat kemajuan pembangunan, atau dengan kata lain hubungan biaya pendidikan akan berbanding lurus dengan mutu pendidikan yang diperlukan masyarakat. Selain itu, peningkatan mutu pendidikan memerlukan kebijakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terkait dengan hal itu, sumber-sumber daya finansial merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional.
12
D. KESIMPULAN Berdasarkan uraian data dan analisis di atas, dapat ditarik poin-poin utama sebagai berikut. 1. Indikator implementasi kebijakan terdiri atas komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempatnya harus berjalan secara akumulatif untuk dapat mengukur keberhasilan implementasi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan di antaranya adalah: i. Isi Kebijakan: Keberhasilan kebijakan sangat tergantung pada keberterimaan masyarakat terhadap konten kebijakan dan keselarasannya dengan filosofi dan tujuan nasional dalam UUD 1945. ii. Implementator dan Kelompok Target: Merupakan sumberdaya SDM yang merumuskan dan melaksanakan kebijakan. Keberhasilan kebijakan tergantung pada kapabilitas dan kompetensi implementator dan kelompok target. iii. Lingkungan: Yaitu seperangkat sistem yang telah ada lebih dulu di tengah masyarakat. Kebijakan pada intinya membangun sistem tersebut menjadi lebih baik, namun keberhasilan kebijakan tergantung pada seberapa kondusif lingkungan yang bersangkutan untuk direstorasi. iv. Fasilitas dan Pembiayaan: Menjadi sarana dan alat pemenuhan kebutuhan logistik implementasi kebijakan. Terpenuhinya kebutuhan fasilitas dan biaya akan dapat mendorong suksesnya implementasi kebijakan.
E. PENUTUP Uraian dalam makalah ini semata hasil kajian penulis yang secara kapabilitas dan kompetensi masih butuh banyak pengembangan. Penulis berharap uraian analitis di atas dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pendidikan nasional pada tataran implementasi kebijakan, baik secara teoritis maupun praktis. Namun penulis mengharapkan adanya saran dan masukan dari khalayak pembaca demi perbaikan di masa mendatang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zaina, Kebijakan Publik, (Jakarta: Suara Bebas, 2006) Agustino, Leo, Dasar Dasar Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006) H.A.R. Tilaar, Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan public, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Hidayat, Ara, dkk., Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012) Jurnal Mimbar Pendidikan, NO. 2 Tahun IX Juli 1990, University Press IKIP Bandung Supardi, Arah Pendidikan Di Indonesia Dalam Tataran Kebijakan dan Implementasi, dalam Jurnal Formatif Volumen 2 Nomor 2 Tahun 2007 Suryadi, Ace, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2002)