You are on page 1of 24

Referat

GANGGUAN MENSTRUASI
Diajukan sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Anestesi Rumah
Sakit Umum Daerah Cut Meutia





Oleh :
Rahmaniah, S.Ked
Nim : 080610034

Pembimbing :
Dr. H. M. Nahrawi J. Hanafiah, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RSUD CUT MEUTIA
BAGIAN KEBIDANAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul GANGGUAN
MENSTRUASI. Penyusunan referat ini merupakan pemenuhan sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya referat ini, dengan rasa hormat dan rendah
hati penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Pembimbing, Dr. H. M. Nahrawi J. Hanafiah, Sp.OG, atas arahan dan bimbingannya
dalam penyusunan referat ini.
2. Semua orang yang terlibat dalam penyusunan referat ini.
Sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kekurangan, penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan referat ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang membangun dalam penyempurnaan referat ini sangat diharapkan. Semoga referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Lhokseumawe, september 2013

(Penulis)




DAFTAR ISI
Halaman Judul . i
Kata pengantar.................. ii
Daftar isi . iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi gangguan menstruasi .......................................... 3
B. Insidensi dan prevalensi .............................................. 3
C. Macam-macam gangguan menstruasi............................. 4
BAB III KESIMPULAN ................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA 21






BAB I
PENDAHULUAN
Menstruasi merupakan gejala fisiologis yang secara periodik dialami oleh setiap
wanita usia reproduksi. Proses menstruasi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
faktor hormonal, anatomi dan psikis. Apabila terjadi gangguan pada salah satu atau lebih
faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan dalam siklus menstruasi.
Kelainan haid merupakan masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit,
terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Gangguan menstruasi yang
terjadi dapat berupa gangguan lama siklus menstruasi seperti polimenorrhea dan
oligomenorrhea, volume darah yang dikeluarkan sewaktu menstruasi seperti hipermenorea,
hipomenorrhea dan perdarahan bercak (spotting), beserta gejala-gejala yang menyertai
menstruasi seperti dismenorrea dan Premenstrual syndrome itu sendiri yang mengganggu
aktifitas sehari-hari.
Untuk negara Indonesia, rata-rata wanita mengalami menstruasi di usia 12-14 tahun.
Insidensi amenorrhoea primer di negara Indonesia (dimana wanita gagal mencapai menstruasi
pertama pada usia 16 tahun atau lebih atau tidak adanya tanda seksual sekunder sampai usia
14 tahun atau lebih) mencapai 2,5%. Sementara insidensi terjadinya amenorrhoea sekunder
mencapai 1-5%.
Amenorrhea mempengaruhi sekitar 5% sampai 7% wanita menstruasi setiap
tahunnya (Popat). Prevalensinya tidak bervariasi pada perbedaan ras dan berkorespondensi
dengan prevalensi penyakit kausatifnya. Dysmenorrhea primer, atau kramp menstruasi dan
nyeri tanpa penyakit panggul, bisa mepengaruhi wanita menstruasi sebanyak 50% dan
biasanya bermanifestasi dalam beberapa tahun pertama dari onset (Calis).
Dysmenorrhea sekunder, nyeri menstruasi disebabkan oleh penyakit atau patologi
yang mendasarinya, ditemukan pada 5% sampai 7% wanita menstruasi(Popat) dan paling
sering rekuren pada wanita usia 30 dan 45 tahun(Cails). Sepuluh sampai dua puluh persen
dari seluruh wanita yang menstruasi mengalami menorrhagia; kebanyakan adalah usia lebih
dari 30 tahun (Shaw).
TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini yaitu sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas kepaniteraan klinik senior di bagian Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Meutia.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit,
terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.
Insidensi dan Prevalensi
Amenorrhea sekunder mempengaruhi sekitar 5% sampai 7% wanita menstruasi
setiap tahunnya (Popat). Prevalensinya tidak bervariasi pada perbedaan ras dan
berkorespondensi dengan prevalensi penyakit kausatifnya. Dysmenorrhea primer, atau kramp
menstruasi dan nyeri tanpa penyakit panggul, bisa mepengaruhi wanita menstruasi sebanyak
50% dan biasanya bermanifestasi dalam beberapa tahun pertama dari onset (Calis).
Dysmenorrhea sekunder, nyeri menstruasi disebabkan oleh penyakit atau patologi yang
mendasarinya, ditemukan pada 5% sampai 7% wanita menstruasi(Popat) dan paling sering
rekuren pada wanita usia 30 dan 45 tahun(Cails). Sepuluh sampai dua puluh persen dari
seluruh wanita yang menstruasi mengalami menorrhagia; kebanyakan adalah usia lebih dari
30 tahun (Shaw).
Macam-Macam Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi dan siklusnya khusus dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi:
a. Hipermenorea
b. Hipomenorea
c. Perdarahan bercak (spotting)
2. Kelainan siklus:
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Gangguan perdarahan di lainnya:
a. Metroragia
b. menorrhagia
4. Gangguan lain dalam hubungan dengan haid
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
Hipermenorea
Ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal
(lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya
mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktiltas
yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid
(irregular endometrial shedding), dan sebagainya.
Penanganan pada hipermenorrhea
Bila dijumpai kelainan organik, maka pengobatan ditujukan kepada kelainan organik
tersebut. Penyebab yang bukan kelainan organik diberikan progesteron seperti MPA 10
mg/hari, atau didrogesteron 10mg/hari, atau juga noretisteron asetat 5mg/hari, yang diberikan
dari hari ke-16 sampai ke-25 siklus haid. Dapat juga di berikan tablet kombinasi estrogen-
progesteron dari hari ke-16 sampai hari ke-25 siklus haid.
Hipormenorea
Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc),
kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan oleh stenosis pada himen, servik
atau uterus. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang memberikan keluhan ini. Sebab-sebabnya
dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada
gangguan endokrin, dan lain-lain. Adanya hipermenorea tidak mengganggu fertilitas.

Penanganan pada hipomenorrhea
Bila siklus menstruasi berovulasi tidak perlu dilakukan pengobatan apapun. Bila
ternyata tetap ingin diberikan pengobatan, maka dapat diberikan kombinasi estrogen-
progesteron yang dimulai hari ke-16 sampai hari ke-25 siklus menstruasi.

Polimenorrhea
Haid yang terlalu sering, dimana siklusnya < 21 hari.
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau
stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai adalah
pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan
melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas.
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan
stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi
ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.
Oligomenorrhea
Haid yang terlalu jarang, dimana siklus >31 hari.
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan
kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau
sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.

Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih
tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik
dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk.
Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal
pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular,
perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba
memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
Penanganan Oligomenorrhea
Penanganan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea
dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak
memerlukan terapi.
Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki
keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki
ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi
dengan hormonal.
Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan.

Amenorrhea
Setiap pasien yang memenuhi kriteria berikut sebaiknya di evaluasi memeliki masalah
medis amenorrhea
Tidak ada periode menstruasi pada usia 14 dan tidak ada perkembangan dari organ
seksual sekunder.
Tidak ada siklus menstruasi pada usia 16 meskipun terdapat pertumbuhan dan
perkembangan organ seksual sekunder.
Pada wanita yang telah menstruasi, ketidakadaan menstruasi setidaknya selama 3
periode mentruasi yang sebelumnya atau 6 bulan amenorrhea.
Amenorrhea di bagi menjadi menjadi dua:
1. Amenorreha Primer
yaitu keadaan di mana siklus menstruasi tidak pernah dimulai. Hal ini dapat
disebabkan adanya kelainan kongenital seperti tidak terbentuknya uterus sejak
lahir, atau kegagalan ovarium memproduksi ovum. Terlambatnya pertumbuhan
pada masa pubertas juga bisa menyebabkan amenorrhoea primer.

Etiologi amenorrhea primer:

1. Hypergonadotropic hypogonadism
2. Eugonadism
androgen insensitivity syndrome;
congenital adrenal hyperplasia;
polycystic ovarian syndrome.
3. FSH rendah.
4. Aplasia uterus dan vagina (sindrom Mayer-Kustner-V Rokitansky)

Gambar 2.13. Defek anatomi pada amenorrhea

2. Amenorrhea Sekunder
amenorrhea sekunder adalah wanita usia reproduksi yang pernah mengalami haid,
namun haidnya berhenti untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

Klasifikasi Amenorrhea sekunder berdasarkan kompartemen
1. Kompartemen I :
Gangguan pada traktus atau uterus
2. Kompartemen II
Gangguan pada Ovarium
3. Kompartemen III
Gangguan pada sistem pituitari anterior
4. Kompartmen IV
Gangguan pada sistem saraf pusat

Tabel 2.1 Klasifikasi Amenorrhea Sekunder

Penangan Pada Amennorrhea sekunder
1. Amenorrhea hipotalamik
Penyebab organik ditangani sesuai dengan penyebab organik tersebut.
Penyebab fungsional. Konsultasi, atau konseling.
Psikoterapi, ataupun penggunaan obat-obat psikofarmaka hanya pada
keadaan yang berat saja, seperti pada anoreksia nervosa dan bolemia.
Penting diketahui, bahwa obat-obat psikofarmaka dapat meningkatkan
prolaktin. Agar merasa tetap sebegai seorang wanita, dapat di berikan
estrogen dan progesteron siklik.
Kekurangan Gn-RH. Diberikan Gn-RH pulsatif (bila mungkin), atau
pemberian FSH-LH dari luar.
2. Amenorrhea hipofisis
Substitusi hormon yang kurang (FSH:LH), atau pemberian steroid seks
secara siklik
3. Amenorrhea Uteriner
Stimulasi steroid seks. Apabila gagal perlu dipertimbangkan adanya
aplasia uteri, asherman syndrome.
4. Amenorrhea Ovarium
Untuk menekan sekresi FSH dan dapat diberikan estrogen dan
perprogesteron, atau estrogen saja secara siklik.
Selain itu untuk menekan sekresi FSH dan LH yang berlebihan dapat juga
diberikan Gn-RH analog selama 6 bulan. Pada menopause prekok maupun
sindroma ovarium resisten gonadotropin, steroid seks diberikan sampai
terjadi haid. Kemungkinan menjadi hamil sangat kecil.

Tabel 2.2 Pemeriksaan Pada Amenorhea

Metrorrhagia
Adalah perdarahan tidak teratur, kadang tejadi di pertengahan siklus haid.
Etiologi:
1. Organik
karsinoma korpus uteri, mioma submukosum, polip, dan karsinoma serviks
2. Endokrin
Seperti pada usia perimenarche dan menoupause


Penanganan Metrorrhagia
1. Sesuai dengan diagnosis dan komplikasi
2. Sesuai hasil PA

Perdarahan Bukan Haid
Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 periode
haid.
Etiologi:
1. Organik
a. Serviks uteri : polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio
uteri, karsinoma servisis uteri.
b. Korpus uteri : polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri,
karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
c. Tuba falopii : seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium.
2. Fungsional
a. Ovulatoar
b. Anovulatoar

Dismenorea
Adalah nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan sesudah haid dapat bersifat kolik
terus.
Dismenorea dibagi atas:
1. Dismenorea primer
2. Dismenorea sekunder
Dismenorea primer
Adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata.
Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau
lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya
berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri.
Wanita dengan dismenorea primer mempunyai produksi prostaglandins endomterial
lebih tinggi dibandingkan wanita yang asimptomatik. Sebagian besar dari pelepasan
prostaglandin selama menstruasi terjadi pada 48 jam pertama, yang mana bertepatan dengan
intensitas terbesar dari gejala.
5
Selama kontraksi aliran darah endometrium berkurang dan
merupakan korelasi yang baik dengan aliran darah yang minimal dan nyeri kolik yang
maksimal. Kadar prostaglandin dan leukotrien meningkat pada meningkat pada darah
menstruasi dan jaringan uterus wanita dengan dismenorrhea sebanding dengan kadar sistemik
vasopressin.
Prostaglandin F
2i
(PGF
2i
) merupakan agen yang bertanggung jawab pada dismenorea.
Prostaglandin selalu menstimulasi kontraksi uterus, dimana prostaglandin E menghambat
kontraksi pada uterus yang tidak hamil. Otot uterus pada baik yang wanita normal dan
dismenorea sensitif terhadap PGF
2i
, tetapi jumlah PGF
2i
yang diproduksi adalah faktor utama
yang membedakan.


Penanganan pada dismenorrea primer
Pemberian Analgetik: NSAIDs diberikan 1-2 hari menjelang haid dan diteruskan
sampai hari kedua atau ketiga siklus haid.

Terapi hormonal juga telah banyak digunakan.
Tujuannya untuk menghasilkan siklus haid yang anovulatorik, sehingga nyeri haid dapat
dikurangi. Biasanya diberikan Progesteron (Didrogesteron 10mg, 2 kali 1,
Medroksiprogesteron asetat 5mg/hari) diberikan mulai dari hari ke-5 sampai ke-25 siklus
haid.

Dismenorea Sekunder
Adalah nyeri haid yang terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan dari alat
kandungan.
Etiologi : Adenomyosis, myomas, infection, cervical stenosis.
Penanganan pada dismenorrhea sekunder
Bila ada kelainan organik ditangani secara kausal. Pada kasus-kasus yang menolak
tindakan operatif, maka untuk sementara dapat dicoba pengobatan medikamentosa seperti
pada dismenorrea primer. Pemberian analog GnRH selama 6 bulan sangat efektif
menghilangkan nyeri haid yang disebabkan endometriosis.

The Premenstrual Syndrome
Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang
berlangsung terus sanpai haid berhenti. Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional
berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan
rasa nyeri pada mamma dan sebagainya; sedang pada kasus-kasus yang berat terdapat
depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut di
atas.
Faktor yang memegang peranan sebagai etiologi premenstrual tension ialah:
ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema.
Ada paduan utama untuk mendiagnosis PreMenstrual Syndrome. Yang pertama dari
American Psychiatric Association (APA) dan yang kedua dari National Institute of Mental
Health (NIHM).
Kriteria untuk diagnosis menurut APA sebagai berikut:
A. Gejala-gejala yang yang berhubungan dengan siklus menstruasi secara temporal,
mulai dari permulaan selama minggu terakhir fase luteal dan berkurang setelah onset
mestruasi.
B. Diagnosis membutuhkan setidaknya lima dari salah satu gejala di bawah, dan salah
satu nya harus salah satu dari empat gejala yang pertama:
1. Depresi, perasaan putus asa
2. Kecemasan atau ketegangan
3. Afeksi yang labil, contoh: perasaan tiba-tiba sedih, menangis, marah, atau
mudah tersinggung.
4. Marah atau perasaan tersinggun yang menetap, atau meningkatnya konflik
interpersonal.
5. Penurunan ketertarikan terhadapa aktifitas sehari-hari
6. Mudah lelah
7. Sulit berkonsentrasi
8. Gangguan nafsu makan, makan berlebih atau nafsu makan tinggi
9. Hypersmonia atau insmonia
10. Perasaan overprotected atau tidak terkendali
11. Gejala fisik, seperti payudara kencang, sakit kepala, edema, nyeri sendi,
penambahan berat badan.
C. Gejala-gejala mempengaruhi pekerjaan atau aktivitas sehari-hari atau hubungan
sosial.
D. Gejala-gejala tersebut bukan merupakan sebuah eksarsebasi gangguan psikiatrik yang
lain.
Pedoman diagnosis dari National Institute of Mental Health (NIHM) menyebutkan bahwa
diagnosis PMS membutuhkan dokumentasi dari setidaknya peningkatan 30% keparahan
gejala dalam 5 hari pada waktu menstruasi dibandingkan dengan 5 hari setelah menstruasi.

Dengan menggunakan kriteria APA dan NIHM, di dapatkan sekitar 5% dari wanita usia
reproduktif bisa di diagnosa mengalami PMS.

Penanganan PMS
1. Medikamentosa
- Prostaglandin sintetase inhibitor
- Pil KB : medroxyprogesterone acetate 10-30mg/hari
- GnRH agonis dikombinasi dengan estrogen-progesteron :Nafareline, goserelide
- Selective Serotonin Reuptake Iinhibitors: Fluoxetine, Setraline, Paraxetine
- Plasebo
- Spironolactone

2. Operatif
Oovorektomi
Mittelschmerz dan Perdarahan Ovulasi
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid,
pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang tejadi mungkin ringan, tetapi mungkin juga berat.
Lamanya mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2 3 hari.
Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak
mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mual atau muntah.
Menorrhagia
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai
dengan pada siklus yang teratur.
Etiologi :
1. Uterus
a. Fibroid
b. Polip endometrium
c. Endometriosis
d. Pelvic inflammatory disease

2. Sistemik
a. Gangguan koagulasi
b. Penyakit Von Willebrands
c. Idiopathic thrombocytopaenia purpura
d. Defisiensi faktor V, VII, X dan IX
e. Hypothyroidism

3. Iatrogenik
a. Kontrasepsi Progesteron Only
b. IUD
c. Antikoagulan
Penanganan pada Menorrhagia
1. Terapi non-hormonal
a. NSAID
Asam mefenamat, asam meklofenat, naproxen, ibuprofen, diclofenac.
b. Anti-fibrinolitik
Asam tranexamid, asam Epsilon-amino caproic
c. Etamsylate
Fungsi : mereduksi kerapuhan kapiler
2. Terapi Hormonal
a. Progesterone
Norehisterone, medroxyprogesterone acetate, dygrogesterone
b. Intrauterine progesterone
Levonorgestrel
c. Kombinasi Estrogen/progesterone
Kontrasepsi oral, terapi hormone pengganti
d. Lain-lain
Danazol, gestrinone, analog GnRH
3. Pembedahan
1. Hysterectomy
a. Transabdominal Histerectomy (TAH)
b. Transvaginal Histerectomy (VH)
c. Laparoscopi (LAVH)
2. Ablasi Endometrial
a. Generasi pertama
Trans Cervical Resection of the Endometrium (TCRE)
Endometrial Laser Resection (ELA)
Roller Ball Endometrial Ablation (REA)
b. Generasi kedua
Thermal Balloons (Thermachoice, Cavatherm)
Microwave Endometrial Abaltion (MEA)
Circulating Hot Saline (Hydro therm Ablator)
Cryotherapy









BAB III
KESIMPULAN
Menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh
interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, hipofise dan ovarium. Fungsi
reproduksi wanita dibagi menjadi dua tahapan utama: pertama, persiapan tubuh wanita untuk
menerima pembuahan, dan kedua, masa kehamilan itu sendiri.
Kelainan haid merupakan masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit,
terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.

Gangguan menstruasi yang
terjadi dapat berupa gangguan lama siklus menstruasi seperti polimenorrhea dan
oligomenorrhea, volume darah yang dikeluarkan sewaktu menstruasi seperti hipermenorea,
hipomenorrhea dan perdarahan bercak (spotting), beserta gejala-gejala yang menyertai
menstruasi seperti dismenorrea dan Premenstrual syndrome itu sendiri yang mengganggu
aktifitas sehari-hari.







DAFTAR PUSTAKA

1. Varney, Hellen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
2. Sastrawinata, Sulaiman. 1980. Ginekologi. Bandung: ELSTAR OFFSET
3. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Edisi kedua.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2008.

You might also like