You are on page 1of 24

MAKALAH MIOMA UTERI

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas Yang Di Ampu Oleh
Marwiyati,S. Kep,Ns.



Disusun oleh :
1. Nadila riski wulandari
2. Naharotul mufidah


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2013/2014









KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah
serta inayah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Mioma Uteri ini. Tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada
1.Ibu marwiati, S.Kep, Ns. Selaku dosen pengampu mata ajar Keperawatan Maternitas.
2.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Sains Al Qur`an
(UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
3.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Akan
tetapi penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan
yang ada. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Wonosobo, 10 Maret 2014


Penyusun







DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar .
Daftar Isi .....
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang ..
II. Tujuan ......
BAB II PEMBAHASAN
I. TINJAUN TEORI
A. Definisi .
B. Etiologi .....
C. Klasifikasi ..
D. Manifestasi Klinis ..
E. Patofisiologi ..
F. Pathways .
G. Komplikasi ..
H. Diagnosis.....
I. Pemeriksaan Penunjang .
J. Penatalaksanaan ..
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .
B. Diagnosa Keperawatan .
C. Intervensi dan Rasional .
D. Evaluasi .

BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran .
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Mioma Uteri merupakan tumor jinak dari otot rahim. Jumlah penderita mioma uteri ini
sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak menimbulkan keluhan sehingga
penderita tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Sampai saat ini belum diketahui penyebab
pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Secara umum angka
kejadian mioma uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi pada wanita berusia di atas 35
tahun.
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan
pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma
jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium)
sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan
(membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause
(mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim
dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt
berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh
lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan
berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa
gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.Diagnosis
mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang
lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari
uterus. Sedangkan untuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma dapat dilakukan
Ultrasonografi, Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang Akurat dalam
menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena
keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada
kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.




II.TUJUAN

1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari mioma uteri
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah yang mungkin dapat diketahui dan diatasi pada mioma uteri.
b. Mengetahui dan menambah pengetahuan tentang mioma uteri
c. Mengetahui defenisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi,
penatalaksanaan,dan komplikasi pada mioma uteri.
d. Mengetahui dasar teoritis dari Mioma uteri.
e. Mengetahui asuhan keperawatan Mioma uteri.























BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri,
leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor
kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. (Dokterku online, 19 Maret 2012,
Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis. Mioma terdiri atas
serabut serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi
kapsul yang tipis. (LieweIIyn.j. 2002 Hal 263)
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid. (Winkjosastro.H 2009, Hal 338).

B.ETIOLOGI

Penyebab pasti dari mioma pada rahim masih belum diketahui secara jelas.
Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas yang
berada diantara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai penyebab
mioma. Pertumbuhan dari mioma uteri di duga berkaitan dengan hormon estrogen. Mioma
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen
maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dimana saat itu kadar
estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai
penyebab mioma namun diketahui bahwa estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan
mioma. (Artikel kesehatan, Zidane 6 april 2012 diakses tanggal 27 Agustus 2012)


Teori Mayer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblas. Percobaan
Lipschurz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain di dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka


dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati
dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel inmatur, bukan dari
selaput otot yang matur. (Winkjosastro,H 2009 Hal 338).

C.KLASIFIKASI
Klasifikasi mioma uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena :
a. Lokasi
1.) Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
2.) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
3.) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b. Lapisan
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis
yaitu 1) Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma yang
cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Mioma ini dapat
menyebabkan torsi jika pertumbuhannya semakin membesar.
2) Mioma Uteri Intramural
Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila
besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol sehingga bentuk uterus bertambah
besar dan berubah. Tidak memberikan dejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3) Mioma Uteri Submukosa


Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah
terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.





D.MANIFESTASI KLINIS

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
Besarnya mioma uteri.
Lokalisasi mioma uteri.
Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % 50% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang
ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh
karena bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya
dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
c. Gejala traktus urinarius
urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis.
d. Gejala intestinal:


konstipasi obstruksi intestinal.
Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
Nyeri, dapat disebabkan oleh Penekanan saraf, Torsi bertangkai, Submukosa mioma
terlahir.




E.PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering
ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot
subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila
tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi
infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.






















F.PATHWAYS






G.KOMPLIKASI


(Manuaba I.B.G 2010 Hal 601)
a. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah di
angkat. Kecurigaan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tungkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.
c. Nekrosis dan infeksi
Setelah torsi dapat diikuti infeksi dan nekrosis.
d. Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan.
1) Menimbulkan infertility
2) Meningkatkan kemungkinan abortus
3) Saat kehamilan :Persalina prematuritas dan kelainan letak
4) Inpartu : Inersia uteri dan gangguan jalan persalinan
5) Pasca partum : Perdarahan post partum dan retensio plasenta

G. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal


b. Pemeriksaan pelvis
Adanya dilatasi serviks
Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul

H.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri ,
sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance
Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini
penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan
ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan
atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus
menyerupai kehamilan.

I.PENATALAKSANAAN
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi


4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri apabila:
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri
secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala.
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :


1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan
pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).
c. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin
imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.



















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1. Data biografi pasien
2. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus,
lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
3. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
4. Riwayat kesehatan keluarga.
5. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker
servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian
obstretri dan ginekologi.
6. Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama
persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi,
masalah bayi dan keadaan anak saat ini.
7. Pemeriksaan genetalia.
8. Pemeriksaan payudara
9. Riwayat operasi ginekologi.
10. Pemeriksaan pap smear .
11. Usia menarche Menopause
12. Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
13. Kesehatan lingkungan/higiene
14. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
15. Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
16. Terapi medis yang diberikan
17. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi


18. Persepsi klien terhadap penyakitnya

B.DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri
fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
2. Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
3. PK : Anemia
4. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap
konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
6. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur
invasi
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit;
keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan
informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit
9. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
C. INTERVENSI
1. Diagnosa keperawatan 1

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri
fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

Tujuan :
Klien dapat mengontrol nyerinya dengan criteria hasil mampu mengidentifikasi cara
mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.


Kriteria hasil:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri
- Skala nyeri 0
- Ekspresi wajah terlihat rileks

Intervensi :
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional : Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
Rasional : Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
Rasional : Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Mengurangi nyeri

Diagnosa Keperawatan II :

Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.

Tujuan :
Pola eliminasi urine ibu kembali normal
Kriteria hasil:
- ibu memahami terjadinya retensi urine
- bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
Intervensi :
1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional : Melihat perubahan pola eliminasi klien


2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa
nyeri.
Rasional : Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi,
mengalirkan air keran.
Rasional : Mencegah terjadinya retensi urine

Diagnosa keperawatan IV
Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep
diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
Tujuan: Rasa cemas dapat hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien tidak gelisah
Intervensi :
1. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari klien dan keluarga.
Rasional : Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima.
2. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan operasi
Rasional : Dapat meringankan ansietas terutama ketika tindakan operasi tersebut
dilakukan.
3. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat
ditujukan.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi ansietas.

Diagnosa keperawatan V
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
(status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
Tujuan : diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
kriteria hasil:
- Pasien tidak pucat


- Berat badan meningkat
- Tidak lemah
Intervensi:
1. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional:Memberikan asupan makanan
2. Timbang berat badan bila perlu
Rasional:Memberikan informasikan tentang berat badan dan mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi.
3. Berikan oral hygien
Rasional:Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
4. Berikan makanan selagi hangat dan menarik,serta makanan kesukaan.
Rasional:Meningkatkan nafsu makan
5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan , beri pengharum ruangan.
Rasional:Meningkatkan nafsu makan .
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional:Untuk memberikan nutrisi yang tepat pada anemia.

Diagnosa keperawatan VI
Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan
pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi sekunder
Kriteria hasil:
- Bebas dari tanda-tanda infeksi
- Angka leukosit normal
- Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi


Rasional : Mencegah infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
Rasional : Mencegah INOS
3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup
Rasional : Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Anjurkan istirahat cukup
Rasioanal : Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi
5. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi
Rasional : Meningkatkan pengetahuan ps
























BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia
lebih dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari kasus mioma uteri
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak
mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor
dalam uterus. Karenanya sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara dini untuk
menghindari dan mencegah timbulnya penyakit ini, kalaupun penyebabnya genetik pada
keluarga paling tidak dapat di deteksi secara dini sebelum penyakit ini bertambah hebat dan
menyebabkan komplikasi yang serius bagi organ organ disekelilingnya yakni dengan
melakukan pemeriksaan ginekologis rutin dan USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI
merupakan pilihan lain untuk hasil lebih akurat, namun dengan USG saja sudah bisa
dideteksi Mioma yang berkembang pada rahim seseorang.

B.Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
Mioma uteri dan dapat menerapkan dalam asuhan keperawatannya, pasien harus dapat
berpartisipasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada
pasien, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan yang berkualitas serta bermutu tinggi
tanpa harus memandang status serta ras.











DAFTAR PUSTAKA

Bari,Abdul Saifudin. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
JNPKKR-Po GI
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier
Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Yuliaikhah, Lily S.Si. T. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta:Buku Kedokteran
ECG

You might also like