You are on page 1of 17

TEORI PENGUKURAN

KEMAJUAN BELAJAR
MAHASISWA

Disajikan oleh
Margono Slamet
Institut Pertanian Bogor
PENDAHULUAN
 Pengukuran hasil atau evaluasi hasil kerja adalah hal
yang wajar untuk dilakukan dalam setiap jenis kerja
atau kegiatan.
 Hasil pengukuran hasil belajar sangat diperlukan oleh
berbagai fihak seperti mahasiswa, dosen, pimpinan PT,
orang tua mahasiswa, pemberi beasiswa, penyedia
kerja,dll.
 Di bidang pendidikan evaluasi hasil belajar dalam
bentuk nilai mutu (A,B, C, ….. F) atau angka (1, 2, 3,
…….. 100) sudah sejak lama biasa dilakukan.
 Nilai hasil belajar memiliki bermacam makna bagi
berbagai fihak.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 2


 Bagi dosen dan pimpinan PT : efektivitas pembelajaran.
 Bagi ORTU : kerajinan & kesungguhan putra/putrinya.
 Bagi pemberi kerja : kecerdasan dan kemampuan.
 Bagi mahasiswa : tingkat prestasi.

 Penilaian atau pemberian nilai (grading) ini banyak sekali


dilakukan di PT, mulai dari penilaian hasil quiz, PR,
praktikum, UTS, UAS, skripsi, sampai ujian akhir.
 Bagi mahasiswa nilai yang mereka peroleh itu sangat
berarti dan memberi konsekuensi tertentu, bahkan
menentukan masa depannya.
 Bagi dosen, karena ini semacam tugas rutin, kadang-
kadang dilakukan tanpa kesadaran penuh akan akibat dari
pemberian nilai itu.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 3


 Penilaian hasil belajar biasanya dilakukan melalui
pemberian tes atau ujian, baik tertulis ataupun
secara lisan.
 Dalam pemberian tes sifat dan isi dari yang diteskan itu
sangat penting dalam hubungannya dengan nilai yang
bakal diterima oleh mahasiswa. Jadi pembuatan soal ujian
itu sangat penting, sebab akan mempengaruhi hasilnya.
 Dalam membuat soal ujian banyak hal yang perlu
dipertimbangkan, tidak asal membuat pertanyaan/soal.
 Tidak ditemukan korelasi yang nyata antara nilai yang
diperoleh di perguruan tinggi dengan keberhasilan hidup
di masa depan. (!!!!)
 Para dosen perlu menyadari bahwa nilai mahasiswa
adalah hasil penilaian manusia (dosen) terhadap proses
manusia (mahasiwa) yang kompleks, karenanya tidak
mudah, subyektif dan tidak mutlak.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 4


 Nilai ataupun IPK sering berfungsi sebagai visa untuk
memasuki bidang-bidang profesi.

 Lama kelamaan mahasiswa mengambil kesimpulan bahwa


“nilai” lebih penting dari menguasai pengetahuan. Mulailah
terjadi “kecurangan-kecurangan” untuk bisa memperoleh
nilai baik tanpa susah-payah belajar menguasai ilmu
tertentu.
 Tetapi tidak semua akhirnya menempuh jalan “curang”;
melainkan tercambuk untuk belajar lebih baik untuk
menguasai ilmu dan mendapatkan nilai yang memuaskan
baginya.
 Ternyata nilai yang diinginkan oleh mahasiswa juga
beragam antar mahasiswa. Ada yang asal lulus tetapi ada
pula yang ingin menguasai ilmu pengetahuan secara
mendalam dan mendapatkan nilai setinggi mungkin.
Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 5
FILOSOFI PEMBERIAN TEST
● Setiap kerja/program pasti mempunyai tujuan, dan
selama kerja/program itu berproses orang ingin
mengetahui sampai dimana pencapaian tujuan itu.
● Jadi penilaian maksudnya adalah untuk mengetahui
apakah tujuan yang diinginkan benar-benar tercapai.
● Dosen dan mahasiswa harus sama-sama mengetahui
apa tujuan dari mata ajaran yang diambilnya. Pada awal
semester tujuan mata ajaran itu harus dibahas dan
disepakati, sebab pencapaian tujuan itulah yang nanti-
nya akan dievaluasi dan diberi nilai.
● Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk menguasai
kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental) tertentu. Kemampuan inilah yang akan dinilai.
Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 6
● Bagaimana kita mengartikan nilai hasil belajar itu ?

 Perlukah dibedakan arti dari nilai quiz, nilai UTS, nilai UAS, nilai
akhir mata kuliah, dan IPK ?

 Nilai quiz  menilai ada-tidaknya proses belajar; jadi lebih menilai


motivasi belajarnya, dan bahkan lebih bermakna untuk menilai
proses pembelajarannya. Lebih bermanfaat untuk memperbaiki
metode pembelajaran-nya. Formatif. Bobotnya kecil. Soal yang
diujikan bersifat mengukur penguasaan komponen-komponen
yang dipelajari.

 Nilai ujian tengah semester (UTS)  mengukur kemajuan belajar.


Sumatif sampai tengah semester. Soal yang diujikan : komponen-
komponen dan hubungan antar komponen. Bobot lebih besar.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 7


Nilai ujian akhir semester (UAS)  mengukur penguasaan PKS
pada akhir semester, tetapi tidak berarti final, PKS-nya masih
bisa berkembang terus sesudah itu. Sumatif  pengukuran
disesuaikan dengan tujuan instruksional yang direncanakan
sebelumnya. Bobotnya lebih besar lagi.

 Nilai akhir mata kuliah  Nilai gabungan dari hasil-hasil ujian


sebelumnya  Mempunyai makna lain  akan mempengaruhi IPK,
dan IPK akan mempengaruhi masa depan mahasiswa ybs. Nilai
akhir mata kuliah dihitung berdasar nilai-nilai quiz, UTS, UAS, tugas
lain, PLUS ada-tidak-nya kemajuan sepanjang semester. Usaha atau
semangat belajar yang ditunjukkan oleh mahasiswa harus dinilai
juga, terlepas dari hasil belajar yang diperoleh.

 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)  seyogyanya tidak sekedar


penghitungan matematis dari semua nilai yang diperoleh tetapi
dipertimbangkan pula motivasi belajar dan kemajuan hasil belajar
yang ditunjukkan dari waktu ke waktu. Ingat : IPK akan menentukan
masa depan mahasiswa. Jangan gegabah memvonis nasib
mahasiswa.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 8


Penentuan IPK sebaiknya melalui proses
”musyawarah” antar semua dosen (rapat dosen)
yang bersangkutan, agar dapat mengumpulkan
informasi tambahan tentang mahasiswa ybs.
 Nilai dari satu atau beberapa ujian tidak pernah tepat untuk
menyimpulkan secara komprehensif kemampuan atau ketidak
mampuan intelektual seorang individu mahasiswa.
 Nilai dari ujian pertama (atau bahkan kedua) dari satu mata
kuliah tidak menentukan keberhasilan mahasiswa pada akhir
mata kuliah (akhir semester).
 Kebanyakan Ujian hanyalah upaya mengukur, pada suatu
waktu tertentu, kemampuan mahasiswa menunjukkan
penguasaan beberapa informasi dan beberapa keterampilan.
 Ujian-ujian bukanlah the solitary apex of academic life. (Ujian-
ujian bukanlah satu-satunya puncak dari kehidup- an
akademik seseorang)

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 9


 Perlu disadari bahwa sistem ujian
sebenarnya tidak hanya sekedar
mengukur hasil belajar, tetapi sekaligus
mendorong adanya proses belajar.

 Ada empat tujuan belajar yang dapat dicapai


melalui ujian-ujian, yaitu :
1. Mendorong dosen memperjelas tujuan-tujuan
instruksional;
2. Memotivasi mahasiswa untuk belajar;
3. Mengarahkan usaha dosen dan mahasiswa menuju
pencapaian hasil yang bermakna;
4. Menyediakan pengalaman belajar yang efektif.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 10


➨ “Ujian mendorong belajar” bermakna bahwa ujian
tidak secara otomatis bisa mencapai tujuan,
karena ujian tidak selalu berhasil dengan
kelulusan sempurna.
 Dengan filosofi ujian dan tujuan-tujuan instruksional
dalam pikirannya, tugas dosen berikutnya adalah
mengkomunikasikan hakekat dari keduanya.
 Ingat : tujuan-tujuan instruksional menyatakan perilaku
atau kemampuan apa yang diharapkan dapat dibuktikan
oleh mahasiswa setelah mempelajari ilmu pengetahuan
tertentu.
 Mahasiswa perlu mengetahui berapa kali akan ada ujian,
kapan, berapa bobot masing-masing ujian/penilaian.
 Dengan informasi itu mahasiswa akan mengatur strategi
belajar untuk menguasai bahan pelajaran sekali-gus
mendapat nilai yang memuaskan mereka.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 11


DASAR PENGUKURAN HASIL BELAJAR
● Kunci keberhasilan ujian adalah belajar; agar mahasiswa
terdorong untuk belajar salah satu kuncinya adalah
mengetahui dan menyetujui tujuan-tujuan instruksional
yang harus mereka capai. Karena itu tujuan-tujuan
instruksional itu perlu dikomunikasikan dan dibahas oleh
dosen bersama dengan para mahasiswanya. Di sinilah
pentingnya SAP.
● Menurut Bloom ada tiga ranah tujuan instruksional itu, yaitu:
1. Cognitif (menyangkut pengetahuan)
2. Psikomotorik (menyangkut
keterampilan), dan 3. Afektif (menyangkut aspek
emosi/perasaan)
● Tujuan (Knowledge) enam 4.
Cognitif mempunyai
1. Mengetahui Mampu menganalisis
tingkatan/hirarkhi :
(Analysis)
2. Memahami
(Comprehension) 5. Mampu mensintesa
(Synthesis)
3. Mampu menggunakan
(Application) 6. Mampu mengevaluasi.
(Evaluation)
Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 12
 Tujuan instruksional harus dirumuskan secara spesifik
perubahan sampai tingkatan mana yang dituju untuk
setiap komponen materi pelajaran, dan kemampuan apa
yang harus dapat ditunjukkan oleh para mahasiswa.

 Kemampuan yang dituju inilah yang akan diukur keakuratannya pada


waktu ujian.
 Kalau tujuan instruksionalnya jelas, maka mengukur dan menilai hasil
belajarnya akan lebih mudah.
 Sifat soal ujiannya harus sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk cognitif kalau tujuannya hanya sampai “mengetahui”,
maka pertanyaan ujiannya cukup diminta untuk menyebutkan
konsep/obyek yang ditanyakan (me-recall atau hafalan).
 Kalau tujuannya sampai “memahami” maka soalnya meminta untuk
menjelaskan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
 Kalau sampai “mampu menggunakan”, soalnya meminta memecahkan
suatu permasalahan yang hanya bisa dengan menggunakan konsep/
teori yang dimaksud.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 13


 Untuk ranah Psikomotorik taxonominya sbb :
1. Mampu menirukan sesuatu gerakan
melalui prosedur tertentu.
2. Mampu mengulang gerakan itu secara
mandiri dan dengan tepat.
3. Mampu melakukan gerakan itu secara
benar dan dengan kecepatan yang
meningkat.
4. Mampu melakukan gerakan itu secara
benar, cepat dan mudah.

 Belajar psikomotorik harus melalui latihan, tidak bisa


hanya melalui ceramah atau membaca buku.
 Menguji/mengukur/menilai psikomotorik juga harus mela-
lui test psikomotorik, tak bisa hanya dengan ujian lisan
atau tertulis.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 14


➨ Taxonomi Tujuan Instruksional Ranah Afektif :
1. Menerima (Receiving) : Mau menerima fenomena.
2. Menanggapi (Responding) : Mau berpartisipasi.
3. Menilai (Valuing) : Berkaitan dengan nilai yang
diberikan oleh mahasiswa pada sesuatu
obyek, fenomena, atau perilaku.
4. Organisasi (Organization) : Menata beberapa nilai
yang saling berbeda (termasuk nilai-nilai
yang sudah dikuasai sebelumnya sehingga
menjadi tata nilai internal baru.
5. Menghayati (Characterization) : Menghayati tata nilai
yang sebelumnya tidak dihayati secara utuh.

 Mempelajari (Mengajarkan) sesuatu pengetahuan tidak hanya


menyangkut aspek kognitif, tetapi sering perlu juga menyangkut
aspek afektif.
 Dalam pendidikan sangat perlu menyentuh aspek afektif ini.
 Apresiasi, minat, menyukai pada sesuatu adalah contoh-contoh
praktisnya.
Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 15
✺ Tujuan instruksional bisa mencakup ketiga aspek : kognitif,
psikomotorik, dan afektif, atau hanya dua aspek, atau
hanya satu aspek. Yang manapun yang terjadi masing-
masing aspek perlu dinyatakan secara spesifik di tingkat
hirarkhi mana yang dimaksud.

✺ Jika tujuan-tujuan instruksional itu di nyatakan


dengan jelas dan spesifik, maka akan sangat baik
digunakan untuk mengukur hasil belajarnya; apakah
sudah tercapai atau belum; kalau belum, sampai di
mana sudah tercapai.
✺ Alat ukurnya (soal ujian/test)
harus syahih (valid), dan
pengukurannya harus seakurat
mungkin.

Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 16


Margono S: Pengukuran Hasil Belajar 17

You might also like