Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas
neurologis akibat trauma. Insiden cedera medula spinalis di dunia diperkirakan 40 kasus
per juta setiap tahunnya (menurut Sekhon dan Fehlings, 200! National SCI Statistical
Center, 2004". #ngka insiden di #merika Serikat kurang lebih .000 kasus baru setiap
tahunnya dan 4000 kasus yang tidak dapat bertahan se$aktu mencapai rumah sakit.
4
%erbandingan indi&idu yang mengalami cedera antara laki'laki dan $anita di
#merika Serikat adalah 4 ( , yang berarti )0* adalah laki'laki. +ebih dari ,0* dari
semua kasus cedera medula spinalis terjadi pada orang usia - . /0 tahun. Cedera medula
spinalis traumatik lebih sering terjadi pada orang dengan usia kurang dari 40 tahun,
sedangkan cedera medula nontraumatik lebih sering terjadi pada orang yang usianya
lebih tua dari 40 tahun.
,
1ecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama
cedera medula spinalis, sebanyak ,0,4* sejak tahun 2000. 2ata yang diperoleh sekarang
menunjukkan ,2* cedera disebabkan oleh kekerasan, 2/,)* akibat jatuh, 0,0* karena
olah raga dan ,,-* dikarenakan penyebab lainnya
4
2aerah ser&ikal merupakan segmen &ertebra yang sering terjadi cedera akibat
kecelakaan kendaraan, khususnya mereka yang tidak memakai alat pengaman bahu dan
sabuk pengaman.
-
%enderita usia tua dengan cedera cer&ikal komplit memiliki penurunan
harapan hidup yang jelas (2e3i&o dkk, 00/".
4
+e&el cedera yang paling sering adalah
C4, C, (tersering", dan C-, sedangkan le&el untuk paraplegi adalah thoracolumbar
junction (42".
,
%enderita cedera medula spinalis perlu dilakukan penilaian kapasitas 5ungsional
untuk memprediksi kemampuan dan tingkat kemandirian akti&itas kehidupan sehari'hari
dan ambulasinya (baik berjalan dengan alat bantu atau kursi roda". 2engan demikian tim
rehabilitasi medik beserta penderita dan keluarganya dapat menetapkan sasaran yang
akan dicapai dalam rehabilitasi penderita pasca cedera medula spinalis. 6ehabilitasi pasca
akut merupakan kesinambungan yang penting karena sangat menentukan dalam menjaga
kemandirian penderita untuk selanjutnya.
,
BAB II
ANATOMI, PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kolumna Vertebrali
1olumna &ertebralis terdiri dari // tulang &ertebra yang dipisahkan oleh diskus
inter&ertebralis, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu 7 &ertebra ser&ikal, 2 &ertebra
torakalis, , &ertebra lumbalis, , &ertebra sakralis yang menyatu dan 4 &ertebra
koksigealis yang menyatu. 1orpus &ertebra merupakan tiang penunjang berat badan yang
utama, dihubungkan satu dengan yang lain oleh diskus inter&ertebralis yang ber5ungsi
sebagai peredam kejut dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
posterior. 2i bagian posterolateral terdapat pedikel dan lamina yang membentuk dinding
kanalis &ertebralis. Sendi 5aset, ligamentum 5la&um, ligamentum interspinosus dan
muskulus paraspinalis semuanya menambah stabilitas tulang belakang.
7
2
Gbr 1. Korelasi antara vertebra dan medula spinalis
/
1olum anterior terdiri dari ligamentum longitudinalis anterior dan 28/ anterior
anulus dan korpus &ertebra, kolum media terdiri dari 8/ posterior anulus dan korpus
&ertebra serta ligamentum longitudinalis posterior dan kolum posterior dibentuk oleh
arkus neuralis, ligamentum 5la&um, kapsul sendi epi5iseal, ligamentum interspinosum dan
ligamentum supraspinosum. 9ika 2 dari / kolum rusak, cedera tersebut unstable secara
intrinsik.
)
Gbr 2. Ligamen pada vertebra
Si!at K"uu Vertebra Ser#i$ali
%
Gbr 3 natomi vertebra servi!alis
4
C (atlas" (
' :erbentuk cincin yang terdiri dari 2 massa lateralis atlantis
' 4idak ada corpus &ertebra atau processus spinosus
C2 (a;is" (
' Corpus &ertebra terdapat processus odontoid
' <empunyai processsus spinosus bi5ida
C/ sampai C7 (
= 2aerah anterior
' Corpus &ertebra ( processus uncinatus, bagian lateral dari corpus &ertebra yang
mempunyai penonjolan ke superior (%rocessus uncinatus". 9ika diskus mengalami
degenerati5, maka penonjolan tersebut mendekati corpus &ertebra diatasnya.
2imana proses degenerati5 sendi tersebut disebut 9oint o5 +uschka (unco&ertebral
joint". Fungsi dari sendi +uschka adalah untuk membatasi translasi ke lateral.
= 2aerah posterior
' 4erdiri dari pedikel, processus artikularis superior dan in5erior, lamina, processus
trans&ersus, 5oramen trans&ersarium dan processus spinosus. Corpus &ertebra
C/,C4,C,,dan C- mempunyai processus spinosus bi5ida, kecuali C7.
Me&ula 'inali
<edula spinalis terdiri dari / segmen yaitu ) segmen ser&ikal, 2 segmen
torakal, , segmen lumbal, , segmen sakral dan segmen koksigeus. 2alam
perkembangannya terdapat diskrepansi progresi5 antara kolumna &ertebralis dengan
segmen'segmen medula spinalis, sehingga medula spinalis pada orang de$asa terbentang
antara 5oramen magnum sampai ke tepi ba$ah korpus &ertebra + atau tepi atas +2.
1auda ekuina adalah radiks'radiks sara5 yang terletak di sebelah kaudal medula spinalis
yang dikenal sebagai konus medularis. 2ari apeks konus tersebut berjalan suatu 5ilamen
yang halus yaitu 5ilum terminale yang melekat pada segmen pertama os koksigeus.
2alam bidang sagital, medula spinalis mempunyai 2 pelebaran, yaitu antara C/ . 42
dengan diameter terbesar pada le&el C,8C- dan antara 40 . 42.
),0,0
,
Gbr ". #otongan melintang medula spinalis Gbr$. Kedudu!an jaras%jaras medula spinalis
Cedera medula spinalis inkomplit terjadi jika terdapat destruksi inkomplit pada
traktus asenden dan atau desenden. 2ari banyak traktus, hanya traktus kortikospinalis,
traktus spinotalamikus dan kolum posterior yang penting dan mudah diperiksa secara
klinis. 4raktus kortikospinalis terdapat pada daerah posterolateral, ber5ungsi untuk
mengontrol kekuatan motorik ipsilateral, dan dapat diuji dengan kontraksi otot &olunter
atau respon terhadap stimulus nyeri. 4raktus spinotalamikus terletak di anterolateral
medula spinalis, mentransmisikan sensasi nyeri dan temperatur kontralateral, dan dapat
diuji dengan tes pin pric! dan raba halus. 1olum posterior memba$a in5ormasai
propiosepsi, &ibrasi dan tekanan dalam ipsilateral dan dapat diuji dengan sensasi posisi
pada jari atau &ibrasi dengan menggunakan garpu tala.
0
:ila tidak terdapat 5ungsi, baik motorik maupun sensorik di ba$ah le&el, ini
dikenal sebagai complete spinal cord injur&. :ila masih terdapat 5ungsi motorik atau
sensorik disebut incomplete injur& dan prognosis penyembuhan lebih baik. Sparing dari
sensasi di daerah perianal (sacral sparing" mungkin hanya satu'satunya 5ungsi yang
tertinggal. Sacral sparing didemonstrasikan dengan masih adanya persepsi sensorik di
daerah perianal dan atau kontraksi spincter rektal.
0
Suplai darah untuk medula spinalis terutama berasal dari buah a. spinalis
anterior pada 5isura mediana (untuk 28/ anterior" dan 2 buah a. spinalis posterior (untuk
8/ posterior".
)
-
De!inii
4etrapelgia adalah impairment 8 hilangnya 5ungsi motorik dan 8 atau sensorik pada
medula spinalis segmen ser&ikal oleh karena kerusakan elemen sara5 di dalam kanalis
spinalis. 4etraplegia menyebabkan gangguan 5ungsi lengan, batang tubuh, tungkai dan
organ pel&is.
2
<enurut merican Spinal Injur& ssociation (#SI#" 002, istilah tetraplegia
lebih baik digunakan daripada kuadriplegia. Istilah paresis untuk menyatakan lesi
inkomplit juga tidak tepat, sebagai gantinya dipakai istilah SI Impairment Scale yang
merupakan modi5ikasi dari Frankle, yaitu sbb (
2
A ( Kom'lit ( 4idak ada 5ungsi motorik ataupun sensorik yang terpelihara pada segmen
sacral S4 . S,.
B ( In$om'lit ( 4idak ada 5ungsi motorik, tetapi ada 5ungsi sensorik yang terpelihara di
ba$ah le&el neurologik, hingga segmen sacral S4 . S,.
) ( In$om'lit( Fungsi motorik terpelihara di ba$ah le&el neurologik, dan sebagian besar
otot kunci di ba$ah le&el neurologik mempunyai kekuatan kurang dari /.
D ( In$om'lit( Fungsi motorik terpelihara di ba$ah le&el neurologik dan sebagian besar
otot kunci di ba$ah le&el neurologik mempunyai kekuatan lebih besar
atau sama dengan /.
E ( Normal ( Fungsi motorik maupun sensorik normal
PATOFISIOLOGI
Me$anime )e&era
Cedera tulang belakan dapat berupa 5raktur, dislokasi, C<S tanpa abnormalitas
radiologi (SCI>?6#" atau cedera penetrans.
)
Fraktur tidak mempunyai tempat
predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi pada tempat'tempat antara bagian yang
sangat mobil dengan bagian yang ter5iksasi, seperti pada &ertebra C ' C2 , C, ' C- dan
4 . 42.
),/
+e&el neurologis yang paling sering dijumpai adalah C4, C,, C- di regio
ser&ikal dan 42, + pada thoracolumbar junction.
),/
Cedera ser&ikal dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi mekanisme (
7,
. %embebanan aksial (a;ial loading"
7
2. Fleksi
/. @kstensi
4. 6otasi
,. +ateral bending
-. 2istraksi
7. 4rauma langsung seperti luka tembus
<edula spinalis dan radis dapat rusak melalui 4 proses patologis sebagai berikut (
2
. 1ompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus inter&ertebralis dan hematom.
Aang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh
korpus &ertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan trauma hiperekstensi.
2. 6egangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada jaringan,
hal ini biasanya terjadi pada hiper5leksi. 4oleransi medula spinalis terhadap
regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.
/. @dema medula spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan
gangguan aliran darah kapiler dan &ena.
4. Bangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau sistem arteri spinalis anterior dan
posterior.
Mani!etai lei traumati$
+esi cedera medula spinalis akibat trauma pada tulang belakang, dapat berupa (
*+ Komoio me&ula 'inali
Aaitu kelainan medula spinalis yang bersi5at sementara dan re&ersibel.
%enyembuhan lengkap terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam, atau
dalam '2 hari, tanpa meninggalkan gejala sisa. +esi re&ersibel ini biasanya
disebabkan oleh trauma tidak langsung. Secara makroskopis medula spinalis
tampak utuh. 1elainan berupa edema, perdarahan peri&askular kecil'kecil dan
in5ark disekitar pembuluh darah, yang diduga hanya merupakan gangguan
5isiologik tanpa kerusakan anatomik. 9ika didapatkan paralisis dan de5isit sensoris
total dalam $aktu lebih dari 4) jam, maka kemungkinan penyembuhan
)
5ungsionalnya yang sempurna lebih mengarah ke perubahan anatomik daripada
5isiologik.
2
,+ Kontoio me&ula 'inali
1elainan ini sering dijumpai sebagai akibat 5raktur, dislokasi,
hiperekstensi, hiper5leksi atau rotasi tulang belakang. Suatu memar medula
spinalis tanpa merobek piameter dan pada pemeriksaan 5oto rontgen tidak
ditemukan adanya kelainan tulang belakang. %ada kelainan ini terdapat
perdarahan interstitial dalam substansi medula spinalis. 1elainan bersi5at
permanen dan meninggalkan gejala'gejala sisa. %erubahan medula spinalis lebih
bersi5at anatomis daripada 5isiologis. %erdarahan di dalam substansia alba
memperlihatkan adanya bercak'bercak degenerasi >allerian dan pada kornu
anterior terjadi hilangnya neuron yang diikuti proli5erasi mikroglia dan astrosit.
1ontosio medula spinalis merupakan mani5estasi terbanyak dari cedera medula
spinalis.
2
%+ Laeraio me&ula 'inali
4rauma yang hebat pada medula spinalis dapat menghasilkan laserasio,
dimana menyebabkan terjadinya kerusakan yang lebih berat daripada kontosio
dengan disertai robeknya piameter dan transeksi parsial atau total dari medula
spinalis. :iasanya penyebab lesi ini adalah trauma langsung seperti luka tembah,
tertusuk benda tajam atau 5ragmen tulang dan 5raktur dislokasi &ertebra.
2
%ada
pungsi lumbal dapat ditemukan adanya likuor yang bercampur banyak darah.
%erubahan yang terjadi mirip dengan kontosio, hanya saja disini terdapat disrupsi
dari kontinuitas medula spinalis, disertai perdarahan dan edema meningen, serta
terjadinya nekrosis pada medula spinalis
/,
Keadaan fungsional penderita tetraplegia tinggi (C ! C")
#$
' %enderita biasanya membutuhkan bantuan perna5asan berupa &entilator atau pemacu
ner&us 5renikus. #lternati5 lain yang kuran umum dipakai adalah pneumobelt dan
intermittent negative pressure apparatus yang hanya dapat dipakai dalam posisi duduk.
' %enderita harus meminta tolong pada orang lain dalam melakukan akti&itas 5isik seperti
latihan +BS, trans5er dan positioning. #kti&itas 5ungsional dibantu dengan alat'alat
seperti pembalik halaman buku, pembuka pintu, sistem panggilan darurat, kursi roda
manual atau kursi roda bertenaga yang dikontrol dengan dagu, kepala dan akti&asi
suara, dsb.
' 6ata'rata lama ra$at rehabailitasi di rumah sakit L 4 . , bulan.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C%
#$
' 2engan le&el neurologik C,, penderita mampu mem5leksikan sikunya
' Suatu balanced *orearm orthosis (:F?" dapat dipakai untuk mengkompresi kelemahan
dan memungkinkan untuk memperbaiki penempatan lengan atas. :idai statis (ortosis
penyangga yang panjang" dengan tempat perkakas atau tempat pensil dapat dipakai
untuk membantu kegiatan seperti menulis, mengetik dan makan.
' Sasaran yang ingin dicapai a.l ( makan dengan benar, higiene mulut dan $ajah, table
top communication dan kesibukan di $aktu luang. <era$at tubuh bagian atas masih
membutuhkan bantuan orang lain.
' Cntuk ambulasi, penderita bisa memakai kursi roda bertenaga yang dijalankan dengan
kontrol tangan atau kursi roda manual yang dilengkapi dengan proyeksi oblik pada
pelek 8 lingkaran tangan untuk membantu dorongan.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C&
#$
' 1emampuan ekstensi pergelangan tangan meningkatkan kemampuan 5ungsional
penderita dengan le&el C-. @kstensi pergelangan tangan secara akti5 mengakibatkan
tenodesis, dimana oposisi ibu jari telunjuk terjadi bersamaan dengan 5leksi jari'jari
karena tendon'tendon diregangkan ketika pergelangan tangan diekstensikan.
' %enderita dapat memakai splint tenodesis untuk membantu akti&itas 5ungsionalnya
seperti memasang kateter atau ketrampilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Aang
/-
lebih sering dipakai adalah ortosa penopang pendek dengan tempat perkakas atau
manset alat untuk makan, menulis dan untuk menjaga higiene.
' %enderita biasanya dapat makan sendiri bila makanan telah disediakan dan dipotong
menurut ukuran suap. <ereka mampu mengenakan baju untuk ekstremitas atas dan
melakukan higiene mulut dan $ajah. %enderita yang telah termoti&asi baik dapat
memakai baju untuk ekstremitas ba$ah, $alaupun membutuhkan $aktu lama.
:eberapa penderita bisa melakukan kateterisasi sendiri dan program buang air
besarnya.
' Cntuk ambulasi, penderita dapat memakai kursi roda manual secara mandiri dengan
proyeksi &ertical untuk rem tangan yang terbungkus, atau kursi roda bertenaga. 4rans5er
pada permukaan bertingkat membutuhkan papan peluncur.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C'
#$
' #danya 5ungsi triseps pada le&el C7 menghasilkan peningkatan yang nyata dalam
ketrampilan trans5er dan mobilisasi. #da kekuatan untuk ekstensi jari dan 5leksi
pergelangan tangan, sehingga bisa membantu akti&itas kehidupan sehari'hari (#1S".
' %enderita biasanya mampu mandiri dalam mobilisasi di tempat tidur, hygiene mulut dan
$ajah, pengelolaan :#: dan :#1, pemakaian baju untuk ekstremitas atas, trans5er ke
kursi roda dan mobil. :anyak juga yang mandiri dalam pemakaian baju ekstremitas
ba$ah.
Keadaan fungsional penderita tetraplegia C$
#$
' Fleksor digitorum pro5undus pada le&el C) sangat meningkatkan 5ungsi tangan.
1emandirian penuh dengan memakai kursi roda dimungkinkan, $alaupun 5ungsi
tangan tidak sepenuhnya normal karena tidak adanya iner&asi dari segmen torakal
pertama. 1ursi roda manual cukup ringan untuk dipindahkan sendiri ke dalam mobil,
dan tugas'tugas rumah tangga menjadi tidak begitu sulit.
P5OBLEM SPESIFIK LESI MEDULA SPINALIS
Kar&io#a$ular
,9,,%
/7
6egulasi kardio&askular diatur melalui sistem sara5 otonom, baik simpatis maupun
parasimpatis. Semua out5lo$ simpatis muncul pada le&el 4- dan cedera dia atas le&el
tersebut biasanya menyebabkan hilangnya input inhibisi dan eksitasi ke ba$ah
(desenden" ke semua neuron simpatis preganglionik.
2alam perubahan ke posisi tegak, normalnya, penurunan tekanan darah dirasakan
oleh baroreseptor di aorta dan karotis yang merangsang re5lek peningkatan akti&itas
simpatis yang menyebabkan takikardi dan &asokonstriksi. 9ika terjadi gangguan jaras
a5eren simpatis spinal, penderita akan mengalami hipotensi ortostatik dengan gejala
pusing, gangguan penglihatan atau sampai pingsan.
%enanganan dengan latihan postural berulang dan bertahap, pemakaian stoc!ing
ekstremitas ba$ah dan pembalut kompresi abdomen.
Ul$u &e$ubitu
-
Clkus dekubitus dapat terjadi se$aktu'$aktu setelah cedera medula spinalis dan
merupakan komplikasi yang perlu dikha$atirkan. Clkus terjadi pada bagian tubuh
yang menerima banyak tekanan, biasanya pada daerah tulang yang menonjol. Clkus
daerah sakral sering terjadi selama pera$atan di rumah sakit dan ulkus ischial pada
cedera medula spinalis kronik. (Aarkony dan Deinemann, 00,". 4idak dibebaskan
dari tekanan dan gesekan pada luka merupakan penyebab rusaknya kulit, dan
membutuhkan perhatian dan penanganan multidisiplin tim dalam penatalaksanaan
akut maupun kronis.
Pulmoner
,9,,%
%enderita dengan lesi di atas C) terdapat kehilangan semua otot abdomen dan
interkostal dan selanjutnya terjadi impairment pada inspirasi dan ekspirasi. C4 pada
umumnya merupakan le&el lesi tertinggi di mana pernapasan spontan dimungkinkan.
+esi di atas le&el C4 biasanya membutuhkan &entilasi mekanik.
4indakan umum yang dianjurkan untuk mencegah komplikasi respiratorik antara
lain perubahan posisi, deep breathing yang teratur dan penggunaan spirometri
pendorong 8 perangsang (incentive spirometr&". :antuan batuk dapat diberikan untuk
membantu pasien paraplegia atau tetraplegia tinggi dalam menimbulkan batuk yang
produkti5 dan kuat.
S'atiita
,9,,%
/)
2ampak spastisitas pada keadaan 5ungsional, pera$atan, kenyamanan dan kondisi
klinis pasien sebaiknya dinilai sebelum dimulainya pengobatan. %engobatan biasanya
diindikasikan bila spastisitas mengganggu pelaksanaan kegiatan pera$atan diri, gaya
jalan, positioning di kursi roda atau akti5itas trans5er, mengganggu tidur, atau
menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan atau de5ormitas. Selanjutnya, spastisitas dapat
menambah kerusakan kulit dan kontraktur sendi. 2i lain pihak, beberapa pasien
menggunakan tonus ekstensor untuk membantu trans5er, berdiri, atau akti&itas
ambulasi, sehingga pengobatan spastisitas sebenarnya dapat menyebabkan penurunan
5ungsi dan oleh karenanya mungkin tidak diindikasikan. Spastisitas mungkin juga
membantu memelihara bagian terbesar otot.
%rogram harian rutin peregangan otot yang dipertahankan akan ber5ungsi sebagai
dasar pengelolaan semua pasien dengan spastisitas. %engurangan spastisitas yang
mengikuti peregangan dapat bertahan beberapa jam. Dal ini mungkin diakibatkan
oleh perubahan mekanik dalam unit muskulotendineus dan penurunan sensiti5itas
spindle serta akti&itas gamma. Selanjutnya, pemakaian tilt table standing dapat
berman5aat dalam mengurangi spastisitas ekstensor.
Uu bear
,9,,%
2is5ungsi usus neurogenik (neurogenic bo$el dys5unction" dapat berakibat
gangguan penyimpanan dan eliminasi 5eses. 1etidakmampuan menghambat de5ekasi
spontan secara &olunter mengarah kepada inkontinensia al&i, sedangkan
ketidakmampuan mengeluarkan 5eses secara adekuat mengarah kepada konstipasi dan
impaksi. Sedangkan impaksi 5eses secara paradoksal dapat berakibat diare dan
inkontinensia. 2alam hal ini perlu diusahakan eliminasi 5eses secara adekuat dan juga
inhibisi de5ekasi spontan pada saat yang diinginkan untuk mencapai kontinen
(kemampuan menahan de5ekasi" yang baik secara sosial.
Sembilan puluh empat persen orang sehat akan de5ekasi tiga kali atau lebih per
minggu, sehingga secara 5isiologis orang diharapkan de5ekasi satu kali dalam dua hari
atau kurang. ?leh sebab itu menstimulasi eliminasi 5eses secara reguler pada saat dan
5rekuensi yang teratur akan mengurangi kemungkinan kejadian inkontinensia. :ila
inter&alnya terlalu panjang, 5eses akan lebih keras dan lebih sulit dikeluarkan.
DVT &an Emboli 'aru
-
2eteksi a$al dari deep &enous thrombosis (234", dan resiko yang berhubungan
dengan emboli pulmonary harus terus dicari. %enilaian 234 biasanya dengan &enous
2oppler (duple; scan" dan penilaian laboratorium 2'dimer. @mboli paru dapat di
periksa dengan pulmonary arteriogra5i atau C4 spiral.
Dipotensi ortostatik biasanya akan terjadi segera setelah cedera medula spinalis,
berhubungan dengan hilangnya simpatis &asokonstriksi peri5er. Dal ini harus
dibedakan dengan dehidrasi.
Fun.i e$ual
*%
<eskipun terjadi perubahan besar dari kontrol sara5 normal pasca lesi medula
spinalis, harapan realistik pada kebanyakan pasien adalah tercapainya pemenuhan
ekspresi seksual yang menyenangkan.
%emulihan 5ungsi seksual pasien lesi medula spinalis sangat berbeda antara pria
dan $anita. %ada $anita, 5ungsi seksual dan 5ertilitas relati5 tidak terganggu.
40
Fungsi seksual pria dengan lesi medula spinalis sangat ditentukan oleh le&el dan
komplit 8 tidaknya lesi. %asien dengan lesi regio ser&ikal atau thorakal dengan segmen
sakral yang masih utuh, kemungkinan besar mempunyai re5lek ereksi, jika
dibandingkan pasien dengan lesi pada regio lumbal dan sakral, re5lek ini diperantarai
S2'S4. Sebagian besar penderita lesi medula spinalis pria steril, mungkin karena
kerusakan mekanisme regulasi suhu. 4anpa memperhatikan le&el dan komplit 8
tidaknya cedera, hanya P '0* saja yang bisa mempunyai anak.
(" (2"
Gbr . 617 #osisi coitus pada imobilitas spinal= 627 #osisi coitus pada penderita &ang mengalami
penurunan !e!uatan= endurance dan !oordinasi.
BAB IV
P5OGNOSIS
Sebuah penelitian prospekti5 selama 27 tahun menunjukkan bah$a rata'rata
harapan hidup penderita cedera medula spinalis lebih rendah dibanding populasi normal.
%enurunan rata'rata lama harapan hidup sesuai dengan beratnya cedera. %enyebab
kematian utama adalah komplikasi disabilitas neurologik, yaitu ( pneumonia, emboli
paru, septicemia dan gagal ginjal.
2,
2engan adanya kemajuan dalam penatalaksanaan kasus cedera medula spinalis,
terutama perbaikan dalam penatalaksanaan traktus urinarius dan pencegahan ulkus
dekubitus, maka harapan hidup dapat ditingkatkan khususnya pada penderita tetraplegi.
4
%enelitian <uslumanoglu dkk terhadap ,, pasien cedera medula spinalis
traumatic (/7 penderita dengan lesi inkomplet" selama 2 bulan menunjukkan bah$a
4
penderita dengan cedera medula spinalis inkomplet akan mendapat perbaikan motorik,
sensorik, dan 5ungsional yang bermakna dalam 2 bulan pertama.
2,
BAB V
5INGKASAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
disabilitas neurologis. 2iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan status
neurology dan penunjang. %engetahuan dalam penanganan a$al sangat penting dalam
prognosisnya. 4erapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan 5ungsi sensoris dan motoris. Cedera medula spinalis inkomplit
cenderung memiliki prognosis yang lebih baik.
42
DAFTA5 PUSTAKA
. Ste&en 1irshblum. 6ehabilitation o5 Spinal Cord Injury. In ( 2e +isa 9#, Bans :<.
%hysical <edicine and 6ehabilitation ( %rinciples and %ractice. 4
th
ed. 9: +ippincot
Company, %hiladelphia 200, ( 7,',
2. Frost FS. Spinal Cord Injury <edicine. In ( :raddom 6+. %hysical <edicine and
6ehabilitation. >: Saunders Co. %hiladelphia 2000 ( 2/0')2
/. 1irshblum S, BonJaleJ %, Cuccurullo S. Spinal Cord Injuries. In ( Cuccurullo S.
%hysical <edicine and 6ehabilitation :oard 6e&ie$. 2emos, Fe$ Aork 2004 ( 4)0'
,,.
4. Cardenas 22. 6ehabilitation in Spinal Cord Injury. In ( SelJer <@ et al. 4e;tbook o5
Feural 6epair and 6ehabilitation. 3ol II <edical Feurorehabilitation. Cambridge
Cni&ersity %ress. Fe$ Aork 200- ( ,0/'-,.
4/
,. 2a$odu S4. Spinal Cord Injury ( 2e5inition, @pidemiology, %athophysiology.
2iperoleh dari ( http(88$$$.emedicine. +ast updated( Februari 2,2007.
-. @ichler <@, 3ollmer 2B. Cer&ical Spine 4rauma. In ( Aoumans 69, Feurological
Surgery, >: Saunders Company, %hiladelphia 00- (0/0'-,
7. Committee on 4rauma o5 the #merican College o5 surgeon. #d&anced 4rauma +i5e
Support (#4+S", %rogram untuk dokter. 00/ ( 2/7',/
). +anig I, 2onao&an >D, Spinal Cord Injury. In Barrisson S9. Dandbook o5 %hysical
<edicine and 6ehabilitation :asic. 9: +ippincott Co, %hiladelphia 00, ( //,'-)
0. :romley I. 4retraplegia and paraplegia, # guide 5or %hysiotherapists. Churchill
+i&ingstone. @dinburg. 00
0. Foerjanto. Bangguan Berak #kibat +esi pada <edula Spinalis. 2alam ( Dadinoto S
(editor". Bangguan Berak, @d 2. :adan %enerbit Cni&ersitas 2iponegoro Semarang.
00- ( -,'70
. #pple 2F. Spinal Cord Injury 6ehabilitation. In ( 6othman 6D, Simeone F#. 4he
Spine. >: Saunders Company. %hiladelphia. 002! 22,'4-.
2. #merican Spinal Injury #ssociation (#SI#". Standards 5or Feurological and
Functional Classi5ication o5 Spinal Cord Injury. 6e&ised by 2itunno 9F. Chicago
002!'2-
/. Dalstead +S, Carter 6@. Spinal Cord Injury. In ( Dalstead +S, Brabois <. <edical
6ehabilitation. 6a&en %ress. Fe$ Aork 0), ( 20'/4
4. S$ain #. @&acuation and Initial <anagement at Dospital. In( Brundy 2. #:C o5
Spinal Cord Injury. 4th @d. :<9. +ondon. 2002 ( ,'0.
,. +a&ernia C9, :otte <9, Bar5in S6. Spinal ?rthoses 5or 4raumatic and 2egenerati&e
2isease. In( 6othman 6D, Simeone F#. 4he Spine. >: Saunders Company.
%hiladelphia. 002( 07'224
-. 4an 9C. %ractical <anual o5 %hysical <edicine and 6ehabilitation. St. +ouis, <osby
00) ( ,/)',2
7. >idjaja S. %rinsip 2asar %engelolaan %enyandang Cacat. 2alam( Simposium
%enderita Cacat #kibat 2<. %erdosri. Semarang.200
). %arker S, >idjaja S, <ulani #<F4. :uku %egangan 4erapi ?kupasi. 4erjemahan
#ndri Dartono, Aayasan @ssentia <edica.Aogyakarta( 000( -0'7
44
0. 6outi B6, <orris <2, Cole 9#. #Iuatic 6ehabilitation. +ippincott, %hiladelphia
007
20. Frost FS. Spinal Cord Injury <edicine. In ( :raddom 6+. %hysical <edicine and
6ehabilitation 2nd ed. >: Saunders. %hiladelphia. 2000( 2/0'7
2. 2uus %. Sistem <otorik. 2alam ( Su$ono 9> (editor", 2iagnosis 4opik Feurologi,
anatomi, 5isiologi, tanda, gejala. @BC 00- ( /'7/
22. <ardjono <, Sidharta %. %ato5isiologi Susunan Feuromuskular! %ato5isiologi
Somestesia. 2alam <ardjono <, Sidharta %, Feurologi 1linis 2asar. 2ian 6akyat
004 ( 20'/
2/. Freed <<. 4raumatic and Congenital +esions o5 4he Spinal Cord. In 1ottke F9,
Still$ell B1, +ehmann 9F, 1russenQs Dandbook o5 %hysical <edicine and
6ehabilitation. >: Saunders Company, %hiladelphia 0)2 ( -4/'7/
24. +o$man @, 1linger 9+. #ids to Independent +i&ing. Fe$ Aork ( <c Bra$'Dill, 0-0
2,. %inJon 6. <ielopati Ser&ikalis 4raumatika ( 4elaah %ustaka 4erkini. 2alam ( Cermin
2unia 1edokteran Fo ,4,2007( /0'42.
2-. Functional @lectrical Stimulation. 2iperoleh dari ($$$.sci'therapies.in5o.
2o$nload ( 0 Fo&ember 200)
LAPO5AN KASUS BEDAH SA5AF
I+ IDENTITAS PASIEN
Fama ( 4n. 1
Cmur ( ,- tahun
9enis kelamin ( +aki'laki
#lamat ( 2s. 4anjung 64 0/ 6> 0, 1ec. 1edung 4uban
:lora
#gama ( Islam
%ekerjaan ( %FS
Fo C< ( ,)-)-)
4anggal <6S ( / ?ktober 200)
4anggal 1onsul 8 ( 4 ?ktober 200)
4,
pemeriksaan
II+ ANAMNESIS
Keluhan (tama < 1elemahan ke'4 anggota gerak
)i*ayat +enyakit Sekarang <
2ua hari S<6S ketika penderita mengendarai sepeda motor sambil
berboncengan, penderita terjungkal dari sepeda motornya setelah mele$ati lubang yang
ada di jalan, posisi penderita jatuh tengkurap dan bibir terbentur aspal, serta punggung di
timpa oleh sepeda motornya. %enderita tidak sadar kurang dari R jam, setelah bangun
tidak mual, tidak muntah dan tidak ada sakit kepala. Saat terjatuh penderita masih
memakai helm. Setelah sadar, penderita merasa kedua tungkainya tidak dapat digerakkan
dan kedua lengan terasa lemah. 1emudian penderita di ba$a ke 6S Cepu. 2ari 6S Cepu
dilakukan pera$atan luka dan dirujuk ke 6S 1ariadi.
Selama dalam pera$atan CB2 6S 2r. 1ariadi, penderita diberikan
suntikan,dipasang cer&ical colar pada leher, tidur alas datar dan di roentgen daerah leher
dan punggungnya. 1emudian penderita dira$at di bangsal :edah Sara5.
Selama pera$atan di ruangan, penderita masih merasakan kelemahan pada ke '4
anggota geraknya dan terasa tebal pada ke'2 lengan serta tungkainya. 4idak ada mual,
tidak ada muntah dan tidak ada sakit kepala. %enderita belum :#: dan :#1 dengan
dipasang kateter. 1emudian tanggal 4 ?ktober penderita dikonsulkan ke 6ehabilitasi
<edik.
)i*ayat +enyakit ,ahulu <
:elum pernah sakit seperti ini sebelumnya, ri$ayat darah tinggi dan kencing manis
disangkal.
)i*ayat +enyakit Keluarga <
4idak ada yang sakit seperti ini.
)i*ayat Sosial Ekonomi <
%enderita adalah seorang %FS di departemen % G 1. Istri seorang ibu rumah tangga.
#nak 4 orang, 2 orang sudah berkeluarga. %enderita tinggal dirumah bersama istri dan
anak lelaki yang masih belum bekerja. Sebelum sakit penderita bekerja di dinas % G 1
rata'rata masuk kerja kali seminggu. 2an diselang $aktu senggangnya, penderita
4-
mengisi $aktu dengan berkebun. %enderita hobi mengkoleksi tanaman hias untuk dijual.
:iaya pengobatan ditanggung #S1@S.
III+ PEME5IKSAAN FISIK t.l *- O$tober ,99:
1eadaan Cmum ( C<, kontak dan pengertian baik, pasien berbaring di papan alas datar
4: ( -0 cm :: ( ,- 1g :<I ( 2,)7 kg8m
2
(normo$eight"
42 ( 00870 mmDg F ( 7, ;8mnt 66 ( 22 ;8mnt Suhu ( /7 C.
1epala ( <esocepal, simetris, tampak e;coriasi pada regio 5rontal sinistra
<ata ( 1onjungti&a anemis ('", sklera ikterik('", pupil bulat, isokor, S / mm
6C (P" 8 (P"
Didung ( 2e&iasi ('", bentuk (F"
<ulut ( Status lokalis
4elinga ( dbn
Fn Craniales ( I . HII tidak ditemukan kelainan.
+eher
Inspeksi ( terpasang cer&ical collar jenis rigid, bekas luka8 jejas ('"
%alpasi ( nyeri tekan 8 krepitasi tidak diperiksa.
6?< ( tidak dilakukan
Status internus
Cor ( :9 I8II reguler, mur'mur ('"
%ulmo ( Simetris, retraksi interkostal ('", sonor,
&esikuler (P" 8 (P", $heeJing ('" 8 ('", ronki ('" 8 ('"
#bdomen ( 2atar, timpani (P", :ising usus P (F", nyeri tekan ('", tumor ('"
4runkus
Inspeksi ( 4anda radang ('"
%alpasi ( 4idak dilakukan
6?< ( 4idak dilakukan
47
E$tremita Su'erior 2ekstra Sinistra
Berak (P" (P"
2e5ormitas ('" ('"
6adang ('" ('"
1ekuatan C,8C-8C78C)84 ,8,82880 ,8,82880
4onus F F
4ro5i @utro5i @utro5i
6e5leks Fisiologis (T" (T"
6e5leks %atologis ('" ('"
Sensorik %rotopatik C,(T" C,(T"
Sensorik %ropioseptik F F
E$tremita in!erior 2ekstra Sinistra
Berak (P" (P"
2e5ormitas ulkus gr I (tumit" ulkus gr I (tumit"
6adang ('" ('"
@dema tungkai dan kaki ('" ('"
6?< pasi5 Dip, 1nee, #nkle 5ull 5ull
1ekuatan +28+/8+48+,8S 2828884 2828884
4onus( (T" (T"
4ro5i @utro5i @utro5i
6e5leks Fisiologis (T" (T"
6e5leks %atologis ('" ('"
1lonus ('" ('"
Sensibilitas %rotopatik (T" (T"
Sensibilitas %ropioseptik F F
3askularisasi (
%ulsasi #. Femoralis (P" (P"
%ulsasi #. 2orsalis %edis (P" (P"
%ulsasi #. 4ibialis %osterior (P" (P"
:C68#C6 ('"8('"
4)
Statu lo$ali 2
5e.io labiali u'erior 2
In ( tampak &ulnus laceratum panjang 2 cm, sudah terjahit
%a ( nyeri tekan (P"
5e.io /al/aneal &e;tra et initra (
In ( tampak ulkus dekubitus grade I dengan diameter / cm
%a ( nyeri tekan ('", tidak menghilang dengan penekanan
Klai!i$ai neurolo.i tan&ar untu$ /e&era me&ula 'inali 6Lam'iran *7
IV+ PEME5IKSAAN PENUN<ANG
- foto servikal .+/lateral (0 1ktober 022$) 2
' #ligment lordotik berkurang
' 4ampak cer&ical collar
' 2iskus dan 5oramen inter&ertebralis tak menyempit
' %rocesus spinosus dan pedikel tampak normal
' 4ampak listesis ke posterior &ertebra C- terhadap C7 membentuk angulasi (U2,*"
' 4ak tampak destruksi tulang
Kean ( Spondilolistesis &ertebra C- terhadap C7 (U2,*"
- foto torakolumbalis .+/lateral (0 1ktober 022$) 3
' #ligment tampak skoliosis torakalis
' 2iskus dan 5oramen inter&ertebralis tak menyempit
40
' %rocessus spinosus dan pedikel tampak normal
' 4ampak osteo5it anterior multipel pada corpus &ertebra torakalis
' @nd plate corpus &ertebra torakalis tampak normal
' 4ak tampak diskontinuitas tulang
' 4ak tampak destruksi tulang
Kean ( Skoliosis torakalis
Spondilosis torakalis
4ak tampak 5raktur pada &ertebra torakalis
4)5 cervical (" 1ktober 022$) 3
%ada mielogram tampak stenosis di daerah distal cer&ical
4ampak korpus C- lebih posterior dari C7 (U2,*" dan membentuk angulasi
1orpus C- bagian in5erior tampak lesi hipointens di 4 yang hiperintens pada 42
4ampak osteophyte
2iscus C-'7 agak menyempit
Intensitas discus relati5 hipointens di 42
4ampak protrusio diskus C4',, C,'- dan C-'7 ke posterosentral yang menekan thecal sac
dan medula spinalis
%ada 42 tampak lesi hiperintens di medula spinalis setinggi C4',
4ampak lesi hiperintens di 4 maupun 42 pada daerah pre&ertebra C4',
+ig 5la&um tidak menebal
Kean 2 Spondilolistesis C-'7 disertai 5raktur C-
DF% C4', sampai C-'7
1ontusio medula spinalis setinggi C4',
Laboratorium 2
Tan..al *%0*909: *:0*909: *=0*909: ,90*909:
Db 2,40 gr* ,00 gr* ' gr*
+eukosit ),)0 ribu8unit -,20 ribu8unit ' -,)0 ribu8unit
@ritrosit /,)7 juta8mmk /,-7 juta8mmk ' /,20 juta8mmk
Dematokrit /,,0 * /4,2 * ' 2/,) *
<C3 02,)0 5entoliter 0/,20 5entoliter ' 00,-0 5entoliter
<CD /2,00 pico grams /2,40 pico grams ' //,/0picograms
,0
<CDC /4,,0 gram8dl /4,)0 gram8dl ' //,40 gram8dl
4rombosit 24 ribu8mmk // ribu8mmk ' 4- ribu8mmk
Creum /- mg8dl 7, mg8dl ' '
Creatinin ,04 mg8dl ,0, mg8dl ' '
Fatrium 4/ mmol8+ /7 mmol8+ ' '
1alium /,0 mmol8+ 4,4 mmol8+ ' '
Clorida 00 mmol8+ 0- mmol8+ ' '
B2S 40 mg8dl 24 mg8dl ' '
#lbumin 2,0 gr8dl 2,, gr8dl 2,7 gr8dl '
Laboratorium 're &an 'ot o'erai
,*0*909: Pre o' Pot o'
Db 0,-0 gr* 0,)0 gr*
Dematokrit /2,- * 20,4 *
@ritrosit /,2- juta8mmk 2,0/ juta8mmk
<CD /2,,0 pico grams //,/0 pico grams
<C3 00,00 5entoliter 00,20 5entoliter
<CDC /2,-0 gram8dl //,20 gram8dl
+eukosit -,40 ribu8unit 7,/0 ribu8unit
4rombosit ,0 ribu8mmk / ribu8mmk
B2S ' 22 mg8dl
Creum ' ,/ mg8dl
Creatinin ' 0,)) mg8dl
#lbumin 2,7 gr8dl 2,/ gr8dl
Fatrium ' /0 mmol8+
1alium ' 4,- mmol8+
Clorida ' 0, mmol8+
Laboratorium 'ot o'erai
Tan..al ,-0*909: *0**09:
Db 0,)0 gr* '
Dematokrit /,2 * '
@ritrosit /,20 juta8mmk '
<CD /2,)0 pico grams '
<C3 04,)0 5entoliter '
<CDC /4,-0 gram8dl '
+eukosit ,0 ribu8unit '
4rombosit //,0 ribu8mmk '
B2S ' '
Creum ' '
Creatinin ' '
#lbumin ' 2,, gr8dl
Fatrium ' /2 mmol8+
1alium ' 4,/ mmol8+
Clorida ' 0, mmol8+
,
V+ DIAGNOSIS
. 2iagnosis klinis ( 4etraparese 5lacid SI Impairment Scale C
nterior Cord S&ndrome
2iagnosis topis ( <edula spinalis C-
2iagnosis etiologis ( 4rauma medula spinalis
2. Clkus dekubitus grade I
VI+ Penatala$anaan
Penatala$anaan &i ruan.an A*
Tan..al Me&i$amentoa Intru$i
*%>*9>,99: 2e;ametason /; amp
6anitidin /; amp
1etorolac /;/0mg
6+ 20 ppn
%ertahankan collar
4idur alas datar
*->*9>,99:
6Ul$u &e$ubitu .ra&e I7
2e;ametason /; amp
6anitidin /; amp
1etorolac /;/0mg
6+ 20 ppn
%ertahankan collar
4idur alas datar
Konul 5M
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
%ositioning
*?>*9>,99: 2e;ametason /; amp
Solumedrol /;2,0 mg
1altro5en 2; tab
6anitidin /; amp
<etylcobal ; tab
%ertahankan collar
4idur alas datar
2iet 414%
Pro.ram 5M2
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
%ositioning
*@>*9>,99:
Kel 2 Belum BAB
2e;ametason amp8)jam
Solumedrol /;2,0 mg
1altro5en 2; tab
6anitidin amp8) jam
<etylcobal ; tab
6+ 20 ppn
%ertahankan collar
4idur kasur dekubitus
2iet 414%
2ulcola; supp (pagi hari"
Pro.ram 5M2
Idem P bo$el training
*A>*9>,99:
Kel 2 Belum BAB
Idem Idem
*:>*9>,99: Idem Idem
2ulcola; supp (prn"
,2
Pro.ram 5M 2
Idem P digital stimulasi
*=>*9>,99: Idem Idem
,9>*9>,99: Inj Solumedrol 2 ; 2,0 mg
6anitidin /; amp
1altro5en 2; tab
<etylcobal ; tab
6+ /0 ppn
Idem
,9>*9>,99:
P$l *@+99 BIB 2 Melena
Solumedrol Stop
1alne; amp8I3
Inpepsa / ; C I
+aktulosa / ; C I
6anitidin amp8 - jam
1altro5en tab (prn"
<ethycobal ; tab
Ce5ota;im g 82 jam
Cek Db cito
,*>*9>,99:
P$l 9=+,? C *%+99 BIB
O'erai
,*>*9>,99:
P$l *%+99 BIB
Pot o'erai
Ce5ota;im / ; g
1etorolac / ; /0 mg
Inpepsa / ; C I
4rane;amin 4 ; g
6anitidin / ; amp
,,>*9>,99:
6I)U7
Ce5ota;im g 8 2 jam
1etorolac /0 mg 8 ) jam
Inpepsa / ; C I
1alne; amp 8 2 jam
6anitidin ,0 mg 8 ) jam
6+ 20 ppn
Cek albumin G elektrolit
,%>*9>,99: 6 'in&a" HND 7
Kel 2 melena
Ce5ota;im / ; g
1etorolac / ; /0 mg
Inpepsa / ; C I
4rane;amin 4 ; g
6anitidin / ; amp
6+ 20 ppn
,->*9>,99: 6 'in&a" A* 7
Kel 2 melena
Ce5ota;im g 8 ) jam
4ramadol amp 8 2 jam
6anitidin ,0 mg 8 ) jam
1alne; ,00 mg8) jam
#55 drain
#55 2C
Cek darah rutin, albumin,
elektrolit
,/
Inpepsa / ; C I
<ethycobal ; tab
2iatab 2 ; tab
6+ 20 ppn
Konul ulan. 5M6'ot o'7
:C6 ('" 8 #C6 ('"
6ectal toucher ( darah (P"
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
,?>*9>,99:
Kel 2 Melena
Idem Pro.ram 5M 2
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
Strengthening
,A>*9>,99:
Kel 2 Melena
4ramadol stop ganti 1altro5en
2 ; tab
6+ P FaCl 0,0 * 2 ppn
Pro.ram 5M 2
:reathing e;c
6?< e;ercise
Strengthening
,:>*9>,99:
Kel 2 Perut $embun.
1alne; stop Cek albumin
Pro.ram 5M 2
6?< e;ercise
mobilisasi duduk
,=>*9>,99: Ce5pan 2 ; 200 g
<etronidaJol / ; ,00 mg
1altro5en 2 ;
6anitidin / ; tab
Inpepsa / ; C I
<ethycobal ; tab
%C4 / ; ,00 mg
Cek albumin dan elektrolit
Pro.ram 5M 2
6?< e;ercise
mobilisasi duduk (U,mnt"
%9>*9>,99: idem 1oreksi #lbumin ( 4)0 cc
Pro.ram 5M 2
:reathing e;ercise
6?< e;ercise
Strengthening e;ercise
<obilisasi duduk
%*>*9>,99: Idem (paracetamol bila demam"
%ost trans5usi albumin
Pro.ram 5M 2 idem
*>**>,99: Idem Pro.ram 5M 2 idem
%>**>,99: %asien pulang Pro.ram 5M 2 idem P
4rans5er kursi roda dengan
dibantu
,4
Pro.ram 5e"abilitai Me&i$ 2
*+ FISIOTE5API
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
4etraparese, kekuatan otot rata'rata kurang dari /
1eterbatasan +BS tidak ada
4erpasang cer&ical collar jenis rigid
:#: masih terasa, :#1 terpasang kateter
Clkus dekubitus pada kedua tumit dan daerah sakrum
%rogram ( 2anual 2uscle ?est (<<4"
#ositioning
#lih baring tiap 2 jam, secara log rolling
+atihan +BS akti5 dan pasi5 pada ke'4 ekstremitas
+atihan penguatan otot, khususnya ekstremitas atas
.reathing e:ercise
.o/el dan bladder training
<obilisasi bertahap dengan sasaran pemakaian kursi roda.
,+ TE5API OKUPASI
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
4erpasang cer&ical collar jenis rigid
4etraparese, kekuatan otot rata'rata kurang dari /
#1S dibantu
%rogram ( +atihan +BS dan penguatan ekstremitas atas dengan akti&itas
+atihan ketahanan duduk dengan akti&itas
+atihan #1S (makan, minum, higiene $ajah, dsb" bertahap dengan
membuatkan alat'alat bantunya.
%+ O5TOTIK P5OSTETIK
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
4etraparese inkomplit, kekuatan otot rata'rata kurang dari /
,,
%rogram ( %hiladelphia cer&ical collar
1ursi roda
Commode
1asur dekubitus
-+ PSIKOLOGI
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik, cukup kooperati5, status mental baik
%enderita mengalami tetraparese dan memerlukan pera$atan dan
rehabilitasi yang cukup lama
%rogram ( Support mental
<oti&asi keluarga untuk berpartisipasi akti5 dalam pera$atan penderita
?+ SOSIAL MEDIK
#ssessment ( 1ontak dan pengertian baik
%enderita adalah seorang %FS %G1
:iaya ditanggung #skes dan keluarga
%rogram ( 1unjungan rumah untuk melihat lingkungan tempat tinggal penderita,
dan menentukan sasaran 5ungsional 8 e&aluasi penderita
,-
B *oto cervical 612 3!tober 2--+7
AP Lateral
B *oto thoracolumbal # 612 3!tober 2--+7
AP Lateral
,7
2;I Certebra servi!alis 61" 3!tober 2--+7
,)
8asil 2;I vertebra servi!alis 61" 3!tober 2--+7
,0
2;I vertebra servi!alis 61" 3!tober 2--+7
-0
5i3a1at 'er$emban.an 'aien 'ot o'erai 2
Follo3 u' ,%0*9 ,?0*9 ,:0*9 ,=0*9 %90*9 %0**
1eadaan
umum
C<
42 00870
S ( /-,,VC
F ( -0 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 08-0
S ( /-,/VC
F ( -- ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /-VC
F ( -0 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /7VC
F ( 74 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /7VC
F ( 74 ;8mnt
66(20 ;8mnt
C<
42 0870
S ( /-,7VC
F ( -- ;8mnt
66(20 ;8mnt
2e5ormitas
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$hP 8 P
Cdem ke'2
tungkai
b$h W 8 W
1ekuatan(
C,
C-
C7
C)
4
+2
+/
+4
+,
S
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 2
8
0 8 0
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 %
8
* 0 *
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
, 8 ,
, 8 ,
2 8 %
8
* 0 *
2 8 2
2 8 2
8
8
4 8 4
6F T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (X 8 X" T8T (X 8 X"
4onus T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (T 8 T" T8T (X 8 X" T8T (X 8 X"
1lonus ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' D 0 D D 0 D
6% ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 ' ' 8 '
Sensorik C, T8 C,T C, T8 C,T )@ E0 )@E )@ E 0)@E )@ E 0)@E )@ E 0)@E
%asien saat ini sudah dapat mobilasi di kursi roda dengan bantuan.
4ujuan rehabilitasi pada pasien saat ini adalah meningkatkan kualitas hidup dengan
mengajarkan personal higienes secara independent dengan modi5ikasi alat bantu #1S
pada ekstremitas atas, bo/el dan bladder training, dan pencegahan komplikasi.
F !oto /er#i/al &urante o'erai ,* O$tober ,99: 6&en.an ) arm7
-
F !oto /er#i/al 'ot o'erai 6,? O$tober ,99:7
Pro.ram 5e"abilitai Selama &i 5uan.an A*
-2
LAMPI5AN *
-/
-4