Professional Documents
Culture Documents
KELAS 3M - KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
FITRI FELINA
HADIJAH
JANEKE DWIRARA PUTRI
KIKIKINANTI. D
LUTFIKA MUNAZIAH
DOSEN PEMBIMBING : FAHJAR PRISISKA, M. Farm., Apt
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya
penulis dapat menyusun makalah ini yang menurut penulis bisa dimanfaatkan untuk
hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan khusunya dalam ilmu kimia. Makalah ini
penulis susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang penulis dapatkan dan
penulis mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah
sederhana yang berbentuk makalah.
Selama proses pembuatan makalah ini, banyak hal yang penulis dapatkan,
termasuk ilmu pengetahuan baru , tepatnya mengenal lebih dalam tentang salah satu
dari berbagai macam materi yaitu tentang Larutan Elektrolit dan Larutan Non
Elektrolit.
Larutan elektrolit dan Larutan non elektrolit ini adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit menghasilkan ion-ion yang dapat
menghantarkan arus listriknya. Kejadian seperti ini banyak dijumpai di dalam
kehidupan sehari-hari.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menjadikan penulis menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya dengan apa yang telah penulis dapatkan dan
penulis pelajari dalam makalah ini, penulis juga berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat-bagi orang lain. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
sangat banyak kekurangannya, mungkin ini pengetahuan penulis yang sangat terbatas,
oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penulis dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Terima kasih.
Jakarta, 06 oktober 2013
Penyusun
ii.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembagian Larutan
1) Larutan elektrolit
2) Larutan non elektrolit
2. Membedakan larutan berdasarkan daya hantar listrik
1) Elektrolit
a. Elektrolit kuat
b. Elektrolit lemah
2) Non elektrolit
3. Pnyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik
4. Hubungan elektrolit dengan jenis ikatan kimia
1) Senyawa Ionik
2) Senyawa Kovalen
5. Cara menentukan kekuatan larutan elektrolit
6. Sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit
a) Penurunan tekanan uap
b) Penaikan titik didih
c) Penurunan titik beku
d) Tekanan osmotik
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii.
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan
pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Baik pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan,
cairan atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam
membedakan peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecul dari
pelarut. Namun, bila kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan
manakah pelarut mana zat terlarut. Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebut
komponen 1, komponen 2, dst.
Zat terlarut
Gas
Pelarut Contoh
Gas
Udara, semua campuran gas
Gas
Cair
Gas
Padat
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
Padat
Cair
ii.
Pada tahun 1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia
mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan
padahal ia hampir saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia,
karena mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air
terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang
disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan
jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion
inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung
gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan
(kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday,
diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
proses elektrolisis yang menghasilkan gas.
Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan
ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis
yang menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut.
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Reaksi reduksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g)
Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2eII.
ii.
BAB II
PEMBAHASAN
Mari kita kembali ke pokok bahasan ini. Pastinya kita pernah melihat orang
melakukan penangkapan ikan dengan alat setrom listrik yang sumber arusnya berasal
dari aki; atau kalian pernah mendengar penyataan jika kita menyentuh stop kontak
dalam kondisi tangan basah, kemungkinan besar akan kesetrom. Apa yang menjadi
faktor penyebab dari semua perilaku ini? Mengapa ikan bisa mati jika alat setrom
dicelupkan kedalam air? Bukankah penghantar listrik erat kaitannya dengan suatu
bahan logam? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas di sini.Suatu larutan dapat
dikatakan sebagai larutan elektrolit jika zat tersebut mampu menghantarkan listrik.
Mengapa zat elektrolit dapat menghantarkan listrik? Ini erat kaitannya dengan
ion-ion yang dihasilkan oleh larutan elektrolit (baik positif maupun negative). Suatu
zat dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut memiliki ion-ion yang bergerak
bebas di dalam larutan tersebut. ion-ion inilah yang nantinya akan menjadi
penghantar. Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut
menghantarkan listrik.
I.
Pembagian larutan
1. Larutan Elektrolit
ii.
adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika larutan tersebut
mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion-ion) dan bergerak bebas
didalam larutannya,Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air disebut
Elektrolit Kuat dan larutan yang dibentuknya disebut Larutan Elektrolit Kuat. Zat
elektrolit yang hanyak terurai sebagian membentuk ion-ionnya di dalam air disebut
Elektrolit Lemah dan larutan yang dibentuknya disebut Larutan Elektrolit Lemah.
2. Larutan Non-Elektrolit
Larutan Non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar
listrikSedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air
tidak terurai dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
II.
larutan
elektrolit
dan
larutan
non
elektrolit.
Sedangkan
elektrolit
dapat
dikelompokkan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah sesuai skema
penggolongan berikut.
ii.
A. Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
1. Elektrolit Kuat
- Terionisasi sempurna
- Menghantarkan arus listrik
- Mampu menyala terang
- Merdapat gelembung gas
Larutan elektrolit kuat dapat berupa :
Asam Kuat : HCl, H2SO4, HNO3, HClO4
Basa Kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2
Garam : NaCl, K2SO4, CaCl2
Garam adalah senyawa yang terbentuk dari sisa asam dan basa dengan reaksi sebagai
berikut :
Asam + Basa ---> Garam + H2O,
Contoh,
2HCl + Ca(OH)2 ---> CaCl2 + 2H2O
ii.
dari reaksi di atas terlihat garam tersusun dari gabungan Cl - sebagai ion negatif
(anion) dan Ca2+ sebagai ion positif (kation), contoh ion2 lain yang dapat membentuk
garam yakni :
Kation
Anion
Na+,
:
:
Cl-,
L+,
K+,
Mg2+,
Ca2+,
Sr2+,
Ba2+,
NH4+
I-,
SO42-,
NO3-,
ClO4-,
HSO-,
CO32-,
HCO32-
Br-,
sebagai contoh garam yang dapat terbentuk dari gabungan kation dan anion di atas
antaralain :
2. Elektrolit Lemah
- Terionisasi sebagian
- Menghantarkan arus listrik
- Lampu menyala redup
- Terdapat gelembung gas
ii.
misalnya :
ii.
dengan
cara
mengalikan
jumlah
sat
mula2
dengan
derajat
mengurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik pada
larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda dengan
membebaskan gas Hidrogen (H2). Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan elektron pada
anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl2).
Perhatikan gambar berikut.
ii.
IV.
berasal dari ikatan ionik dan ada juga yang berasal dari ikatan kovalen
polar....Sebagai contoh larutan NaCl dan NaOH berasal dari senyawa ion, sedangkan
HCl, CH3COOH, NH4Cl berasal dari senyawa kovalen
1. Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara ionik, yang
disebabkan adanya gaya elektrostatik dari atom-atom yang muatannya berlawanan
(ion positif dan ion negatif). Atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif
(kation) dan atom yang menerima elektron menjadi ion negatif (anion). Dalam
larutan, senyawa ionik akan terurai sempurna menjadi ion-ionnya yang bergerak
bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik.
2. Senyawa Kovalen
ii.
ii.
Daya hantar listrik berhubungan dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam
larutan. Semakin banyak jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik akan
semakin baik, dan sebaliknya semakin sedikit jumlah ion dalam larutan, maka daya
hantar listrik nya juga menurun. Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus
listrik, larutan elektrolit dibedakan menjadi larutan elektrolit kuat dan larutan
elektrolit lemah.
Untuk dapat membedakan larutan elektrolit ionik dan kovalen perhatikanlah contoh2
di bawah ini :
V.
ii.
Jenis larutan elektrolit, tentu saja elektrolit kuat dalam konsentrasi yang
sama atau hampir sama mempunyai kekuatan jauh lebih besar jika dibanding
larutan nonelektrolit. Sebab dalam larutan non elektrolit lemah hanya
sebagian kecil larutan yang terurai menjadi ion2nya (misal dengan derajat
dissosiasi = 0,00001 berarti yang terurai hanya
elektrolit
kuat)
kekuatan
larutan
elektrolit
ditentukan
oleh
XA=
dan
XB=
Contoh
ii.
Suatu larutan terdiri dari 2, 5 mol zat terlarut A dan 7,5 mol zat terlarut
B, maka:
Jawab:
XA=
XB=
2. . Persen (%)
Menurut farmakope Indonesia ada 4 macam %, yaitu:
1. % b/bn adalah gram zat dalma 100g hasil akhir.
2. % b/v dalah banyaknya gram zat dalam 100 mL hasil akhir.
3. % v/v adalah banyaknya mL zat dalam 100mL hasil akhir.
4. % v/ b adalah banyaknya mL zat dalam 100 g hasil akhirnya
Contoh:
Hitung berapa persen %KCl dalam suatu larutan yang terbuat dengan melarutkan
40 g KCl dalam 160 mL air ?
Jawab:
ii.
atau
Dimana :
m = kemolalan larutan (mol/kg)
n = jumlah mol zat terlarut ( g/Mr)
p = massa pelarut
Mr = massa relatif zat terlarut
Contoh:
Hitunglah molalitas 18 gram glukosa(Mr= 180) dalam 500 gram air!
m glukosa = 18/180 1000/500= 0,2 m
4. MOLARITAS (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan
ii.
atau
Contoh:
Berapakah molaritas 4 gram NaOH (Mr= 40) dalam
250 mL larutan?
Jawab:
= 0,4 M
5. . Normalitas
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan
konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau
anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen
dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram
ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu
muatan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding
dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya
sebanding dengan 1 mol ion OH-.
ii.
= M x valensi
Contoh
Berapakah Normalitas 9,8 gram H2SO4 (Mr= 98)
dalam air hingga volume larutan 500 mL?
Jawab:
H2SO4
= 0,2
N= M x valensi
N= M x ^+
N= 0,2 x 2= 0,4N
ii.
menghasilkan satu ion Ca+ dan dua ion Cl-....sehingga total Kcl menghasilkan
2 ion dan CaCl menghasilkan 3 ion.berarti kekuatan elektrolit kedua laratan
tersebut sama.
VI.
ii.
homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang
paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam
pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat
pelarut dan zat terlarut.
ii.
adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut
disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan
uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan
uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol
cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap
pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan
tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = P0 . Xt
Atau
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut.
Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap
penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis:
ii.
ii.
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan
uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air
dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1
atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada
suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih.
Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang
lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat
dirumuskan sebagai:
Tb = Kb . m
Jika
m = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000 )
P
Tb
Kb
= massa pelarut
ii.
= 0,4
Tb = m. Kb
= 0,4 . 0,52C/m
= 0,208C
Titik didih larutan = 100 + Tb
= 100 + 0,208C
= 100,208 C
c) Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya
untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.
Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku.
ii.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf)
dinyatakan dengan persamaan:
Tf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
P
Tf
Kf
= massa pelarut
Contoh
Tentukan titik didih dan titik beku larutan glukosa (C6H12O6) 18 gram dalam 10
gram air. (Kf air = 1,86 C/m)
Jawab:
Tf
= m x Kf
= (18 gram/180) x (1.000/10 gram) x 1,86 C/m
= 0,1 gram x 100 gram x 1,86 C/m
= 10 gram x 1,86 C
= 18,6 C
ii.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini
kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari
larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka
situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan
tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam
larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka
harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat
diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya
berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan,
tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut
murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati
d) Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul
pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar.
Peristiwa
bergeraknya
partikel
(molekul
atau
ion)
melalui
dinding
ii.
Contoh
Tentukan tekanan osmosis 29,25 gram NaCl dalam 2 liter larutan yang diukur
pada suhu 27 C! (Mr NaCl = 58,5,
R = 0,082 L.atm.mol1K1)
Jawab:
ii.
=MRTn
= (29,25 / 58,5):2 0,082 300 2
= 0,25 0,082 600
= 12,3 atm
Kf (oC)
1,86
Benzena
5,4
5,1
Fenol
39
7,3
Naftalena
80
Asam asetat
16,5
3,82
Kamfer
180
40
Nitrobenzena
5,6
6,9
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
BAB III
ii.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult
merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut
murni.
Peningkatan titik didih
Penurunan titik beku
Gejala tekanan osmotik.
ii.
DAFTAR PUSTAKA
ii.