You are on page 1of 11

Dr. SETYO UTOMO,SH., M.

Hum
PENUNTUTAN
( 7 )


P E M B U K T I A N
2
3
Pembuktian (Psl. 183 s.d 189 KUHAP)
Menurut doktrin dikenal ada empat sistem atau teori pembuktian,
yaitu :
Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim belaka
Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif
Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan logis
Sistem pembuktian berdasarkan UU secara negatif
Adapun sistem yang dianut peradilan pidana Indonesia ialah sistem
pembuktian UU secara negatif, yaitu bersalah tidaknya terdakwa
ditentukan oleh keyakinan hakim yang didasarkan pada cara dan
denan alat bukti yang sah menurut UU.
Adapun alat bukti sah menurut UU, ialah :
1.8.a Keterangan saksi
1.8.b Keterangan ahli
1.8.c Surat
1.8.d Petunjuk, dan
1.8.e Keterangan terdakwa
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
4
1.8.a Keterangan Saksi (pasal 185 KUHAP)
adalah keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri,lihat sendiri danalami sendiri dan dengan menyebutkan
alasan pengetahuannya itu.
Syarat sah keterangan saksi, sebagai berikut :
Saksi harus mengucapkan sumpah atau janji sebelum memberikan keterangan.
keterangan diberikan di sidang pengadilan
Keterangan harus tentang apa yang ia lihat sendiri, alami sendiri, atau ia dengar sendiri
dan harus bisa menyebutkan alasan pengetahuannya itu
Jawaban atas pertanyaan harus menurut ketentuan undang-undang (tidak boleh
dipaksa, ditekan atau dianjurkan dan tidak boleh diajukan pertanyaan yang menjerat).
Keterangan seorang saksi saja tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa (unus
testis nulus testis). Tetapi dua orang saksi yang keterangannya bersesuaian satu sama
lain dianggap dua alat bukti. Atau satu keterangan saksi ditambah satu alat bukti lain
yang bersesuaian satu dgn yang lain.
Keterangan bebrapa orang saksi yang masing-masing berdiri sendiri mengenai
suatu hal / kejadian dapat digunakan sebagai suatu alat bukti asalkan keterangan
saksi-saksi itu ada hubungannya satu dgn yang lain sedemikian rupa sehingga
dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
Cara menilai kebenaran keterangan seorang saksi, adalah :
Persesuaian keterangan saksi yang satu dengan yang lain
Persesuaian keterangan saksi dgn alat bukti yang lain
Alasan yang dipergunakan saksi untuk membeirkan keterangan tertentu
Cara hidup dan kesusilaan saksi
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
5
1.8.b Keterangan Ahli (pasal 186 KUHAP)
adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
Syarat sah keterangan ahli sebagai alat bukti, adalah :
Keterangan yang diberikan oleh seorang ahli
Memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu .
Menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya
diberikan di bawah sumpah atau janji
Cara memperoleh keterangan ahli :
Keterangan ahli yang diberikan di depan penyidik dalam bentuk berita acara
atau bentuk lainnya, sebelum memberikan keterangan wajib bersumpah atau
berjanji.
Keterangan ahli dalam bentuk laporan atas permintaan penyidik atau
penuntut umum dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima
jabatan atau pekerjaan.
Keterangan seorang ahli yang dinyatakan dalam persidangan, keterangan
tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan
hakim.
Tata cara memperoleh laporan ahli sebagai alat bukti adalah :
Diminta oleh penyidik yang berwenang pada waktu pemeriksaan penyidikan
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
6
Tata cara memperoleh laporan ahli sebagai alat bukti
adalah :
1. Diminta oleh penyidik yang berwenang pada waktu
pemeriksaan penyidikan
2. Permintaan secara tertulis dgn menyebutkan secara tegas
untuk hal apa pemeriksaan di lakukan
3. Permintaan disampaikan kepada ahli yang mempunyai
keahlian khusus dalam bidang tertentu (melalui instansi /
institusinya)
4. Atas permintaan penyidik, ahli membuat laporan atau
pendapat
5. Pendapat / laporan ahli diberikan dibawah sumpah atau
dengan mengingat sumpah jabatan.
Catatan :
Keterangan ahli harus diberikan oleh ahli yang memiliki keahlian
khusus.
Contoh :
keterangan yang diberikan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter
bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan saja.
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
7
1.8.c Alat Bukti Surat (pasal 186 KUHAP)
Ada dua jenis surat, yaitu :
1. Surat Autentik atau surat resmi, yaitu surat yang dibuat oleh pejabat umum,
atau pejabat yang berwenang atau oleh seorang ahli, atau yang dibuat
menurut ketentuan perundang-undangan
2. Surat biasa / surat pribadi / surat di bawah tangan
Yang mempunyai nilai pembuktian sebagai alat bukti surat hanya surat
resmi atau surat otentik.
Jenis-jenis surat resmi / otentik :
Berita Acara atau surat lain dalam bentuk resmi. (contoh Akta Notaris)
Surat dibuat menurut ketentuan perundang-undangan atau dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan peruntukan bagi pembuktian suatu hal atau suatu
kejadian . Dibuat atas sumpah jabatan (contoh : SIM, Akta Kelahiran, Ijazah
dll)
Surat keterangan dari seorang yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara
resmi dari padanyanya, dibuat atas sumpah jabatannya (contoh : visum et
repertum). Jadi suatu laporan ahli dapat juga disebut sebagai alat bukti surat
dan dapat juga dikatakan sebagai keterangan ahli
Adapun surat biasa atau surat lainnya bukan merupakan alat bukti surat,
baru dapat berlaku sebagai alat bukti petunjuk apabila isi surat itu ada
hubungannya dengan alat bukti lainnya (contoh : Kwitansi, Surat Perjanjian di
bawah tangan, visum et repertum yang dibuat dokter umum)
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
8
1.8.d Keterangan Terdakwa (pasal 189 KUHAP)
Adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan
tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri
atau yang ia alami sendiri. Jadi bukan / tidak bolah dalam bentuk
pendapat, kesimpulan, rekaan atau yang diketahui dari orang
lain.
Dalam hal terdakwa menyangkal di ruang sidang pengadilan,
maka keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membentu menemukan bukti di sidang, asalkan
keterangan di luar sidang tadi didukung oleh suatu alat bukti
sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. Jadi
kalau disidang terdakwa menyangkal, akan tetapi apa yang
sangkal tersebut diakui dalam berita acara pemeriksaan di
penyidikan, maka kalau keterangannya dalam BAP bersesuaian
dgn keterangan saksi atau alat bukti lainnya maka keterangan
terdakwa dalam BAP dapat diterima sebagai alat bukti petunjuk.
Keterangan terdakwa saja sekalipun bersifat pengakuan, tidak
cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya melainkan harus disertai
dengan alat bukti yang lain.
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
9
1.8.e Petunjuk (pasal 188 KUHAP)
Alat bukti yang paling lemah adalah petunjuk, ia bukan alat bukti yang
berdiri sendiri seperti halnya alat bukti yang lain, ia baru ada apabila
diperoleh dari alat bukti lain melalui suatu proses analisa.
Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena
persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lainnya, maupun
bersesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan dan siapa pelakunya. Harus diperoleh
dari alat bukti yang sudah ada, baik dari keterangan saksi, keterangan
ahli, surat ataupun dari keterangan terdakwa sendiri.
Hakim harus secara arip dan bijaksana dan dengan penuh kecermatan
dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya untuk melakukan
penilaian kekuatan pembuktian suatu petunjuk.
Contoh petunjuk :
Keterangan saksi yang tidak disumpah, bersesuaian dgn keterangan saksi
yang disumpah di pengadilan
Visum et repertum yang dibuat dokter umum, bersesuaian dgn alat bukti lain.
BAP terdakwa yang disangkal di sidang, tapi isi BAP bersesuaian dgn
keterangan saksi-saksi.
Barang bukti yang diajukan disidang dibenarkan saksi atau diakui oleh
terdakwa.
Dan lain-lain.
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
10
1.8.f Pemeriksaan dinyatakan selesai.
Apabila pemeriksaan alat bukti sudah tidak ada lagi maka pemeriksaan
dinyatakan selesai dan penuntut umum mengajukan tuntutannya pada hari
sidang berikutnya .
Setelah itu terdakwa/pansehat hkum mengajukan pembelaan yag dapat dijawab
oleh Penuntut Umum dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasehat hukum
selalu mendapat kesempatan terakhir.
Tuntutan atau Requsitor, pembelaan atau Pledoi, jawaban Penuntut Umum atau
Replik dan jawaban terdakwa /pensehat hukum atau Duplik harus diajukan
secara tertulis dan setelah dibacakan diserahkan kepada Hakim Ketua sidang
dan turunannya kepada pihak yang berkepentingan
1.8.g Pemeriksaan dinyatakan Ditutup.
Setelah acara jawab menjawab, hakim ketua sidang menyatakan sidang ditutup,
sengan ketentuan dapat dibuka sekali lagi degan maksud untuk menampung
bahan tambahan untuk keperluan musyawarah hakim, baik satas kehendak
hakim, penuntut umum atau terdakwa / penasehat hukum.
Setelah itu Hakim bermusyawarah untuk mencapai mufakat,secara bulat, baik
dilakukan di dalam sidang maupun diluar sidang. Jika mufakat tidak dicapai,
maka berlaku ketentuan :
putusan diambil dengan suara terbanyak
Kalau tidak juga dicapai, maka yang diambil adalah pendapat hakim yang paling
menguntungkan terdakwa.
Putusan bisa dijatuhkan pada hari itu juga, tapi pada umumnya dijatuhkan pada
hari lain dengan dihadiri oleh penuntut umum, terdakwa dan penasehat hukum.
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
11

You might also like