You are on page 1of 64

BAB I

PENDAHULUAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas
neurologis akibat trauma. Insiden cedera medula spinalis di dunia diperkirakan 40 kasus
per juta setiap tahunnya (menurut Sekhon dan Fehlings, 200! National SCI Statistical
Center, 2004". #ngka insiden di #merika Serikat kurang lebih .000 kasus baru setiap
tahunnya dan 4000 kasus yang tidak dapat bertahan se$aktu mencapai rumah sakit.
4

%erbandingan indi&idu yang mengalami cedera antara laki'laki dan $anita di
#merika Serikat adalah 4 ( , yang berarti )0* adalah laki'laki. +ebih dari ,0* dari
semua kasus cedera medula spinalis terjadi pada orang usia - . /0 tahun. Cedera medula
spinalis traumatik lebih sering terjadi pada orang dengan usia kurang dari 40 tahun,
sedangkan cedera medula nontraumatik lebih sering terjadi pada orang yang usianya
lebih tua dari 40 tahun.
,
1ecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama
cedera medula spinalis, sebanyak ,0,4* sejak tahun 2000. 2ata yang diperoleh sekarang
menunjukkan ,2* cedera disebabkan oleh kekerasan, 2/,)* akibat jatuh, 0,0* karena
olah raga dan ,,-* dikarenakan penyebab lainnya
4
2aerah ser&ikal merupakan segmen &ertebra yang sering terjadi cedera akibat
kecelakaan kendaraan, khususnya mereka yang tidak memakai alat pengaman bahu dan
sabuk pengaman.
-
%enderita usia tua dengan cedera cer&ikal komplit memiliki penurunan
harapan hidup yang jelas (2e3i&o dkk, 00/".
4
+e&el cedera yang paling sering adalah
C4, C, (tersering", dan C-, sedangkan le&el untuk paraplegi adalah thoracolumbar
junction (42".
,

%enderita cedera medula spinalis perlu dilakukan penilaian kapasitas 5ungsional
untuk memprediksi kemampuan dan tingkat kemandirian akti&itas kehidupan sehari'hari
dan ambulasinya (baik berjalan dengan alat bantu atau kursi roda". 2engan demikian tim
rehabilitasi medik beserta penderita dan keluarganya dapat menetapkan sasaran yang
akan dicapai dalam rehabilitasi penderita pasca cedera medula spinalis. 6ehabilitasi pasca
akut merupakan kesinambungan yang penting karena sangat menentukan dalam menjaga
kemandirian penderita untuk selanjutnya.
,

BAB II
ANATOMI, PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kolumna Vertebrali
1olumna &ertebralis terdiri dari // tulang &ertebra yang dipisahkan oleh diskus
inter&ertebralis, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu 7 &ertebra ser&ikal, 2 &ertebra
torakalis, , &ertebra lumbalis, , &ertebra sakralis yang menyatu dan 4 &ertebra
koksigealis yang menyatu. 1orpus &ertebra merupakan tiang penunjang berat badan yang
utama, dihubungkan satu dengan yang lain oleh diskus inter&ertebralis yang ber5ungsi
sebagai peredam kejut dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
posterior. 2i bagian posterolateral terdapat pedikel dan lamina yang membentuk dinding
kanalis &ertebralis. Sendi 5aset, ligamentum 5la&um, ligamentum interspinosus dan
muskulus paraspinalis semuanya menambah stabilitas tulang belakang.
7
2

Gbr 1. Korelasi antara vertebra dan medula spinalis
/
1olum anterior terdiri dari ligamentum longitudinalis anterior dan 28/ anterior
anulus dan korpus &ertebra, kolum media terdiri dari 8/ posterior anulus dan korpus
&ertebra serta ligamentum longitudinalis posterior dan kolum posterior dibentuk oleh
arkus neuralis, ligamentum 5la&um, kapsul sendi epi5iseal, ligamentum interspinosum dan
ligamentum supraspinosum. 9ika 2 dari / kolum rusak, cedera tersebut unstable secara
intrinsik.
)
Gbr 2. Ligamen pada vertebra
Si!at K"uu Vertebra Ser#i$ali
%

Gbr 3 natomi vertebra servi!alis
4
C (atlas" (
' :erbentuk cincin yang terdiri dari 2 massa lateralis atlantis
' 4idak ada corpus &ertebra atau processus spinosus
C2 (a;is" (
' Corpus &ertebra terdapat processus odontoid
' <empunyai processsus spinosus bi5ida
C/ sampai C7 (
= 2aerah anterior
' Corpus &ertebra ( processus uncinatus, bagian lateral dari corpus &ertebra yang
mempunyai penonjolan ke superior (%rocessus uncinatus". 9ika diskus mengalami
degenerati5, maka penonjolan tersebut mendekati corpus &ertebra diatasnya.
2imana proses degenerati5 sendi tersebut disebut 9oint o5 +uschka (unco&ertebral
joint". Fungsi dari sendi +uschka adalah untuk membatasi translasi ke lateral.
= 2aerah posterior
' 4erdiri dari pedikel, processus artikularis superior dan in5erior, lamina, processus
trans&ersus, 5oramen trans&ersarium dan processus spinosus. Corpus &ertebra
C/,C4,C,,dan C- mempunyai processus spinosus bi5ida, kecuali C7.
Me&ula 'inali
<edula spinalis terdiri dari / segmen yaitu ) segmen ser&ikal, 2 segmen
torakal, , segmen lumbal, , segmen sakral dan segmen koksigeus. 2alam
perkembangannya terdapat diskrepansi progresi5 antara kolumna &ertebralis dengan
segmen'segmen medula spinalis, sehingga medula spinalis pada orang de$asa terbentang
antara 5oramen magnum sampai ke tepi ba$ah korpus &ertebra + atau tepi atas +2.
1auda ekuina adalah radiks'radiks sara5 yang terletak di sebelah kaudal medula spinalis
yang dikenal sebagai konus medularis. 2ari apeks konus tersebut berjalan suatu 5ilamen
yang halus yaitu 5ilum terminale yang melekat pada segmen pertama os koksigeus.
2alam bidang sagital, medula spinalis mempunyai 2 pelebaran, yaitu antara C/ . 42
dengan diameter terbesar pada le&el C,8C- dan antara 40 . 42.
),0,0
,
Gbr ". #otongan melintang medula spinalis Gbr$. Kedudu!an jaras%jaras medula spinalis
Cedera medula spinalis inkomplit terjadi jika terdapat destruksi inkomplit pada
traktus asenden dan atau desenden. 2ari banyak traktus, hanya traktus kortikospinalis,
traktus spinotalamikus dan kolum posterior yang penting dan mudah diperiksa secara
klinis. 4raktus kortikospinalis terdapat pada daerah posterolateral, ber5ungsi untuk
mengontrol kekuatan motorik ipsilateral, dan dapat diuji dengan kontraksi otot &olunter
atau respon terhadap stimulus nyeri. 4raktus spinotalamikus terletak di anterolateral
medula spinalis, mentransmisikan sensasi nyeri dan temperatur kontralateral, dan dapat
diuji dengan tes pin pric! dan raba halus. 1olum posterior memba$a in5ormasai
propiosepsi, &ibrasi dan tekanan dalam ipsilateral dan dapat diuji dengan sensasi posisi
pada jari atau &ibrasi dengan menggunakan garpu tala.
0
:ila tidak terdapat 5ungsi, baik motorik maupun sensorik di ba$ah le&el, ini
dikenal sebagai complete spinal cord injur&. :ila masih terdapat 5ungsi motorik atau
sensorik disebut incomplete injur& dan prognosis penyembuhan lebih baik. Sparing dari
sensasi di daerah perianal (sacral sparing" mungkin hanya satu'satunya 5ungsi yang
tertinggal. Sacral sparing didemonstrasikan dengan masih adanya persepsi sensorik di
daerah perianal dan atau kontraksi spincter rektal.
0
Suplai darah untuk medula spinalis terutama berasal dari buah a. spinalis
anterior pada 5isura mediana (untuk 28/ anterior" dan 2 buah a. spinalis posterior (untuk
8/ posterior".
)
-
De!inii
4etrapelgia adalah impairment 8 hilangnya 5ungsi motorik dan 8 atau sensorik pada
medula spinalis segmen ser&ikal oleh karena kerusakan elemen sara5 di dalam kanalis
spinalis. 4etraplegia menyebabkan gangguan 5ungsi lengan, batang tubuh, tungkai dan
organ pel&is.
2
<enurut merican Spinal Injur& ssociation (#SI#" 002, istilah tetraplegia
lebih baik digunakan daripada kuadriplegia. Istilah paresis untuk menyatakan lesi
inkomplit juga tidak tepat, sebagai gantinya dipakai istilah SI Impairment Scale yang
merupakan modi5ikasi dari Frankle, yaitu sbb (
2
A ( Kom'lit ( 4idak ada 5ungsi motorik ataupun sensorik yang terpelihara pada segmen
sacral S4 . S,.
B ( In$om'lit ( 4idak ada 5ungsi motorik, tetapi ada 5ungsi sensorik yang terpelihara di
ba$ah le&el neurologik, hingga segmen sacral S4 . S,.
) ( In$om'lit( Fungsi motorik terpelihara di ba$ah le&el neurologik, dan sebagian besar
otot kunci di ba$ah le&el neurologik mempunyai kekuatan kurang dari /.
D ( In$om'lit( Fungsi motorik terpelihara di ba$ah le&el neurologik dan sebagian besar
otot kunci di ba$ah le&el neurologik mempunyai kekuatan lebih besar
atau sama dengan /.
E ( Normal ( Fungsi motorik maupun sensorik normal
PATOFISIOLOGI
Me$anime )e&era
Cedera tulang belakan dapat berupa 5raktur, dislokasi, C<S tanpa abnormalitas
radiologi (SCI>?6#" atau cedera penetrans.
)
Fraktur tidak mempunyai tempat
predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi pada tempat'tempat antara bagian yang
sangat mobil dengan bagian yang ter5iksasi, seperti pada &ertebra C ' C2 , C, ' C- dan
4 . 42.
),/
+e&el neurologis yang paling sering dijumpai adalah C4, C,, C- di regio
ser&ikal dan 42, + pada thoracolumbar junction.
),/
Cedera ser&ikal dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi mekanisme (
7,
. %embebanan aksial (a;ial loading"
7
2. Fleksi
/. @kstensi
4. 6otasi
,. +ateral bending
-. 2istraksi
7. 4rauma langsung seperti luka tembus
<edula spinalis dan radis dapat rusak melalui 4 proses patologis sebagai berikut (
2
. 1ompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus inter&ertebralis dan hematom.
Aang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh
korpus &ertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan trauma hiperekstensi.
2. 6egangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada jaringan,
hal ini biasanya terjadi pada hiper5leksi. 4oleransi medula spinalis terhadap
regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.
/. @dema medula spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan
gangguan aliran darah kapiler dan &ena.
4. Bangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau sistem arteri spinalis anterior dan
posterior.
Mani!etai lei traumati$
+esi cedera medula spinalis akibat trauma pada tulang belakang, dapat berupa (
*+ Komoio me&ula 'inali
Aaitu kelainan medula spinalis yang bersi5at sementara dan re&ersibel.
%enyembuhan lengkap terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam, atau
dalam '2 hari, tanpa meninggalkan gejala sisa. +esi re&ersibel ini biasanya
disebabkan oleh trauma tidak langsung. Secara makroskopis medula spinalis
tampak utuh. 1elainan berupa edema, perdarahan peri&askular kecil'kecil dan
in5ark disekitar pembuluh darah, yang diduga hanya merupakan gangguan
5isiologik tanpa kerusakan anatomik. 9ika didapatkan paralisis dan de5isit sensoris
total dalam $aktu lebih dari 4) jam, maka kemungkinan penyembuhan
)
5ungsionalnya yang sempurna lebih mengarah ke perubahan anatomik daripada
5isiologik.
2
,+ Kontoio me&ula 'inali
1elainan ini sering dijumpai sebagai akibat 5raktur, dislokasi,
hiperekstensi, hiper5leksi atau rotasi tulang belakang. Suatu memar medula
spinalis tanpa merobek piameter dan pada pemeriksaan 5oto rontgen tidak
ditemukan adanya kelainan tulang belakang. %ada kelainan ini terdapat
perdarahan interstitial dalam substansi medula spinalis. 1elainan bersi5at
permanen dan meninggalkan gejala'gejala sisa. %erubahan medula spinalis lebih
bersi5at anatomis daripada 5isiologis. %erdarahan di dalam substansia alba
memperlihatkan adanya bercak'bercak degenerasi >allerian dan pada kornu
anterior terjadi hilangnya neuron yang diikuti proli5erasi mikroglia dan astrosit.
1ontosio medula spinalis merupakan mani5estasi terbanyak dari cedera medula
spinalis.
2
%+ Laeraio me&ula 'inali
4rauma yang hebat pada medula spinalis dapat menghasilkan laserasio,
dimana menyebabkan terjadinya kerusakan yang lebih berat daripada kontosio
dengan disertai robeknya piameter dan transeksi parsial atau total dari medula
spinalis. :iasanya penyebab lesi ini adalah trauma langsung seperti luka tembah,
tertusuk benda tajam atau 5ragmen tulang dan 5raktur dislokasi &ertebra.
2
%ada
pungsi lumbal dapat ditemukan adanya likuor yang bercampur banyak darah.
%erubahan yang terjadi mirip dengan kontosio, hanya saja disini terdapat disrupsi
dari kontinuitas medula spinalis, disertai perdarahan dan edema meningen, serta
terjadinya nekrosis pada medula spinalis

-+ Kom'rei me&ula 'inali


1eadaan ini dapat disebabkan oleh 5raktur atau dislokasi dari salah satu
korpus &ertebra, hematom ekstrameduler traumatik (perdarahan epidural dan
perdarahan subdural", medula spinalis tertekan kepingan tulang belakang yang
patah dan terselip diantara duramater dan kolumna &ertebralis.
2
%ada permulaan kompresi ditemukan kolaps pembuluh darah spinalis dan
meningeal, dengan iskemia medula spinalis yang re&ersibel. #pabila segera
0
dilakukan tindakan laminektomi dekompresi pada kasus'kasus 5raktur dislokasi
dengan gangguan segmen sara5 yang jelas, akan cenderung sembuh. #pabila tidak
ditangani timbul in5ark medula spinalis dan terjadi edema serta nekrosis.
2
DIAGNOSIS
Penilaian neurolo.i$ 'a&a /e&era me&ula 'inali
<asing'masing radiks posterior menerima in5ormasi sensorik dari area kulit yang
disebut dermatom. 2emikian juga tiap'tiap radiks mensara5i kelompok otot yang disebut
miotom. Sebuah dermatom merupakan area kulit yang berbatas tegas, segmen medula
spinalis untuk dermatom. Sedangkan untuk miotom, radiks'radiks mensara5i lebih dari
otot dan kebanyakan otot disara5i oleh lebih dari radiks.
),/
Penentuan leta$ 0 tin..in1a lei
+etak 8 tinggi lesi medula spinalis dapat diperkirakan dengan patokan (
Pemeri$aan motori$
Cntuk memeriksa 5ungsi motorik, dipakai 0 pasang miotom. ?tot'otot ini dipilih
karena sesuai untuk segmen tertentu dan mudah diperiksa dalam berbagai posisi.
1elompok otot kunci tersebut adalah
,7,),2
(
C, . Fleksor sendi siku
C- . @kstensor pergelangan tangan
C7 . @kstensor sendi siku
C) . Fleksor jari (5alang distal dari jari tengah"
4 . #bduktor jari (kelingking"
+2 . Fleksor sendi panggul
+/ . @kstensor sendi lutut
+4 . 2orso5leksor pergelangan kaki
+, . @kstensor ibu jari kaki
S . %lantar5leksor pergelangan kaki
0
Pemeri$aan enori$
%ada pemeriksaan yang lengkap mencakup pemeriksaan pada titik'titik kunci (key
points" untuk masing'masing dari 2) pasang dermatom pada sisi kiri dan kanan tubuh.
%emeriksaannya meliputi 2 aspek sensorik yaitu sensibilitas terhadap pin prick (tusukan
jarum" dan light touch (raba ringan".
,7,),2
Dasilnya dinilai dengan skor (
0 E tidak dapat merasakan
E kurang merasakan (hipestesi atau hipersestesi"
2 E normal
F4 E tidak dapat dinilai
Ke1 'oint terebut terleta$ 'a&a linea mi&$la#i$ulari, eba.ai beri$ut 2
,7,),2
C2 E protuberansia oksipitalis
C/ E 5ossa suprakla&ikularis
C4 E puncak sendi akromiokla&ikularis
C, E sisi lateral 5ossa antekubiti
C- E ibu jari
C7 E jari tengah
C) E jari kelingking
4 E sisi medial 5ossa antekubiti
42 E puncak aksila
4/ E spasium interkostal III
44 E spasium interkostal I3 (papilla mammae"
4, E spasium interkostal 3 (antara 44 dan 4-"
4- E spasium interkostal 3I (si5isternum"
47 E spasium interkostal 3II (antara 4- dan 4)"
4) E spasium interkostal 3III (antara 4- G 40"
40E spasium interkostal IH (antara 4) dan 40"
40 E spasium interkostal H (umbilikus"
4E spasium interkostal HI (antara 40G 42"
42 E pertengahan ligamentum inguinalis
+ E pertengahan antara 42 dan +2
+2 E pertengahan anterior paha
+/ E kondilus 5emoralis medialis
+4 E maleolus meedialis
+, Edorsum pedis pada sendi
metatarso5alangeal III
S E lateral tumit
S2 E 5ossa poplitea pada garis tengah
S/ E tuberositas iskii
S4',E daerah perianal (dianggap sebagai le&el"
Cntuk tujuan e&aluasi, dapat dilakukan pemeriksaan 5ungsi sensorik lain yaitu
sensibilitas terhadap posisi dan tekanan dalam 8 nyeri dalam. Skala yang digunakan sama
dengan skala sensorik seperti diatas. 2isarankan agar satu sendi saja yang diperiksa untuk
masing'masing ekstremitas yaitu jari telunjuk dan jempol kaki.

Gbr '. (ermatom


Penentuan le#el 0 tin..in1a /e&era
,7,),2
+e&el neurologik adalah segmen medula spinalis paling kaudal yang masih
mempunyai 5ungsi sensoriki dan motorik normal pada kedua sisi tubuh.
+e&el sensorik adalah segmen medula spinalis paling kaudal yang masih
mempunyai 5ungsi sensorik normal pada kedua sisi tubuh.
+e&el motorik adalah segmen medula spinalis paling kaudal yang masih
mempunyai 5ungsi motorik normal pada kedua sisi tubuh. Sesuai kesepakatan, suatu otot
yang mempunyai nilai / dapat dianggap mempunyai ener&asi utuh dan ditentukan
sebagai le&el motorik, asalkan kekuatan otot kunci 4 atau ,. ?tot yang mempunyai nilai 4
dianggap mendapatkan iner&asi penuh karena pada keadaan cedera ada 5aktor'5aktor yang
menghambat kekuatan penuh seperti nyeri, posisi penderita, hipertoni dan disuse (jika
5aktor'5aktor tersebut tidak ada, nilai 4 tidak dianggap normal". 9adi le&el motorik
dide5inisikan sebagai otot kunci terba$ah yang bernilai / dengan nilai otot kunci
diatasnya adalah normal (4 atau ,".
2
Gbr ). (iagram SI Impairment Scale
+e&el skeletal adalah le&el dimana secara radiologis ditemukan kerusakan
&ertebra yang paling parah.
Cedera inkomplit jika terdapat sebagian 5ungsi sensorik atau motorik yang
terpelihara di ba$ah le&el neurologik dan termasuk segmen sacral terba$ah. Sensorik S4'
, diperiksa pada anal musculocutaneus junction dan sensasi anal dalam. Cntuk menilai
motorik S4',, diperiksa kontraksi s5ingter ani eksternus secara &olunter dengan cara
pemeriksaan digital. %emeriksaan ini dikenal dengan sacral sparing de*inition.
Cedera komplit jika tidak ada 5ungsi sensorik maupun motorik pada segmen
sacral terba$ah. Aang perlu diingat adalah syok spinal, yaitu keadaan 5laksid dan
hilangnya re5leks setelah terjadinya cedera medula spinalis. %ada syok spinal mungkin
akan tampak seperti lesi komplit, $alaupun tidak seluruh bagian rusak. +ama
berlangsungnya syok spinal ber&ariasi.
/
Penentuan Luan1a )e&era
Lesi yang komplit (lesi transversal total)
Seluruh penampang melintang medula spinalis terkena sehingga memberikan
gejala gangguan motorik, sensorik dan otonom. Bangguan motorik setingkat lesi bersi5at
+<F, sedangkan di ba$ah lesi bersi5at C<F. Cedera akut akan menimbulkan syok
spinal dimana semua re5leks menghilang, seolah'olah bersi5at +<F. 1eadaan ini
berlangsung kira'kira /'4 minggu.
0
Gbr +. Lesi transversal total
Lesi yang tidak komplit (lesi transversal partial)
4rauma di region ser&ikal dapat menyebabkan lesi parsial pada medula spinalis,
seperti berikut (
*+ )entral )or& S1n&rome
:iasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi pada penderita tua dengan
ri$ayat stenosis kanalis ser&ikalis (sering disebabkan karena osteoarthritis
degenerati5". Aang khas yaitu kelemahan ekstremitas atas yang lebih berat
daripada ekstremitas ba$ah (karena secara topogra5i, traktus kortikospinalis yang
memberi persara5an untuk ekstremitas atas dari segmen ser&ikal terletak lebih ke
tengah 8 pusat medula spinalis". %roses penyembuhan dimulai dari ekstremitas
ba$ah, 5ungsi kandung kemih, lalu ke proksimal yaitu ekstremitas atas dan
tangan. %rognosis central cord syndrome lebih baik dibandingkan cedera
inkomplit yang lain.
,2,/,7,),0,,2,/
4
Gbr ,. Central Cord S&ndrome
,+ Anterior )or& S1n&rome
+esi mengenai traktus kortikospinalis dan traktus spinotalamikus pada 28/
anterior medula spinalis. 4erjadi kelemahan tipe +<F bilateral pada otot yang
dipersara5i segmen yang terkena lesi, sedangkan kelemahan tipe C<F di ba$ah
tingkat lesi. Bangguan sensorik nyeri, suhu dan raba (protopatik" bilateral dari
tingkat lesi ke ba$ah, sedangkan propiosepti5 tetap utuh. 4erjadi juga gangguan
miksi dan de5ekasi.
,2,/,7,),0,,2,/
Gbr 1-. nterior Cord S&ndrome
%+ Poterior )or& S1n&rome
1ekuatan dan sensasi protopatik baik, tetapi ditemukan hilangnya sensasi
propiosepti5.
4
,
Gbr11. #osterior Cord S&ndrome
-+ Bro3n Se4uar& S1n&rome
%ada tingkat lesi terjadi kelumpuhan motorik tipe +<F ipsilateral,
gangguan sensibilitas propiosepsi ipsilateral serta gangguan sensibilitas protopatik
ipsilateral dan kontralateral. %ada tingkat di ba$ah lesi terjadi kelumpuhan
motorik tipe C<F ipsilateral, gangguan sensibilitas propiosepti5 ipsilateral dan
gangguan protopatik kontralateral.
,2,/,7,),0,,2,/
Gbr 12. .ro/n Se0uard S&ndrome
Pemeri$aan ra&iolo.i$
%emeriksaan 5oto polos rutin posisi lateral antero'posterior dan obliI pada daerah
yang diperkirakan mengalami trauma penting untuk memperlihatkan adanya 5raktur dan
mungkin disertai dengan dislokasi. 2engan 5oto lateral tanda'tanda instabilitas, 5raktur
5aset sendi posterior atau pedikel lebih mudah tampak. %enyembuhan cedera pada
&ertebra torakal dan lumbal akan tampak secara radiologis setelah ) . 0 minggu. 9ika
5oto polos normal atau tidak menunjukkan hasil yang jelas untuk sindrom cedera medulla
spinalis, maka proyeksi saat 5leksi ekstensi diperlukan untuk stabilitas ligament. C4
-
sangat berman5aat untuk pemeriksaan lanjutan jika ada abnormalitas 5oto polos dan
memperjelas perubahan spondilotik. %enekanan pada kanalis spinalis dapat diperlihatkan
C4 dan suatu aproksimasi tak langsung pendesakan medulla spinalis dapat diperlihatkan
pada C4. :agaimanapun juga bukti langsung dan pendesakan medulla spinalis dari
tulang, discus atau hematoma hanya dapat diperlihatkan dengan mielogra5i 8 <6I.
Sekarang lebih disukai <6I karena kemampuannya untuk menunjukkan secara jelas
derajat dan perluasan de5ormitas medula spinalis.
PENILAIAN FUNGSIONAL PADA )EDE5A MEDULA SPINALIS
Cntuk menggambarkan dampak cedera medula spinalis pada seseorang serta
untuk memonitor8menge&aluasi kemajuan pengobatan, dipakai instrumen 1unctional
Independence 2easure (FI<" yang merupakan standar untuk mengukur akti&itas hidup
sehari'hari yang mampu dilakukan oleh penderita.
,),2
1unctional Independence 2easure (FI<", terdiri dari 7 skala untuk menilai )
item di dalam - kategori (mobillitas, ambulasi, pera$atan diri, 5ungsi :#:8:#1,
komunikasi, dan sosial kogniti5". %ada skala FI<, skor menunjukkan total dependence
terhadap asisten, skor 7 menunjukkan independence. Sedangkan skor antara dan 7
menunjukkan derajat perbedaan kebutuhan asisten atau alat bantu untuk melakukan
kegiatan tertentu.
,),2
7
BAB III
PENATALAKSANAAN
4ujuan penatalaksanaan cedera medula spinalis adalah ( (" mempertahankan
5ungsi neurologik yang masih baik, (2" mencegah memburuknya de5ek neurologik yang
ada, (/" rehabilitasi segera.
0
Tin&a$an 'en.elolaan !ae a$ut
%ertolongan pertama di tempat kejadian dan selama 5ase akut sangat menentukan
kelangsungan hidup dan makin beratnya kerusakan di medula spinalis. 4indakan yang
perlu diperhatikan adalah (
. Imobilisasi
Setiap penderita yang dicurigai mengalami cedera tulang belakang harus dilakukan
imobilisasi untuk proteksi &ertebra sampai cedera &ertebra dapat disingkirkan, dengan
pemeriksaan 5isik maupun penunjang.(bernita" %enderita trauma ser&ikal membutuhkan
imobilisasi dengan memakai cer&ical collar, bila perlu dengan tambahan penyangga
seperti bidai, plester dan tali pengikat.
#da 2 macam cer&ical orthosis, yaitu (
a. Cer&ical orthosis (C?" contoh ( so5t collar, hard collar, %hiladelphia collar.
b. Cer&icothoracic ?rthosis (C4?" contoh( Sterno'?ccipito'<andibular immobiliJer
(S?<I", Aale brace, <iner&a brace, Dalo brace.

Gbr 13. So*t collar Gbr 1". #hiladelphia collar
)

Gbr 1$. Sterno%3ccipito%2andibular Gbr 1'. 4ale cervicothoracic ortosis
Immobili5er 6S32I7

Gbr 1). 8alo device 9 vest
1
Gbr 1+. 3riginal 2inerva design
2ilain pihak, imobilisasi penderita dengan dasar keras seperti bac!board yang terlalu
lama akan menyebabkann rasa tidak nyaman dan ulkus dekubitus. Long spine board
dipergunakan hanya sebagai alat transportasi penderita dan dilepas secepatnya bila
memungkinkan. :ila tidak, dalam $aktu 2 jam penderita harus dilepaskan dari spine
board dan dilakukan log roll tiap 2 jam untuk mengurangi resiko ulkus dekubitus.
,7,0,,
2. Cairan intra&ena
%emberian cairan intra&ena dibatasi hanya untuk maintenance saja, kecuali bila ada
syok. %erlu juga dilakukan monitoring cairan tubuh dengan pemasangan kateter urine dan
pipa nasogastrik.
7
0
/. ?bat'obatan
%ada penderita cedera medula spinalis yang bukan akibat luka tembus ( diberikan
metilprednisolon dalam ) jam pertama setelah cedera. 2osisnya adalah /0 mg 8 kg bolus
dalam , menit, dilanjutkan ,,4 mg 8 kg 8 jam untuk 2/ jam berikutnya.
),7,0
4. 4indakan bedah
4ujuan tindakan pembedahan (
2
' <eminimalkan kemungkinan terjadinya de5isit neurologis
' <engembalikan integritas kolum spinalis semaksimal mungkin
' <engurangi kemungkinan terjadinya in5eksi
' ?ptimalisasi rehabilitasi 5ungsional
4indakan pembedahan dapat berupa (

' Stabilisasi ( Fiksasi &ertebra


' #lignment ( 6eposisi dislokasi
' 2ekompresi ( +aminektomi dekompresi5
' <engangkat 5ragmen tulang atau benda asing yang menekan
4indakan bedah dilakukan setelah keadaan umum penderita stabil yaitu 24'4) jam
setelah cedera. 4indakan pembedahan kurang dari -') jam setelah cedera akan menambah
kerusakan medula spinalis dan memperberat derajat de5isit neurologis.
/
%ada patah tulang belakang dengan cedera tran&ersal total, tindakan bedah
terutama ditujukan untuk memudahkan pera$atan agar supaya dapat segera dimobilisasi.
4indakan mobilisasi ini bertujuan menghindari penyulit in5eksi saluran na5as, in5eksi
saluran kencing dan dekubitus. <obilisasi mulai dilakukan 24 jam sesudah operasi yaitu
terlentang kemudian dilajutkan dengan miring'miring. Dari ke'/ setelah operasi penderita
boleh duduk.
ASPEK 5EHABILITASI MEDIK
Tim 5e"abilitai
<enurut >D?, 6@D#:I+I4#SI adalah semua tindakan yang bertujuan untuk
mengurangi dampak disabilitas 8 handicap agar penderita cacat dapat berintegrasi dalam
20
masyarakat. 2ikenal ada 6ehabilitasi <edik, 6ehabilitasi Sosial, dan 6ehabilitasi
3okasional. 6@D#:I+I4#SI <@2I1 adalah suatu proses pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan 5ungsional dan psikik indi&idu dan kalau
perlu mengembangkan mekanisme kompensasinya agar dapat berdikari.
7
Cntuk mencapainya, diperlukan rehabilitasi yang komprehensi5, yaitu suatu tim
interdisiplin terdiri dari ( dokter sebagai pimpinan tim, pera$at, terapis okupasional,
terapis 5isik, terapis $icara, ortotis prostetis, pekerja sosial, psikolog dan lain'lain sesuai
kebutuhan penderita.
/
%elaksanaannya dapat dibagi 4 tahap sebagai berikut (
2,/
. 4ahap sur&i&al (pre stabilisasi"
2. 4ahap penyesuaian diri
/. 4ahap latihan kerja
4. 4ahap resosialisasi
A&+* Ta"a' ur#i#al
#dalah program rehabilitasi medik yang dilaksanakan pada 5ase akut, merupakan
tahap yang paling kritis bagi penderita. 4ujuan dari penanganan dalam tahap ini adalah (
memproteksi medula spinalis yang mengalami cedera dan mobilisasi dini. %rogram
rehabilitasi yang diberikan (
a. %osisi penderita diatur dengan bantuan bantal. %erubahan posisi dilakukan dengan
metode log rolling (seluruh tubuh, kepala, dan tungkai bergerak bersama".
2iperlukan minimal / orang untuk melakukannya, bantuan keluarga penderita
dapat diman5aatkan.

Gbr 1,. log rolling penderita cedera medula spinalis
2
b. #roper positioning, agar tidak terjadi gesekan pada kulit, terutama pada bagian
dimana terdapat tulang yang menonjol.

Gbr 2-. #roper positioning
c. #lih baring tiap 2 jam, dilaksanakan dengan ketat untuk mencegah timbulnya
ulkus dekubitus. :isa menggunakan tempat tidur khusus (Str&!er *rame". Csaha
pencegahan dekubitus ini harus dimulai saat terjadinya cedera. 2ekubitus
disebabkan oleh iskemia, akibat penekanan terus menerus terutama pada
penonjolan tulang, tidak hanya mengenai kulit tetapi juga lemak subkutan dan
otot. 4empat yang paling sering terjadi dekubitus adalah tuberositas iskiadikus,
trokanter mayor dan sacrum. %emeriksaan secara teratur dengan menggunakan
cermin dan kepada penderita diberi pengertian tentang trauma kecil terakumulasi
dan segala akibatnya. %ada saat sudah mampu duduk di kursi roda, tiap , menit
penderita diminta mengangkat tubuhnya selama , detik, untuk mengurangi e5ek
penekanan di tempat'tempat tertentu tubuhnya.
Gbr 21. lih baring
d. +atihan ditempat tidur (bed e:ercise"
e. +atihan lingkup gerak sendi (;32 e:ercise"
4ujuan ( latihan untuk mempertahankan +BS normal, mencegah kontraktur,
mempertahankan panjang otot dan melancarkan aliran darah pada anggota gerak,
22
terutama pada anggota gerak ba$ah untuk mencegah terjadinya deep vein
thrombosis.
a+ Lati"an lin.$u' .era$ en&i 'ai!
' latihan +BS pasi5 diberikan apabila kekuatan otot anggota gerak K
(trace".
' 2igerakkan secara pasi5 dengan luas lingkup gerak sendi yang penuh.
Danya menggunakan tenaga dari luar 8 tenaga pelatih.
' 2osis ( ?ptimal ( 0 kali +BS untuk setiap sendi
<inimal ( / kali +BS untuk setiap sendi
Ideal ( dilakukan , kali setiap gerakan sendi, lama latihan , menit
untuk setiap kali latihan dan minimal 2 kali dalam sehari.
2ilakukan sedini mungkin.
' %erhatian khusus diberikan untuk +BS dan mobilitas bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari'jari, karena bila sendi'sendi ini kaku, nyeri
atau edema, maka dikemudian hari kelak akan menghambat kemungkinan
untuk mandiri, menggerakkan kursi roda atau memindahkan dirinya
sendiri.

Gbr 22. Latihan LGS pasi* e!stremitas atas penderita cedera medula spinalis


Gbr 23. Latihan LGS pasi* e!stremitas ba/ah penderita cedera medula spinalis
2/
b+ Lati"an lin.$u' .era$ en&i a$ti!
' Cara dan dosis latihan sama dengan latihan +BS pasi5, hanya anggota
gerak digerakkan secara akti5 oleh penderita sendiri. 2ilakukan pada
anggota gerak yang lemah maupun yang sehat.
' #da 2 macam latihan +BS akti5 ( (." +atihan +BS akti5 dibantu
( kekuatan otot 2, menggunakan gabungan tenaga pelatih dan penderita,
tujuan untuk meningkatkan +BS ", dan (2" +atihan +BS akti5 ( kekuatan
otot /, menggunakan tenaga penderita, tujuan untuk mempertahankan
+BS dan endurance otot "
/+ Lati"an 'en.uatan otot 6strengthening exercise7
' 2isebut juga latihan +BS akti5 dengan tahanan (active resistive ;32
e:ercise"
' Syarat ( kekuatan otot L / (5air"
' Indikasi ( adanya kelemahan otot. 2alam hal ini untuk anggota gerak atas
dan ba$ah, sebagai persiapan agar nantinya mamapu ber5ungsi sebagai
alat gerak dengan bantuan kursi roda (persiapan trans5er dan ambulasi".
' 4eknik ( +atihan akti5 dengan mela$an suatu tahanan yang progresi5 untuk
sekelompok kecil otot (5leksor, ekstensor, abduktor, adduktor, rotator,
pronator, supinator"
4erdapat , cara teknik latihan (
. 1onsentrik, suatu kontraksi memendek, kontraksi otot mendekatkan
origo dan insersio. 1ekuatan lebih besar dari tahanan.
2. @ksentrik, suatu kontraksi yang memanjang, otot diperpanjang secara
akti5 oleh kekuatan dari luar.
/. Isometrik (static", kontraksi otot tanpa gerakan sendi
4. Isotonik, pergerakan otot dengan beban yang sama, oleh suatu
kontraksi otot.
,. Isokinetik, pergerakan otot dengan berbagai maccam beban, dengan
suatu kontraksi otot pada kecepatan sama (biasanya dynamometer"
24
2osis ( lama latihan 0 ; 0 detik setiap kelompok otot, dilakukan 2 kali
dalam sehari, sedini mungkin, bila tidak terdapat tanda'tanda resiko tinggi.
&+ Lati"an 'ere.an.an otot 6stretching exercise7
' latihan ini diberikan bila telah terjadi kontraktur ringan pada anggota gerak
yang mengalami 5raktur.
' teknik ( dosis dan kontra indikasi sama dengan latihan +BS. Danya kalau
terdapat keterbatasan +BS, sendi diregangkan sampai sedikit diatas batas
nyeri.
' +atihan ini harus dilakukan dengan hati'hati
e+ Lati"an berna!a 6breathing exercise7
' Cntuk mencegah hipostatik pneumonia, latihan berna5as perlu diberikan
untuk memperbaiki gerak ekspansi torak, pada posisi penderita tidur
miring (side l&ing" atau terlentang 6supine".
' +atihan berna5as terdiri (
+atihan perna5asan dia5ragma dan perut yaitu latihan berna5as
dengan dia5ragma atau perut, dimana $aktu ekspirasi otot perut yang
berkontraksi ditekan dengan tangan atau beban 0,2, . 0,, kg, agar otot
perut lebih kuat memberikan dororngan kepada dia5ragma kearah apikal
paru (pada posisi terlentang". +atihan diulang ,'0 kali setiap latihan,
dilakukan 2;8hari, pagi dan malam hari sebelum tidur. 4ujuan latihan(
memperkuat otot dia5ragma dan mengubah pola berna5as dari tipe torakal
ke abdominal 8 dia5ragma. +atihan batuk e5ekti5 juga perlu diberikan pada
penderita yang tirah baring lama untuk mencegah penumpukan sputum
dan kolaps paru

Gbr 2". Latihan batu! e*e!ti* dengan bantuan< 6a=b7 1 terapis= 6c=d7 2 terapis
2,

Gbr2$. Latihan batu! e*e!ti* dengan asisten di !ursi roda
Gbr 2'. Latihan batu! e*e!ti* secara mandiri 6lesi !omplit diba/ah C'7
+atihan Mpursed lips breathingN. 4ujuan latihan untuk membuka
bronkus'bronkus yang kolaps sehingga tidak terjadi air tapping. 2alam
latihan ini, ekspirasi dilakukan melalui mulut seperti meniup, sehingga
tekanan dalam bronkus akan menjadi lebih besar. :ronkus yang kolaps
akan terbuka sehingga &entilasi akan lebih baik. 2isamping itu, latihan ini
melatih penderita untuk melakukan ekspirasi dengan lambat dan melatih
koordinasi perna5asan, sehingga tercapai &entilasi yang baik.
+atihan ekspansi thorak (chest mobili5ation e:ercise". :ertujuan
untuk menggerakkan daerah yang dibatasi oleh tulang iga, lebih besar dari
jaringan paru diba$ahnya, sehingga akan memperbaiki gerakan rongga
dada. 2alam latihan ini, pada saat penderita inspirasi, penderita
menggerakkan kedua lengannya keatas dan ke ba$ah membentuk huru5
M&N diatas kepalanya.
!+ Pen.elolaan !un.i $an&un. $emi" 0 bla&&er 2
2imulai metode kateterisasi berkala
.+ Pen.elolaan !un.i bo3el 2
%enderita perlu mendapat diit tinggi serat dan asupan cairan yang adekuat.
@&aluasi tinja setiap hari dengan memakai pelunak tinja, suppositoria,
2-
stimulasi digital dan jika perlu enema. 4etapi penggunaan jangka panjang
laksati5 tidak dianjurkan.
A&+, Ta"a' 'en1euaian &iri
4ujuan ( untuk memba$a penderita cedera medulla spinalis dari keadaan tergantung
pada pera$at, kearah kemampuan untuk menolong diri sendiri dalam akti5itas
sehari'hari. 2alam tahap ini yang berperan adalah 5isioterapis dan terapis
okupasi.
),/,7,)
%rogram yang diberikan (
a. <elanjutkan program tahap sebelumnya, terutama yang harus diperhatikan adalah
latihan :#: dan :#1.
b. +atihan penguatan otot diperlukan untuk memprekuat otot'otot leher, bahu, lengan
dantangan untuk menunjang kemampuan 5ungsional di kemudian hari.
c. +atihan +BS.
d. +atihan dengan Otilt table> untuk adaptasi ke posisi tegak. :ila tidak mempunyai
Otilt table>, program diatur dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur secara
bertahap setiap hari, sampai penderita dapat duduk tanpa keluhan. 9angan dibiarkan
penderita berada dalam posisi setengah duduk lebih dari /0 menit untuk satu $aktu,
karena dapat menimbulkan tekanan gesek (shearing *orce" pada sakrum, yang
menyebabkan terbentuknya ulkus dekubitus.

Gbr 2). ?ilt table Gb 2+. #enderita dengan tilt table
Setelah 0 minggu dari cedera, latihan yang diberikan (
' +atihan duduk dan latihan'latihan sambil duduk, latihan keseimbangan.
27
%ada saat mula'mula dipindah ke kursi roda perlu $aktu beberapa hari bagi pasien
dapat duduk tegak dengan baik. %aralisis otot'otot tubuh seringkali mengganggu
keseimbangan dan bagi pasien hal ini sangat mengganggu. 9ika duduk tegak maka
pasien akan merasakan gejala'gejala seperti hipotensi antara lain pusing dan mual.
:iasanya secara bertahap pasien dapat menyesuaikan diri. 9ika hal ini terus
berlanjut, maka dapat digunakan Otilt table> untuk membantu pasien membiasakan
diri duduk tegak.

Gbr 2,. 2obilisasi berbaring !e dudu! dengan alat bantu 6lesi !omplit diba/ah C'7
Setelah 2 minggu, diberikan latihan mobilitas, yang meliputi latihan pindah dan latihan
jalan 8 ambulasi. +atihan yang diberikan (
' ?rans*er training
2imulai dengan latihan berpindah tempat, dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya, dari kursi roda ke kursi biasa dan sebaliknya, menggerakkan kursi roda,
2)
pindah dari kursi roda ke >C dan sebaliknya, latihan keseimbangan sambil
bergerak dalam kursi roda. %emakaian kursi roda harus dipesan yang sesuai untuk
tiap penderita. Idealnya penderita dipesankan kursi roda sedini mungkin yang
tipenya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. >aktu yang paling tepat adalah saat
penderita mulai belajar duduk. %emilihan jenis kursi roda sangat tergantung kepada
usia, ukuran tubuh, tinggi badan dan berat badan serta ditentukan oleh kekuatan
lengan. +atihan mengendalikan kursi roda diberikan sampai penderita betul'betul
yakin akan kemampuannya. #ntara lain latihan tersebut adalah bagaimana cara'cara
melintasi pintu, permukaan lantai yang tidak rata, kemiringan dari trotoar. 1epada
penderita juga diajarkan cara'cara mundur dengan baik.
%ada tahap ini, penderita melakukan :#: pada kloset duduk. :ila tidak punya
kloset duduk dapat dibuat kloset dari kursi yang dilubangi tengahya dan dibagian
ba$ahnya diberi penampungan kotoran.

Gbr 3-. ?rans*er pada penderita dengan lesi !omplit diba/ah C'
20
Gbr 31. ?rans*er pada penderita dengan lesi !omplit di ba/ah C)
' +atihan ambulasi
%enderita tetraplegi diberikan latihan ambulasi dengan menggunakan kursi roda.
9ika penderita sedang berada diatas kursi roda, perlu diingatkan agar setiap jam
mengangkat pantat beberapa kali, untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus
Gbr 32. Cara mengurangi te!anan di !ursi roda secara mandiri6lesi !omplit diba/ah C)7
Gbr33. 2engurangi te!anan dengan bantuan
' Selanjutnya penderita dilatih untuk melaksanakan akti&itas kehidupan sehari'hari
(#1S" dan kemampuan untuk mera$at diri sendiri8 personal, meliputi (
memakai dan membuka pakaian
membersihkan diri
memakai brace dan sepatu serta membukanya
bergerak dengan kruk dan brace
naik dan turun tangga
/0
naik dan turun becak 8 kendaraan lainnya
makan dan minum, dan lain sebagainya
Hi&rotera'i
0
%enangananan pasien cedera medula spinalis dapat diberikan juga terapi akuatik
(6ehabilitasi #kuatik E 8&droterapeutics= /ater e:ercise". Cntuk mencapai tingkat
kebugaran yang tinggi dan mempertahankan gaya hidup sehat, penderita dengan cedera
medula spinalis memerlukan aturan akti5itas yang luas.
@5ek terapeutik latihan dalam air adalah (
a. <enambah relaksasi
b. <empertahankan atau meningkatkan +BS
c. <elatih kembali otot'otot yang lumpuh
d. <enguatkan otot yang lemah dan meningkatkan po$er dan endurance
e. <endorong untuk berjalan dan kegiatan 5ungsonal dan rekreasional yang lain
5. <emberikan pasien dorongan dan keyakinan dalam melaksanakan latihannya
dengan demikian meningkatkan semangat juangnya.
4erapi latihan dalam kolam diberikan kira'kira setelah )'2 minggu setelah cedera,
akti&itas dapat dengan duduk, berlutut, mengapung atau berdiri.
1ontra indikasi untuk memba$a pasien dengan cedera sumsum tulang
belakang ke dalam kolam meliputi ( (" 5ebris, (2" penyakit in5eksi, (/" skin rashes, (4"
tekanan darah yang tidak terkontrol atau rendah, (," kejang yang tidak terkontrol atau
baru terjadi, (-" tracheostomy, (7" :#: yang tidak terkontrol dan inkontinensia urine, ()"
menstruasi.

/

Gbr 3". Latihan di !olam renang pada penderita cedera medula spinalis
Functional Electrical Stimulation
1unctional electrical stimulation (F@S" secara langsung pada otot dan sara5
penderita cedera medula spinalis dapat mencetuskan akti&itas dan koordinasi gerak yang
merupakan penatalaksanaan rehabilitasi yang berman5aat untuk mengoptimalkan 5ungsi
sara5 (%rochaJka dkk, 2002".
4
#kibat pergerakan tersebut dapat mengembalikan atro5i
otot dan dapat meningkatkan activit&%dependent plasticit& dari medula spinalis (Field'
Forte, 2000! >olpa$ dan 4ennissen, 200". #plikasi secara khusus dari F@S adalah untuk
memperbaiki 5ungsi ekstremitas atas dan ba$ah, bladder dan 5ungsi respirasi.
4

Neuroprosthesis yang ditanamkan untuk mengembalikan 5ungsi motorik
secara partial pada ekstremitas atas sudah diakui oleh @nited States 1ood and (rug
dministration pada penderita tetraplegi setelah tahun post cedera medula spinalis
(Creasey dkk, 2004! 6upp dan Berner, 2004". Sistem tersebut mempunyai bermacam
komponen yang harus ditempatkan pada penderita dan digabungkan dengan program
intensi5 rehabilitasi. %enanaman neuroprosthesis tersebut sangatlah minimall& invasive
dan dapat diangkat tanpa menimbulkan bekas luka. (<ulcahey dkk, 2004".
4

F@S tidak akan e5ekti5 bila sara5 telah mengalami dener&asi. 1ontra indikasi
pemakaian internal F@S (penanaman elektroda" adalah adanya cardiac pacemakers,
spastisitas yang tidak terkontrol, dan sepsis.
2-
/2
6A7 6B7
Gbr 3$. 67 1AS untu! penderita tetraparese 6.7 1AS untu! penderita paraparese
O$u'ai Tera'i
4ujuan latihan (
. #kti&itas kehidupan sehari'hari
2. %enilaian pekerjaan dan penempatan kembali
/. %enguatan otot'otot punggung dan ekstremitas atas
4. <empertahankan sisa 5ungsi yang masih ada
,. <embangkitkan kembali semangat penderita
-. <encegah kontraktur otot
9adi terapi okupasi memberikan latihan keterampilan kepada penderita agar dapat
mencapai 5ungsi yang maksimum (ambulasi, trans5er, #1S". Sebelum penderita kembali
ke rumah 8 ke tempat kerja perlu dibuatkan alat'alat yang dimodi5ikasi sesuai dengan
tingkat disabilitas penderita.
//
Gbr 3'. lat bantu !emandirian untu! KS
Tera'i 'i$ooial
Sebagian besar penderita cedera medula spinalis mengalami perubahan sikap
mental menjadi depresi5 dan apatis terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan terhadap
kesehatannya sendiri. Sikap ini sangat mempengaruhi prognosis kesembuhan 5ungsi
neuromuscular setelah cedera medula spinalis. %enyesuaian psikologis biasanya
memerlukan $aktu )'24 bulan. Famun sejak dilaksanakan program rehabilitasi medik,
$aktu penyesuaian menjadi lebih pendek. Cntuk terapi psikososial dibutuhkan peran dari
psikolog, psikiater dan pekerja sosial medik. 1arena penderita cedera medula spinalis
harus mele$ati bebeapa 5ase ( shock, denial, depresi dan hostility dan yang terakhir dapat
menerima keadaannya.
7
4erapi psikososial meliputi (
' :imbingan psikologi, bila perlu psikoterapi
' :imbingan seksual beserta partner
' 4erapi rekreasi dan oleh raga
'4erapi okupasional suporti5, yaitu memberikan akti&itas yang menumbuhkan
kreati5itas. %rogram ini dimulai sejak masih di tempat tidur.
/4
A& %+ Ta"a' Lati"an $er8a
Setelah penderita mampu untuk mera$at dirinya dan dapat melakukan #1S
dengan baik, penderita mulai diberikan latihan pekerjaan tangan yang nantinya
diharapkan dapat memberikan penghasilan. 2alam tahap ini, yang berperan penting
adalah pelatih pekerja dan pekerja sosial. %ihak tersebut akan bersama'sama mengadakan
rekonstruksi dan menyusun rencana agar penderita mempunyai semangat hidup dan harga
diri.
A& -+ Ta"a' 5eoialiai 0 Kembali $e Ma1ara$at
9ika kondisi penderita sudah bertambah stabil dan latihan dasar telah dapat
dilakukan, penderita mulai memasuki tahap resosialisasi. <aka disusun rencana
pemulanan, terutama yang menyangkut peranan keluarga untuk meneruskan latihan di
rumah, pemberian dukungan moral, serta proses sosialisasi penderita selanjutnya. Aang
harus diingat adalah program kontrol atau kunjungan rumah.
Sebelum dikembalikan ditengah'tengah keluarganya, diperlukan persiapan
yang khusus untuk tempat tidur, alat bantu ambulasi, keadaan lingkungan rumah yang
medukung penderita, misalnya lebar pintu dan lebar lorong dalam rumah disesuaikan
dengan kursi roda, anak tangga pada pintu yang menghambat mobilitas, tinggi tombol
lampu, letak kamar mandi, tinggi meja dapur dan sebagainya.
2alam tahap ini sangat perlu peran akti5 dari pekerja sosial medik, untuk
memberi pengertian kepada keluarga penderita dan lingkungan disekitar penderita, serta
menyusun program kunjungan rumah. 1alau memungkinkan diusahakan untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan derajat kecacatan penderita atau kembali ke
bangku sekolah.
STATUS FUNGSIONAL
%edoman berikut ini adalah pandangan umum tentang sasaran yang dapat dicapai
berdasarkan le&el neurologis cedera. 2imungkinkan terdapat &ariabilitas nyata dalam
dampak 5ungsional di antara para penderita dengan le&el cedera yang sama. Sasaran
rehabilitasi cedera medula spinalis sebaiknya secara indi&idual sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan kondisi lingkungan penderita.

/,
Keadaan fungsional penderita tetraplegia tinggi (C ! C")
#$
' %enderita biasanya membutuhkan bantuan perna5asan berupa &entilator atau pemacu
ner&us 5renikus. #lternati5 lain yang kuran umum dipakai adalah pneumobelt dan
intermittent negative pressure apparatus yang hanya dapat dipakai dalam posisi duduk.
' %enderita harus meminta tolong pada orang lain dalam melakukan akti&itas 5isik seperti
latihan +BS, trans5er dan positioning. #kti&itas 5ungsional dibantu dengan alat'alat
seperti pembalik halaman buku, pembuka pintu, sistem panggilan darurat, kursi roda
manual atau kursi roda bertenaga yang dikontrol dengan dagu, kepala dan akti&asi
suara, dsb.
' 6ata'rata lama ra$at rehabailitasi di rumah sakit L 4 . , bulan.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C%
#$
' 2engan le&el neurologik C,, penderita mampu mem5leksikan sikunya
' Suatu balanced *orearm orthosis (:F?" dapat dipakai untuk mengkompresi kelemahan
dan memungkinkan untuk memperbaiki penempatan lengan atas. :idai statis (ortosis
penyangga yang panjang" dengan tempat perkakas atau tempat pensil dapat dipakai
untuk membantu kegiatan seperti menulis, mengetik dan makan.
' Sasaran yang ingin dicapai a.l ( makan dengan benar, higiene mulut dan $ajah, table
top communication dan kesibukan di $aktu luang. <era$at tubuh bagian atas masih
membutuhkan bantuan orang lain.
' Cntuk ambulasi, penderita bisa memakai kursi roda bertenaga yang dijalankan dengan
kontrol tangan atau kursi roda manual yang dilengkapi dengan proyeksi oblik pada
pelek 8 lingkaran tangan untuk membantu dorongan.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C&
#$
' 1emampuan ekstensi pergelangan tangan meningkatkan kemampuan 5ungsional
penderita dengan le&el C-. @kstensi pergelangan tangan secara akti5 mengakibatkan
tenodesis, dimana oposisi ibu jari telunjuk terjadi bersamaan dengan 5leksi jari'jari
karena tendon'tendon diregangkan ketika pergelangan tangan diekstensikan.
' %enderita dapat memakai splint tenodesis untuk membantu akti&itas 5ungsionalnya
seperti memasang kateter atau ketrampilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Aang
/-
lebih sering dipakai adalah ortosa penopang pendek dengan tempat perkakas atau
manset alat untuk makan, menulis dan untuk menjaga higiene.
' %enderita biasanya dapat makan sendiri bila makanan telah disediakan dan dipotong
menurut ukuran suap. <ereka mampu mengenakan baju untuk ekstremitas atas dan
melakukan higiene mulut dan $ajah. %enderita yang telah termoti&asi baik dapat
memakai baju untuk ekstremitas ba$ah, $alaupun membutuhkan $aktu lama.
:eberapa penderita bisa melakukan kateterisasi sendiri dan program buang air
besarnya.
' Cntuk ambulasi, penderita dapat memakai kursi roda manual secara mandiri dengan
proyeksi &ertical untuk rem tangan yang terbungkus, atau kursi roda bertenaga. 4rans5er
pada permukaan bertingkat membutuhkan papan peluncur.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C'
#$
' #danya 5ungsi triseps pada le&el C7 menghasilkan peningkatan yang nyata dalam
ketrampilan trans5er dan mobilisasi. #da kekuatan untuk ekstensi jari dan 5leksi
pergelangan tangan, sehingga bisa membantu akti&itas kehidupan sehari'hari (#1S".
' %enderita biasanya mampu mandiri dalam mobilisasi di tempat tidur, hygiene mulut dan
$ajah, pengelolaan :#: dan :#1, pemakaian baju untuk ekstremitas atas, trans5er ke
kursi roda dan mobil. :anyak juga yang mandiri dalam pemakaian baju ekstremitas
ba$ah.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C$
#$

' Fleksor digitorum pro5undus pada le&el C) sangat meningkatkan 5ungsi tangan.
1emandirian penuh dengan memakai kursi roda dimungkinkan, $alaupun 5ungsi
tangan tidak sepenuhnya normal karena tidak adanya iner&asi dari segmen torakal
pertama. 1ursi roda manual cukup ringan untuk dipindahkan sendiri ke dalam mobil,
dan tugas'tugas rumah tangga menjadi tidak begitu sulit.
P5OBLEM SPESIFIK LESI MEDULA SPINALIS

Kar&io#a$ular
,9,,%
/7
6egulasi kardio&askular diatur melalui sistem sara5 otonom, baik simpatis maupun
parasimpatis. Semua out5lo$ simpatis muncul pada le&el 4- dan cedera dia atas le&el
tersebut biasanya menyebabkan hilangnya input inhibisi dan eksitasi ke ba$ah
(desenden" ke semua neuron simpatis preganglionik.
2alam perubahan ke posisi tegak, normalnya, penurunan tekanan darah dirasakan
oleh baroreseptor di aorta dan karotis yang merangsang re5lek peningkatan akti&itas
simpatis yang menyebabkan takikardi dan &asokonstriksi. 9ika terjadi gangguan jaras
a5eren simpatis spinal, penderita akan mengalami hipotensi ortostatik dengan gejala
pusing, gangguan penglihatan atau sampai pingsan.
%enanganan dengan latihan postural berulang dan bertahap, pemakaian stoc!ing
ekstremitas ba$ah dan pembalut kompresi abdomen.

Ul$u &e$ubitu
-
Clkus dekubitus dapat terjadi se$aktu'$aktu setelah cedera medula spinalis dan
merupakan komplikasi yang perlu dikha$atirkan. Clkus terjadi pada bagian tubuh
yang menerima banyak tekanan, biasanya pada daerah tulang yang menonjol. Clkus
daerah sakral sering terjadi selama pera$atan di rumah sakit dan ulkus ischial pada
cedera medula spinalis kronik. (Aarkony dan Deinemann, 00,". 4idak dibebaskan
dari tekanan dan gesekan pada luka merupakan penyebab rusaknya kulit, dan
membutuhkan perhatian dan penanganan multidisiplin tim dalam penatalaksanaan
akut maupun kronis.

Pulmoner
,9,,%
%enderita dengan lesi di atas C) terdapat kehilangan semua otot abdomen dan
interkostal dan selanjutnya terjadi impairment pada inspirasi dan ekspirasi. C4 pada
umumnya merupakan le&el lesi tertinggi di mana pernapasan spontan dimungkinkan.
+esi di atas le&el C4 biasanya membutuhkan &entilasi mekanik.
4indakan umum yang dianjurkan untuk mencegah komplikasi respiratorik antara
lain perubahan posisi, deep breathing yang teratur dan penggunaan spirometri
pendorong 8 perangsang (incentive spirometr&". :antuan batuk dapat diberikan untuk
membantu pasien paraplegia atau tetraplegia tinggi dalam menimbulkan batuk yang
produkti5 dan kuat.

S'atiita
,9,,%
/)
2ampak spastisitas pada keadaan 5ungsional, pera$atan, kenyamanan dan kondisi
klinis pasien sebaiknya dinilai sebelum dimulainya pengobatan. %engobatan biasanya
diindikasikan bila spastisitas mengganggu pelaksanaan kegiatan pera$atan diri, gaya
jalan, positioning di kursi roda atau akti5itas trans5er, mengganggu tidur, atau
menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan atau de5ormitas. Selanjutnya, spastisitas dapat
menambah kerusakan kulit dan kontraktur sendi. 2i lain pihak, beberapa pasien
menggunakan tonus ekstensor untuk membantu trans5er, berdiri, atau akti&itas
ambulasi, sehingga pengobatan spastisitas sebenarnya dapat menyebabkan penurunan
5ungsi dan oleh karenanya mungkin tidak diindikasikan. Spastisitas mungkin juga
membantu memelihara bagian terbesar otot.
%rogram harian rutin peregangan otot yang dipertahankan akan ber5ungsi sebagai
dasar pengelolaan semua pasien dengan spastisitas. %engurangan spastisitas yang
mengikuti peregangan dapat bertahan beberapa jam. Dal ini mungkin diakibatkan
oleh perubahan mekanik dalam unit muskulotendineus dan penurunan sensiti5itas
spindle serta akti&itas gamma. Selanjutnya, pemakaian tilt table standing dapat
berman5aat dalam mengurangi spastisitas ekstensor.

Kan&un. $emi" neuro.eni$ 6neurogenic bladder7


,9,,%
Neurogeni! bladder adalah kandung kemih yang terganggu 5ungsinya karena
kerusakan iner&asi. Selama syok spinal, penderita cedera medula spinalis diatas konus
medularis menunjukkan gejala retensi urin yang kemudian disusul dengan o&er5lo$
incontinence (seperti tipe +<F". 4etapi setelah 5ase syok spinal terle$ati, terjadi
kandung kemih tipe C<F atau kandung kemih otomatik atau re5le; bladder. 2isini
pola re5leks melalui sara5 otonom dan somatic tetap utuh tetapi kontrol dari pusat
yang lebih tinggi terpututs. #kibatnya, kandung kemih tidak di ba$ah kemauan
penderita lagi. ?tot dinding kandung kemih (detrusor" dan otot s5ingter eksternus
menjadi gampang terangsang (hiperiritabel" sehingga terjadi inkontinensia.
%engelolaannya dengan cara pada $aktu miksi diberikan stimulasi untuk memulai
re5leks berkemih dengan cara menepuk'nepuk paha sebelah dalam atau menarik
rambut pubis, mencubit glans penis dengan gentle atau memasukkan jari ke dalam
rectum.
/0
%ada 5ase a$al rehabilitasi, kadang'kadang masih diperlukan kateter menetap atau
berkala, dengan segala keuntungan dan kerugiannya.

Uu bear
,9,,%
2is5ungsi usus neurogenik (neurogenic bo$el dys5unction" dapat berakibat
gangguan penyimpanan dan eliminasi 5eses. 1etidakmampuan menghambat de5ekasi
spontan secara &olunter mengarah kepada inkontinensia al&i, sedangkan
ketidakmampuan mengeluarkan 5eses secara adekuat mengarah kepada konstipasi dan
impaksi. Sedangkan impaksi 5eses secara paradoksal dapat berakibat diare dan
inkontinensia. 2alam hal ini perlu diusahakan eliminasi 5eses secara adekuat dan juga
inhibisi de5ekasi spontan pada saat yang diinginkan untuk mencapai kontinen
(kemampuan menahan de5ekasi" yang baik secara sosial.
Sembilan puluh empat persen orang sehat akan de5ekasi tiga kali atau lebih per
minggu, sehingga secara 5isiologis orang diharapkan de5ekasi satu kali dalam dua hari
atau kurang. ?leh sebab itu menstimulasi eliminasi 5eses secara reguler pada saat dan
5rekuensi yang teratur akan mengurangi kemungkinan kejadian inkontinensia. :ila
inter&alnya terlalu panjang, 5eses akan lebih keras dan lebih sulit dikeluarkan.
DVT &an Emboli 'aru
-
2eteksi a$al dari deep &enous thrombosis (234", dan resiko yang berhubungan
dengan emboli pulmonary harus terus dicari. %enilaian 234 biasanya dengan &enous
2oppler (duple; scan" dan penilaian laboratorium 2'dimer. @mboli paru dapat di
periksa dengan pulmonary arteriogra5i atau C4 spiral.
Dipotensi ortostatik biasanya akan terjadi segera setelah cedera medula spinalis,
berhubungan dengan hilangnya simpatis &asokonstriksi peri5er. Dal ini harus
dibedakan dengan dehidrasi.
Fun.i e$ual
*%
<eskipun terjadi perubahan besar dari kontrol sara5 normal pasca lesi medula
spinalis, harapan realistik pada kebanyakan pasien adalah tercapainya pemenuhan
ekspresi seksual yang menyenangkan.
%emulihan 5ungsi seksual pasien lesi medula spinalis sangat berbeda antara pria
dan $anita. %ada $anita, 5ungsi seksual dan 5ertilitas relati5 tidak terganggu.
40
Fungsi seksual pria dengan lesi medula spinalis sangat ditentukan oleh le&el dan
komplit 8 tidaknya lesi. %asien dengan lesi regio ser&ikal atau thorakal dengan segmen
sakral yang masih utuh, kemungkinan besar mempunyai re5lek ereksi, jika
dibandingkan pasien dengan lesi pada regio lumbal dan sakral, re5lek ini diperantarai
S2'S4. Sebagian besar penderita lesi medula spinalis pria steril, mungkin karena
kerusakan mekanisme regulasi suhu. 4anpa memperhatikan le&el dan komplit 8
tidaknya cedera, hanya P '0* saja yang bisa mempunyai anak.
(" (2"
Gbr . 617 #osisi coitus pada imobilitas spinal= 627 #osisi coitus pada penderita &ang mengalami
penurunan !e!uatan= endurance dan !oordinasi.
BAB IV
P5OGNOSIS
Sebuah penelitian prospekti5 selama 27 tahun menunjukkan bah$a rata'rata
harapan hidup penderita cedera medula spinalis lebih rendah dibanding populasi normal.
%enurunan rata'rata lama harapan hidup sesuai dengan beratnya cedera. %enyebab
kematian utama adalah komplikasi disabilitas neurologik, yaitu ( pneumonia, emboli
paru, septicemia dan gagal ginjal.
2,
2engan adanya kemajuan dalam penatalaksanaan kasus cedera medula spinalis,
terutama perbaikan dalam penatalaksanaan traktus urinarius dan pencegahan ulkus
dekubitus, maka harapan hidup dapat ditingkatkan khususnya pada penderita tetraplegi.
4
%enelitian <uslumanoglu dkk terhadap ,, pasien cedera medula spinalis
traumatic (/7 penderita dengan lesi inkomplet" selama 2 bulan menunjukkan bah$a
4
penderita dengan cedera medula spinalis inkomplet akan mendapat perbaikan motorik,
sensorik, dan 5ungsional yang bermakna dalam 2 bulan pertama.
2,

BAB V
5INGKASAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
disabilitas neurologis. 2iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan status
neurology dan penunjang. %engetahuan dalam penanganan a$al sangat penting dalam
prognosisnya. 4erapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan 5ungsi sensoris dan motoris. Cedera medula spinalis inkomplit
cenderung memiliki prognosis yang lebih baik.
42
DAFTA5 PUSTAKA
. Ste&en 1irshblum. 6ehabilitation o5 Spinal Cord Injury. In ( 2e +isa 9#, Bans :<.
%hysical <edicine and 6ehabilitation ( %rinciples and %ractice. 4
th
ed. 9: +ippincot
Company, %hiladelphia 200, ( 7,',
2. Frost FS. Spinal Cord Injury <edicine. In ( :raddom 6+. %hysical <edicine and
6ehabilitation. >: Saunders Co. %hiladelphia 2000 ( 2/0')2
/. 1irshblum S, BonJaleJ %, Cuccurullo S. Spinal Cord Injuries. In ( Cuccurullo S.
%hysical <edicine and 6ehabilitation :oard 6e&ie$. 2emos, Fe$ Aork 2004 ( 4)0'
,,.
4. Cardenas 22. 6ehabilitation in Spinal Cord Injury. In ( SelJer <@ et al. 4e;tbook o5
Feural 6epair and 6ehabilitation. 3ol II <edical Feurorehabilitation. Cambridge
Cni&ersity %ress. Fe$ Aork 200- ( ,0/'-,.
4/
,. 2a$odu S4. Spinal Cord Injury ( 2e5inition, @pidemiology, %athophysiology.
2iperoleh dari ( http(88$$$.emedicine. +ast updated( Februari 2,2007.
-. @ichler <@, 3ollmer 2B. Cer&ical Spine 4rauma. In ( Aoumans 69, Feurological
Surgery, >: Saunders Company, %hiladelphia 00- (0/0'-,
7. Committee on 4rauma o5 the #merican College o5 surgeon. #d&anced 4rauma +i5e
Support (#4+S", %rogram untuk dokter. 00/ ( 2/7',/
). +anig I, 2onao&an >D, Spinal Cord Injury. In Barrisson S9. Dandbook o5 %hysical
<edicine and 6ehabilitation :asic. 9: +ippincott Co, %hiladelphia 00, ( //,'-)
0. :romley I. 4retraplegia and paraplegia, # guide 5or %hysiotherapists. Churchill
+i&ingstone. @dinburg. 00
0. Foerjanto. Bangguan Berak #kibat +esi pada <edula Spinalis. 2alam ( Dadinoto S
(editor". Bangguan Berak, @d 2. :adan %enerbit Cni&ersitas 2iponegoro Semarang.
00- ( -,'70
. #pple 2F. Spinal Cord Injury 6ehabilitation. In ( 6othman 6D, Simeone F#. 4he
Spine. >: Saunders Company. %hiladelphia. 002! 22,'4-.
2. #merican Spinal Injury #ssociation (#SI#". Standards 5or Feurological and
Functional Classi5ication o5 Spinal Cord Injury. 6e&ised by 2itunno 9F. Chicago
002!'2-
/. Dalstead +S, Carter 6@. Spinal Cord Injury. In ( Dalstead +S, Brabois <. <edical
6ehabilitation. 6a&en %ress. Fe$ Aork 0), ( 20'/4
4. S$ain #. @&acuation and Initial <anagement at Dospital. In( Brundy 2. #:C o5
Spinal Cord Injury. 4th @d. :<9. +ondon. 2002 ( ,'0.
,. +a&ernia C9, :otte <9, Bar5in S6. Spinal ?rthoses 5or 4raumatic and 2egenerati&e
2isease. In( 6othman 6D, Simeone F#. 4he Spine. >: Saunders Company.
%hiladelphia. 002( 07'224
-. 4an 9C. %ractical <anual o5 %hysical <edicine and 6ehabilitation. St. +ouis, <osby
00) ( ,/)',2
7. >idjaja S. %rinsip 2asar %engelolaan %enyandang Cacat. 2alam( Simposium
%enderita Cacat #kibat 2<. %erdosri. Semarang.200
). %arker S, >idjaja S, <ulani #<F4. :uku %egangan 4erapi ?kupasi. 4erjemahan
#ndri Dartono, Aayasan @ssentia <edica.Aogyakarta( 000( -0'7
44
0. 6outi B6, <orris <2, Cole 9#. #Iuatic 6ehabilitation. +ippincott, %hiladelphia
007
20. Frost FS. Spinal Cord Injury <edicine. In ( :raddom 6+. %hysical <edicine and
6ehabilitation 2nd ed. >: Saunders. %hiladelphia. 2000( 2/0'7
2. 2uus %. Sistem <otorik. 2alam ( Su$ono 9> (editor", 2iagnosis 4opik Feurologi,
anatomi, 5isiologi, tanda, gejala. @BC 00- ( /'7/
22. <ardjono <, Sidharta %. %ato5isiologi Susunan Feuromuskular! %ato5isiologi
Somestesia. 2alam <ardjono <, Sidharta %, Feurologi 1linis 2asar. 2ian 6akyat
004 ( 20'/
2/. Freed <<. 4raumatic and Congenital +esions o5 4he Spinal Cord. In 1ottke F9,
Still$ell B1, +ehmann 9F, 1russenQs Dandbook o5 %hysical <edicine and
6ehabilitation. >: Saunders Company, %hiladelphia 0)2 ( -4/'7/
24. +o$man @, 1linger 9+. #ids to Independent +i&ing. Fe$ Aork ( <c Bra$'Dill, 0-0
2,. %inJon 6. <ielopati Ser&ikalis 4raumatika ( 4elaah %ustaka 4erkini. 2alam ( Cermin
2unia 1edokteran Fo ,4,2007( /0'42.
2-. Functional @lectrical Stimulation. 2iperoleh dari ($$$.sci'therapies.in5o.
2o$nload ( 0 Fo&ember 200)
LAPO5AN KASUS BEDAH SA5AF
I+ IDENTITAS PASIEN
Fama ( 4n. 1
Cmur ( ,- tahun
9enis kelamin ( +aki'laki
#lamat ( 2s. 4anjung 64 0/ 6> 0, 1ec. 1edung 4uban
:lora
#gama ( Islam
%ekerjaan ( %FS
Fo C< ( ,)-)-)
4anggal <6S ( / ?ktober 200)
4anggal 1onsul 8 ( 4 ?ktober 200)
4,
pemeriksaan
II+ ANAMNESIS
Keluhan (tama < 1elemahan ke'4 anggota gerak
)i*ayat +enyakit Sekarang <
2ua hari S<6S ketika penderita mengendarai sepeda motor sambil
berboncengan, penderita terjungkal dari sepeda motornya setelah mele$ati lubang yang
ada di jalan, posisi penderita jatuh tengkurap dan bibir terbentur aspal, serta punggung di
timpa oleh sepeda motornya. %enderita tidak sadar kurang dari R jam, setelah bangun
tidak mual, tidak muntah dan tidak ada sakit kepala. Saat terjatuh penderita masih
memakai helm. Setelah sadar, penderita merasa kedua tungkainya tidak dapat digerakkan
dan kedua lengan terasa lemah. 1emudian penderita di ba$a ke 6S Cepu. 2ari 6S Cepu
dilakukan pera$atan luka dan dirujuk ke 6S 1ariadi.
Selama dalam pera$atan CB2 6S 2r. 1ariadi, penderita diberikan
suntikan,dipasang cer&ical colar pada leher, tidur alas datar dan di roentgen daerah leher
dan punggungnya. 1emudian penderita dira$at di bangsal :edah Sara5.
Selama pera$atan di ruangan, penderita masih merasakan kelemahan pada ke '4
anggota geraknya dan terasa tebal pada ke'2 lengan serta tungkainya. 4idak ada mual,
tidak ada muntah dan tidak ada sakit kepala. %enderita belum :#: dan :#1 dengan
dipasang kateter. 1emudian tanggal 4 ?ktober penderita dikonsulkan ke 6ehabilitasi
<edik.
)i*ayat +enyakit ,ahulu <
:elum pernah sakit seperti ini sebelumnya, ri$ayat darah tinggi dan kencing manis
disangkal.
)i*ayat +enyakit Keluarga <
4idak ada yang sakit seperti ini.
)i*ayat Sosial Ekonomi <
%enderita adalah seorang %FS di departemen % G 1. Istri seorang ibu rumah tangga.
#nak 4 orang, 2 orang sudah berkeluarga. %enderita tinggal dirumah bersama istri dan
anak lelaki yang masih belum bekerja. Sebelum sakit penderita bekerja di dinas % G 1
rata'rata masuk kerja kali seminggu. 2an diselang $aktu senggangnya, penderita
4-
mengisi $aktu dengan berkebun. %enderita hobi mengkoleksi tanaman hias untuk dijual.
:iaya pengobatan ditanggung #S1@S.
III+ PEME5IKSAAN FISIK t.l *- O$tober ,99:
1eadaan Cmum ( C<, kontak dan pengertian baik, pasien berbaring di papan alas datar
4: ( -0 cm :: ( ,- 1g :<I ( 2,)7 kg8m
2
(normo$eight"
42 ( 00870 mmDg F ( 7, ;8mnt 66 ( 22 ;8mnt Suhu ( /7 C.
1epala ( <esocepal, simetris, tampak e;coriasi pada regio 5rontal sinistra
<ata ( 1onjungti&a anemis ('", sklera ikterik('", pupil bulat, isokor, S / mm
6C (P" 8 (P"
Didung ( 2e&iasi ('", bentuk (F"
<ulut ( Status lokalis
4elinga ( dbn
Fn Craniales ( I . HII tidak ditemukan kelainan.
+eher
Inspeksi ( terpasang cer&ical collar jenis rigid, bekas luka8 jejas ('"
%alpasi ( nyeri tekan 8 krepitasi tidak diperiksa.
6?< ( tidak dilakukan
Status internus
Cor ( :9 I8II reguler, mur'mur ('"
%ulmo ( Simetris, retraksi interkostal ('", sonor,
&esikuler (P" 8 (P", $heeJing ('" 8 ('", ronki ('" 8 ('"
#bdomen ( 2atar, timpani (P", :ising usus P (F", nyeri tekan ('", tumor ('"
4runkus
Inspeksi ( 4anda radang ('"
%alpasi ( 4idak dilakukan
6?< ( 4idak dilakukan
47
E$tremita Su'erior 2ekstra Sinistra
Berak (P" (P"
2e5ormitas ('" ('"
6adang ('" ('"
1ekuatan C,8C-8C78C)84 ,8,82880 ,8,82880
4onus F F
4ro5i @utro5i @utro5i
6e5leks Fisiologis (T" (T"
6e5leks %atologis ('" ('"
Sensorik %rotopatik C,(T" C,(T"
Sensorik %ropioseptik F F
E$tremita in!erior 2ekstra Sinistra
Berak (P" (P"
2e5ormitas ulkus gr I (tumit" ulkus gr I (tumit"
6adang ('" ('"
@dema tungkai dan kaki ('" ('"
6?< pasi5 Dip, 1nee, #nkle 5ull 5ull
1ekuatan +28+/8+48+,8S 2828884 2828884
4onus( (T" (T"
4ro5i @utro5i @utro5i
6e5leks Fisiologis (T" (T"
6e5leks %atologis ('" ('"
1lonus ('" ('"
Sensibilitas %rotopatik (T" (T"
Sensibilitas %ropioseptik F F
3askularisasi (
%ulsasi #. Femoralis (P" (P"
%ulsasi #. 2orsalis %edis (P" (P"
%ulsasi #. 4ibialis %osterior (P" (P"
:C68#C6 ('"8('"
4)
Statu lo$ali 2
5e.io labiali u'erior 2
In ( tampak &ulnus laceratum panjang 2 cm, sudah terjahit
%a ( nyeri tekan (P"
5e.io /al/aneal &e;tra et initra (
In ( tampak ulkus dekubitus grade I dengan diameter / cm
%a ( nyeri tekan ('", tidak menghilang dengan penekanan
Klai!i$ai neurolo.i tan&ar untu$ /e&era me&ula 'inali 6Lam'iran *7
IV+ PEME5IKSAAN PENUN<ANG
- foto servikal .+/lateral (0 1ktober 022$) 2
' #ligment lordotik berkurang
' 4ampak cer&ical collar
' 2iskus dan 5oramen inter&ertebralis tak menyempit
' %rocesus spinosus dan pedikel tampak normal
' 4ampak listesis ke posterior &ertebra C- terhadap C7 membentuk angulasi (U2,*"
' 4ak tampak destruksi tulang
Kean ( Spondilolistesis &ertebra C- terhadap C7 (U2,*"
- foto torakolumbalis .+/lateral (0 1ktober 022$) 3
' #ligment tampak skoliosis torakalis
' 2iskus dan 5oramen inter&ertebralis tak menyempit
40
' %rocessus spinosus dan pedikel tampak normal
' 4ampak osteo5it anterior multipel pada corpus &ertebra torakalis
' @nd plate corpus &ertebra torakalis tampak normal
' 4ak tampak diskontinuitas tulang
' 4ak tampak destruksi tulang
Kean ( Skoliosis torakalis
Spondilosis torakalis
4ak tampak 5raktur pada &ertebra torakalis
4)5 cervical (" 1ktober 022$) 3
%ada mielogram tampak stenosis di daerah distal cer&ical
4ampak korpus C- lebih posterior dari C7 (U2,*" dan membentuk angulasi
1orpus C- bagian in5erior tampak lesi hipointens di 4 yang hiperintens pada 42
4ampak osteophyte
2iscus C-'7 agak menyempit
Intensitas discus relati5 hipointens di 42
4ampak protrusio diskus C4',, C,'- dan C-'7 ke posterosentral yang menekan thecal sac
dan medula spinalis
%ada 42 tampak lesi hiperintens di medula spinalis setinggi C4',
4ampak lesi hiperintens di 4 maupun 42 pada daerah pre&ertebra C4',
+ig 5la&um tidak menebal
Kean 2 Spondilolistesis C-'7 disertai 5raktur C-
DF% C4', sampai C-'7
1ontusio medula spinalis setinggi C4',
Laboratorium 2
Tan..al *%0*909: *:0*909: *=0*909: ,90*909:
Db 2,40 gr* ,00 gr* ' gr*
+eukosit ),)0 ribu8unit -,20 ribu8unit ' -,)0 ribu8unit
@ritrosit /,)7 juta8mmk /,-7 juta8mmk ' /,20 juta8mmk
Dematokrit /,,0 * /4,2 * ' 2/,) *
<C3 02,)0 5entoliter 0/,20 5entoliter ' 00,-0 5entoliter
<CD /2,00 pico grams /2,40 pico grams ' //,/0picograms
,0
<CDC /4,,0 gram8dl /4,)0 gram8dl ' //,40 gram8dl
4rombosit 24 ribu8mmk // ribu8mmk ' 4- ribu8mmk
Creum /- mg8dl 7, mg8dl ' '
Creatinin ,04 mg8dl ,0, mg8dl ' '
Fatrium 4/ mmol8+ /7 mmol8+ ' '
1alium /,0 mmol8+ 4,4 mmol8+ ' '
Clorida 00 mmol8+ 0- mmol8+ ' '
B2S 40 mg8dl 24 mg8dl ' '
#lbumin 2,0 gr8dl 2,, gr8dl 2,7 gr8dl '
Laboratorium 're &an 'ot o'erai
,*0*909: Pre o' Pot o'
Db 0,-0 gr* 0,)0 gr*
Dematokrit /2,- * 20,4 *
@ritrosit /,2- juta8mmk 2,0/ juta8mmk
<CD /2,,0 pico grams //,/0 pico grams
<C3 00,00 5entoliter 00,20 5entoliter
<CDC /2,-0 gram8dl //,20 gram8dl
+eukosit -,40 ribu8unit 7,/0 ribu8unit
4rombosit ,0 ribu8mmk / ribu8mmk
B2S ' 22 mg8dl
Creum ' ,/ mg8dl
Creatinin ' 0,)) mg8dl
#lbumin 2,7 gr8dl 2,/ gr8dl
Fatrium ' /0 mmol8+
1alium ' 4,- mmol8+
Clorida ' 0, mmol8+
Laboratorium 'ot o'erai
Tan..al ,-0*909: *0**09:
Db 0,)0 gr* '
Dematokrit /,2 * '
@ritrosit /,20 juta8mmk '
<CD /2,)0 pico grams '
<C3 04,)0 5entoliter '
<CDC /4,-0 gram8dl '
+eukosit ,0 ribu8unit '
4rombosit //,0 ribu8mmk '
B2S ' '
Creum ' '
Creatinin ' '
#lbumin ' 2,, gr8dl
Fatrium ' /2 mmol8+
1alium ' 4,/ mmol8+
Clorida ' 0, mmol8+
,
V+ DIAGNOSIS
. 2iagnosis klinis ( 4etraparese 5lacid SI Impairment Scale C
nterior Cord S&ndrome
2iagnosis topis ( <edula spinalis C-
2iagnosis etiologis ( 4rauma medula spinalis
2. Clkus dekubitus grade I
VI+ Penatala$anaan
Penatala$anaan &i ruan.an A*
Tan..al Me&i$amentoa Intru$i
*%>*9>,99: 2e;ametason /; amp
6anitidin /; amp
1etorolac /;/0mg
6+ 20 ppn
%ertahankan collar
4idur alas datar
*->*9>,99:
6Ul$u &e$ubitu .ra&e I7
2e;ametason /; amp
6anitidin /; amp
1etorolac /;/0mg
6+ 20 ppn
%ertahankan collar
4idur alas datar
Konul 5M
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
%ositioning
*?>*9>,99: 2e;ametason /; amp
Solumedrol /;2,0 mg
1altro5en 2; tab
6anitidin /; amp
<etylcobal ; tab
%ertahankan collar
4idur alas datar
2iet 414%
Pro.ram 5M2
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
%ositioning
*@>*9>,99:
Kel 2 Belum BAB
2e;ametason amp8)jam
Solumedrol /;2,0 mg
1altro5en 2; tab
6anitidin amp8) jam
<etylcobal ; tab
6+ 20 ppn
%ertahankan collar
4idur kasur dekubitus
2iet 414%
2ulcola; supp (pagi hari"
Pro.ram 5M2
Idem P bo$el training
*A>*9>,99:
Kel 2 Belum BAB
Idem Idem
*:>*9>,99: Idem Idem
2ulcola; supp (prn"
,2
Pro.ram 5M 2
Idem P digital stimulasi
*=>*9>,99: Idem Idem
,9>*9>,99: Inj Solumedrol 2 ; 2,0 mg
6anitidin /; amp
1altro5en 2; tab
<etylcobal ; tab
6+ /0 ppn
Idem
,9>*9>,99:
P$l *@+99 BIB 2 Melena
Solumedrol Stop
1alne; amp8I3
Inpepsa / ; C I
+aktulosa / ; C I
6anitidin amp8 - jam
1altro5en tab (prn"
<ethycobal ; tab
Ce5ota;im g 82 jam
Cek Db cito
,*>*9>,99:
P$l 9=+,? C *%+99 BIB
O'erai
,*>*9>,99:
P$l *%+99 BIB
Pot o'erai
Ce5ota;im / ; g
1etorolac / ; /0 mg
Inpepsa / ; C I
4rane;amin 4 ; g
6anitidin / ; amp
,,>*9>,99:
6I)U7
Ce5ota;im g 8 2 jam
1etorolac /0 mg 8 ) jam
Inpepsa / ; C I
1alne; amp 8 2 jam
6anitidin ,0 mg 8 ) jam
6+ 20 ppn
Cek albumin G elektrolit
,%>*9>,99: 6 'in&a" HND 7
Kel 2 melena
Ce5ota;im / ; g
1etorolac / ; /0 mg
Inpepsa / ; C I
4rane;amin 4 ; g
6anitidin / ; amp
6+ 20 ppn
,->*9>,99: 6 'in&a" A* 7
Kel 2 melena
Ce5ota;im g 8 ) jam
4ramadol amp 8 2 jam
6anitidin ,0 mg 8 ) jam
1alne; ,00 mg8) jam
#55 drain
#55 2C
Cek darah rutin, albumin,
elektrolit
,/
Inpepsa / ; C I
<ethycobal ; tab
2iatab 2 ; tab
6+ 20 ppn
Konul ulan. 5M6'ot o'7
:C6 ('" 8 #C6 ('"
6ectal toucher ( darah (P"
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
,?>*9>,99:
Kel 2 Melena
Idem Pro.ram 5M 2
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
Strengthening
,A>*9>,99:
Kel 2 Melena
4ramadol stop ganti 1altro5en
2 ; tab
6+ P FaCl 0,0 * 2 ppn
Pro.ram 5M 2
:reathing e;c
6?< e;ercise
Strengthening
,:>*9>,99:
Kel 2 Perut $embun.
1alne; stop Cek albumin
Pro.ram 5M 2
6?< e;ercise
mobilisasi duduk
,=>*9>,99: Ce5pan 2 ; 200 g
<etronidaJol / ; ,00 mg
1altro5en 2 ;
6anitidin / ; tab
Inpepsa / ; C I
<ethycobal ; tab
%C4 / ; ,00 mg
Cek albumin dan elektrolit
Pro.ram 5M 2
6?< e;ercise
mobilisasi duduk (U,mnt"
%9>*9>,99: idem 1oreksi #lbumin ( 4)0 cc
Pro.ram 5M 2
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
Strengthening e;ercise
<obilisasi duduk
%*>*9>,99: Idem (paracetamol bila demam"
%ost trans5usi albumin
Pro.ram 5M 2 idem
*>**>,99: Idem Pro.ram 5M 2 idem
%>**>,99: %asien pulang Pro.ram 5M 2 idem P
4rans5er kursi roda dengan
dibantu
,4
Pro.ram 5e"abilitai Me&i$ 2
*+ FISIOTE5API
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
4etraparese, kekuatan otot rata'rata kurang dari /
1eterbatasan +BS tidak ada
4erpasang cer&ical collar jenis rigid
:#: masih terasa, :#1 terpasang kateter
Clkus dekubitus pada kedua tumit dan daerah sakrum
%rogram ( 2anual 2uscle ?est (<<4"
#ositioning
#lih baring tiap 2 jam, secara log rolling
+atihan +BS akti5 dan pasi5 pada ke'4 ekstremitas
+atihan penguatan otot, khususnya ekstremitas atas
.reathing e:ercise
.o/el dan bladder training
<obilisasi bertahap dengan sasaran pemakaian kursi roda.
,+ TE5API OKUPASI
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
4erpasang cer&ical collar jenis rigid
4etraparese, kekuatan otot rata'rata kurang dari /
#1S dibantu
%rogram ( +atihan +BS dan penguatan ekstremitas atas dengan akti&itas
+atihan ketahanan duduk dengan akti&itas
+atihan #1S (makan, minum, higiene $ajah, dsb" bertahap dengan
membuatkan alat'alat bantunya.
%+ O5TOTIK P5OSTETIK
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
4etraparese inkomplit, kekuatan otot rata'rata kurang dari /
,,
%rogram ( %hiladelphia cer&ical collar
1ursi roda
Commode
1asur dekubitus
-+ PSIKOLOGI
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik, cukup kooperati5, status mental baik
%enderita mengalami tetraparese dan memerlukan pera$atan dan
rehabilitasi yang cukup lama
%rogram ( Support mental
<oti&asi keluarga untuk berpartisipasi akti5 dalam pera$atan penderita
?+ SOSIAL MEDIK
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
%enderita adalah seorang %FS %G1
:iaya ditanggung #skes dan keluarga
%rogram ( 1unjungan rumah untuk melihat lingkungan tempat tinggal penderita,
dan menentukan sasaran 5ungsional 8 e&aluasi penderita
,-
B *oto cervical 612 3!tober 2--+7

AP Lateral
B *oto thoracolumbal # 612 3!tober 2--+7

AP Lateral
,7
2;I Certebra servi!alis 61" 3!tober 2--+7
,)
8asil 2;I vertebra servi!alis 61" 3!tober 2--+7
,0
2;I vertebra servi!alis 61" 3!tober 2--+7
-0
5i3a1at 'er$emban.an 'aien 'ot o'erai 2
Follo3 u' ,%0*9 ,?0*9 ,:0*9 ,=0*9 %90*9 %0**
1eadaan
umum
C<
42 00870
S ( /-,,VC
F ( -0 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 08-0
S ( /-,/VC
F ( -- ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /-VC
F ( -0 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /7VC
F ( 74 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /7VC
F ( 74 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /-,7VC
F ( -- ;8mnt
66(20 ;8mnt
2e5ormitas
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$h W 8 W
1ekuatan(
C,
C-
C7
C)
4
+2
+/
+4
+,
S
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 %
8
* 0 *
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4

, 8 ,
, 8 ,
2 8 %
8
* 0 *
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
6F T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (X 8 X" T8T (X 8 X"
4onus T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (X 8 X" T8T (X 8 X"
1lonus ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' D 0 D D 0 D
6% ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 '
Sensorik C, T8 C,T C, T8 C,T )@ E0 )@E )@ E 0)@E )@ E 0)@E )@ E 0)@E
%asien saat ini sudah dapat mobilasi di kursi roda dengan bantuan.
4ujuan rehabilitasi pada pasien saat ini adalah meningkatkan kualitas hidup dengan
mengajarkan personal higienes secara independent dengan modi5ikasi alat bantu #1S
pada ekstremitas atas, bo/el dan bladder training, dan pencegahan komplikasi.
F !oto /er#i/al &urante o'erai ,* O$tober ,99: 6&en.an ) arm7
-
F !oto /er#i/al 'ot o'erai 6,? O$tober ,99:7

Pro.ram 5e"abilitai Selama &i 5uan.an A*
-2





LAMPI5AN *
-/
-4

You might also like