You are on page 1of 14

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang
disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.(Rukmini R. Mangun
kusumo 1973. Patologi 318-319 )

Mioma uteri adalah neooplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehngga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma fibrimioma
atau farid.(Kapita Selekta Kedoktera, jilid 3)

B. Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti
(idiopatik) , namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell
Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
Faktor yang diduga berperan dalam terjadinya mioma uteri dalah:
1. Umur
Perdarahan diantara wanita haid pada seorang wanita berusia 44 tahun
lebih berbahaya dari pada gadis berumur 22 tahun, kemungkinan penyakit
jauh lebih tinggi selain itu pada tahun ini ada peningkatan pertumbuhan
fibrosit rahim.
2. Hormonal
Mioma uteri berasal dari sel otot yang normal dari otot imatur yang dalam
mioma uteri / dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Benih
ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahan) dibawah pengaruh
estrogen. Tumor ini sensitif terhadap estrogen karena pertumbuhannya
didalam otot rahim tergantung dari siklus indung telur.
3. Keturunan
Pada wanita yang ibunya menderita tumor, maka keturunannya mempunyai
penyakit yang sama

Created by Syamsul Putra 1


4. Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga
wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya
kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim
pada wanita obes.
5. Paritas
Lebih sering terjadi pada perempuan nulipara / yang hanya beranak satu
(obstetri fisiologi,1983)
6. Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati
kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya
berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap
rahim.
Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko
terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang
berlainan.

Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah ketidakseimbangan emosi


misal sering stres, daya tahan tubuh rendah, gaya hidup yang tidak seimbang,
semua itu menyebabkan gangguan pada hormon dan kemungkinan timbul
miom. Ukuran besar-kecilnya miom juga dipengaruhi oleh jumlah kalori pada
tubuh karena timbunan kalori dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan miom.
Rangsangan-rangsangan tersebut yang membuat pertumbuhan miom lebih
cepat. Namun pertumbuhan miom paling sedikit memerlukan waktu sekitar 8
tahun.

Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa menjadi perangsang


pertumbuhan miom atau memungkinkan miom tumbuh kembali walaupun telah
diangkat. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin, berat badan tubuh, dan
keseimbangan emosi harus dijaga agar miom tidak terangsang
pertumbuhannya.

Created by Syamsul Putra 2


C. Patofisiologi
Miom dapat muncul di dalam atau di luar rahim atau dalam otot dinding rahim.
Miom biasanya tumbuh dari satu sel otot kecil yang terus berkembang. Awalnya
adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan gangguan hormon estrogen serta
emosi yang tidak seimbang. Gangguan fungsi saraf itu kemudian menyebabkan
kesalahan bentuk otot di dalam rahim.
Di rahim dapat muncul satu atau lebih miom. Ukuran miom beragam mulai
dari sekecil kacang polong hingga sebesar buah anggur. Pada umumnya miom
tetap kecil, tetapi perkembangannya tidak terduga. Ada yang berkembang
dengan perlahan, adapula yang berkembang dengan sangat cepat. Sebagian
besar kasus miom tidak berbahaya, tidak berhubungan dengan peningkatan
risiko kanker, dan sangat jarang berubah menjadi kanker.

D. Klasifikasi
Menurut letaknya, mioma dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang
cukup besar akan mengisi rongga peritoneal, sebagai suatu massa.
Perlekatan dengan omentum disekitarnya menyebabkan sistem peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa
tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal
sebagai mioma jenis parasitik. Apabila terjadi putaran pada tangkai yang
diikuti dengan bangunan di sekitarnya, maka akan timbul rasa sakit yang
sangat dan mendadak (abdomen akut) sehingga penderita dapat syok.
Putaran yang terjadi tidak lengkap, bisa menyebabkan obstruksi pembuluh
darah sehingga terjadi asites.

Created by Syamsul Putra 3


2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga mioma intrepitelial. Biasanya multipel. Apabila masih kecil,
tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol. Uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadangkala
tumor tumbuh sebagai mioma subserosa, dan kadang-kadang
sebagai mioma submukosa.

3. Mioma Uteri Submukosa


Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa
ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi seringkali
memberi keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui
vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan, sehingga terapinya dilakukan
histerektomi. Keadaan ini berbeda dengan jenis lainnya.
Mioma tumbuh menonjol kedalam kavum uteri, yang kemudian mengisi
seluruh kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan
besar kavum uteri. Bila tumor tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat
keluar dan masuk kedalam vagina. Tangkai bisa menjadi sangat tipis dan
akhirnya putus, sehingga tumor dilahirkan secara spontan. Macam mioma
yang mengisi vagina tersebut mudah mengalami infeksi dan ulserasi.

E. Tanda Dan Gejala


Gejala klinik tergantung besar dan letaknya tumor. Bila masih kecil letaknya
intramural atau subserosa, tidak memberi keluhan apa-apa. Tanda dan gejala
yang dikeluhkan juga sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(servik, intramural, submukosum, subserosum), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.

Created by Syamsul Putra 4


Gejala tersebut dapat digolongkan :
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menorragia dan dapat juga terjadi metrorrhagia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain :
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah “hiperplasia endometrium”
sampai adenokarsinoma endometrium
 Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
 Atrofi endometrium diatas mioma submukosum
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan
pula pertumbuhannya yang penyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan dismenore.
3) Gejala dan Tanda Penekanan
Rasa berat pada daerah perut diatas pubis. Gangguan ini tergantung dari
besar dan tempat mioma yang menekan pada kandung kemih
mengakibatkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tekanan pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.

F. Penatalaksanaan
Jika miom tidak menyebabkan gejala, biasanya dokter akan menyarankan
pendekatan “wait and see”, dengan pemeriksaan ulangan dilakukan secara rutin
dan kadangkala membutuhkan pemeriksaan USG untuk melihat ukuran miom.
Jika terdapat gejala-gejala, dokter mungkin menyarankan pengobatan berikut ini:

Created by Syamsul Putra 5


1. Terapi Obat
Pil KB yang rendah estrogen digunakan untuk mengendalikan perdarahan
haid yang berat. Tetapi obat ini tidak mengendalikan pertumbuhan miom.
Obat lain yang disebut agonis GnRH (agonist Gonadothropin-releasing
Hormone) dapat digunakan untuk menyusutkan miom dengan mengurangi
jumlah estrogen dalam tubuh. Bentuk pengobatan ini bukan pemecahan
masalah untuk jangka panjang, tetapi mungkin digunakan untuk persiapan
pembedahan. Tetapi agonis GnRH menyebabkan gejala-gejala nya
menopause, misal gejolak panas si sekitar leher (hot flashes), perubahan
emosi, pusing, vagina kering, dan keropos tulang. Jika dibutuhkan
pengobatan jangka panjang, dokter akan menambah obat lain untuk
mengurangi gejala-gejala menopause tersebut, tetapi miom dapat muncul
kembali setelah pengobatan dihentikan.
2. Pembedahan
Kadang kala diperlukan pembedahan untuk mengangkat miom. Salah satu
pilihannya adalah :
a. Miomektomi
yaitu tindakan pembedahan yang mana hanya miomnya saja
yang diangkat dan rahim tetap dibiarkan. Ini merupakan pilihan
yang paling sesuai untuk wanita yang masih ingin mempunyai anak.
Pilihan pembedahan lain adalah
b. Histerektomi
untuk mengangkat rahim. Histerektomi mempunyai laju
komplikasi yang rendah dibanding miomektomi dan merupakan
pemecahan masalah secara tuntas untuk miom rahim. Sedangkan
dengan miomektomi, sekitar 10% kasus miom dapat muncul
kembali.
Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan teknik
pembedahan yang lebih tidak invasif, misal histeroskopi dan
laparoskopi untuk menghilangkan miom. Pada tindakan ini
digunakan alat teropong (teleskop) tipis dan panjang yang
dilengkapi lampu dan kamera video untuk melihat daerah yang akan
ditangani pada video monitor. Dengan laparoskopi, sebuah teleskop
dimasukkan melalui tusukan kecil di bawah pusar dan peralatan
khusus digunakan untuk menghilangkan miom. Dengan teknik-

Created by Syamsul Putra 6


teknik ini akan cepat pulih dan hanya sedikit luka parut. Tetapi
teknik ini merupakan pilihan bilamana ukuran miom masih kecil (5-6
cm). Bilamana miom cukup besar, terlebih dulu digunakan
pengobatan agonis GnRH untuk menyusutkan miom, dengan
penyuntikan setiap 4 minggu sekali ke dalam jaringan lemak di kulit
dekat pusat. Setelah ukuran miom menyusut baru dilakukan
tindakan laparoskopi.

3. Embolisasi Miom Rahim


Tindakan tanpa pembedahan ini merupakan pilihan lain bagi beberapa
wanita yang ingin menghindari pembedahan. Tindakan ini dirancang untuk
menyusutkan miom dengan memotong persediaan darah yang ke arah
miom. Pada tindakan ini, dokter Radiologis menggunakan gambar sinar-X
untuk mengarahkan pipa tipis (kateter) pada tempatnya. Kemudian dokter
memasukkan partikel kecil dari plastik atau gelatin melalui kateter untuk
menyumbat aliran darah di dalam miom. Tanpa persediaan darah, miom
akan menyusut dan hilang setelah beberapa waktu.
4. Pengobatan Penunjang
Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi penderita anemia karena
hipermenorea, dapat diberikan ferrum, transfusi darah, diet kaya protein,
kalsium dan vitamin C
Pengobatan Operatif
Radiotherapy, pasangan radium, hormonal anti estrogen yang diberikan
pada :
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
c. Bukan jenis sub mukosa
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menimbulkan
menopause

Created by Syamsul Putra 7


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Klien dengan gangguan sistem reproduksi akan memberikan respon psikososial


yang spesifik
karena merupakan organ vital yang sangat privasi Tahapan proses keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dalam mengumpulkan data klien
a. Komunikasi dengan klien untuk validasi data
b. Menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti
c. Hati-hati dalam bertanya karena ada data-data yang sangat rahasia,
seperti bagaimana pola hubungan seksual ibu
A. Identitas Klien
Identitas Klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama pendidikan, pekerjaan
diagnosa medis, alamat, No. Medrec
B. Riwayat Kesehatan Klien
(1) Keluhan Utama
• Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri
bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi,
seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.
• Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik,
faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi)
• Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah,
warna, konsistensi)
• Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan menstruasi,
kekenyalan, ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
• Keluhan fungsi reproduksi
(2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengembangan keluhan utama dengan PQRST

Created by Syamsul Putra 8


(3) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis pada
masa dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi,
penggunaan obat-obatan radiasi yang lama, peradangan panggul, rupture
appendik peritonitis.
(4) Riwayat Genito Reproduksi
Riwayat menstruasi, usia pertama menstruasi, siklus, durasi, jumlah darah
yang keluar, dismenore.
• Jika menopause, mentruasi terakhir, gejala klimaksterium,
pemeriksaan papsmear, pemeriksaan payudara, riwayat STDS
• Jika pernah hamil: waktu persalinan, metoda persalinan, komplikasi
saat melahirkan.
• Aktivitas seksual : kekuatan respon seksual, rasa nyeri.
(5) Riwayat Kesehatan Keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik,
kongenital.

C. Pemeriksaan Fisik
(1) Secara umum: tinggi badan berat badan bentuk, system pernafasan,
system kardiovaskuler, sistem persarafan.
(2) Secara khusus:
a. Pemerikasaan payudara: ukuran, kesimetrisan, massa, retraksi
jaringan parut, kondisi puting susu.
b. Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
c. Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi
bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan sistem
reproduksi, kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan
mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran
cairan vagina.
d. Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik
yaitu warna, bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan
pervaginam, perdarahan, lesi atau luka. Setelah spekulum dilepas
dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu : memasukan dua jari
kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina

Created by Syamsul Putra 9


( adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus,
mobilitas ovarium, adneksa).
e. Pemeriksaan rectum dan rekto vagina.
D. Status sosial ekonomi
Tempat Tanggal lahir, lingkungan, posisi dalam keluarga, pendidikan,
pekerjaan, sumber stress, situasi financial, aktivitas dan support system.
E. Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan Diagnostik
 Papsmear : untuk mengetahui keadaan servik
 Sistoskopi dan intravena pielogram : untuk mengetahui kandung
kemih.
 MRI / CT Scan abdomen : untuk menilai penyebaran dari tumor
 Pemeriksaan Hematologi
 Pemeriksaan EKG dan Rontgen

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi sel Tumor ke
saraf
b) Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik /
motorik.
c) Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
akibat pada hubungan seksual.
d) Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya
perdarahan yang berulang-ulang.

3. Intervensi Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
infiltrasi sel Tumor ke saraf.

Created by Syamsul Putra 10


Tujuan :

Klien dapat mengontrol nyerinya dengan

Criteria hasil : mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri,


mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.

Intervensi
a. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat
verbal dan non verbal
R : Membantu membedakan karakteristik khusus dan nyeri
b. Latih dan berikan informasi cara untuk mengatasi nyeri
R : Meningkatkan pemecahan masalah sehingga membantu
mengurangi nyeri
c. Atur posisi tidur senyaman mungkin
R : Meningkatkan kenyamanan
d. Anjurkan penggunaan relaksasi nafas dalam dan distraksi
R : Relaksasi otot dan mengalihkan perhatian sehingga dapat
mengurangi nyeri.
e. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
R : Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien

f. Kolaborasi pemberian analgesik


R : Mengurangi nyeri

b) Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh


massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik /
motorik.
Tujuan :
Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan

Criteria hasil : ibu memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan


tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.

Intervensi

a. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine

R : Melihat perubahan pola eliminasi klien

Created by Syamsul Putra 11


b. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.

R :Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien

c. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,


mengatur posisi, mengalirkan air keran.

R : Mencegah terjadinya retensi urine

c) Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang


ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
akibat pada hubungan seksual.
Tujuan :
Mengakui dan menerima masalah
Criteria Hasil : menunjukkan rentang perasaan yang tepat, melaporkan takut
dan ansietas menurun
Intervensi
a. Berikan penjelasan tetang proses penyakit
R : Agar klien mengetahui penyakit yang dideritanya
b. Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan
R : Memberikan pengertian pemahaman terhadap setiap tindakan yang
akan dilakukan
c. Berikan motivasi pada klien untuk kesembuhannya
R : Membangun kepercayaan diri untuk segera sembuh
d. Anjurkan klien untuk lebih banyak berdoa
R : Memperkuat aspek psikologis klien dan menambah keyakinannya
akan proses pengobatan.

d) Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan


yang berulang-ulang.
Tujuan :
Meminimalkan resiko terjadinya hipovolemik
Criteria Hasil : Haluan urine adekuat, tanda tanda vital stabil, Mukosa lembab

Created by Syamsul Putra 12


Intervensi
a. Awasi tanda-tanda vital. CVP. perhatikan kekuatan pengisian kapiler
dan kekuatan nadi ferifer
R :memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler
b. Catat respon fisiologis individual klien terhadap pendarahan, misal:
perubahan mental, klemahan , gelisah
R : simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat atau lama nya
episode pendarahan
c. Catat tanda pendarahan baru setelah berhentinya pendarahan awal
R : dapat deteksi dini tanda pendarahan
d. Berikan cairan darah sesuai indikasi
R : mengurangi derajat hipvolemik

4. Implementasi
Pada tahap ini perawat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang sudah disusun. Setelah melakukan tindakan keperawatan
kemudian perawat mendokumentasikan semua tindakan keperawatan sesuai
dengan waktu, tempat, dan ditanda tangani. Hal ini sebagai pertanggungjawaban
dan pertanggung gugatan perawat untuk menghindari liabilitas.

5. Evaluasi
Mengukur sejauh mana klien mencapai tujuan yang spesifik dari rencana
keperawatan , identifikasi faktor-faktor posisif dan negatif yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan, revisi rencana perawatan dilakukan secara
berkesinambungan, adanya modifikasi atau terminasi perawatan.

Created by Syamsul Putra 13


DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. (1993). Ginekologi. Elstar. Bandung

2. Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta

3. Hanifa Wikarjosastro (2005).Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiraharjo. Jakarta

4. Galle, Danielle. Charette, Jane.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.


EGC. Jakarta

5. Hartono, Poedjo. (2000). Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di


Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001

6. Marrilyn, Doenges,(1999) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. Jakarta

7. Saifidin, Abdul Bari,dkk. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-
POGI. Jakarta

8. Staf pengajar Bagian Patologik Anatomik (FKUI). (1973) Patologi FKUI .Jakarta

Created by Syamsul Putra 14

You might also like