You are on page 1of 31

MAKALAH KIMIA FISIKA

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

KELAS 3M - KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
FITRI FELINA
HADIJAH
JANEKE DWIRARA PUTRI
KIKIKINANTI. D
LUTFIKA MUNAZIAH
DOSEN PEMBIMBING : FAHJAR PRISISKA, M. Farm., Apt

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR HAMKA
JAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya
penulis dapat menyusun makalah ini yang menurut penulis bisa dimanfaatkan untuk
hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan khusunya dalam ilmu kimia. Makalah ini
penulis susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang penulis dapatkan dan
penulis mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah
sederhana yang berbentuk makalah.
Selama proses pembuatan makalah ini, banyak hal yang penulis dapatkan,
termasuk ilmu pengetahuan baru , tepatnya mengenal lebih dalam tentang salah satu
dari berbagai macam materi yaitu tentang Larutan Elektrolit dan Larutan Non
Elektrolit.
Larutan elektrolit dan Larutan non elektrolit ini adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit menghasilkan ion-ion yang dapat
menghantarkan arus listriknya. Kejadian seperti ini banyak dijumpai di dalam
kehidupan sehari-hari.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menjadikan penulis menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya dengan apa yang telah penulis dapatkan dan
penulis pelajari dalam makalah ini, penulis juga berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat-bagi orang lain. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
sangat banyak kekurangannya, mungkin ini pengetahuan penulis yang sangat terbatas,
oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penulis dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Terima kasih.
Jakarta, 06 oktober 2013

Penyusun

ii.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pembagian Larutan
1) Larutan elektrolit
2) Larutan non elektrolit
2. Membedakan larutan berdasarkan daya hantar listrik
1) Elektrolit
a. Elektrolit kuat
b. Elektrolit lemah
2) Non elektrolit
3. Pnyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik
4. Hubungan elektrolit dengan jenis ikatan kimia
1) Senyawa Ionik
2) Senyawa Kovalen
5. Cara menentukan kekuatan larutan elektrolit
6. Sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit
a) Penurunan tekanan uap
b) Penaikan titik didih
c) Penurunan titik beku
d) Tekanan osmotik
BAB III

PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii.

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat

yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan
pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Baik pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan,
cairan atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam
membedakan peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecul dari
pelarut. Namun, bila kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan
manakah pelarut mana zat terlarut. Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebut
komponen 1, komponen 2, dst.
Zat terlarut
Gas

Pelarut Contoh
Gas
Udara, semua campuran gas

Gas

Cair

Karbon dioksida dalam air

Gas

Padat

Hidrogen dalam platina

Cair

Cair

Alkohol dalam air

Cair

Padat

Raksa dalam tembaga

Padat

Padat

Perak dalam platina

Padat

Cair

Garam dalam air

ii.

Pada tahun 1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia
mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan
padahal ia hampir saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia,
karena mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air
terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang
disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan
jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion
inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung
gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan
(kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday,
diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
proses elektrolisis yang menghasilkan gas.
Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan
ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis
yang menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut.
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Reaksi reduksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g)
Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2eII.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:


1. Sebagai bahan untuk menganalisa tentang apakah itu elektrolit dan non
elektrolit

ii.

2. sebagai bahan kajian mengenai dampak elektrolit dan non elektrolit


3. sebagai cara untuk mencari berbagai cara elektrolit dan non elektrolit bisa
menghantarkan daya listrik

BAB II
PEMBAHASAN
Mari kita kembali ke pokok bahasan ini. Pastinya kita pernah melihat orang
melakukan penangkapan ikan dengan alat setrom listrik yang sumber arusnya berasal
dari aki; atau kalian pernah mendengar penyataan jika kita menyentuh stop kontak
dalam kondisi tangan basah, kemungkinan besar akan kesetrom. Apa yang menjadi
faktor penyebab dari semua perilaku ini? Mengapa ikan bisa mati jika alat setrom
dicelupkan kedalam air? Bukankah penghantar listrik erat kaitannya dengan suatu
bahan logam? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas di sini.Suatu larutan dapat
dikatakan sebagai larutan elektrolit jika zat tersebut mampu menghantarkan listrik.
Mengapa zat elektrolit dapat menghantarkan listrik? Ini erat kaitannya dengan
ion-ion yang dihasilkan oleh larutan elektrolit (baik positif maupun negative). Suatu
zat dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut memiliki ion-ion yang bergerak
bebas di dalam larutan tersebut. ion-ion inilah yang nantinya akan menjadi
penghantar. Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut
menghantarkan listrik.
I.

Pembagian larutan
1. Larutan Elektrolit

ii.

adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika larutan tersebut
mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion-ion) dan bergerak bebas
didalam larutannya,Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air disebut
Elektrolit Kuat dan larutan yang dibentuknya disebut Larutan Elektrolit Kuat. Zat
elektrolit yang hanyak terurai sebagian membentuk ion-ionnya di dalam air disebut
Elektrolit Lemah dan larutan yang dibentuknya disebut Larutan Elektrolit Lemah.

2. Larutan Non-Elektrolit
Larutan Non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar
listrikSedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air
tidak terurai dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain

II.

Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik


Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu

larutan

elektrolit

dan

larutan

non

elektrolit.

Sedangkan

elektrolit

dapat

dikelompokkan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah sesuai skema
penggolongan berikut.

ii.

A. Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

1. Elektrolit Kuat
- Terionisasi sempurna
- Menghantarkan arus listrik
- Mampu menyala terang
- Merdapat gelembung gas
Larutan elektrolit kuat dapat berupa :
Asam Kuat : HCl, H2SO4, HNO3, HClO4
Basa Kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2
Garam : NaCl, K2SO4, CaCl2
Garam adalah senyawa yang terbentuk dari sisa asam dan basa dengan reaksi sebagai
berikut :
Asam + Basa ---> Garam + H2O,
Contoh,
2HCl + Ca(OH)2 ---> CaCl2 + 2H2O

ii.

dari reaksi di atas terlihat garam tersusun dari gabungan Cl - sebagai ion negatif
(anion) dan Ca2+ sebagai ion positif (kation), contoh ion2 lain yang dapat membentuk
garam yakni :
Kation
Anion

Na+,

:
:

Cl-,

L+,

K+,

Mg2+,

Ca2+,

Sr2+,

Ba2+,

NH4+

I-,

SO42-,

NO3-,

ClO4-,

HSO-,

CO32-,

HCO32-

Br-,

sebagai contoh garam yang dapat terbentuk dari gabungan kation dan anion di atas
antaralain :

2. Elektrolit Lemah
- Terionisasi sebagian
- Menghantarkan arus listrik
- Lampu menyala redup
- Terdapat gelembung gas

ii.

Daya hantarnya buruk dan memiliki derajat ionisasi (kemampuan mengurai


menjadi ion-ionnya) kecil. Makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit
tersebut. Dalam persamaan reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua
arah (bolak-balik) artinya reaksi berjadal dua arah di satu sisi terjadi peruraian dan di
sisi lain terbentuk kembali ke bentuk senyawa mula2.
Contoh larutan elektrolit lemah adalah semua asam lemah dan basa lemahasam
adalah yang menghasilkan/melepas H+ dan basa yang menghasilkan OH- atau
menangkap H+

misalnya :

kekuatan elektrolit lemah ditentukan oleh derajat dissosiasinyayang dirumuskan :

Maka berdasarkan rumus di atas untuk mendapatkan jumlah zat mengion


dilakukan

ii.

dengan

cara

mengalikan

jumlah

sat

mula2

dengan

derajat

dissosiasinya....semakin besar harga derajat dissosiasinya maka semakin banyak


konsentrasi larutan yang terurai menjadi ion2ya (mengion)
B. Non Elektrolit
- Tidak terionisasi
- Tidak menghantarkan arus listrik
- Lampu tidak menyala
Contoh :
C6H12O6 (amilum/karbohidrat), C12H22O11, CO(NH2)2 (Urea) dan C2H5OH
(Alkohol/etanol), dll
III.

Penyebab Larutan Elektrolit dapat Menghantarkan Listrik


Sebagai contoh larutan elektrolit adalah HCl, Larutan HCl di dalam air

mengurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik pada
larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda dengan
membebaskan gas Hidrogen (H2). Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan elektron pada
anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl2).
Perhatikan gambar berikut.

ii.

IV.

Hubungan Elektrolit dengan Jenis Ikatan Kimia


Jika diperhatikan lebih teliti dari jenis ikatannya, larutan elektrolit ada yang

berasal dari ikatan ionik dan ada juga yang berasal dari ikatan kovalen
polar....Sebagai contoh larutan NaCl dan NaOH berasal dari senyawa ion, sedangkan
HCl, CH3COOH, NH4Cl berasal dari senyawa kovalen

1. Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara ionik, yang
disebabkan adanya gaya elektrostatik dari atom-atom yang muatannya berlawanan
(ion positif dan ion negatif). Atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif
(kation) dan atom yang menerima elektron menjadi ion negatif (anion). Dalam
larutan, senyawa ionik akan terurai sempurna menjadi ion-ionnya yang bergerak
bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik.
2. Senyawa Kovalen

ii.

kovalen adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara kovalen. Ikatan


kovalen terjadi akibat penggunaan bersama-sama pasangan elektron oleh dua atom.
Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik adalah seyawa kovalen polar
yang dapat mengalami ionisasi bila dilarutkan dalam pelarut (biasanya pelarut air).
Daya hantar listrik berhubungan dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam larutan.
Semakin banyak jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik akan semakin
baik, dan sebaliknya. Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus listrik,
larutan elektrolit dibedakan menjadi larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit
lemah.
Contoh dari larutan elektrolit adalah larutan NaCl (garam dapur), jika garam
dapur dilarutkan dalam air maka akan teurai menjadi ion-ion bebasnya, sehingga
dalam larutan NaCl terdapat spesi bermuatan yakni Na+ dan Cl-.

Gambaran pelarutan NaCl secara mikroskopik adalah sebagai berikut:

ii.

Daya hantar listrik berhubungan dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam
larutan. Semakin banyak jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik akan
semakin baik, dan sebaliknya semakin sedikit jumlah ion dalam larutan, maka daya
hantar listrik nya juga menurun. Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus
listrik, larutan elektrolit dibedakan menjadi larutan elektrolit kuat dan larutan
elektrolit lemah.
Untuk dapat membedakan larutan elektrolit ionik dan kovalen perhatikanlah contoh2
di bawah ini :

V.

Cara Menentukan Kekuatan Larutan Elektrolit

kekuatan larutan elektroit ditentukan oleh beberapa faktor :

ii.

Jenis larutan elektrolit, tentu saja elektrolit kuat dalam konsentrasi yang
sama atau hampir sama mempunyai kekuatan jauh lebih besar jika dibanding
larutan nonelektrolit. Sebab dalam larutan non elektrolit lemah hanya
sebagian kecil larutan yang terurai menjadi ion2nya (misal dengan derajat
dissosiasi = 0,00001 berarti yang terurai hanya

0,001% dari total

konsentrasinya) sedangkan larutan elektrolit kuat hampir semuanya terurai


(100% dari konsentrasi terurai)

Kadar/Konsentrasinya, bila sama jenisnya (sama2 elektrolit lemah atau


sama2

elektrolit

kuat)

kekuatan

larutan

elektrolit

ditentukan

oleh

konsentrasinya...semakin besar konsentrasi maka semakin besar kekuatannya.


karena semakin banyak yang mengion.
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara
zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam,
diantaranya:
1. Fraksi MOL
fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu
komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam
larutan. Fraksi mol dilambangkan dalam X jika mol zat terlarut nA dan
jumlah mol zat terlarut nB maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut
adalah:

XA=

dan

XB=

Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlaru adalah 1, XA + XB= 1

Contoh

ii.

Suatu larutan terdiri dari 2, 5 mol zat terlarut A dan 7,5 mol zat terlarut
B, maka:

Jawab:

XA=

XB=

2. . Persen (%)
Menurut farmakope Indonesia ada 4 macam %, yaitu:
1. % b/bn adalah gram zat dalma 100g hasil akhir.
2. % b/v dalah banyaknya gram zat dalam 100 mL hasil akhir.
3. % v/v adalah banyaknya mL zat dalam 100mL hasil akhir.
4. % v/ b adalah banyaknya mL zat dalam 100 g hasil akhirnya
Contoh:
Hitung berapa persen %KCl dalam suatu larutan yang terbuat dengan melarutkan
40 g KCl dalam 160 mL air ?
Jawab:

ii.

%= 40/ (40+160) x 100% = 20%


3. MOLALITAS (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 Kg (1000g)
pelarut

atau

Dimana :
m = kemolalan larutan (mol/kg)
n = jumlah mol zat terlarut ( g/Mr)
p = massa pelarut
Mr = massa relatif zat terlarut
Contoh:
Hitunglah molalitas 18 gram glukosa(Mr= 180) dalam 500 gram air!
m glukosa = 18/180 1000/500= 0,2 m

4. MOLARITAS (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan

ii.

atau

Contoh:
Berapakah molaritas 4 gram NaOH (Mr= 40) dalam
250 mL larutan?
Jawab:

= 0,4 M

5. . Normalitas
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan
konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau
anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen
dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram
ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu
muatan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding
dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya
sebanding dengan 1 mol ion OH-.

ii.

Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :


grek = mol . Jumlah ^+ atau ^
N

= M x valensi

Contoh
Berapakah Normalitas 9,8 gram H2SO4 (Mr= 98)
dalam air hingga volume larutan 500 mL?
Jawab:
H2SO4

= 0,2

N= M x valensi
N= M x ^+
N= 0,2 x 2= 0,4N

Jumlah ion yang terbentuk per molekul, konsentrasi larutan bukan


satu2nya faktor yang mempengaruhi kekuatan larutan elektrolit....jumlah ion
yang terbentuk per molekul pun juga punya pengaruh. sebagai contoh coba
kalian perhatikan reaksi penguraian KCl dan CaCl2 pada contoh penguraian
sebelumnya....dalam reaksi tersebut tiap satu molekul KCl menghasilkan 2 ion
yaitu satu ion K+ dan satu ion Cl- sedangkan dalam reaksi penguraian CaCl2

ii.

menghasilkan satu ion Ca+ dan dua ion Cl-....sehingga total Kcl menghasilkan
2 ion dan CaCl menghasilkan 3 ion.berarti kekuatan elektrolit kedua laratan
tersebut sama.

VI.

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan

pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan


jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah
molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara
kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan.
Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan
nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit
bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada
larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai
dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah
daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang

ii.

homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang
paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam
pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan


sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui halhal berikut:Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan

Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan

Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat
pelarut dan zat terlarut.

a) Penurunan Tekanan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin
mudah menguap jika suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke
dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk
suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang
lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh
Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap
cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas
permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas
permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan
uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap
jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air

ii.

adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut
disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan
uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan
uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol
cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap
pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan
tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.

P = P0 . Xt
Atau

P = tekanan uap larutan


X = fraksi mol
P = tekanan uappelarut murni

Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut.
Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap
penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis:

ii.

P larutan = X pelarut . P pelarut


Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih
rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
Contoh
Tekanan uap air pada 1000C adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan
glukosa 18% pada 1000C ( Ar H = 1, C = 12, O = 16 )
Jawab :
Dalam 100 gram larutan glukosa 18% terdapat :
Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 g
Air = 100 18 g = 82 gram
Jumlah mol glukosa = 18 g/ 180 g mol-1 = 0,1 mol
Jumlah mol air = 82 g/ 18 gmol-1 = 4,55 mol
Xpel = 4,55/(4,55 + 0,1)
P = Xpel x P0 = ( 4,55 x 760 mmHg) /(4,55 + 0,1)
= 743,66 mmHg
b) Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya
berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini
dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara
disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan
sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil

ii.

ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan
uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air
dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1
atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada
suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih.
Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang
lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat
dirumuskan sebagai:
Tb = Kb . m
Jika
m = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000 )
P
Tb

= besar penurunan titik beku

Kb

= konstanta kenaikan titik didih

= molalitas dari zat terlarut

= jumlah mol zat terlarut

= massa pelarut

ii.

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan


mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya,
mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya). Titik didih
larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya
atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
Contoh
Hitunglah titik didih larutan yang mengandung 18 gr glukosa C6H12O6. (Ar C = 12
gr/mol; H = 1 gr/mol; O = 16 gr/mol) dalam 250 gr air. (Kb air adalah 0,52 oC/m)
Jawab :

= 0,4
Tb = m. Kb
= 0,4 . 0,52C/m
= 0,208C
Titik didih larutan = 100 + Tb
= 100 + 0,208C
= 100,208 C
c) Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya
untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.
Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku.

ii.

Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf)
dinyatakan dengan persamaan:
Tf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
P
Tf

= penurunan titik beku

Kf

= tetapan ttitik beku molal

= jumlah mol zat terlarut

= massa pelarut

Contoh
Tentukan titik didih dan titik beku larutan glukosa (C6H12O6) 18 gram dalam 10
gram air. (Kf air = 1,86 C/m)
Jawab:
Tf

= m x Kf
= (18 gram/180) x (1.000/10 gram) x 1,86 C/m
= 0,1 gram x 100 gram x 1,86 C/m
= 10 gram x 1,86 C
= 18,6 C

Titik beku larutan = 0 C 18,6 C = 18,6 C


Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang
tidak diketahui.

ii.

Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini
kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari
larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka
situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan
tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam
larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka
harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat
diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya
berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan,
tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut
murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati
d) Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul
pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar.
Peristiwa

bergeraknya

partikel

(molekul

atau

ion)

melalui

dinding

semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan


osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat
osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi
sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan
hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat
dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan
osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :

ii.

Berdasarkan persamaan gas ideal:


PV = nRT
Maka tekanannya
P = nRT
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan , dari persamaan diatas dapat
diperoleh:
= nRT
V
atau
=MRT
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.
Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi
ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor
pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
= tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T

= suhu mutlak (K)

Contoh
Tentukan tekanan osmosis 29,25 gram NaCl dalam 2 liter larutan yang diukur
pada suhu 27 C! (Mr NaCl = 58,5,

R = 0,082 L.atm.mol1K1)

Jawab:

ii.

=MRTn
= (29,25 / 58,5):2 0,082 300 2
= 0,25 0,082 600
= 12,3 atm

Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut
Air

Titik beku (oC)


0

Kf (oC)
1,86

Benzena

5,4

5,1

Fenol

39

7,3

Naftalena

80

Asam asetat

16,5

3,82

Kamfer

180

40

Nitrobenzena

5,6

6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

BAB III

ii.

PENUTUP
1. Kesimpulan

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus


listrik, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan
arus listrik.

Semua senyawa yang mengandung ion-ion dalam larutannya bersifat


elektrolit.

Zat-zat yang berbentuk molekul di dalamnya bersifat non elektrolit

Larutan elektrolit berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi 2, yaitu


larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult
merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut
murni.
Peningkatan titik didih
Penurunan titik beku
Gejala tekanan osmotik.

ii.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga


Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung
http://idrissetiawanalwysclever-skiripsi.blogspot.com/2012/07/makalah-kimialarutan-elektrolit-dan.html
http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit-dan-nonelektrolit.html

ii.

You might also like