You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
Afasia merupakan kelainan neurologis fokal yang didapat (contohnya,
kerusakan otak akibat stroke) yang menyebabkan kerusakan pada pengolahan
bahasa reseptif (pemahaman membaca dan mendengar) atau bahasa ekspresif
(ekspresi berbicara, intonasi, gerak tubuh, dan ekspresi tertulis) atau keduanya.
1

Karakteristik afasia muncul jika terdapat lesi pada hemisfer dominan, di
mana hemisfer dominan dari 95 indi!idu terletak pada hemisfer kiri.
"
#aat ini di
Amerika #erikat, lebih dari 1 juta orang menderita afasia, dan dilaporkan terdapat
$%.%%% pasien baru dengan afasia setiap tahunnya.
&
Afasia masih merupakan pengertian yang cukup asing. #eringkali afasia
timbul secara mendadak, tanpa tanda peringatan. 'al ini mengakibatkan bah(a
pasien dan lingkungan sekitarnya sering tidak memahami apa itu afasia. )ulf
(19*9) menyatakan afasia yang ia alami sendiri merupakan +suatu gangguan yang
menyeramkan, karena meskipun kemampuan bicaranya terganggu,
kemampuannya untuk memahami, berpikir dan mengingat masih tetap utuh.
-
.erhatian terhadap afasia berkembang pesat pada masa perang dunia kedua
dan sesudahnya di mana begitu banyak anak muda yang terkena afasia akibat
cedera otak sehingga memacu para ahli untuk mengintroduksikan terapi afasia.
.enelitian di bidang afasia dalam (aktu dua puluh tahun terakhir ini masih terus
berkembang. .engalaman para ahli dalam menangani para pasien afasia semakin
diperhatikan secara keseluruhan.
-
.enanganan afasia harus dilakukan secara cepat dan benar, karena selain
dapat menyebabkan kecacatan yang lama juga sangat memengaruhi performa
penderita dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari/hari. Adanya gangguan
dalam komunikasi menyebabkan penderita merasa malu dan kadang menarik diri
dari lingkungan sosialnya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Afasia pada orang de(asa terjadi sebagai akibat dari kerusakan otak pada
hemisfer dominan, biasanya sebelah kiri, dan menimbulkan gejala neurofisiologis
yang sama dengan konsekuensi stroke lainnya.
&
Afasia merupakan kelainan
neurologis fokal yang didapat yang menyebabkan kerusakan pada pengolahan
bahasa reseptif atau bahasa ekspresif atau keduanya.
1
0enurut 1hapey dan 'allo(ell, afasia merupakan gangguan komunikasi
yang didapat akibat kerusakan otak, ditandai dengan kerusakan pada modalitas
berbahasa2 berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis yang bukan
disebabkan oleh defisit sensorik, defisit intelektual umum, atau gangguan
keji(aan.
&
#aat ini di Amerika #erikat, lebih dari 1 juta orang yang hidup dengan
afasia, dan $%.%%% pasien baru dengan afasia dilaporkan setiap tahunnya.
&
.ada fase akut, afasia mungkin sulit dibedakan dengan gangguan lain yang
juga berkaitan dengan komunikasi sehingga diferensiasi yang akurat sangat
diperlukan karena masing/masing gangguan komunikasi memerlukan terapi dan
pendekatan yang berbeda.
5
3erikut adalah beberapa gangguan komunikasi dan
harus dibedakan dengan afasia.
1.
Agnosia
5
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan informasi di
mana fungsi organnya masih utuh. #ebagai contoh, seorang pasien dengan
agnosia auditori akan memiliki ambang pendengaran normal, tetapi tidak dapat
menafsirkan sinyal suara pada le!el kortikal. 4leh karena itu, pemahaman
auditori akan terganggu. .asien dengan agnosia dapat dibedakan dari orang/
orang dengan afasia karena mereka hanya terganggu dalam satu modalitas.
#ebagai contoh, pasien dengan agnosia auditori yang memiliki defisit
pemahaman yang berat dapat membaca kata/kata yang sama melalui modalitas
!isual yang utuh.
"
".
Apraksia
Apraksia adalah gangguan gerakan motorik sekuensial dan terampil yang
didapat dan bukan disebabkan oleh adanya gangguan kekuatan, koordinasi,
sensasi, atau kurangnya pemahaman atau perhatian. Apraksia bukanlah
gangguan motor pada tingkat rendah tetapi adanya defisit pada perencanaan
motorik yang melibatkan langkah/langkah integratif yang mencetuskan
gerakan terampil atau tangkas. Apraksia lebih sering terjadi sebagai akibat
adanya lesi pada hemisfer kiri. Karena pemahaman !erbal yang adekuat
merupakan prasyarat untuk pengujian praksis yang !alid (integrasi motorik
diperlukan untuk pelaksanaan gerakan terampil yang kompleks), penting untuk
ahli patologis (icara/bahasa diajak berkonsultasi mengenai kemampuan
pemahaman auditori saat diduga terdapat masalah pada perencanaan motorik.
Tabel 1. Evaluasi Apraksia Ideam!r
&
&.
5emensia
&
5emensia adalah sindrom penurunan kognitif progresif yang memberikan
pengaruh negatif terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. 0eskipun
gangguan bahasa ekspresif dan reseptif spesifik dapat hadir sebagai bagian dari
proses penyakit yang mendasari, pasien afasik tidak menunjukkan bukti adanya
defisit kognitif seperti orientasi, penilaian, pera(atan diri, dan keterampilan
persepsi/!isual. .erbedaan antara pasien/pasien dengan defisit bahasa sekunder
dengan afasia serta pasien/pasien dengan penyakit difus adalah sangat rele!an
dalam rehabilitasi karena prognosis untuk pelatihan keterampilan khusus dan
mengembangkan kemandirian lebih menguntungkan bagi pasien dengan afasia
saja.
KARAKTERISTIK BAHASA
5
Karakteristik ekspresif verbal afasia termasuk anomia,
agrammatisme, paragrammatism, atau paraphasia atau jargon,
stereotipik, atau pola bahasa ekolalik. Meskipun sebagian afasik
menunjukkan pengurangan secara keseluruhan dalam kelas-
kelas kata yang tersedia untuk diucapkan, mereka menunjukkan
defsit tertentu dalam pemilihan kata benda (yaitu, anomia.
Karena kata benda memba!a sebagian besar makna dalam
suatu pesan yang akan disampaikan, bahasa pasien anomik
digambarkan sebagai "kosong" karena kalimatnya sering
kekurangan subjek.
#edangkan karakteristik pemahaman auditori afasia
termasuk defsit persepsi auditori dan retensi auditori.
Mispersepsi auditori ditandai dengan kecenderungan mengalami
konfusi terhadap kata-kata yang mirip baik dalam makna
maupun suara. Konfusi ini membuat pesan terdistorsi dan
mengakibatkan kesalahan pemahaman. #ecara umum,
kecepatan input auditori, dikombinasikan dengan peningkatan
panjang kalimat, menyebabkan kesalahan dalam retensi auditori.
-
Tabel 2. Ringkasan Terminologi Gangguan Ekspresif pada Afasia
ANAT"#I DAN FISI"L"$I
%&'
3ahasa merupakan bentuk kompleks komunikasi yang ditulis atau
diucapkan melalui kata/kata yang melambangkan obyek dan bertujuan untuk
menyampaikan ide/ide. Ada dua aspek komunikasi2 pertama, aspek sensorik
(input bahasa), yang melibatkan telinga dan mata, dan, kedua, aspek motorik
(output bahasa), yang melibatkan !okalisasi dan pengendaliannya. Area primer
dari kortikal yang fungsinya khusus untuk berbahasa adalah area 3roca dan area
)ernicke.
5
Area 3roca, yang mengontrol kemampuan berbicara, terletak di regio fasial
premotor dan prefrontal dari korteks serebral / sekitar 95 persen dari indi!idu
terletak di hemisfer kiri (6ambar 1) yang berhubungan erat dengan area motorik
dari korteks yang mengontrol otot/otot yang diperlukan untuk artikulasi. 7esi
pada area 3roca menyebabkan afasia motorik. Kadang/kadang seseorang mampu
memutuskan apa yang dia ingin katakan tetapi tidak dapat membuat sistem !okal
mengeluarkan kata/kata. 4leh karena itu, pola motorik terampil untuk
mengendalikan laring, bibir, mulut, sistem pernapasan, dan otot/otot aksesoris
lainnya untuk berbicara, semuanya dimulai dari daerah ini.
6ambar 1. .emetaan area fungsional spesifik pada korteks serebral, memperlihatkan area
)ernicke dan area 3roca untuk pemahaman berbahasa dan produksi berbicara, di mana pada 95
indi!idu terletak pada hemisfer kiri.
Area )ernicke, terletak pada korteks kiri di bagian posterior dari lobus
temporal superior pada daerah pertemuan dari lobus parietal, temporal, dan
oksipital (6ambar "), berfungsi untuk mengatur pemahaman berbahasa. 'al ini
memainkan peran penting dalam memahami suatu pesan, baik itu pesan lisan
maupun tulisan. 7ebih jauh lagi, area ini bertanggung ja(ab untuk merumuskan
8
pola koheren berbicara yang ditransfer melalui serabut saraf ke area 3roca, yang
nantinya akan mengontrol artikulasi pada saat berbicara.
6ambar ". 4rganisasi dari area asosiasi !isual dan auditori somatik menjadi mekanisme umum
untuk interpretasi dari pengalaman sensori. #emua pengalaman sensori ini juga mengarah ke area
)ernicke yang terletak di lobus temporal pada bagian postero/superior. .erhatikan juga area
prefrontal dan area (icara 3roca pada lobus frontal.
Area )ernicke menerima input dari korteks !isual pada lobus oksipital,
suatu jalur yang penting dalam memahami bacaan dan mendeskripsikan obyek
yang dilihat, serta menerima input dari korteks pendengaran pada lobus temporal,
suatu jalur penting untuk memahami kata/kata yang diucapkan. Area )ernicke
juga menerima input dari korteks somatosensori, yaitu suatu jalur yang penting
untuk kemampuan membaca 3raille. 9alur interkoneksi yang tepat antara area/
area kortikal lokal ini berperan dalam berbagai aspek berbicara (6ambar &).
9ika terdapat kerusakan berat di area )ernicke, seseorang mungkin masih
dapat mendengar dengan baik dan bahkan mengenali berbagai kata tetapi tidak
mampu menyusun kata/kata ini ke dalam pemikiran yang koheren. 5emikian
juga, orang tersebut masih dapat membaca kata/kata dari halaman yang dicetak
tetapi tidak dapat menyampaikan maksud dari kata/kata tersebut.
*
6ambar &. 9alur kortikal untuk mengucapkan kata yang dilihat atau didengar.
1a. :ntuk berbicara tentang sesuatu yang dilihat, otak mengirimkan informasi !isual dari
korteks !isual primer menuju girus angularis pada korteks asosiasi parieto/temporo/
oksipital, yang mengintegrasikan input/input seperti penglihatan, suara, dan sentuhan.
1b. :ntuk berbicara tentang sesuatu yang didengar, otak mengirimkan informasi
pendengaran dari korteks auditori primer menuju girus angularis.
". ;nformasi ini ditransfer ke area )ernicke, dimana pemilihan dan urutan kata/kata
yang akan diucapkan akan diformulasikan.
&. .erintah berbahasa ini kemudian ditransmisikan ke area 3roca, yang menerjemahkan
pesan ini ke dalam suatu pola suara terprogram.
-. .rogram suara ini disampaikan ke area/area yang tepat dari korteks motor primer yang
kemudian mengaktifkan otot/otot (ajah dan lidah yang sesuai untuk menghasilkan
kata/kata yang ingin diucapkan.
6irus angularis merupakan bagian yang paling inferior dari lobus parietal
posterior, berada tepat di belakang area )ernicke dan di bagian posteriornya
menyatu dengan area !isual dari lobus oksipital. 9ika regio ini rusak, sementara
area )ernicke di lobus temporal masih utuh, orang itu masih bisa menafsirkan
pengalaman auditori seperti biasa, tetapi aliran pengalaman !isual yang mele(ati
ke area )ernicke dari korteks !isual akan terhambat. 4leh karena itu, orang
tersebut mampu melihat dan mengidentifikasi kata/kata tetapi tidak dapat
menafsirkan maknanya. Kondisi ini disebut disleksia, atau word blindness.
$
KLASIFIKASI
(&)&*
#ejak jaman 3roca, afasia mungkin telah menjadi gangguan komunikasi
neurogenik yang paling banyak dipelajari. Klasifikasi afasia dapat bermacam/
macam, secara sederhana sindrom afasia dapat dibagi dalam afasia motorik dan
sensorik atau afasia ekspresif dan reseptif. Karena sifat cedera dan area asosiasi
bahasa pada hemisfer kiri, (6ambar 1), afasia telah diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik defisit linguistik dan lokasi lesi.
6ambar -. Area terkait bahasa pada otak. .enampang lateral sederhana dari otak kiri menunjukkan
area bahasa primer pada otak. #ulkus sentralis secara kasar membagi otak menjadi regio anterior
dan posterior. Area 3roca berdekatan dengan girus presentralis yang mengontrol gerakan ekspresi
(ajah, artikulasi, dan fonasi. Area )ernicke di bagian posterior dari girus temporalis superior
berdekatan dengan korteks auditori primer. <asikulus arkuatus adalah jalur yang menghubungkan
area 3roca dengan area )ernicke.
#istem klasifikasi afasia tradisional, didasarkan pada kelompok gejala
bahasa dan karakteristik output !erbal, pemahaman auditori, dan kemampuan
repetisi (=abel &). Kerangka ini merupakan dasar untuk dua penilaian formal yang
paling sering digunakan digunakan oleh ahli patologi (icara2 3oston 5iagnostik
Aphasia >?am dan )estern Aphasia 3attery.
&
9
Tabel (. A+asia, Perbedaa- "upu! .erbal& /epe!isi& Pema0ama- Audi!ri& $e1ala Pe-2er!a&
da- /e3i 2a-3 Terke-a
Tabel 4. Al3ri!me u-!uk Skri-i-3 da- Klasi+ikasi #e-33u-aka- Klasi+ikasi Bs!-
Flue-si Buruk
1%
Afasia transkortikal campuran: $esinya pada %ona perbatasan dari area
frontal, parietal, dan temporal. #angat jarang ditemui dan kemungkinan
diakibatkan kerusakan yang besar. 'ampir menyerupai afasia global namun
kemampuan repetisi @ meniru ucapan masih intak.
Fluensi Baik
11
Tabel ). /i-3kasa- dari Sis!em Klasi+ikasi Bs!- u-!uk A+asia
ETI"L"$I
4
Afasia didefinsikan sebagai gangguan bahasa yang disebabkan oleh cedera
otak. 6angguan peredaran darah otak (6.54) merupakan yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya afasia. 6.54 dapat disebabkan bermacam/macam
yaitu emboli, trombosis, perdarahan. #elain 6.54 penyebab lain dari afasia yang
mungkin terjadi adalah2 tumor otak, trauma, infeksi. .ada infeksi (meningitis atau
ensefalitis) dapat menyebabkan kerusakan otak sampai kehilangan daya ingat
sehingga seringkali menutupi adanya afasia.
1"
Ada bentuk lain dari afasia yang dinamakan afasia progresif, dimana gejala
pertama yang timbul adalah kesulitan menemukan kata, dan karena itu dalam
pemakaian bahasa akan menjadi ragu/ragu atau berbelit/belit yang makin lama
makin parah dalam beberapa tahun. .ada pemeriksaan 1= scan, a(alnya tidak
ditemukan kelainan namun selang beberapa lama mulailah nampak kerusakan
pada hemisfer kiri.
1&
BAB III
ASPEK /EHABILITASI PADA AFASIA
Aehabilitasi medik ()'4 19$1) adalah segala upaya yang bertujuan untuk
mengurangi dampak dari semua keadaan yang dapat menimbulkan disabilitas dan
handikap serta memungkinkan penderita cacat berpartisipasi secara aktif dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.
=ujuan rehabilitasi adalah2
0eniadakan keadaan cacat bila mungkin
0engurangi keadaan cacat sebanyak mungkin
0elatih orang dengan sisa kecacatannya untuk dapat hidup dan bekerja
dengan apa yang ada pada dirinya.
=ujuan umum terapi afasia adalah2
1

1. 0enstimulasi proses yang kacau dan untuk mendorong reorganisasi fungsional
". 0engajarkan penggunaan kemampuan yang tersisa sebagai strategi
kompensasi untuk komunikasi
&. 0enyediakan edukasi dan konseling dan mendorong penyesuaian pasien dan
keluarganya
-. 0engeliminasi +kebiasaan buruk, yang mengganggu keberhasilan komunikasi
5. 0endorong terciptanya lingkungan komunikasi yang layak
8. 0enyediakan support psikologis dan memperbaiki tingkah laku pasien, moral,
dan faktor sosial lainnya yang signifikan.
*.0emajukan ke arah keberhasilan komunikasi +kehidupan sesungguhnya,
PE#E/IKSAAN DAN PENILAIAN
1&4&)
#ebelum merencanakan strategi penanganan pada afasia, sangatlah penting
untuk melakukan pemeriksaan pada pasien afasia agar program dan bentuk
penanganan yang diberikan sesuai.
Ada banyak alat@metode pemeriksaan yang sudah dikenal selama ini. #emua
bentuk pemeriksaan afasia merupakan penilaian pada afasia yang dapat digunakan
sebagai e!aluasi untuk mengukur kemajuan dari suatu terapi. .enilaian afasia
1-
dapat juga digunakan untuk menentukan berat ringannya afasia, klasifikasi afasia,
perencanaan strategi penanganan, mengamati perkembangan pasien serta
menentukan prognosis.
3erikut merupakan metoda pemeriksaan yang sering digunakan2
1. BDAE , Bs!- Dia3-s!i5 Ap0asia E6ami-a!i- 7$d3lass& Kapla-&
189(:
=ujuan 2 :ntuk mendiagnosis afasia dan sindrom/sindrom afasia sehingga
memberi kesimpulan tentang lokalisasi serebral. 5apat juga digunakan
sebagai pedoman serta penilaian perkembangan terapi.
0etode 2 =erdiri dari "* subtes yang dikelompokkan dalam 5 bagian, yaitu2
(bicara spontan, pemahaman auditif, ekspresi lisan, membaca dengan
pemahaman, menulis).
)aktu pelaksanaan tes cukup lama antara 1/& jam dan merupakan tes
pemeriksaan bahasa yang cukup luas. .enilaian dilakukan dengan buku skor
yang mencakup skor/skor mengenai aspek kelancaran, pemahaman auditif dan
meniru ucapan sehingga dapat dibedakan $ sindrom afasia menurut klasifikasi
3oston.
%. ;AB , ;es!er- Ap0asia Ba!!er2
0erupakan modifikasi dari 35A> dengan sedikit perluasan pengukuran
kemampuan bahasa oral (fluensi dan informasi bicara spontan, komprehensi,
repetisi dan penamaan).
=ujuan 2 #ama dengan 35A>, dapat berguna pula untuk klasifikasi pasien
pada subtipe/subtipe afasia (berdasarkan klasifikasi 3oston) .
0etode 2 =es ini terdiri dari pertanyaan/pertanyaan afasia (Aphasia Buestion @
AB) untuk pengukuran auditori dan ekspresi dengan nilai diba(ah 9&.$
mengarah ke afasia.
)aktu pelaksanaan tes lebih cepat hanya membutuhkan 1/" jam dan banyak
digunakan untuk pemeriksaan klinik dan bahan penelitian.
(. #TDDA , #i--es!a Tes! +r Di++ere-!ial Dia3-sis + Ap0asia 7S50uell&
18'):
15
=ujuan 2 .emeriksaan ini berguna untuk diagnosis banding afasia ya @ tidak
dan membedakannya dengan gangguan lain misal apraksia, disartria, dan
gangguan persepsi. 5apat juga untuk perencanaan penanganan dan prognosa.
0etode 2 =es terdiri dari -8 subtes dalam 5 bagian (gangguan auditif,
gangguan !isual dan membaca, gangguan bicara dan bahasa, gangguan !isual
motoris dan menulis, gangguan berhitung). 3ahan yang digunakan terdapat "
pak kartu stimulus !isual dan buku skor.
)aktu pelaksanaan tes C &/8 jam. .emeriksaan ini tidak membedakan sindrom
afasianya tetapi dikategorikan berdasarkan afasia ringan, sedang, berat, sangat
berat dll sehingga memberikan prognosis tersendiri pada tiap kategorinya.
Damun skornya dengan sistem C dan / sehingga kadang tidak tampak
kemajuan.
4. PI<A , Pr50 I-de6 + <mmu-i5a!ive Abili!2 7Pr50& 18'8:
=ujuan 2 0elakukan pemeriksaan afasia yang peka terhadap perubahan
minimal dalam prestasi, menentukan kemajuan terapi dan prognosis. 3aik
dipakai untuk kepentingan penelitian.
0etode 2 =erdiri dari 1$ subtes dan 1% benda, setiap tes masing/masing
mengandung 1% unsur benda tadi (pena, sikat gigi, kunci dll). 1$ subtes terdiri
& bagian yaitu2 !erbal (-), gerak isyarat ($), tertulis (8). =ugas/tugas yang
dilakukan berhubungan dengan benda/benda tersebut di atas yang telah
diberikan informasi sebelumnya pada a(al pemeriksaan.
)aktu pelaksanaan tes rata/rata 1 jam. .emberian skor pada pemeriksaan ini
sangat ketat dengan skala skor 1/18 pada tiap bagian yang diperiksa yang
kemudian dipindahkan ke dalam tabel. .;1A merupakan pemeriksaan fungsi
bahasa dan bukan pemeriksaan komunikatif.
). TT , Tke- Tes! 7De/e-=i& .i3-l& 18'%:
=ujuan 2 :ntuk mengukur pemahaman bahasa auditif tanpa mengandalkan
daya ingat atau intelegensi pasien.
0etode 2 Alat yang digunakan menggunakan "% token yang terbagi menjadi2
E 1% token kotak (5 besar F 5 kecil)
18
0asing/masing dengan 5
(arna yang berbeda
E 1% token bulat (5 besar F 5 kecil)
.emeriksaannya dengan diberikan tugas/tugas yang menuntut pemahaman
auditif sehingga gangguan pemahaman bahasa yang ringan pun dapat
ditelusuri.
)aktu yang diperlukan sekitar "%/&% menit. =es ini sangat peka, juga untuk
melacak orang yang terkena afasia yang ringan sekalipun.

TADI/
4&9
=A5;A (=es Afasia untuk 5iagnosis, ;nformasi, Aehabilitasi) merupakan tes
afasia berbahasa ;ndonesia yang dikembangkan pada sebuah akademi terapi
(icara di 9akarta. =es ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman pengarang yang mendalam mengenai bahasa@komunikasi dan afasia,
baik dari segi ilmiah maupun penanganan pada pasien/pasien afasia.
=ujuan/tujuan =A5;A adalah2
1. 0embuat diagnosis afasia@bukan afasia
". 0embuat diagnosis sindrom afasia yang mana
&. 0emberi informasi kepada pasien, lingkungannya dan orang ketiga yang lain.
-. 0enjadi titik tolak untuk penanganan (icara (rehabilitasi)
9ika ingin mencapai tujuan & F - harus melakukan seluruh tes yang
memakan (aktu kira/kira 1 jam. 0embuat diagnosis afasia dan sindrom afasia
(klasifikasi 3oston / 6oodglass, Kaplan 19$&), dapat dilakukan dengan cepat dan
efisien karena hanya beberapa subtes yang dilakukan.
.emeriksaan =A5;A meliputi setiap modalitas bahasa / bicara, pemahaman
bahasa lisan, pemahaman bahasa tulis dan menulis / mengandung beberapa
subtes2
5alam setiap subtes yang ada dicantumkan cara pemberian skor kasar yang
kemudian diubah dalam skor norma dengan skala 5 poin dengan ketentuan yang
berbeda pada masing/masing subtes namun secara umum memberi gambaran
sebagai berikut2
#emua skor norma yang diperoleh kemudian dicantumkan dalam +.rofil Dorma,
dimana memberikan pandangan umum mengenai skor norma.
1*
'al penting lain adalah membuat pengamatan terhadap sikap pasien dan aspek
komunikasi lain yang tidak langsung dites namun memengaruhi kefasihan pasien
berkomunikasi. Aspek/aspek komunikasi ini adalah 2
5ata/data yang diperoleh dari +.rofil Dorma, dicantumkan dalam laporan
pemeriksaan secara jelas. 7aporan pemeriksaan ini pertama/tama berguna sebagai
data bagi para dokter, pemeriksa maupun ahli lainnya yang mana berhubungan
dengan terapi penanganan pasien itu sendiri. 7ainnya sebagaimana merupakan
tujuan penting dari =A5;A, adalah untuk melaporkan secara jelas kepada pasien,
lingkungan maupun pihak ketiga (instansi yang menganjurkan, dll).
#ANAJE#EN AFASIA
1&(&4
#emua afasia berkembang dari (aktu ke (aktu, sehingga kemungkinan
prognosis harus dibuat berdasarkan penilaian a(al (& sampai - minggu setelah
onset). 0isalnya, kondisi pasien yang a(alnya dengan afasia nonfluent berat
(global) dengan pemberian terapi (icara/bahasa yang adekuat cenderung
berkembang menjadi afasia tipe 3roca kronis. Kondisi pasien yang a(alnya
dengan afasia fluent berat ()ernicke) dengan pemberian terapi yang adekuat
memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi afasia konduksi atau anomia.
.era(atan oleh ahli patologi (icara/bahasa didasarkan pada penilaian
seksama terhadap semua modalitas komunikasi2 berbicara, mendengarkan,
membaca, dan menulis. <okus terapi (icara/bahasa selama periode pemulihan
akut dan subakut adalah pemulihan dan kemampuan (icara dan bahasa, dan
pengobatan bersifat indi!idual. .endidikan dan konseling dengan keluarga juga
sangat penting.
3eberapa terapi pendekatan spesifik tersedia untuk pasien dengan afasia dan
telah terbukti efektif. #tudi metaanalisis menunjukkan bah(a hasil terapi untuk
afasia telah menunjukkan bah(a terapi (icara/bahasa untuk afasia memiliki
1$
E Konsentrasi
E Ke(aspadaan
E Aasa percaya diri
E Kesadaran mengenai penyakitnya
E #ikap mendengar
E 9ika kurang mengerti tidak segan minta pengulangan
dampak positif yang signifikan pada pemulihan dalam fase akut dan fase kronis,
dan durasi terapi (icara/bahasa merupakan faktor penting untuk memberikan
pemulihan yang efektif dan bertahan lama. =erapi afasia intensif (rata/rata 9$ jam)
tampaknya menjadi persyaratan untuk hasil yang positif, dan durasi terapi yang
lebih singkat (rata/rata -- jam atau kurang) ternyata kurang efektif.
#esudah terjadi afasia, ahli logopedi harus secepatnya menciptakan kontak
dengan pasien. 3iasanya hal ini dilakukan pada tahap a(al di rumah sakit,
seringkali di tempat tidur pasien. #esudah memperkenalkan diri dan mengajukan
beberapa pertanyaan, mungkin sudah dapat diperoleh kesan tentang gangguannya.
#ejak a(al terutama harus dijaga agar jangan sampai pasien menjadi putus asa
karena merasa tidak dipahami lingkungannya.
#esudah pemeriksaan, diharapkan kita sudah memiliki data tentang
gangguannya dan kemungkinan/kemungkinan yang ada pada pasien untuk
berkomunikasi. 5ari sejak a(al, lingkungan perlu diberi kesadaran bah(a
sebenarnya bukan bahasa yang menjadi sasaran, melainkan komunikasi dan
bah(a komunikasi adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan orang lain
sehingga komunikasi itu merupakan tanggung ja(ab kedua belah pihak.
3eberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membantu pasien memahami
dan memberitahukan sesuatu2
3icara dengan tenang dan jelas serta menggunakan kalimat yang singkat.
=ekankan kata/kata yang penting dalam kalimat. #elalu gunakan kalimat
dengan satu pesan dan tunggu reaksi pasien untuk melihat bagaimana reaksi
pasien untuk melihat apakah ia memahaminya. Kalau perlu ulangi lagi.
3icaralah dengan pasien tentang hal/hal sekelilingnya yang menarik
perhatiannya.
#ediakan buku catatan dan pena untuk menuliskan kata/kata pokok suatu cerita
9ika pasien mengalami kesulitan memahami, jelaskanlah dengan gerak/isyarat
atau gambar
Kalau pasien mengalami kesulitan menja(ab suatu pertanyaan, ajukan
pertanyaan yang memungkinkan ja(aban2 ya atau tidak.
=unjukkan bah(a proses komunikasi dengan jalan apapun telah berjalan baik.
'al itu akan mendorong pasien untuk mencobanya lagi pada kesempatan lain.
19
<aktor/faktor lain yang dapat memengaruhi yang turut diperhitungkan2
:sahakan agar pasien jangan terlalu letih.
1oba bercakap/cakap dalam lingkungan yang tenang agar perhatian tidak
teralihkan.
9angan membicarakan pasien atau penyakitnya di depan pasien itu sendiri.
1iptakan suasana kebersamaan yang tidak harus melalui percakapan,
komunikasi dapat dilakukan dengan kegiatan seperti nonton =G bersama,
bermain catur, kartu dll.
1obalah membuat pasien terta(a dan dapat menciptakan suasana santai untuk
komunikasi.
7ibatkan lingkungan sebanyak mungkin ke dalam proses penanganan seperti
keluarga, pera(at dan orang lain di sekitarnya.
TE/API ;I<A/A
1&4
Ada dua tahapan pemulihan bahasa2 (1) penyembuhan a(al yang spontan
yang dimulai dalam beberapa hari dari onset dan berakhir sekitar 1 bulan
(mungkin lebih) setelah onsetH dan (") pemulihan jangka panjang, yang
berlangsung berbulan/bulan atau bahkan tahunan. ;dealnya, terapi intensif afasia
harus dimulai dan dipertahankan secepat/cepatnya saat pasien dinyatakan stabil
secara medis dan neurologis (meskipun dengan penundaan sampai 8 bulan post
onset, terapi masih menunjukkan manfaat). =erapi (icara harus ditujukan kepada
pasien dan keluarga pasien atau pihak lain yang terkait. =erapi biasa diberikan &/5
kali perminggu untuk "/& bulan, selama itu pasien diree!aluasi pada bulan
pertama dan setelah bulan kedua atau ketiga. #aat kemajuan terapi mencapai hasil
yang tinggi, maka pemberian terapi secara bertahap dihentikan (penghentian
mendadak akan membahayakan secara psikologis) dengan mengurangi terapi 1/"
kali perminggu, kemudian tiap 1 sampai " bulan dengan ree!aluasi pada bulan
keenam dan kesepuluh.
=erapi (icara (indi!idu atau grup) untuk afasia pada umumnya dilaporkan
bermanfaat dan tidak merugikan pada pasien dengan etiologi nonprogresif (stroke
dan tumor otak yang sudah dikeluarkan). =erdapat kepercayaan tradisional yang
menyatakan pemulihan spontan yang bermakna selesai dalam (aktu &/8 bulan
"%
post onset. Akan tetapi, studi terbaru pada e!olusi afasia berat dalam " tahun
pertama postonset dengan catatan perbaikan signifikan dalam fungsi komunikasi
sampai 1$ bulan, dengan perbaikan terbesar terjadi pada 8 bulan pertama.
Adanya bermacam/macam tipe dari afasia mungkin memerlukan
pendekatan terapi serta cara komunikasi yang berbeda2
1) A+asia $lbal I lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan anggota
keluarga untuk komunikasi dengan penderita dari pada peningkatan
kemampuan bahasa dari penderita. =ehnik yang digunakan2
E 0enggunakan suara dan ekspresi (ajah.
E 0enunjuk benda/benda tertentu di lingkungannya untuk memberi
masukan !isual
E 0enggunakan gerak/isyarat yang sederhana untuk suatu ide (misalnya2
menganggukkan kepala untuk +ya,, menggelengkan kepala untuk
+tidak,).
E 6unakan tata bahasa yang sederhana, bicara pelan/pelan, jangan
mengubah topik terlalu cepat.
") A+asia Br5a I penanganan ditekankan kepada pengembangan kemampuan
mengeluarkan suara (+sesukanya,) sebagai alat untuk mengekspresikan
maksudnya (dapat dengan bantuan gambar/gambar, foto/foto maupun cermin).
&) A+asia ;er-i5ke
E .ada permulaan ditekankan kepada peningkatan komprehensi pendengaran
dan umpan baliknya.
E 0engembangkan kesadaran bah(a ada gangguan komunikasi.
E 0emperbaiki kualitas keluaran.
-) A+asia K-duksi I ciri utamanya repetisi kata/kata yang berat gangguannya.
.enanganannya dengan tehnik mengurangi kecepatan bicara, memperpanjang
durasi fonem, belajar menga(ali bicara dengan mudah. .asien dengan afasia
konduksi sadar akan kekeliruannya dan berusaha membetulkannya.
5) A+asia A-mik I penanganannya ditekankan pada membangun kembali
asosiasi di antara kata/kata dengan cara 2
E 0engindi!idualkan kata/kata yang menjadi target.
E 7atihan mem!isualkan kata/kata target.
"1
E 0elatih memikirkan ciri/ciri fisik dari kata/kata target.
E 0elatih mencari sinonim kata dan definisi kata/kata target.
Ada bermacam/macam metode terapi (icara pada pasien afasia, antara lain2
1. Te0-ik S!imulasi 7S50uell& 18'4:
.ada tehnik ini tidak dibeda/bedakan sindrom/sindrom afasia, pendekatan
dilakukan dengan pemberian stimulasi berupa auditori, bahasa tertulis maupun
gambar/gambar. 5engan adanya stimulus diharapkan timbul respon dari
penderita. 5alam memancing respon dapat lebih dari satu modalitas, misalnya
dengan meminta pasien menyebutkan nama gambar, menyuruh mengulangi
kata tersebut, menuliskan kata tersebut serta mengucapkannya kembali.
0odalitas yang gangguannya paling ringan diterapkan lebih dahulu kemudian
yang berat sehingga diharapkan fungsi yang satu memudahkan dan
merangsang fungsi yang lain.
%. #IT , #eldi5 I-!-a!i- T0erap2 7Sparks& Hlla-d& 18*':
=elah diamati, pasien yang tidak atau hampir tidak dapat bicara biasanya dapat
menyanyi, juga menyanyikan kata/katanya. Aupanya kata/kata itu turut
tertarik oleh lagunya, suatu fungsi hemisfer kanan yang pada afasia tidak
terganggu. 0etode ini terdiri dari - tingkat2
=k ; 2 .asien diajarkan untuk mengambil alih lagu/lagu, didukung oleh
ketukan irama dan aksen lagu.
=k ;; 2 .asien diajarkan menyanyikan kalimat/kalimat pada melodi I
dengan turut menyanyi, meniru lalu menggunakan kalimat
sebagai ja(aban dari pertanyaan.
=k ;;; 2 0asih dengan lagu, dilatih kalimat/kalimat yang lebih panjang
=k ;G 2 =idak ada nyanyian, tetapi latihan dilakukan dengan intonasi
yang berlebihan.
=erakhir 2 =ahap antara menyanyi dan bicara normal
0etode ini cocok diberikan pada pasien afasia 3roca berat dengan
pemahaman yang baik namun fluensinya kurang. 0enurut #parks, pasien
dengan afasia )ernicke dan transkortikal jelas bukan calon yang baik untuk
terapi ini, sedangkan pasien afasia konduksi mungkin calon yang baik.
(. .AT , .isual A5!i- T0erap2 7Helm& Be-s-& 18*9:
""
=erapi kegiatan !isual menggunakan lambang/lambang abstrak, penggunaan
gerak/isyarat dengan pemakaian simbolisasi dengan gambar/gambar atau
lukisan. 0etode ini ternyata dapat digunakan pada pasien dengan afasia global
dengan bahan yang digunakan terdiri dari gambar/gambar benda yang dapat
digerakkan dengan satu tangan dan gambar situasi setiap gerak/isyarat (misal2
orang sedang memaku dll). .etunjuk diberikan ahli terapi dengan gerak/
isyarat dan mimik muka.
4. PA<E , Prm!i-3 Ap0asi5s <mmu-i5a!ive E++e5!ive-ess 7Davis&
;il56& 1891:
0etode ini didasarkan atas - prinsip2
1) Ada pertukaran informasi baru antara ahli terapi dan pasien.
") .asien dapat bebas memilih jalur komunikasi yang dapat ia gunakan untuk
menyampaikan informasi baru.
&) Ahli terapi dan pasien mempunyai porsi yang sama besarnya dalam
mengirim dan menerima pesan.
-) :mpan balik diberikan oleh ahli terapi sebagai tanggapan terhadap
keberhasilan pasien dalam menyampaikan pesan.
.enanganannya sebanyak mungkin mendekati komunikasi dalam kehidupan
sehari/hari. .asien boleh menunjuk, menggunakan gerak/isyarat, menulis,
menggambar, asal pesannya tersampaikan. :mpan balik bertujuan
merangsang pasien agar menggunakan strategi yang efektif. 7atihan ini dapat
bertujuan untuk membimbing dan mengajarkan pasien dengan gangguan berat
dalam hal menemukan kata agar dapat menggunakan panggambaran/
penggambaran untuk menyampaikan maksudnya. #ebaliknya, saat tiba giliran
terapis memberikan gambaran, pasien tidak perlu menebak dengan kata/kata
tetapi dapat juga dengan menunjuk atau menggambar.
#elain metode/metode di atas, untuk mempermudah terapi (icara dan
komunikasi pada pasien/pasien afasia kadang diperlukan +alat/alat bantu
komunikasi,. #eseorang dengan afasia ringan sekalipun kadang mengalami
kesulitan dalam menemukan kata atau nama yang tepat, sekalipun menyangkut
hal/hal sehari/hari yang sederhana.
"&
.ada tahun/tahun terakhir ini telah dikembangkan sejumlah alat khusus
untuk komunikasi oleh dan dengan pasien afasia. 5i antaranya adalah2
Buku saku ba0asa
0erupakan alat komunikasi untuk pasien/pasien dengan afasia berat. =erdiri
dari sebuah map dengan sampul/sampul plastik yang bisa dimasukkan,
dimana disusun kata/kata dan gambar/gambar dalam kategori seperti makan,
minum, kendaraan. .ada saat terapi, pasien diajari menggunakan buku ini
sehingga pasien belajar bah(a dia, kalau perlu dengan pertolongan keluarga,
dengan menunjuk bisa menjelaskan apa yang hendak dikatakannya.
Buku per5akapa-
5ibuat untuk pasien dengan afasia berat yang tidak dapat berbicara atau
menulis, agar dapat +berbicara, mengenai hal/hal yang tidak dapat ditunjuk di
lingkungannya. 3uku ini dibagi menjadi kelompok/kelompok pertanyaan
+siapa/apa/dimana/bilamana/bagaimana, yang ditandai dengan halaman
penanda. #yaratnya adalah pasien dapat mengerti bahasa tulis tingkat kata.
1ara penggunaan buku percakapan membutuhkan latihan sebelumnya
sehingga seorang pasien dengan afasia dapat menggunakannya sebagai alat
komunikasi dengan lingkungannya. 5iharapkan dengan menggunakan buku
percakapan secara intensif kemudian makin lancar membaca, mengucapkan
kata/kata dan menulis kata/kata.
Buku ka!e3ri
3uku tulis saku kecil pribadi pasien yang dibuat sendiri oleh pasien dan
terapis yang mudah diba(a/ba(a. 5i mana tiap halaman dicatat oleh pasien
afasia dengan beberapa kata dari kategori tertentu. 0isalnya2 halaman pertama
+identitas pribadi pasien,, halaman kedua +nama/nama anggota keluarga,,
berikutnya +nama/nama teman,, dll. #yaratnya, pasien harus mengerti bahasa
tulis tingkat kata.
"r3e-aiser Elek!r-ik
3isa digunakan seperti +buku kategori, dan keuntungannya pasien dianggap
lebih inteligen dan belajar menggunakannya biasanya tidak sulit.
PSIK"S"SIAL
1&4
"-
Apabila seseorang terkena afasia, hal itu hampir selalu terjadi secara
mendadak. =iba/tiba saja, seseorang mempunyai kesulitan besar atau kecil dalam
penggunaan bahasanya, bahkan mungkin pula disertai dengan hemiplegia,
apraksia, agnosia dll. 'al ini memba(a goncangan besar bagi seseorang yang
tidak siap menghadapinya dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. 3erikut
problema psikososial yang sering terjadi pada pasien afasia 2
1. Karena lamanya masa pemulihan pada kasus/kasus tertentu seringkali
seseorang dengan afasia mempunyai masalah dengan pekerjaannya bahkan
mungkin kehilangan mata pencahariannya sehingga disini diperlukan
keterlibatan petugas sosial medik.
". Keterbatasan dana dan biaya dari pera(atan yang cukup lama dapat menjadi
masalah yang memerlukan bantuan dan keterlibatan petugas sosial medik.
&. Aasa malu, tertekan, menarik diri akan menjatuhkan mental pasien, lamanya
perjalanan pemulihan juga memperburuk kemauan dan kinerja pasien untuk
latihan. :ntuk itu diperlukan pendekatan psikologi dalam upaya memberi
dukungan mental bahkan kalau perlu psikoterapi terhadap pasien maupun
keluarganya.
-. Ketidaksiapan dan keterbatasan keluarga untuk menerima keadaan pasien
sehingga diperlukan pemberian pengertian keluarga untuk mendukung
kegiatan di rumah.
5. Konflik dalam keluarga.
8. Kehidupan sosial pasien yang terganggu.
0asalah/masalah psikososial yang ber!ariasi ini dapat mempersulit
kondisi serta proses terapi pada pasien. 5i sinilah perlunya petugas sosial maupun
psikolog dimana dapat menjadi jembatan antara dokter, terapis maupun keluarga
dan lingkungan terhadap pasien itu sendiri.
P/"$N"SIS
1
.emulihan bicara pada pasien afasia mungkin ditentukan dengan
menggunakan satu dari banyak tes pemahaman bahasa ()A3, .;1A atau
0=55A). .ada umumnya, afasia dengan karakteristik berikut ini cenderung
memiliki prognosis yang buruk2 defisit pemahaman auditori yang berat, adanya
"5
perse!erasi, ketidakmampuan untuk memasangkan objek, ja(aban ya atau tidak
yang tak dapat dipercaya, penggunaan jargon, pembicaraan kosong tanpa adanya
koreksi. 5i antara empat tipe !ariabel prognosis yang tertera di ba(ah ini,
!ariabel medis serta !ariabel bahasa dan bicara adalah yang paling potensial.
a. .ariabel medis
1: Fak!r e!il3i. Afasia dengan etiologi !askuler memiliki prognosis yang
lebih buruk dibandingkan dengan afasia karena trauma. Afasia yang
disebabkan tumor memilki prognosis yang ber!ariasi (tetapi seringkali
buruk).
%: Lkasi lesi da- luas-2a lesi. .ada umumnya, semakin luas lesi pada
hemisfer dominan, semakin buruk prognosisnyaH lesi yang kecil tetapi jika
multipel akan menghasilkan keluaran yang burukH lesi pada sisi kiri
memiliki prognosis lebih buruk daripada lesi pada sisi kananH dan lesi
bilateral meskipun kecil memiliki prognosis yang buruk. 0eskipun
prognosis buruk dikarenakan oleh letak dan luasnya lesi, ada beberapa kasus
yang hasil penyembuhannya baik. .aling tidak, program terapi bicara harus
dipertimbangkan.
b. .ariabel ba0asa da- bi5ara
1: Ti-3ka! kepara0a- dari 3a-33ua-. 5efisit arteri serebral media seringkali
berakhir dengan afasia berat. .asien dengan kelemahan dalam memulai
bicara atau dengan impairment yang berat dalam pengenalan auditori dan
pemahaman memiliki prognosis yang buruk. 5emikian pula semakin lama
(aktu dira(at inap di rumah sakit, semakin buruk hasilnya (mungkin karena
adanya problem media lainnya yang menambah berat impairment).
%: Prses audi!ri. .asien dengan kehilangan pendengaran perifer atau
gangguan proses auditori sentral memiliki prognosis buruk.
(: Klasi+ikasi da- !ipe dari 3a-33ua-. Afasia 3roca dan )ernicke memiliki
prognosis yang sama, sedangkan afasia global memilki prognosis yang
buruk. Afasia konduksi memiliki hasil yang baik. .rognosis untuk afasia
=10 atau =1# pada umumnya baik. .ada afasia transkortikal campuran,
prognosisnya relatif baik tetapi lebih buruk dibandingkan dengan afasia
=10 atau =1#.
4: De+ek k3-i!i+ -- ba0asa& contoh, defek perseptif mayor, !isual atau
auditori, defisit memori dan atensi (jika satu dari semua ini ada,
"8
prognosisnya buruk)H adanya impairment komunikasi sebelumnya, misalnya
apraksia (jika ada, keberhasilan terapi menjadi terbatas).
5. .ariabel pasie-
1) Usia saa! -se!. #emakin muda umurnya kemungkinan hasilnya lebih baik
(kontro!ersi)
") Pe-didika-& i-!elek!ual sebelum-2a da- ke!erampila- kmu-ikasi.
.asien kreatif dengan kosakata yang banyak umumnya memiliki hasil yang
lebih baik.
&) Pemakaia- !a-3a-. .ernyataan bah(a pasien dengan pemakaian tangan
kiri hasilnya lebih baik adalah kontro!ersi (studi tampaknya
mengindikasikan pemakaian tangan tidak berhubungan dengan hemisfer
dominan, sebagai contoh banyak orang dengan tangan kiri adalah dominan
otak kiri dengan representasi bahasa sisi kiri).
-) #ul!iba0asa 7pl23l!s:. Kedua aturan Aibot dan hukum .itre tidak
menunjukkan kebenaran yang konsisten. 'ukum Aibot mengatakan bah(a
pada afasia multibahasa, penyembuhan terbaik bahasanya seperti lidah ibuH
akan tetapi hukum .itre menyatakan bah(a bahasa pada afasia multibahasa
yang dipakai konsisten pada saat onset dari afasia akan menjadi yang
pertama kali pulih kembali meskipun bahasa tersebut bukan yang pertama
kali dipelajari. #aat ini tidak ada aturan yang jelas mengenai pemulihan
kembali bahasa yang dapat diaplikasikan secara konsisten pada afasia
multibahasa. Adanya laporan yang mengindikasikan kemungkinan bahasa
lingkungan sekitar selama pemulihan menentukan bahasa pertama yang
pulih kembali.
5) Je-is kelami- mungkin tidak berhubungan dengan prognosis. 5ata
penyembuhan pada kedua jenis kelamin telah dilaporkan.
d. .ariabel lai--2a
1) Bula- sesuda0 -se!. #emakin lama melampaui batas (aktu, prognosisnya
semakin buruk.
") #!ivasi. 0oti!asi pasien kurang, hasil akhirnya juga kurang baik.
&) Li-3ku-3a- da- !i-3ka0 laku dari sis!em pe-duku-3. 5ukungan dari
keluarga pasien atau dari orang terdekat pasien akan menghasilkan outcome
yang lebih baik.
"*
BAB I.
KESI#PULAN
Afasia merupakan kelainan neurologis fokal yang didapat (contohnya,
kerusakan otak akibat stroke) yang menyebabkan kerusakan pada pengolahan
bahasa reseptif (pemahaman membaca dan mendengar) atau bahasa ekspresif
(ekspresi berbicara, intonasi, gerak tubuh, dan ekspresi tertulis) atau keduanya.
#ecara sederhana afasia dibagi menjadi " yaitu2 afasia motorik (3roca) dan
sensorik ()ernicke) atau afasia ekspresif dan reseptif. 3oston mengelompokkan
afasia ke dalam $ tipe berdasarkan fluensi, pemahaman, dan repetisi.
#ebelum merencanakan strategi penanganan pada afasia, sangatlah penting
untuk melakukan pemeriksaan pada pasien afasia agar program dan bentuk
penanganan yang diberikan sesuai. .emeriksaan yang dikembangkan di ;ndonesia
sekarang ini dinamakan +=A5;A, dimana selain bertujuan sebagai titik tolak
"$
dalam penanganan rehabilitasi juga dapat memberikan informasi kepada pasien
maupun keluarga.
'al utama dalam terapi pada afasia adalah menciptakan komunikasi dengan
pasien, dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai dengan kehendak
pasien. #etelah itu kita dapat melakukan pendekatan terapi sesuai dengan kelainan
yang dideritanya. =erapi (icara harus dilakukan secepat mungkin dengan metoda
yang tepat. 'arus diperhatikan juga sisi psikologis penderita serta hubungan sosial
ekonomi yang dapat menunjang kemajuan terapi. :ntuk itu, sangat diperlukan
pendekatan interdisipliner antara sesama profesional maupun non/profesional
yang saling membantu dalam menangani pasien afasia.
DAFTA/ PUSTAKA
1. =an 91. .ractical 0anual of .hysical 0edicine and Aehabilitation. #t. 7ouis
(0issouri)2 0osbyH 199$.
". 6uyton A1, 'all 9>. =e?tbook of 0edical .hysiology. 11
th
ed. .hiladelphia2
>lse!ier #aundersH "%%8.
&. 3atson 5), A!ent 9. Adult Deurogenic 1ommunication 5isorders. ;n2
3raddom A7. .hysical 0edicine and Aehabilitation. -
th
ed. .hiladelphia2
#aundersH "%11. p. 5-/5*
-. 5harmaper(ira/.rins A, 0aas ). Afasia 5eskripsi .emeriksaan .enanganan.
>disi Kedua. 9akarta2 3alai .enerbit <K :;H "%%".
5. #olomon 3, 3re(er 1, 3rodsky 03, .almer 93, Ayder 9. #peech, 7anguage,
#(allo(ing, and Auditory Aehabilitation. ;n2 <rontera )A, 5e7isa 9A,
editors. 5e7isaJs .hysical 0edicine F Aehabilitation .rinciples and .ractice.
5
th
ed. .hiladelphia2 7ippincott )illiams F )ilkins, a )olters Klu(er
3usinessH "%1%. p. -"%/-""
8. #her(ood 7. 'uman .hysiology <rom 1ells to #ystems. *
th
ed. 3elmont
(:#A)2 3rooks@1ole, 1engage 7earningH "%1%.
*. 1uccurullo #9. .hysical 0edicine and Aehabilitation 3oard Ae!ie(. .ark
A!enue #outh (DK)2 5emos 0edical .ublishingH "%%-.
"9
$. 5harmaper(ira/.rins A. =A5;A =es Afasia :ntuk 5iagnosis ;nformasi
Aehabilitasi. 9akarta2 3alai .enerbit <K :;H 1998.
&%

You might also like