You are on page 1of 17

PENGENALAN

KONSEP OPEN SOURCE

T. Budiman

Kementerian Negara Pembangunan Daerah


Tertinggal

30 November 2009
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

PENGENALAN KONSEP OPEN SOURCE1

T. Budiman, S.Si

1 PENDAHULUAN
Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal sudah menjadi
kebutuhan dan tuntutan dalam dunia modern ini. Salah satu trend dan
solusi yang sedang didorong pelaksanaannya di Indonesia adalah
pemanfaatan perangkat lunak open source melalui program IGOS
(Indonesia, Go Open Source). Paparan ini dimaksudkan untuk
memberikan pengantar untuk memperkenalkan apa sesungguhnya
yang di maksud dengan istilah open source.

2 KONSEP OPEN SOURCE

2.1 Struktur Produk Teknologi Informasi

Sebelum dapat memahami konsep open source perlu dipahami terlebih


dahulu unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah produk teknologi
informasi. Unsur-unsur tersebut pada umumnya adalah:

1. Perangkat keras. Perangkat keras adalah bagian produk teknologi


informasi yang berwujud fisik, yang pada umumnya terdiri dari
komponen-komponen elektronik sebagai 'alat pikir'-nya dan
komponen-komponen antar mukanya (seperti misalnya keyboard,
monitor, dll.).

2. Perangkat jaringan / komunikasi. Perangkat ini berfungsi untuk


melakukan komunikasi data dengan perangkat-perangkat lain.
Media komunikasi dapat berupa jaringan fisik berupa kabel maupun
berupa jaringan nirkabel (wireless) yang memanfaatkan berbagai
1 Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported License.

PT Bina Persada Konsultan 2/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

jenis gelombang elektromagnetik.

3. Perangkat lunak. Perangkat lunak adalah sekumpulan instruksi


yang disusun menurut kaidah-kaidah tertentu (ini yang disebut
dengan source code) kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
mesin yang dimengerti oleh perangkat keras (disebut program),
sehingga perangkat keras tersebut dapat melakukan sesuatu yang
kita inginkan. Sebagai contoh, jika kita ingin melakukan pekerjaan
pengetikkan suatu naskah menggunakan komputer, maka kita
memerlukan software yang berfungsi sebagai pengolah kata. Tanpa
adanya perangkat lunak tersebut, kita tidak bisa memanfaatkan
komputer untuk membantu pekerjaan kita, yaitu mengetik suatu
naskah. Perangkat lunak tidak memiliki wujud fisik, hanya berupa
kumpulan data yang tersimpan di dalam harddisk atau media
penyimpan lain (CD, DVD, flashdisk), oleh itu perangkat lunak tidak
mungkin mengalami penurunan kualitas seiring berjalannya waktu.
4. Dokumentasi. Dokumentasi mengenai sebuah produk teknologi
informasi berupa dokumentasi petunjuk dan prosedur penggunaan,
tutorial, atau referensi yang digunakan oleh pengguna teknologi.
Unsur paling utama adalah perangkat lunak karena di dalam perangkat
lunaklah terdapat pengetahuan untuk 'berfungsi' sebagaimana yang
diharapkan dan memberikan nilai pakai bagi penggunanya.

Pemrogram yang membuat perangkat lunak menuliskan instruksi-


instruksinya dalam sebuah bahasa yang dipahami baik oleh manusia
maupun oleh komputer (disebut bahasa pemrograman) ke dalam source
code. Source code ini yang kemudian diubah ke dalam bentuk kode
mesin (program) yang hanya dapat dipahami oleh komputer2. Untuk
mengoperasikan perangkat lunak source code aslinya tidak diperlukan,
hanya program hasil akhirnya ini yang diperlukan, sehingga umumnya

2 Sebenarnya karena kode mesin pun diciptakan manusia, maka manusia tentu dapat juga
memahaminya. Tetapi kode mesin tersebut tidak praktis untuk diurai kembali menjadi
source code dan membutuhkan usaha yang jauh lebih besar untuk melakukannya
ketimbang upaya pembuatan aslinya.

PT Bina Persada Konsultan 3/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

source code aslinya tidak disertakan sebagai bagian dari produk yang
diterima oleh pengguna.

Mengingat source code ini adalah bagian yang berisi pengetahuan dan
inovasi dari perancang aplikasi komputer, maka umumnya source code
ini menjadi komponen yang paling dirahasiakan dan berharga bagi
produsen perangkat lunak. Source code sama halnya seperti resep
rahasia bagi seorang juru masak3.

2.2 Definisi Free / Libre Software

Free Software Foundation yang didirikan oleh Richard M. Stallman


mendefinisikan empat buah kebebasan yang harus dimiliki oleh Free
Software / Libre Software / Perangkat Lunak Bebas. Definisi bebas ini
dijabarkan ke dalam 4 jenis kebebasan, yaitu:

• Kebebasan 0: Kebebasan menjalankan program untuk keperluan


apapun.

• Kebebasan 1: Kebebasan untuk mengakses source code program


sehingga dapat mengetahui cara kerja program dan mengubahnya.

• Kebebasan 2: Kebebasan untuk mengedarkan program sehingga


dapat digunakan oleh sesama.

• Kebebasan 3: Kebebasan untuk meningkatkan kualitas program dan


mengedarkannya sehingga dapat dimanfaatkan oleh publik.

Perlu ditekankan di sini bahwa free di sini tidak berarti gratis, tetapi
berarti bebas. Kebebasan mengedarkan yang dimaksud termasuk
kegiatan mengedarkan secara komersial (menjual) dan mengedarkan
secara gratis.

3 Lebih istimewanya lagi source code mengandung informasi yang lengkap mengenai
perangkat lunak tersebut. Dalam berbagai bidang yang membutuhkan keterampilan khusus
seperti memasak, bela diri, atau pembuatan barang-barang kerajinan, keterampilan
tersebut tidak dapat diekspresikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.

PT Bina Persada Konsultan 4/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

2.3 Definisi Open Source Software

Open Source Initiative mendefinisikan open source software dalam


bentuk 10 butir kriteria. Secara prinsip definisi ini sama dengan definisi
Free Software diatas, dengan menambahkan secara eksplisit bahwa
hak-hak tersebut tidak boleh menambahkan persyaratan yang
mendiskriminasikan penggunaannya berdasarkan apa pun.

Jadi secara ringkas, perangkat lunak open source adalah perangkat


lunak yang diedarkan dengan memberi hak bagi penerimanya
untuk menggunakan, mempelajari, memodifikasi, dan
mengedarkan ulang perangkat lunak tersebut.

Secara lebih formal (walau dalam bahasa yang lebih sulit dipahami),
definisi OSI adalah perangkat lunak yang didistribusikan dengan lisensi
yang memenuhi kriteria4:

1. Pendistribusian ulang secara bebas. Lisensi tidak boleh membatasi


pihak mana pun untuk menjual atau memberi secara gratis
perangkat lunak sebagai sebuah komponen dari distribusi
perangkat lunak agregat yang mengandung program-program dari
berbagai sumber yang berbeda. Lisensi tidak boleh mensyaratkan
pembayaran royalti ataupun biaya lain untuk penjualan semacam
itu.

2. Source code. Program harus menyertakan source code, dan harus


mengizinkan distribusi dalam bentuk source selain dalam bentuk
terkompilasi. Dalam hal terdapat bentuk produk yang tidak
menyertakan source code, maka haruslah terdapat cara yang
terpublikasi untuk memperoleh source code dengan harga yang
tidak lebih dari biaya reproduksi, atau lebih baik lagi dengan
mengunduh dari internet tanpa biaya. Source code haruslah dalam
bentuk yang memudahkan pemrogram untuk mengubah program.
Mengaburkan source code secara sengaja atau bentuk antara

4 Versi resmi terdapat di http://opensource.org/docs/osd

PT Bina Persada Konsultan 5/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

seperti misalnya keluaran preprosesor atau translator tidaklah


diperbolehkan.

3. Hasil karya turunan. Lisensi harus memperbolehkan modifikasi dan


hasil karya turunan, dan memperbolehkan untuk diedarkan dalam
persyaratan yang sama dengan lisensi semula.
4. Integritas Source Code Asli. Lisensi diperbolehkan untuk membatasi
pengedaran source code dalam bentuk termodifikasi hanya jika
lisensi tersebut mengizinkan distribusi “berkas perbaikan” bersama
dengan source code dengan tujuan memodifikasi source code pada
saat kompilasi program. Lisensi harus secara eksplisit mengizinkan
distribusi program yang dihasilkan dari source code termodifikasi.
Lisensi dapat mengharuskan program hasil distribusi untuk
menggunakan nama atau versi yang berbeda dari perangkat lunak
aslinya.
5. Tidak ada diskriminasi terhadap orang atau kelompok. Lisensi tidak
boleh melakukan diskriminasi terhadap orang atau kelompok.
6. Tidak ada diskriminasi bidang usaha. Lisensi tidak boleh membatasi
pengguna untuk menggunakannya dalam bidang-bidang tertentu.
Sebagai contoh, lisensi tidak boleh membatasi sebuah program
untuk digunakan dalam lingkungan usaha atau digunakan dalam
riset genetika.
7. Distribusi Lisensi. Hak-hak yang terkait dengan program harus
berlaku bagi semua pihak yang menerima distribusi ulang tanpa
membutuhkan lisensi khusus dari pihak-pihak tersebut.
8. Lisensi tidak boleh bersifat spesifik pada sebuah produk. Hak-hak
yang terkait tidak boleh bergantung pada distribusi perangkat
lunak tertentu sebagai induknya. Bila program tersebut dikeluarkan
dari distribusi aslinya dan digunakan atau didistribusikan sesuai
dengan lisensi program, maka semua pihak yang menerima
program harus memiliki hak yang sama sebagaimana yang
diberikan dalam distribusi perangkat lunak aslinya.
9. Lisensi tidak boleh membatasi perangkat lunak lain. Lisensi tidak

PT Bina Persada Konsultan 6/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

boleh membatasi perangkat lunak lain yang didistribusikan


bersama dengan perangkat lunak yang dilisensikan. Sebagai
contoh, sebuah lisensi tidak boleh membatasi program-program
lain yang dipaketkan bersama harus open source.
10. Lisensi harus netral terhadap teknologi. Lisensi tidak boleh
membatasi berdasarkan teknologi tertentu atau jenis antar muka.

3 LATAR BELAKANG GERAKAN OPEN SOURCE

3.1 Sebelum Adanya Perangkat Lunak

Kegiatan berbagi informasi sebenarnya adalah bagian yang vital dalam


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selama ini. Penemuan
teori-teori baru dan inovasi dilakukan berdasarkan hasil pekerjaan
orang-orang lain yang sudah terlebih dahulu melakukan percobaan-
percobaannya, sebagaimana diungkapkan dalam kutipan Sir Isaac
Newton yang terkenal: “Jika saya dapat melihat lebih jauh itu hanya
karena saya berdiri di pundak para raksasa.”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami lompatan


intensitas di abad ke-15 tidak terlepas dari ditemukannya mesin cetak
Gutenberg5, yang memungkinkan penyebaran informasi dengan cara
yang lebih cepat, lebih murah, dan dalam jumlah yang lebih banyak ke
seluruh penjuru dunia.

Hal ini tentu masih terjadi sampai saat ini di dalam dunia akademik di
mana penemuan-penemuan dan hasil riset dipublikasikan di dalam
makalah-makalah, diterbitkan dalam jurnal-jurnal, dan didiskusikan di
dalam seminar-seminar ilmiah.

Di sini lain, juga untuk semakin mendorong terjadinya inovasi teknologi,


hukum-hukum kekayaan intelektual diberlakukan untuk memberikan
insentif ekonomi bagi para inovator. Perlu diperhatikan di sini bahwa

5 Penemuan mesin cetak dinobatkan sebagai penemuan terpenting di milenia ke-2 oleh Time-
Life

PT Bina Persada Konsultan 7/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

perangkat utama hukum kekayaan intelektual ini pada mula-mulanya,


yaitu hak paten, tidak didasarkan pada kerahasiaan sebuah
penemuan, sehingga proses inovasinya sendiri tidak terhambat oleh
karenanya.

Dalam prakteknya, adanya hak atas kekayaan intelektual ini juga tidak
menghentikan adanya kerja sama antar perusahaan yang bergerak
dalam bidang yang sama dalam melakukan inovasi. Sebagai contoh
dalam paruh pertama abad ke-20 asosiasi industri kendaraan bermotor
Amerika Serikat membuat kesepakatan kerja sama di mana mereka
dapat saling menggunakan inovasi yang dipatenkan oleh anggota
lainnya tanpa adanya pembayaran dalam bentuk apapun.

3.2 Richard Stallman dan Proyek GNU

Untuk produk-produk yang memiliki wujud fisik, umumnya proses


melakukan pembajakan / peniruan tidak dapat dilakukan dengan
mudah. Peniruan haruslah dapat melakukan duplikasi produk dengan
metode yang lebih ekonomis dan dengan kualitas yang sama. Umumnya
barang tiruan saat ini memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan
dengan aslinya.

Namun kemajuan teknologi digital saat ini telah melahirkan sejumlah


produk-produk yang bersifat non-fisik karena tersimpan secara digital
dan mudah dilakukan pengkopian dengan kualitas yang sama dengan
aslinya. Yang termasuk ke dalam produk-produk jenis ini misalnya
adalah hasil karya musik, film, dan perangkat lunak. Untuk melindungi
jenis hasil karya semacam ini digunakanlah hukum hak cipta.

Di saat-saat awal perkembangan teknologi komputer, perangkat lunak


umumnya masih diedarkan secara bebas di antara kalangan ilmuwan
pengembang. Baru ketika memasuki tahun 1970-an ketika penemuan
mikro komputer menyebabkan penggunaan komputer semakin meluas
di dalam dunia usaha, perangkat lunak mulai menjadi sebuah produk
yang dianggap terpisah dari perangkat kerasnya dan mulai

PT Bina Persada Konsultan 8/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

diperdagangkan secara komersial.

Sekitar tahun 1980 Xerox Corporation menyumbangkan printer model


terbarunya untuk digunakan di MIT, dan salah satunya digunakan di
Laboratorium Kecerdasan Buatan. Printer model terbaru pada saat itu
sanggup mencetak dengan jauh lebih cepat dibanding dengan printer-
printer sebelumnya. Sayangnya, sama seperti printer-printer lain,
kadang kala printer tersebut mengalami kemacetan kertas. Sayangnya,
karena pengguna printer umumnya mengakses printer tersebut secara
jaringan, mereka umumnya tidak mengetahui adanya masalah pada
printer sampai ketika mereka mengecek ke lokasi printer tersebut.

Di dalam Laboratorium tersebut bekerjalah Richard M. Stallman, yang


sebelumnya sudah pernah mengatasi permasalahan tersebut di printer
yang lama dengan menambahkan program yang dapat
memberitahukan pada pengguna apabila ada masalah dengan
printernya. Namun kali ini Stallman mendapati bahwa kali ini
permasalahan tersebut tidak dapat diatasinya dengan cara yang sama
karena Xerox tidak menyertakan source code dari perangkat lunak yang
mengoperasikan printernya.

Dalam sebuah kesempatan Stallman bahkan sempat mengunjungi


pemrogram perangkat lunak tersebut yang saat itu sudah keluar dari
Xerox dan bekerja di Universitas Carnegie-Mellon. Pemrogram tersebut
menolak memberikan source code printer tersebut pada Stallman
karena terikat dengan kontrak Xerox. Bahwa ada seorang akademisi
yang menolak untuk membagi informasi dengan akademisi lain adalah
hal yang amat mengejutkan bagi Stallman6. Walaupun Stallman
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut, dia tidak
dapat melakukannya.

Dengan kisah tersebut sebagai pemicu pemikiran Stallman, tahun 1983


dia memulai Proyek GNU yang bertujuan untuk membangun perangkat-

6 Kisah lengkap di Sam Williams, Free as in Freedom: Richard Stallman's Crusade for Free
Software, O'Reilly 2002

PT Bina Persada Konsultan 9/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

perangkat lunak yang bersifat bebas, mulai dari sistem operasi sampai
aplikasi-aplikasi yang digunakan sehari-hari.

Dalam perkembangannya sampai saat ini sudah ratusan proyek


software besar yang bernaung di dalam Proyek GNU, dan kombinasinya
dengan kernel Linux yang mulai dibuat oleh Linus Torvalds tahun 1991
menghasilkan kumpulan ribuan perangkat lunak siap pakai yang umum
terdapat pada distro-distro Linux.

3.3 Open Source Initiative

Walaupun konsep Free Software yang dipopulerkan oleh Stallman


menarik banyak pengikut di kalangan pemrogram, sikap politik Stallman
membuatnya ditakuti di kalangan dunia usaha. Oleh karena itu sekitar
tahun 1997-98 sekelompok tokoh yang a.l. Eric Raymond dan Bruce
Perens merumuskan sebuah istilah baru, yaitu 'open source' dan
memulai aktivitas 'kampanye' yang membuat konsep ini dapat lebih
diterima di dalam dunia usaha. Mereka meresmikan sebuah organisasi
non-profit dengan nama Open Source Initiative yang bertujuan untuk
mempromosikan perangkat lunak open source.

Dengan kata lain, pada dasarnya baik istilah Free Software maupun
Open Source Software merujuk pada hal yang sama, namun berbeda
dalam penekanannya.

Sebagai sebuah 'brand' istilah Open Source ternyata memang lebih


populer di berbagai kalangan.

4 ASPEK HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

4.1 Konsep Hak Cipta dan Lisensi Perangkat Lunak

Pemahaman mengenai konsep open source haruslah didasarkan pada


pemahaman pada konsep hak cipta itu sendiri. Menurut UU no 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah “hak eksklusif bagi Pencipta

PT Bina Persada Konsultan 10/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak


Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. ” Pengertian “mengumumkan” dalam konteks ini
diperjelas untuk meliputi “pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran” .

Dalam hal ini jelas bahwa hak cipta berkenaan dengan hak
pemegangnya untuk mengatur dan menetapkan persyaratan bagi
pemindahtanganan sebuah hasil karya. Hak tersebut adalah hak yang
ekslusif, yang artinya hanya Pencipta (atau orang yang diberi wewenang
oleh Pencipta) saja yang boleh menetapkan syarat-syarat
pemindahtanganan tersebut (lisensi).

Sebagai contoh, bila kita membeli sebuah DVD Film maka hasil karya
film tersebut dapat kita peroleh, namun dengan izin hanya untuk
ditonton secara pribadi / non-komersial. Kita tidak diberi hak untuk
memperbanyak dan menjual ulang ke orang lain. Atau memutar film
tersebut dalam bioskop milik kita (untuk itu diperlu izin khusus dengan
harga yang berbeda).

Seperti dapat kita lihat bahwa jenis persyaratan itu bisa lebih dari satu
macam bergantung dari keperluannya dan umumnya berbeda-beda
pula harganya.

Untuk perangkat lunak, bila kita membeli Microsoft Windows 7 Edisi


Home Basic seharga US $125 (retail)7 maka kita diberi hak untuk
menggunakannya di 1 komputer saja. Bila kita memiliki 2 buah PC,
maka kita memerlukan 2 buah lisensi untuk itu.

Dengan pemahaman ini, dapat kita lihat bahwa konsep open source
tidak bertentangan dengan hukum hak cipta, malah sebaliknya konsep
open source bergantung pada hak cipta. Dalam sebuah paket aplikasi

7 Sumber: http://www.bhinneka.com 19 November 2009. Edisi Windows termahal adalah


Microsoft Windows Server Enterprise 2008 senilai $4062, tetapi ini tetap dibatasi hanya
untuk diinstal di 1 buah server dengan client maksimum 25 PC.

PT Bina Persada Konsultan 11/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

open source, Penciptanya memberikan lebih banyak hak pada


“pembeli”-nya, yaitu bukan hanya sekedar menggunakan dalam 1 PC,
tetapi boleh juga untuk beberapa PC, bahkan boleh juga kita sebagai
pembeli memperbanyak dan membagi-bagikannya pada teman-teman
kita.

Model lisensi yang memberikan lebih sedikit hak pada penggunanya


disebut model proprietary (sebagai lawan kata bagi open source).
Dalam model open source satu-satunya hak yang tetap dipegang secara
eksklusif oleh sang Penciptanya adalah penyebutan nama dirinya
sebagai pemegang hak cipta.

Di dalam konteks hak cipta tidak ada model lisensi yang lebih baik dari
yang lain. Semua model itu adalah hak Penciptanya dalam
menetapkannya. Baik open source maupun proprietary memiliki konteks
masing-masing di mana mereka dapat lebih baik dibanding dengan
yang lainnya.

Namun dari sisi kita sebagai pengguna, tentunya memiliki lebih banyak
hak lebih baik daripada memiliki sedikit hak, bukan? Tentunya bukan
sekedar hak yang menjadi bahan pertimbangan, tetapi juga nilai
fungsionalitas dan biaya juga harus menjadi faktor pertimbangan.

4.2 Masalah Penegakan Hukum Hak Cipta di Indonesia

Berdasarkan hasil studi International Data Corporation (IDC), tingkat


pembajakan di Indonesia mencapai 85% pada 2008. Dan masih
berdasarkan hasil studi IDC, pada tahun 2005 Indonesia menduduki
peringkat ke-4 sebagai negara pembajak di dunia, walaupun di tahun
2009 turun menjadi peringkat ke 12 dari 110 negara, tetap saja hal ini
memberikan citra yang buruk bagi bangsa Indonesia di mata dunia
internasional.

PT Bina Persada Konsultan 12/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Tingkat Pembajakan di Indonesia


100%

90% 87% 87%


84% 85%

80%

Prosentase 70%

60%

50%
2005 2006 2007 2008
Tahun

Tingginya tingkat pembajakan ini menjadikan Indonesia diusulkan oleh


International Intellectual Property Alliance (IIPA) kepada United State
Trade of Representative (USTR) masuk kembali dalam daftar negara
prioritas untuk diawasi (priority watch list).

Sebagai bagian dari masyarakat global, usulan ini memberikan


pengaruh negatif kepada pembangunan ekonomi bangsa secara
keseluruhan karena negara-negara yang termasuk dalam daftar ini akan
kehilangan fasilitas generalized system of preference (GSP), yaitu
fasilitas khusus untuk negara berkembang berupa pembebasan tarif
dalam pelaksanaan ekspor8.

Selain itu, pembajakan perangkat lunak di Indonesia menyebabkan pula


industri-industri lokal yang bergantung pada hak cipta menjadi sulit
untuk berkembang. Karena dengan adanya pembajakan perangkat
lunak ini, maka pangsa pasar bagi industri lokal di negeri sendiri akan
menjadi semakin sempit. Menurut studi IDC yang sama, industri
perangkat lunak Indonesia merugi alias kehilangan potensi
pendapatan hingga 544 juta dolar AS sepanjang tahun 2008 akibat
pembajakan. Angka tersebut naik 32% dari tahun sebelumnya dan
menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sebagai perbandingan, Rusia dan Cina telah berhasil menekan angka


pembajakan (14 dan 10 poin) dalam 5 tahun terakhir ini dan sebagai

8 M. Akbar Pahla KS, Stop Penggunaan Perangkat Lunak Bajakan!, 2009

PT Bina Persada Konsultan 13/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

akibatnya di kedua negara tersebut tingkat kerugian potensi


pendapatan tidak terlalu besar dari tahun ke tahun (2% dan 0,1%).
Selain itu kedua negara tersebut memperlihatkan terjadinya pembukaan
lapangan kerja baru di bidang TI yang disebabkan karena menurunnya
tingkat pembajakan9.

Berhubung saat ini Indonesia masih banyak bergantung pada produsen


luar negeri, maka penegakan hukum hak cipta tampaknya
membutuhkan biaya devisa yang cukup besar nilainya. Namun saat ini
kita juga belum dapat melepas ketergantungan tersebut karena industri
perangkat lokal Indonesia belum cukup mampu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Dan industri lokal Indonesia tidak dapat bertumbuh
karena tingginya tingkat pelanggaran hak cipta. Bagaimana solusi untuk
keluar dari lingkaran setan ini?

5 MODEL USAHA PERANGKAT LUNAK OPEN SOURCE

5.1 Harga Lisensi Open Source

Sebagaimana telah dijelaskan, konsep open source adalah didasarkan


pada kebebasan, dan bukan pada harga. Perangkat lunak open source
dapat saja dijual dengan harga tertentu. Namun memang hal ini tidak
dapat dilakukan dengan praktis, khususnya untuk produk perangkat
lunak yang bersifat retail.

Sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan produsen (A)


menghasilkan produk open source yang dijual kepada pihak lain (B)
dengan harga Rp. 1.000.000,-. Namun begitu produk itu dijual, maka
pihak lain (B) tersebut berhak pula untuk memperbanyak dan
menjualnya, misalnya dengan harga Rp. 900.000,-. Tentu dalam hal ini

9 Sixth Annual BSA-IDC Global Software Piracy Study 2008. Angka tingkat kerugian tersebut
adalah angka potensial yang diturunkan dari berbagai indikator lain. Amerika Serikat
sebagai negara produsen TIK terbesar di dunia mengalami kerugian terbesar sebesar US$
9143.

PT Bina Persada Konsultan 14/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

calon pembeli lain (C) akan lebih memilih untuk membelinya dari B,
dan bukan dari A. Maka dalam hal ini A kemungkinan hanya berhasil
menjual produknya 1 kali. Bahkan boleh saja B tidak menjualnya,
melainkan membagi-baginya secara gratis di internet. Dalam hal ini nilai
pasar produk tersebut otomatis menjadi nol, dan tidak akan ada
pembeli yang mau membelinya dari perusahaan produsen semula (A)
bila tidak ada nilai tambah yang sanggup diberikan A selain dari
lisensi perangkat lunaknya.

Fakta di atas menjelaskan mengapa lisensi produk open source


umumnya dapat diperoleh dengan gratis, dan dapat menjadi petunjuk
bagi terbentuknya model usaha berbasis open source.

5.2 Konsep Model Usaha Open Source

Saat ini hampir semua perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia


memiliki produk-produk yang dirilis secara open source10. Sebagian
perusahaan tersebut tidak mengambil keuntungan langsung dari
produk-produk open source yang mereka hasilkan, namun ada juga
perusahaan-perusahaan yang membangun usahanya dengan produk
open source sebagai intinya yang menggantungkan keuntungan
perusahaan pada produk tersebut sepenuhnya.

Seperti telah disebutkan umumnya perusahaan-perusahaan tersebut


juga menyediakan nilai tambah lain selain lisensi perangkat lunak,
seperti misalnya pelayanan pelatihan dan dukungan pengguna.
Penggunaan lisensi ganda menawarkan perangkat lunak dengan lisensi
open source, tetapi dapat juga memilih lisensi proprietary, terutama bila
pembeli bermaksud memanfaatkan aplikasi tersebut untuk menjadi
bagian dari produk proprietary. Ada juga perusahaan yang menyediakan
perangkat lunak open source secara gratis, namun menjual pula modul-
modul tambahan atau edisi lain secara komersial.

10 Termasuk Microsoft, yang juga mengelola http://www.codeplex.com, salah satu portal


perangkat lunak open source yang terbesar.

PT Bina Persada Konsultan 15/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Situasi keuangan lain memungkinkan adanya kerja sama dengan


perusahaan lain. Dapat juga perangkat lunak dikaitkan dengan
penyewaan akun online dan akses pada server atau layanan tertentu
yang dilakukan secara online.

Pemerintahan, perusahaan atau organisasi lain dapat mengembangkan


modifikasi perangkat lunak dengan menggunakan jasa kontraktor, untuk
kemudian mempublikasinya secara open source.

5.3 Perkembangan Gerakan Open Source di Indonesia

Semenjak gerakan open source mulai digulirkan, sudah ada beberapa


orang di Indonesia yang mulai terlibat, apalagi setelah koneksi internet
mulai tersedia. Pada awalnya memang gerakan ini lebih banyak
diadopsi dalam lingkungan akademik, sebelum akhirnya menyebar ke
segmen masyarakat yang lain juga, termasuk pemerintah dan dan dunia
usaha. Keterlibatan orang-orang Indonesia cukup beragam, mulai dari
sekedar menggunakan perangkat lunak open source, terlibat dalam
berkontribusi pada proyek open source luar negeri, memulai proyek
open source sendiri, dan terlibat aktif dalam membangun komunitas.

Beberapa distro Linux sudah dihasilkan di Indonesia, di antaranya yang


masih aktif adalah IGOS Nusantara dan Nusantara yang berdasarkan
Fedora dan BlankOn yang berdasarkan Ubuntu. Distro Linux adalah
kumpulan perangkat lunak open source yang lengkap, mulai dari sistem
operasi sampai aplikasi-aplikasi yang biasa digunakan, bahkan aplikasi-
aplikasi yang jarang digunakan. Distro Indonesia umumnya mengadopsi
distro lain dari luar negeri yang sudah lebih mapan, namun komunitas
Indonesia mempaketkan ulang dengan memberi nuansa dan bahasa
Indonesia.

Indonesia, Go Open Source! disingkat IGOS adalah sebuah


semangat gerakan untuk meningkatkan penggunaan dan
pengembangan perangkat lunak open source di Indonesia. IGOS
dideklarasikan pada tahun 2004 oleh 5 kementerian yaitu Kementerian

PT Bina Persada Konsultan 16/17
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Negara Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informatika,


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Departemen Pendidikan Nasional.

Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder TI (akademisi, sektor bisnis,


instansi pemerintah dan masyarakat) yang dimulai dengan program
untuk menggunakan perangkat lunak sumber terbuka di lingkungan
instansi pemerintah. Diharapkan dengan langkah ini dapat diikuti oleh
semua lapisan masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak legal.

Semangat gerakan ini memiliki sasaran sebagai berikut:

• Memberikan lebih banyak alternatif perangkat lunak yang dapat


digunakan oleh masyarakat secara legal dan terjangkau, sehingga
jumlah pengguna komputer meningkat.
• Peningkatan kemampuan riset dan pengembangan teknologi
informasi nasional bidang perangkat lunak.
• Menciptakan kompetisi pengembangan teknologi informasi untuk
dapat bersaing di percaturan global.

PT Bina Persada Konsultan 17/17

You might also like