You are on page 1of 10

Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir setelah ia

mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu saudaranya Maryam,
Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan
malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah
agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani
Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya
akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang
penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan
mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat
sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya
tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya
dan memperkenankan.

Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan
sembahyang serta menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab
oleh ibunya sesuai dengan nazarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan
memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi
Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima
oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala
menerima bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak
saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh
Tuhan.

Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi
pada suatu hari ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam
disalah satu sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak
menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang
sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan
musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-
buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak
sabar menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan
menegur bertanya kepadanya: "Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini
semua?"

Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku
minta. Di waktu pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezeki ku ini sudah berada
di depan mataku, demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa
saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan
rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"

Maryam binti Imran

Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran
seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra'il. Ibunya saudara ipar dari
Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran
belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak
adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi
pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa
suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat
seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia
merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal
keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara
dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga
membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan
kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran
bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan
sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya
sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya
hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan
hati bernazar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikabulkan, akan
menyerahkan dan menghebahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan,
penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat
dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah
menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang
telah disuratkan dalam takdir-Nya bahawa dari suami isteri Imran akan diturunkan
seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh
setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan
merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si
isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan
kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia
bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan
datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain
soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah
tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran
menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam
hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik
dan cemerlang.

Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang, Tuhan
menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan
akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-
tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam
keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami
isteri menjadi makin mesra. Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi
bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri
Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan.

Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan
dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara
bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir
itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan
dan bernazar untuk dihebahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara
sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku
telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernazar akan menyerahkan seorang
putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan
mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria,
iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.

Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus
Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang
bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada
yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi di antara mereka yang akhirnya undian
jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.

Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga
keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari
jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan
menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar di atas loteng
Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan
sebuah tangga. Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian
memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak
saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada
Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada
kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya
dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan
baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk
Maryam.

Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya
yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi
suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana
gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan
peranan besar di kemudian hari.

Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia
mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud
kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan
berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu
bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal
mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun
selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala
setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah
engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak
pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-
buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini."

Maryam menjawab: "Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta.
Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha
Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan
yang tidak ternilai besarnya?"

Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam,
gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang
bernama Isa Almasih a.s.

Tafsiran suroh al-imran ayat 33-37
Pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari ayat-ayat diatas adalah:
1. Allah menjelaskan bahwa keutamaannya dan nikmatnya diberikan kepada siapa yang ia kehendaki.
2. Penjelasan bahwa Isa bin Maryam bukan anak Allah dan bukan Allah taaladan bukan juga satu dari tiga tuhan,
akan tetapi ia adalah hamba Allah taala dan rasulnya yang mana ibu beliau adalah Maryam dan nenek beliau adalah
Hanah dan kakek beliau Imran, yang mana keluarga ini adalah salah satu keluarga mulia dikalangan Bani Israil.
3. Allah mengabulkan doa wali-walinya, seperti ia mengabulkan doa Hanah dengan merezekikannya seorang anak
dan memberikan perlindungan kepadanya dari ganguan syaithan.
4. Disyariatkannya nadzar untuk Allah taala yang mana nadzar tersebut adalah pengharusan yang dilakukan
seorang mukmin kepada dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allahtaala umtuk mendekatkan diri kepadanya.
5. Penjelasan bahwa laki-laki lebih utama dari pada wanita dalam hal melaksanakan amalan-amalan dan kewajiban-
kewajiban.
6. Bolehnya seseorang hamba untuk bersedih dan menyayangkan sesuatu yang terlewatkan, jika sesuatu itu berupa
kebaikan yang sangat ia inginkan.
7. Penetapan adanya karamat pada wali Allah taala yang mana terjadi di tempat peribadahannya.
8. Penetapan akan kenabian Nabi Muhammad shalallahualaihi wasallam, yang kisah seperti iini tidak akan datang
dari seorang yang buta huruf, maka ini tidak bahwa beliau adalah seorang Rasul yang diberi wahyu, maka oleh
sebab itu ayat ini ditutup dengan firmanNya:


Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad)
[Sumber: Aisar At-Tafasir li Kalami Al-'Ali Al-Kabir, oleh Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, semoga Alloh merahmati
beliau. Peterjemah Sufiyani Al-Kalimantani]

Ayat 42-44
ari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik
1. Al-Quran adalah wahyu Tuhan, bukan cuplikan dari kitab lain ataupun menukil hafalan orang lain.
2. Persaingan haruslah dalam melaksanakan tugas spiritual dan suci bukannya dalam
memperoleh kedudukan dan pangkat duniawi. (IRIB Indonesia)

ZAKARIA A.S
KISAH NABI ZAKARIA
Masa yang dialami oleh Nabi Zakaria adalah masa yang aneh di mana
banyak hal yang berlawanan yang berhadap-hadapan dan saling
bertentangan serta terlibat pertarungan yang tidak pernah padam. Keimanan
kepada Allah SWT bercahaya di mesjid yang besar di Baitul Maqdis,
sedangkan kebohongan memenuhi pasar-pasar Yahudi yang bersebelahan
dengan mesjid itu. Sudah menjadi tradisi dunia bahwa segala sesuatu yang
bertentangan mesti saling berhadapan pada: kebaikan dengan kejahatan,
cahaya dengan kegelapan, kebenaran dengan kebohongan, para nabi
dengan para pembangkang. Alhasil, segala sesuatu berhadapan untuk
mempertahankan kehidupan. Di masa yang kuno ini terdapat seorang nabi
dan seorang alim yang besar. Nabi yang dimaksud adalah Zakaria sedangkan
seorang alim besar yang Allah SWT memilihnya untuk salat di tengah-tengah
manusia adalah Imran. Imran adalah seorang suami dan istrinya sangat
berharap untuk melahirkan anak. Waktu pagi menyelimuti kota, keluarlah istri
Imran untuk memberikan makan kepada burung dan ia melihat pamandangan
yang ada di sekitarnya dan mulai merenungkannya. Di sana terdapat seekor
burung yang memberi makan anaknya dengan cara menyuapinya dan
memberinya minum. Burung itu melindungi anaknya di bawah sayapnya
karena khawatir dari kedinginan. Ketika melihat pemandangan itu, istri Imran
berharap agar Allah SWT memberinya anak. Ia mengangkat tangannya dan
mulai berdoa agar Allah SWT menganugerahinya seorang anak lelaki. Allah
SWT mengabulkan doanya dan pada suatu hari ia merasa bahwa ia sedang
hamil lalu kegembiraan menyelimutinya dan ia bersMikur kepada Allah SWT:
"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya Tuhanhu, sesungguhnya aku
telah menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi
anak yang saleh dan berkhidmat (di Baitil Maqdis). Karena itu terimalah
(nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.'" (QS. Ali 'Imran: 35)
Ia bernazar agar anaknya menjadi seorang pembantu di mesjid sepanjang
hidupnya yang mengabdi kepada Allah SWT dan mengabdi kepada rumah-
Nya, yaitu masjid. Lalu tibalah hari kelahiran. Istri Imran melahirkan seorang
anak perempuan. Istri itu merasa terkejut karena ia menginginkan seorang
anak lelaki yang dapat mengabdi untuk mesjid dan beribadah di dalamnya.
Ketika ia melihat bahwa anaknya seorang perempuan, maka ia tetap
menjalankan nazarnya, meskipun anak lelaki bukan seperti anak perempuan:
"Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: 'Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan
Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidaklah
seperti anak perempuan. Sesungguhnya ahu telah menamai dia
Maryam." (QS. Ali Imran: 36)
Allah SWT mendengar doa istri Imran; Allah SWT mendengar apa yang
kita ucapkan dan apa yang kita bisikkan dalam diri kita, bahkan apa yang kita
inginkan untuk kita ucapkan dan kita tidak melakukannya. Semua itu diketahui
oleh Allah SWT. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran memberitahu-Nya
bahwa ia melahirkan anak perempuan dan Allah SWT lebih mengetahui
tentang anak yang dilahirkannya. Allah SWT-lah yang memilihkan jenis
kelamin anak yang lahir di mana Dia menciptakan anak laki-laki atau
perempuan. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa kepada-Nya
agar Dia menjaga anak perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga
menjaga keturunannya dari setan yang terkutuk:
"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya
kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. maka Tuhannya
menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria
pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)
Allah SWT mengkabulakn doa istri Imran dan ibu Maryam. Allah SWT
menyambut Maryam dengan penyambutan yang baik dan memberinya
keturunan yang baik. Allah SWT berkehendak melalui rahmat-Nya untuk
menjadikan perempuan ini sebagai wanita terbaik di muka bumi dan
menjadikan ibu dari seorang nabi yang kelahirannya merupakan mukjizat
terbesar seperti kelahiran Nabi Adam. Nabi Adam lahir tanpa seorang ayah
atau ibu, sedangkan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah. Nabi Isa berasal dari
ibu yang suci yang belum menikah, yang belum disentuh oleh manusia.
Mula-mula kelahiran Maryam mendatangkan sedikit problem. Imran telah
mati sebelum kelahiran Maryam dan para ulama di zaman itu dan para
pembesar ingin mendidik Maryam. Setiap orang berlomba-lomba untuk
mendapatkan kemuliaan ini, yaitu mendidik seorang perempuan dari seorang
lelaki besar vang mereka hormati. Zakaria berkata: "Biarkan aku yang
mengasuhnya karena ia adalah kerabat dekatku. Istriku adalah bibinya dan
aku adalah seorang Nabi dari umat ini. Aku lebih utama daripada kalian untuk
mengasuhnya." Lalu para ulama dan para guru berkata: "Mengapa tidak
seorang di antara kami yang mengasuhnya. Kami tidak akan membiarkan
engkau mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari kami." Hampir
saja mereka berselisih dan bertarung kalau seandainya mereka tidak
menyepakati diadakannya undian. Yakni, seseorang yang mendapatkan
undian, maka itulah yang akan mengasuh Maryam.
Diadakanlah undian. Maryam diletakkan di atas tanah dan diletakkan di
sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin mengasuhnya. Kemudian
mereka menghadirkan anak kecil lalu anak kecil itu mengeluarkan pena
Zakaria. Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan agar aku mengasuhnya."
Para ulama dan para Syekh berkata: "Tidak, undian harus dilakukan tiga kali."
Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua. Setiap orang mengukir
namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan melemparkan
pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menantang arus, itulah
yang menang:
"Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan
anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang
akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka
bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)
Mereka pun melemparkan pena-pena mereka di sungai sehingga pena-
pena itu berjalan bersama arus, kecuali pena Zakaria yang menantang arus.
Zakaria merasa bahwa mereka akan puas tetapi mereka bersikeras untuk
mengadakan undian yang ketiga kali. Mereka berkata: "Kita akan
melemparkan pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus,
maka itulah yang akan mengasuh Maryam." Mereka pun melemparkan pena-
pena mereka dan semua berjalan menantang arus, kecuali pena Zakaria.
Akhirnya, mereka menyerah kepada Zakaria dan mereka menyerahkan anak
itu kepadanya agar Zakaria mengasuhnya. Nabi Zakaria mulai mengasuh
Maryam dan mendidiknya serta menghormatinya sampai ia dewasa. Maryam
memiliki tempat khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu mihrab yang di
situ ia beribadah. Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia selalu
beribadah dan salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan
menuangkan cintanya kepada Allah SWT. Terkadang Zakaria
mengunjunginya di mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria menemuinya
dan ia melihat sesuatu yang mencengangkan. Saat itu musim panas tetapi
Nabi Zakaria menemui di tempat Maryam buah-buahan musim dingin, dan
pada kesempatan yang lain ia menemui buah-buahan musim panas
sedangkan saat itu musim dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam:
"Darimana datangnya rezeki ini?" Maryam menjawab: "Bahwa itu berasal dari
Allah SWT." Pemandangan seperti ini berulang lebih dari sekali:
"Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di
sisinya." (QS. Ali 'Imran: 37)
Nabi Zakaria adalah seorang tua dan rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia
merasa bahwa tidak lama lagi hidupnya akan berakhir dan istrinya, bibi
Maryam, adalah seseorang wanita tua sepertinya yang belum melahirkan
seseorang pun dalam hidupnya karena ia wanita yang mandul. Nabi Zakaria
menginginkan agar ia mendapatkan seorang anak laki-laki yang akan
mewarisi ilmunya dan akan menjadi nabi yang dapat membimbing kaumnya
dan berdakwah kepada mereka untuk mengikuti Kitab Allah SWT.
Zakaria tidak menyampaikan keinginan ini kepada seseorang pun, bahkan
kepada istrinya, tetapi Allah SWT mengetahuinya sebelum pikiran itu
disampaikan. Pada pagi itu Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, lalu ia
mendapati buah-buahan yang sebenarnya sudah tidak musim. Zakaria
bertanya kepada Maryam:
"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan)
ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah
Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali 'Imran: 37-38)
Zakaria berkata pada dirinya Maha Suci Allah SWT dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Lalu kerinduan mulai menyelimuti hatinya dan ia mulai
menginginkan keturunan. Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya:
"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu
kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan
suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engka u, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir
terhadap mawaliku sepeningalku, sedang istriku adalah seseorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akmi
mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya
Tuhanku, seorangyang diridahi. " (QS. Maryam: 2-6)
Nabi Zakaria meminta kepada Penciptanya tanpa mengangkat suara
keras-keras agar Dia memberinya seorang lelaki yang mewarisi kenabian dan
hikmah serta keutamaan dan ilmu. Nabi Zakaria khawatir kaumnya akan
tersesat setelahnya di mana tidak ada seorang nabi setelahnya. Allah SWT
mengkabulkan doa Zakaria. Belum lama Nabi Zakaria berdoa kepada Allah
SWT hingga malaikat memanggilnya saat ia salat di mihrab:
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu
akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya
Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS.
Maryam: 7)
Zakaria kaget dengan berita ini, bagaimana ia dapat memiliki seorang
anak. Karena saking gembiranya Zakaria sangat terguncang dan dengan
penuh keheranan ia bertanya:
"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah
seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur
yang sangat tua." (QS. Maryam: 8)
Ia heran bagaimana ia dapat melahirkan sementara ia sudah tua dan
istrinya pun wanita yang mandul:
"Tuhan berfirman: 'Demikianlah.' Tuhan berfirman: 'Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal
kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (QS. Maryam; 9)
Para malaikat memberitahunya bahwa ini terjadi karena kehendak Allah
SWT dan kehendak-Nya pasti terlaksana. Tidak ada sesuatu pun yang sulit
bagi Allah SWT. Segala sesuatu yang diinginkan di alam wujud ini pasti
terjadi. Allah SWT telah menciptakan Zakaria sebelumnya dan beliau pun
sebelumnya tidak pernah ada. Segala sesuatu diciptakan Allah SWT hanya
dengan kehendak-Nya:
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
herkata kepadanya: 'Jadilah!', maka jadilah ia. " (QS. Yasin: 82)
Hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur kepada Allah SWT dan ia pun
memuji-Nya. Lalu ia meminta kepada Allah SWT agar memberinya tanda-
tanda:
"Zakaria berkata: Ya Tuhanku, berilah suatu tanda.' Tuhan berfirman:
'Tanda bagimu adalah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan
manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.' Maka ia keluar dari mihrab
menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang." (QS. Maryam: 10-11)
Allah SWT memberitahunya bahwa akan terjadi tiga hari di mana di
dalamnya ia tidak mampu berbicara, padahal saat itu ia sehat-sehat saja tidak
sakit. Jika hal ini terjadi padanya, maka hendaklah ia yakin bahwa istrinya
hamil dan bahwa mukjizat Allah SWT benar-benar terwujud. Kemudian
hendaklah saat itu ia berbicara kepada manusia melalui isyarat dan banyak
bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore.
Zakaria keluar pada suatu hari kepada manusia dan hatinya dipenuhi
dengan syukur. Ia ingin berbicara dengan mereka namun ia mengetahui
bahwa ia tidak mampu berbicara. Zakaria mengetahui bahwa mukjizat Allah
SWT telah terwujud lalu ia mengisyaratkan kepada kaumnya agar mereka
bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore. Ia pun selalu bertasbih
kepada Allah SWT dalam hatinya. Zakaria merasakan kegembiraan yang
sangat dalam. Malaikat memberitahunya tentang kelahiran seorang anak
lelaki yang Allah SWT menamakannya Yahya. Untuk pertama kalinya kita di
hadapan seorang anak yang ayahnya tidak memberikan nama kepadanya
dan ibunya pun tidak memilihkan nama untuknya, tetapi Allah SWT-lah yang
memberinya nama. Dengan kemuliaan yang agung ini, Allah SWT
menyampaikan berita gembira kepada Zakaria bahwa anaknya Yahya akan
membenarkan kalimat Allah SWT dan akan menjadi seorang yang mulia dan
seorang Nabi dari orang-orang yang saleh.
Zakaria gemetar, karena saking gembiranya. Air matanya mulai
berlinangan dan jenggotnya yang putih mulai basah. Ia salat kepada Allah
SWT sebagai tanda syukur atas pengkabulan doanya dan kelahiran Yahya.

You might also like