You are on page 1of 4

Ramayana mahabharata

Ramayana dari bahasa Sansekerta (रररररर) Rāmâyaṇa yang berasal dari kata Rāma
dan Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang
digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata.

Daftar kitab
Wiracarita Ramayana terdiri dari tujuh kitab yang disebut Saptakanda. Urutan kitab
menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam Wiracarita Ramayana.

Nama kitab Keterangan


Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab
Balakanda menceritakan Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri,
yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat
Balakanda
orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab
Balakanda juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil
memenangkan sayembara dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama
Dewi Sita dan Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah
itu, Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak ingin
Ayodhyakanda
dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak
untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas
nama Sang Rama.
Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana
di tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama
Aranyakanda sering membantu para pertapa yang diganggu oleh para rakshasa. Kitab
Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan
pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.
Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama
dengan Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut
Kiskindhakanda kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali
terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama
dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang
membangun jembatan Situbanda yang menghubungkan India dengan
Sundarakanda Alengka. Hanuman yang menjadi duta Sang Rama pergi ke Alengka
dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat
meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka.

Yuddhakanda Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera


Sang Rama dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali
dengan usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan
dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana
karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana
gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang
dengan selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena
Sang Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan
kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi
Uttarakanda Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke
istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah
mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.

Ringkasan Cerita…
Prabu Dasarata dari Ayodhya

Wiracarita Ramayana menceritakan kisah Sang Rama yang memerintah di Kerajaan


Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, ibukotanya Ayodhya. Sebelumnya diawali
dengan kisah Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan
Sumitra. Dari Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari Dewi Kekayi, lahirlah Sang
Bharata. Dari Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama Lakshmana dan Satrugna.
Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata.

Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama untuk melindungi
pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah berunding dengan Prabu
Dasarata, Rsi Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Sang
Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian
dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para rakshasa yang
mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti
sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia berhasil memenangkan sayembara dan berhak
meminang Dewi Sita, puteri Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sita, Rama dan
Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.

Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan
Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata
sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan
Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan
bersama istrinya dan Lakshmana. Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas
nama Sang Rama.

Rama hidup di hutan

Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan berbagai
rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena Surpanaka bernafsu dengan Rama dan
Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada
Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia
menuju ke tempat Rama dan Lakshmana kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik
Sita, istri Sang Rama. Dalam usaha penculikannya, Jatayu berusaha menolong namun
tidak berhasil sehingga ia gugur.

Rama yang mengetahui istrinya diculik mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas
petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja Kiskindha.
Atas bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya,
Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Sang Rama untuk menggempur
Alengka. Dengan dibantu Hanuman dan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan dan
menggempur Alengka.

Rama menggempur Rawana

Rawana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya –
Indrajit – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya) diabaikan dan ia malah
diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa dan
memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah
sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka dan pertarungan
berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rawana gugur sebagai
ksatria.

Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sita
kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sita, dan Lakshmana
pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanuman menyerahkan dirinya bulat-bulat untuk
mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dengan
takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama.

Kutipan dari Kakawin Ramayana


Kutipan Terjemahan
Hana sira Ratu dibya rēngőn, praçāsta Ada seorang Raja besar, dengarkanlah. Terkenal
ring rāt, musuhnira praṇata, jaya di dunia, musuh baginda semua tunduk. Cukup
paṇdhita, ringaji kabèh, Sang mahir akan segala filsafat agama, Prabu Dasarata
Daçaratha, nāma tā moli gelar Sri Baginda, tiada bandingannya
Beliau ayah Sang Triwikrama, maksudnya ayah
Sira ta Triwikrama pita, pinaka bapa,
Bhatara Wisnu yang sedang menjelma akan
Bhaṭāra Wiṣḥnu mangjanma
menyelamatkan dunia seluruhnya. Demikian
inakaning bhuwana kabèh, yatra
tujuan Sang Hyang Wisnu menjelma menjadi
dōnira nimittaning janma
manusia.
Hana rājya tulya kèndran, kakwèhan Ada sebuah istana bagaikan surga, dipenuhi oleh
sang mahārddhika suçila, ringayodhyā orang-orang bijak serta luhur perbuatan, di
subbhagêng rāt, yeka Ayodhya-lah yang cukup terkenal di dunia, itulah
kadhatwannirang nṛpati istana Sri Baginda Prabu Dasarata
Malawas sirār papangguh, masneha Sudah lama Sri Baginda menikah, saling
lawan mahādewī, suraseng sanggama mencintai dengan para permaisurinya, kenikmatan
rinasan, alinggana cumabanā dinya rasa pertemuan itu telah dapat dirasakan,
bercumbu rayu dan sejenisnya
Mahyun ta sira maputra, mānaka Timbullah niat Sri Baginda agar berputra, agar
wetnyar waṛēg rikang wiçaya, berputra karena sudah puas bercinta, namun lama
malawas tan pānakatah, mahyun ta nian beliau tidak berputra, lalu beliau berniat
sirā gawe yajña mengadakan ritual
Sakalī kāraṇa ginawe, āwāhana len Semua perlengkapan upacara sudah dikerjakan,
pratiṣṭa ānnidhya, Parameçwara alat upacara pengundang serta tempat para Dewa
hinangēnangēn, umungu ring kuṇḍa sudah tersedia, Bhatara Çiwa yang dipuja-Pūja,
bahni maya agar berstana pd api suci itu
Çeṣa mahārsī mamūjā, pūrnāhuti Sisa sesaji yang dihaturkan oleh Sang Maha
dibya pathya gandharasa, yata Pendeta, sesajen yang sempurna, santapan yang
pinangan kinabehan, denira Dewi nikmat rasa serta baunya, itulah yang disantap
maharāja oleh beliau, permaisuri Sri Baginda Raja
Demikianlah tidak diceritakan lagi selang waktu
Ndata tīta kāla lunghā, mānak tā Sang
itu, para permaisuri kesayangan Prabu Dasarata
Daçarathā sih, Sang Rāma nak
melahirkan putera, Sang Rama putera yang
matuha, i sira mahādewī Kauçalya
sulung, dari permaisuri Dewi Kosalya
Sang Kekayi makānak, Sang Bharatya Adapun putera Dewi Kekayi, Sang Bharata yang
kyāti çakti dibya guṇa, Dewi sirang terkenal sakti mandraguna, sedangkan Dewi
Sumitrā, Laksmaṇa Çatrughna Sumitra, berputra Sang Lakshmana dan Sang
putranira Satrugna
Sang Rāma sira winarahan, ringastra Sang Rama diberi pelajaran tentang panah
de Sang Wasiṣṭa tar malawas, memanah oleh Bagawan Wasista dalam waktu
kalawan nantēnira tiga, prajñeng tidak lama, beserta ketiga adik-adiknya, semuanya
widya kabeh wihikan pintar cekatan tentang ilmu memanah

You might also like