You are on page 1of 14

1

BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Definisi Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah variasi abnormalitas yang mengarah pada
sintesis hormon tiroid yang insufisien. Hipotiroidisme adalah satu keadaan
penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid.
Hipotiroidisme adalah istilah yang mengacu pada simtoma menurunnya
sintesis dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid (Wikipedia)
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid (kumpulan Askep
Hipotiroid)
Hipotiroidisme adalah suatu kelainan yang relative sering ditemukan
dengan ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormone tiroid. Kekurangan
produksi hormone tiroid paling sering disebakan oleh kegagalan tiroid primer
tetapi juga dapat disebakan oleh penurunan sekresi TSH karena insufisiensi
hipofisis (hipotiroidisme sekunder) atau kegagalan hipotalamus dalam
melepaskan TRH (hipotiroidisme tersier).
1.2 Klasifikasi Hipotiroidisme
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu:
a. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus.
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukup hormon
perangsang tiroid (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan jumlah tiroksin yang cukup. Biasanya terjadi apabila

2

terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan hormon yang
cukup.
b. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid. Paling sering
terjadi. Meliputi penyakit Hashimoto tiroiditis (sejenis penyakit
autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
c. Hipotiroidisme Subklinis (HSK). Disebut demikian kalau TSH naik, kadar
hormon tiroid dalam batas normal. Banyak ditemukan pada wanita usia
lanjut. Akibat jangka panjangnya yaitu hiperkolesterolemia dan
menurunnya faal jantung.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu,
umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun.
Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
1.3 Etiologi Hipotiroidisme
Pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
a. Bawaan
Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
Kelainan hormogonesis
- Kelainan bawaan enzim (inborn error)
- Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
- Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)


3

b. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi
atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
Idiopatik (autoimunisasi)
Tiroidektomi
Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
Pemakaian obat anti-tiroid
Kelainan hipofisis
Defisiensi spesifik TSH
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara
lain;
1. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang
2. Kulit dingin dan kering.
3. Wajah membengkak dan gerakan lamban.
4. Aktivitas motorik dan intelektual lambat.
5. Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita
hipotiroidisme sering mengeluh hiperminore.

4

1.5 WOC Hipotiroidisme

Defisiensi iodium, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH hipotalamus
Penekanan produksi hormon tiroid (tiroidisme)
TSH merangsang
kel. Tiroid untuk
mensekresi
Terapi
penggantian
H. tiroid
Laju BMR lambat
Gangguan
metabolisme lemak
Kel. Tiroid akan
membesar
Menekan struktur di
leher dan dada
Disfagia, gangguan
respirasi
Depresi ventilasi
Pola nafas tidak efektif
Kurang pengetahuan
Penurunan
produksi panas
Perubahan
suhu tubuh:
hipertermi
Kekurangan vit.
B12&as. folat
Pembentukan
eritrosit tidak
optimal
achiorhydria
Penurunan mortilitas usus
Penurunan fungsi GI
Konstipasi
Penurunan produksi
sel darah merah
Anemia
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Peningkatan kolesterol
& trigliserida
Peningkatan
arteroskleros
is
Oklusi pembuluh
darah
Suplai darah ke
otak menurun
hipoksia
Perubahan pola
berfikir

5

1.6 Penatalaksanaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi
tanpa menggigi,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT
dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma
miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme
antara lain: kadar tiroksin dan dan triyodoronin serum yang rendah, BMR
yang rendah, dan peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin
tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis hipotiroidisme. Pada
hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin
rendah. Sebaliknya, kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien
dengan hipotiroidisme sekunder.
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 g/hari), khususnya pada pasien
yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa
hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai
dosis pemeliharaan maksimal 150 g/hari. Pada dewasa muda, dosis
pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran kadar TSH
pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan
manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran
normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder
sebaiknya ditentukan dengan mengikuti kadar tiroksin bebas.

6

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak
disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang
dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid
dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping
yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali
normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai
pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan
tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan doktor hanya
mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan
oleh kel. hipofisis.
Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak
menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan
sedikit triiodotironin(fT3)).
Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak
dapat dgn hanya mengukur level TSH.
Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan
hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
a. free triiodothyronine (fT3)

7

b. free levothyroxine (fT4)
c. total T3
d. total T4
e. 24 hour urine free T3


8

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh
karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat
menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama klien mencakup gangguan pada berbagai sistem
tubuh:
- Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
- Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi
abdomen
- Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia,
cardiomegali
- Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan
relaksasi otot lambat
- Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi
intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata bata,
gangguan memori

9

- Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan
penurunan libido
- Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan
suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin
c. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
jenis kelenjar teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus
menanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan
mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
e. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
f. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
- Pola makan
- Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
- Pola aktivitas.
g. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas,
dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien
mencakup kelima komponen konsep diri.

10

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya
edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta
roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien
sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan
berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
4. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan produksi panas
5. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi
penggantian tiroid seumur hidup
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan

11

2.3 Intervensi Keperawatan
NO DX TUJUAN KH INTERVENSI RASIONAL
1 Intoleran aktifitas
berhubungan dengan
penurunan
metabolism sekunder
terhadap
hipotiroidisme

Tolerasi
aktivitas
membaik.
Melaporkan
sedikit lelah
pada AKS
1. Anjurkan aktivitas sesuai
tolerasi.

2. Bantu aktivitas
perawatan mandiri ketika
pasien berada dalam
keadaan lelah.
Istirahat membantu menghemat
energy.

Memberikan kesempatan pada
pasien berada dalam keadaan
lelah
2 Resiko tinggi
terhadap konstipasi
berhubungan dengan
penurunan peristaltic

Hilang dari
konstipasi
Melaporkan
pasase
bentuk feses
lunak
1.Berikan makanan yang
kaya serat.

2.Ajarkan pada pasien
tentang jenis jenis
makanan yang banyak
mengandung air.

3.Kolaborasi pemberian
obat pencahar dan
enema bila diperlukan.
Meningkatkan massa feses dan
frekuensi buang air besar.

Untuk peningkatan asupan
cairan kepada pasien agar feses
tidak keras.


Untuk mengencerkan feses.
3 Pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan depresi
ventilasi
Perbaikan
dan pola
nafas normal
Melaporkan
dapat
bernafas
dengan
efektif
1. Pantau frekuensi,
kedalaman, pola
pernafasan.



2. Dorong pasien untuk
nafas dalam dan batuk.
Mengidentifikasi hasil
pemeriksaan dasar untuk
memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi
efektivitas intervensi.

Mencegah aktifitas dan
meningkatkan aktifitas yang

12

adekuat.
4 Perubahan suhu
tubuh
Pemeliharaan
suhu tubuh
yang normal
Suhu tubuh
dalam
keadaan
normal 37
derajat
1. Berikan tambahan
lapisan pakaian atau
tambahan selimut.
2. Hindari dan cegah
penggunaan sumber
panas dari luar
(misalnya, bantal
pemanas, selimut listrik
atau penghangat)
3. Pantau suhu tubuh
pasien dan melaporkan
penurunannya dari nilai
dasar suhu normal
pasien.
4. Lindungi terhadap
pajanan hawa. dingin
dan hembusan angina
Meminimalkan kehilangan panas


Mengurangi risiko vasodilatasi
perifer dan kolaps vaskuler




Mendeteksi penurunan suhu
tubuh dan dimulainya koma
miksedema.


Meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien dan
menurunkan lebih lanjut
kehilangan panas.
5 Kurangnya
pengetahuan tentang
program pengobatan
untuk terapi
penggantian tiroid
seumur hidup.
Pemahaman
dan
penerimaan
terhadap
program
pengobatan
yang
diresepkan.
Pengetahuan
keluarga
dan klien
meningkat
tentang
penyakit
1. Jelaskan dasar
pemikiran untuk terapi
penggantian hormon
tiroid.
2. Uraikan efek
pengobatan yang
dikehendaki pada
pasien.
3. Bantu pasien menyusun
jadwal dan cheklist
Memberikan rasional
penggunaan terapi penggantian
hormon tiroid seperti yang
diresepkan, kepada pasien.
Mendorong pasien untuk
mengenali perbaikan status fisik
dan kesehatan yang akan terjadi
pada terapi hormon tiroid.
Memastikan bahwa obat yang;
digunakan seperti yang

13

untuk memastikan
pelaksanaan sendiri
terapi penggantian
hormon tiroid.
4. Uraikan tanda-tanda
dan gejala pemberian
obat dengan dosis yang
berlebihan dan kurang.
5. Jelaskan perlunya
tindak lanjut jangka
panjang kepada pasien
dan keluarganya.
diresepkan.



Berfungsi sebagai pengecekan
bagi pasien untuk menentukan
apakah tujuan terapi terpenuhi.

Meningkatkan kemungkinan
bahwa keadaan hipo atau
hipertiroidisme akan dapat
dideteksi dan diobati.
6 Perubahan pola
berpikir berhubungan
dengan gangguan
metabolisme dan
perubahan status
kardiovaskuler serta
pernapasan.
Perbaikan
proses
berpikir.
Pola pikir
klien
kembali
sesuai
dengan
keadaan
sebelum
sakit dan
berfungsi
dengan baik
1. Orientasikan pasien
terhadap waktu,
tempat, tanggal dan
kejadian disekitar
dirinya.
2. Berikan stimulasi lewat
percakapan dan
aktifitas
3. Jelaskan kepada pasien
dan keluarga bahwa
perubahan pada fungsi
kognitif dan mental
merupakan akibat dan
proses penyakit .
Memberi pengetahuan pada
pasien, dan meminimalkan
perubahan proses pikir


Memudahkan stimulasi dalam
batas-batas toleransi pasien
terhadap stres.
Meyakinkan pasien dan keluarga
tentang penyebab perubahan
kognitif dan bahwa hasil akhir
yang positif dimungkinkan jika
dilakukan terapi yang tepat.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid
kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid (kumpulan
Askep Hipotiroid)
Hipotiroidisme ada 3 macam, yaitu:
1. Hipotiroidisme sentral
2. Hipotiroidisme primer
3. Hipotiroidisme Subklinis
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar
tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid
akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh
antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat
perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya
kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa, khususnya tentang hipotiroidisme. Dalam
pembuatan maklah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan maka dari itu kritik dan saran diperlukan untuk
penyempurnaan makalah ini.

You might also like