You are on page 1of 56

Teks Copyright 2004 by Mary Pope Osborne

Artwork Copyright 2004 by Troy Howell


Diterjemahkan dari Return to Ithaca, karangan Mary Pope Osborne,
terbitan Hyperion, New York: 2004
Hak terjemahan Indonesia pada Serambi
Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh
maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara
apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit
Penerjemah: Santi Paramitta
Penyunting: Ferry Halim
Pewajah Isi: Fadly
PT SERAMBI ILMU SEMESTA
Anggota IKAPI
Jln. Kemang Timur Raya No. 16, Jakarta 12730
www.serambi.co.id; info@serambi.co.id
Cetakan I: Oktober 2006 M
ISBN: 979-1112-04-5
Dicetak oleh Percetakan PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Untuk Chip Huges
P
P
E
E
N
N
G
G
A
A
N
N
T
T
A
A
R
R
ada zaman dahulu kala, ada sebuah dunia
misterius yang dikenal dengan nama Gunung
Olimpus. Dunia yang tersembunyi di belakang
sekumpulan awan tebal ini tak pernah tertiup
angin ataupun terguyur hujan. Para penghuni
Gunung Olimpus tidak pernah menjadi tua
ataupun mati. Mereka bukan manusia. Mereka
adalah para dewa dan dewi Yunani yang perkasa.
Para dewa dan dewi Olimpus memiliki
pengaruh besar atas kehidupan umat manusia di
dunia. Pada suatu ketika, kemarahan para dewa
dan dewi ini menyebabkan seorang pria bernama
Odiseus harus berkelana di lautan selama
bertahun-tahun hanya untuk menemukan jalan
pulang.
Tiga ribu tahun yang lalu, untuk pertama
kalinya, seorang penyair Yunani bernama Homer
menceritakan kisah perjalanan Odiseus. Sejak
saat itu, para pendongeng lain turut menceri
takan kembali kisah perjalanan yang ajaib dan
mengesankan tersebut. Kisah perjalanan ter
sebut dikenal sebagai Odisei.
P
SATU
P
P
E
E
R
R
P
P
I
I
S
S
A
A
H
H
A
A
N
N
D
D
A
A
N
N
K
K
E
E
S
S
E
E
D
D
I
I
H
H
A
A
N
N
i bawah sebatang pohon zaitun di pantai
yang terasing, terbaring Odiseus, sang raja
Ithaca yang tengah tersesat. Beberapa minggu
sebelumnya, Odiseus telah berjuang
menyelamatkan nyawa dari badai yang maha
dahsyat. Ia menjalani hari-harinya tanpa
makanan dan minuman. Ia berhasil
menyelamatkan diri dari kematian berkat
bantuan seorang dewi laut. Dan sekarang, hanya
dengan diselimuti dedaunan, ia terlelap
kelelahan.
Selama dua puluh tahun sejak meninggalkan
medan tempur di Troya, Odiseus telah berkali-
kali mencoba kembali ke Ithaca, tanah
kelahirannya yang tercinta. Pada saat itu ia
harus berhadapan dengan badai dan bertempur
melawan berbagai monster. Ia telah kehilangan
armada kapal beserta seluruh awak kapalnya.
Odiseus sangat berharap bisa segera kembali
ke tanah kelahirannya dan berkumpul kembali
dengan istrinya, Penelope dan putra mereka,
Telemakus. Meskipun ia tidak melihat wajah
mereka selama dua puluh tahun terakhir,
D
mereka selalu berada dalam hati dan pikirannya.
Namun, pada saat ini, saat terbaring di pantai
yang terpencil, tampaknya mustahil bagi Odiseus
untuk kembali pulang.
* * *
Sementara Odiseus tertidur di pantai, nun jauh
di sana, Penelope terlelap di kamarnya. Ia merasa
letih karena terlalu lama menangis. Selama
bertahun-tahun, pria-pria kejam telah menyerbu
kediaman suaminya dan menuntutnya untuk
menikahi salah seorang dari mereka. Penelope
dengan teguh selalu menolak. Sekarang, para
pelamar tengah berencana untuk membunuh
putranya pada saat sang anak kembali dari
perjalanan mencari sang ayah. Saat mendengar
berita itu, Penelope jatuh pingsan. Ia hampir tak
sanggup bertahan atas kepergian suaminya. Ia
pasti akan mati jika harus kehilangan putranya
juga.
* * *
Di tempat yang jauh dari Ithaca, putra Penelope,
Telemakus, tengah terbaring di ruang tidur
mewah di istana raja dan ratu Sparta. Ia
melakukan perjalanan ke tempat itu untuk
mencari berita tentang ayahnya, dan
perjalanannya membuahkan hasil. Raja
Menelaus telah mengatakan padanya bahwa
kemungkinan besar, Odiseus ditahan di pulau
kediaman Dewi Kalipso.
Setelah mendengar berita ini, Telemakus
terus-menerus bertanya pada dirinya sendiri.
Haruskah ia bertolak ke Pulau Kalipso untuk
mencari sang ayah? Atau haruskah ia kembali ke
Ithaca dan membantu ibunya menghadapi para
pelamar yang mencoba mengambil alih tempat
ayahnya?
Telemakus tidak sadar bahwa pada saat ini
orang-orang jahat itu sedang menanti
kesempatan untuk menyerangnya saat ia pulang
nanti.
Jauh di atas puncak Gunung Olimpus,
Athena, sang dewi bermata kelabu, sedang
menatap ke arah Odiseus, Penelope, dan
Telemakus. Ia harus melakukan sesuatu untuk
menyelamatkan ketiga orang itu, demikian
pikirnya. Ia harus bertindak cepat. Maka,
beberapa saat menjelang fajar, Athena
meninggalkan dunianya yang terang nan
sempurna di atas awan dan meluncur ke bawah,
menuju dunia yang kecil dan penuh masalah.
DUA
S
S
A
A
N
N
G
G
P
P
U
U
T
T
R
R
I
I
thena melaju cepat di atas daratan menuju
daerah kekuasaan Raja Alcinous. Raja
Alcinous adalah seorang pemimpin yang
bijaksana dan dermawan. Kerajaannya diberkahi
oleh para dewa. Kaum pria di kerajaan tersebut
adalah para pelaut terbaik di seluruh dunia dan
kaum wanitanya adalah penenun terbaik di
seluruh penjuru dunia.
Athena melewati ladang menghijau, kuil-kuil
megah, dan rumah-rumah indah, sampai
akhirnya tiba di istana sang raja dan ratu.
Beberapa saat menjelang fajar menyingsing, ia
menyelinap melalui pintu masuk, kemudian
melewati aula menuju kamar tidur putri raja,
Nausika.
Sang dewi meluncur tanpa suara ke dalam
kamar sang putri. Bagaikan embusan angin, ia
melewati dua pelayan wanita yang tertidur di
dekat pintu.
Athena melayang-layang sejenak di atas
tempat tidur sang putri. Kemudian dengan cepat
ia berganti wujud menjadi salah seorang teman
baik Nausika. Ia lalu berbicara kepada sang putri
A
melalui mimpinya.
Nausika, kau benar-benar pemalas! katanya.
Tidakkah kau tahu bahwa ada banyak pakaian
kotor di istana yang harus dicuci? Bagaimana
kau akan menemukan jodohmu bila kau tidak
memiliki gaun yang bersih? Nanti saat fajar
menyingsing, kau harus memuat seluruh kain
linen terbaik ke atas kereta dan pergi ke kolam
dekat pantai untuk mencuci pakaian-pakaian
tersebut.
Sang dewi bermata kelabu kemudian kembali
menyelinap ke luar secepat dan setenang ketika
ia datang.
Ketika fajar menyingsing, Nausika terbangun
dan teringat akan mimpinya yang aneh. Ia segera
pergi ke kamar orangtuanya. Ayah, aku harus
pergi hari ini dan mencuci semua pakaian
terbaik kita di tepi laut! katanya. Bila tidak
memiliki pakaian bersih, bagaimana aku bisa
menikah nanti?
Raja Alcinous tersenyum. Ia merasa kata-kata
putrinya agak aneh, namun ia tak dapat
menolak. Kalau memang itu maumu, Nausika,
lakukanlah, katanya. Aku akan memerintahkan
para pelayan untuk menyiapkan kereta dan
keledai supaya kau dapat membawa semua
pakaian kita ke tepi pantai.
Para pelayan raja segera mempersiapkan
kereta. Sang putri dan para pelayan memuat
bertumpuk-tumpuk mantel, jubah, tunik, dan
berbagai gaun kotor ke belakang kereta. Mereka
juga membawa makan siang berupa roti, daging,
kantong kulit kambing berisi anggur, dan sebotol
minyak zaitun berwarna keemasan.
Nausika naik ke atas kursi sais dan
menghentakkan tali kekang. Keledai-keledai
tersebut mulai bergerak maju dan keretayang
membawa sang putri dan para pelayan ke tepi
lautberderak dengan suara berisik di atas
jalan.
Ketika sampai di tempat pencucian, para gadis
melepaskan ikatan keledai-keledai mereka dan
mengangkat muatan pakaian ke dekat pantai.
Mereka kemudian menginjak-injak semua
pakaian dan mencucinya dengan air laut hingga
tak bernoda. Setelah itu, mereka menjemurnya di
atas batu karang.
Sambil menanti pakaian mereka kering dengan
bantuan sinar matahari dan angin, sang putri
dan para pelayan mandi di laut. Mereka
kemudian menyantap roti dan daging perbekalan
mereka. Setelah itu mereka melepaskan
kerudung dan mulai bermain bola.
Sang putri melemparkan bolanya tinggi ke
atas. Salah seorang pelayan tak dapat
menangkap bola tersebut dan bola itu meluncur
ke dalam air. Gadis-gadis itu mengejarnya sambil
tertawa dan berteriak gembira.
Tak terlalu jauh dari tempat itu, seorang pria
yang tengah kelelahan dan bersedih terbaring di
bawah pohon zaitun dengan berselimutkan
dedaunan. Saat mendengar suara gadis-gadis
muda itu, ia membuka mata.
Aku berada di mana? pikirnya. Siapa yang
sedang berteriak dan tertawa itu? Suara mereka
terdengar seperti peri-peri yang menghuni sungai
dan pegunungan.
Odiseus mematahkan sebatang dahan
berdaun rimbun untuk menutupi tubuhnya yang
telanjang. Kemudian, ia merayap ke luar dari
bawah pohon menuju tempat terbuka yang
terang-benderang.
TIGA
S
S
I
I
O
O
R
R
A
A
N
N
G
G
A
A
S
S
I
I
N
N
G
G
etika melihat Odiseus, para pelayan tersebut
menjerit dan segera berlarian. Namun, Putri
Nausika tetap tenang, karena Dewi Athena telah
meniupkan keberanian ke dalam hatinya. Para
gadis lain menatap ke arah orang asing yang
compang-camping itu. Tubuhnya penuh garam,
lumpur, dan dedaunan.
Tuan putri yang cantik jelita, apakah kau
seorang dewi atau manusia? tanya Odiseus.
Siapa pun kau, kasihanilah aku karena aku
orang yang sangat menderita. Aku terkatung-
katung di lautan selama dua puluh hari sampai
akhirnya ombak besar menghempaskanku ke
pantai ini. Dapatkah kau memberiku pakaian
untuk menutupi tubuh? Dapatkah kau
mengatakan kepadaku di mana letak kotamu?
Sang putri mendekati Odiseus. Wahai orang
asing, aku yakin kau adalah orang baik-baik,
kata putri Nausika. Aku adalah Nausika, putri
Raja Alcinous. Aku dan pelayanku akan
membantumu.
Nausika memanggil para pelayan dari tempat
persembunyian mereka. Ia memerintahkan
K
mereka untuk membawa pakaian bersih dan
minyak zaitun untuk orang asing misterius itu.
Odiseus membersihkan diri di sebuah sungai
kecil. Kemudian, ia membubuhkan minyak
zaitun ke kulitnya yang carut marut dan kering
terbakar matahari. Setelah ia mengenakan tunik
dan mantel pemberian sang putri, para pelayan
membawakannya daging dan anggur.
Setelah Odiseus selesai bersantap, Putri
Nausika mengatakan apa yang harus dilakukan
pria itu. Kau dapat mengikuti kereta kami
sampai ke tembok kota, kata sang putri.
Namun, begitu kita berada di dalam tembok
kota, jangan ikuti kami lagi. Para penduduk kota
kami adalah pelaut terbaik, namun mereka
mudah curiga terhadap orang asing. Mereka
mungkin berpikir kau seorang pengemis atau
gelandangan yang berasal dari kapal asing.
Mereka akan membicarakan hal-hal yang buruk
tentang diriku karena telah membawamu masuk
ke dalam kota ini.
Ke mana aku harus pergi? tanya Odiseus.
Di dalam benteng kota terdapat sekumpulan
pohon poplar keramat milik Dewi Athena.
Tunggu di sana sampai aku punya cukup waktu
untuk mencapai rumah, kata Nausika.
Kemudian, datanglah ke istana. Di dalam istana
kau akan menemui kedua orangtuaku sedang
duduk-duduk di depan perapian. Ibuku biasanya
sedang menenun kain dari bulu domba berwarna
biru tua. Berlututlah di depannya dan minta
tolong padanya.
Sang putri kemudian menghentakkan tali
kekang keretanya dan keledai-keledai tersebut
mulai bergerak ke arah kota.
Odiseus mengikuti kereta tersebut melalui
ladang, peternakan, dan pelabuhan yang
dipenuhi kapal-kapal bagus. Ketika kereta
tersebut tiba di gerbang kecil kota, Odiseus ikut
masuk melalui gerbang. Kemudian, ia berhenti
dan mengawasi kereta tersebut tanpa
mengikutinya.
Odiseus berjalan dengan cepat melalui pasar
yang dipenuhi para penjual ikan, layar, dan
dayung kapal. Ketika ia berjalan melalui kios-
kios pasar, beberapa pedagang dan pembeli
mengawasinya dengan curiga. Odiseus
menyelinap dengan cepat melewati mereka dan
menuju ke sekumpulan pohon poplar yang
keramat. Ia bersembunyi di antara pepohonan
dan menunggu sang putri tiba di istana.
Sambil menunggu, Odiseus berdoa pada para
dewa. Dengarlah permohonanku, wahai dewa-
dewa Olimpus! Kasihanilah aku, ia memohon.
Kabulkanlah permohonanku untuk dapat pergi
ke istana dan meminta pertolongan pada raja
dan ratu.
Odiseus tetap bersembunyi di balik pepohonan
hingga merasa yakin bahwa Putri Nausika telah
sampai di istana. Kemudian, ia dengan hati-hati
melangkah ke luar, menuju jalan raya kota.
Pada saat Odiseus melangkah ke jalan, kabut
yang aneh menutupi tubuhnya. Tak seorang pun
memerhatikannya pada saat ia melangkah di
jalan raya. Apakah Athena membuatku tak
tampak? ia bertanya-tanya.
Tiba-tiba seorang gadis kecil muncul di depan
Odiseus. Gadis kecil itu menatap Odiseus dengan
mata kelabu yang cemerlang. Odiseus bertanya-
tanya apakah mungkin gadis kecil ini Athena
yang sedang menyamar.
Dapatkah kau menunjukkan jalan ke istana
raja? Odiseus bertanya pada gadis itu.
Aku akan menunjukkan jalannya padamu,
kata si gadis kecil. Ikuti aku dan jangan bicara
pada siapa pun.
Odiseus mengikuti gadis itu di sepanjang
jalan. Pada saat mereka telah mendekati istana,
si gadis kecil hanya berkata, Masuk dan carilah
sang ratu. Kemudian, ia menghilang dan
meninggalkan Odiseus seorang diri di pintu
gerbang istana.
Odiseus memasuki gerbang dan melewati
kebun buah yang dipenuhi pohon-pohon
berbuah ranum seperti buah ara, pir, dan apel.
Ia melintasi kebun anggur yang subur dan taman
bunga yang merekah.
Saat memasuki aula istana, ia terpana karena
takjub. Istana itu bersinar bagaikan diterangi
sinar bulan dan matahari. Patung anak-anak
berlapis emas dengan obor menyala menyinari
ruangan tersebut. Dengan diterangi sinar obor,
para pelayan bekerja di depan alat tenun mereka.
Saat menenun kain linen yang indah, jari-jari
tangan mereka bergerak cepat dan ringan
bagaikan daun pohon cemara yang tertiup angin.
Tampaknya, tak ada seorang pun yang
memerhatikan Odiseus ketika ia berjalan
memasuki istana. Tersembunyi di balik
lindungan kabut Athena, ia menyelinap masuk
ke aula utama. Ketika sedang mencari sang ratu,
Odiseus melihat sekumpulan bangsawan duduk
di depan perapian. Di dekat sang raja, seorang
wanita tengah menenun.
Odiseus bergerak cepat ke arah ibu Nausika.
Saat berlutut di depan alat tenun, ia sadar
bahwa kabut di sekelilingnya menguapdan
tiba-tiba ia terlihat lagi.
Beberapa orang di ruangan tersebut berteriak
kaget ketika melihat orang asing yang
berpenampilan lusuh itu. Namun, Odiseus cepat-
cepat berbicara dengan lembut pada sang ratu.
Dengan rendah hati, aku memohon belas
kasihan Ratu! katanya. Aku datang dari
seberang lautan. Bantulah aku pulang ke
negeriku, kembali pada anak dan istriku.
EMPAT
P
P
E
E
S
S
T
T
A
A
engan perasaan terkejut, setiap orang di
aula utama menatap ke arah Odiseus yang
tengah berlutut di depan sang ratu. Akhirnya,
seorang pria tua memecah kesunyian. Kita
harus menghormati adat kita, katanya. Zeus
yang perkasa mengatakan kepada kita untuk
tidak pernah menolak orang asing yang meminta
pertolongan. Berikanlah kursi untuk orang
malang ini. Sajikanlah anggur dan makan malam
untuknya.
Raja Alcinous membantu Odiseus duduk di
salah satu kursi yang ada. Seorang pelayan
membawakan baskom untuk mencuci tangan
Odiseus. Pelayan lain membawakan roti, anggur,
dan daging.
Sang raja dan ratu beserta seluruh tamu
mengangkat gelas minuman dan bersulang.
Untuk Zeus, pelindung seluruh orang asing,
kata sang raja. Kemudian, ia memandang
Odiseus. Mungkin kau adalah salah seorang
dewa yang turun ke bumi untuk menguji
keramahtamahan kami.
Odiseus menggelengkan kepalanya. Ku
D
mohon, Tuan, jangan menganggap aku sebagai
seorang dewa. Sesungguhnya, aku adalah orang
paling sial. Seandainya saja baginda mengetahui
penderitaan apa saja yang telah ku lalui.
Sang raja tampak tersentuh mendengar kata-
kata Odiseus yang rendah hati. Ia berpaling ke
arah tamu lain. Sekarang silakan kalian pulang.
Besok kita akan mengadakan pesta untuk
menjamu tamu kita ini.
Setelah semua tamu pulang, yang tinggal
hanya Odiseus, sang raja, dan ratu. Wanita itu
berbicara dengan lembut kepada Odiseus.
Tampaknya kau tidak memakai pakaianmu
sendiri, katanya. Yang kau kenakan adalah
pakaian yang dibawa putriku untuk dicuci pagi
ini. Katamu kau datang dari seberang lautan.
Sejujurnya, siapakah kau dan dari mana kau
berasal?
Odiseus tidak ingin membuka jati dirinya yang
sebenarnya. Maka ia mengatakan pada mereka
bahwa ia meninggalkan Pulau Kalipso dan
berhasil meloloskan diri dari badai yang
mengerikan. Ia juga bercerita tentang kebaikan
hati putri mereka.
Setelah merasa puas dengan cerita Odiseus,
sang ratu memerintahkan para pelayan untuk
menyiapkan sebuah ruangan untuk Odiseus. Ia
kemudian dibawa ke tempat tidur di mana ia
kemudian berbaring di atas hamparan sehelai
selimut lembut berwarna ungu. Begitu obor
dipadamkan, Odiseus langsung terlelap.
* * *
Keesokan paginya, para dayang istana
mempersiapkan jamuan pesta. Mereka
membakar domba, babi hutan, dan sapi. Seorang
pembawa pesan dikirim untuk mengundang
seorang penyanyi jalanan buta, yang terbaik di
seluruh kerajaan.
Ketika pelayan Raja Alcinous sibuk
mempersiapkan pesta, Athena berjalan kian ke
mari di jalanan kota. Dengan menyamar sebagai
utusan raja, ia berteriak-teriak memanggil
penduduk kota. Wahai para bangsawan dan
pangeran! Datang dan dengarlah cerita tentang
orang asing yang sekarang berada di istana raja!
Banyak orang segera berkumpul di istana
untuk menghadiri pesta perjamuan itu. Ketika
Raja Alcinous membawa Odiseus ke hadapan
rakyatnya, kerumunan orang itu terpana.
Odiseus dapat melihat ekspresi keheranan pada
wajah mereka. Meskipun ia masih merasa lelah
karena siksaan yang ia alami di lautan, ia
menduga bahwa Athena telah membuat
penampilannya menjadi lebih baik, lebih tinggi
serta kuat dan juga berwibawa.
Saat pesta dimulai, si penyanyi buta duduk di
dekat pilar sambil memeluk harpa dengan kedua
tangannya. Tak lama kemudian semangat si
penyanyi mulai timbul dan ia mulai bernyanyi
tentang para pejuang terkenal yang gugur di
medan perang. Ia bernyanyi tentang para
pahlawan dalam Perang Troya, tentang
keberanian Achilles, dan Raja Agamemnon.
Sementara si penyanyi itu berdendang,
Odiseus meratapi teman-temannya yang telah
gugur. Ia menyembunyikan wajahnya di balik
jubah supaya tak ada seorang pun melihat air
matanya. Ia tidak ingin mereka tahu siapa dia
sebenarnya.
Namun kemudian, setelah berbagai
perlombaan dan permainan, Odiseus kembali
merasa gembira dan bersemangat. Ia memanggil
si penyanyi. Nyanyikanlah tentang kuda kayu
yang telah membantu para pejuang Yunani
memenangkan perang! Jika kau menceritakan
kisah yang sebenarnya tentang jatuhnya Troya,
akan ku ceritakan pada seluruh dunia tentang
keahlianmu bernyanyi.
Si penyanyi mulai bernyanyi tentang seorang
raja Yunani yang bernama Odiseus. Ia
menceritakan bagaimana Odiseus
memerintahkan anak buahnya untuk membuat
kuda kayu raksasa dan bagaimana ia
menyembunyikan diri beserta anak buahnya
yang gagah berani di dalam kuda itu. Sang
penyanyi berdendang tentang bagaimana prajurit
Troya membawa kuda itu masuk ke benteng
kota, dan bagaimana para prajurit Yunaniyang
dipimpin Odiseus bergerak ke luar dari kuda
kayu tersebut di tengah malam buta dan
menyerang kota akhirnya dapat memenangkan
pertempuran.
Pada saat sang penyanyi buta berdendang,
Odiseus kembali menangis. Kali ini ia tidak dapat
menyembunyikan kesedihannya. Ia menangis
tersedu-sedu.
Raja Alcinous memerintahkan si penyanyi
untuk menghentikan petikan harpanya. Tamu
kita telah menangis hingga dua kali hari ini
setiap kali kau menyanyikan lagu tentang Perang
Troya, katanya. Aku rasa lagumu telah
membangkitkan kenangannya. Kemudian, sang
raja berpaling ke arah Odiseus. Tuan, jangan
lagi sembunyikan apa yang kau rasakan atau
identitasmu yang sebenarnya, kata sang raja.
Katakan pada kami siapa namamu. Ceritakan
tentang perjalananmu dan apa saja yang telah
kau lihat. Apakah kau menyaksikan keruntuhan
Troya? Apakah teman-temanmu musnah dalam
pertempuran itu? Aku minta ceritakanlah
seluruh kisahmu pada kami.
LIMA
P
P
U
U
L
L
A
A
N
N
G
G
K
K
E
E
I
I
T
T
H
H
A
A
C
C
A
A
diseus berdiri dan menghadap ke arah
kerumunan orang-orang tersebut. Dari
mana aku harus mulai? katanya. Ceritaku
begitu panjang dan sedih. Pertama-tama aku
akan mengatakan namaku. Aku adalah Odiseus.
Rumahku berada di Ithaca, pulau yang indah
dan terang benderang. Pulau itu merupakan
dataran rendah dan perairan di sekitarnya
terkadang ganas. Namun, tak ada tempat yang
lebih indah selain rumah kita sendiri. Aku sudah
tidak melihat pulau dan keluargaku selama dua
puluh tahun, sejak aku berlayar untuk
bertempur dalam
Perang Troya ....
Odiseus kemudian menceritakan bagaimana
prajurit Yunani berperang selama sepuluh tahun
di Troya nun jauh di sana dan bagaimana
armada mereka yang perkasa berlayar pulang
setelah memenangkan perang. Ia juga bercerita
tentang badai dahsyat yang menyimpangkan
arah kapal mereka ke Negeri Suku Pemakan
Terataikemudian ke gua monster Cyclops
bermata satu yang mengerikan.
O
Odiseus menceritakan pula kengerian yang ia
rasakan pada saat melihat si raksasa bermata
satu menyantap prajuritnya hidup-hidupdan
bagaimana ia memimpin anak buahnya
melakukan pelarian yang berani dengan cara
bersembunyi di bawah kawanan domba milik si
raksasa.
Odiseus juga bercerita tentang bagaimana
Dewa Angin memberinya sekantong angin untuk
membantu mempercepat perjalanan pulang. Dan
bagaimana pada saat mendekati Ithaca, para
anak buahnya mengabaikan perintahnya dan
membuka kantong angin tersebut selagi ia tidur.
Mereka melepaskan angin kencang yang
akhirnya meniup kapal-kapal mereka kembali ke
tengah lautan, jauh dari tanah kelahiran mereka.
Odiseus menceritakan bagaimana raksasa
pemakan manusia telah membunuh sebagian
besar awak kapalnya dan menenggelamkan
sebelas dari dua belas armada kapalnya. Ia
menceritakan bagaimana ia dan awak kapalnya
berlayar ke pulau milik Circe yang memikat, dan
bagaimana penyihir cantik itu telah mengubah
awak kapalnya menjadi babi. Ia menceritakan
tentang perjalanannya ke Negeri Orang Mati yang
berkabut. Di sana ia melihat arwah teman-
temannya yang telah tiada, dan yang lebih
menyedihkan lagi, arwah sang ibunda yang telah
meninggal.
Odiseus mengisahkan bagaimana kapalnya
berlayar melalui Sirenssiluman wanita yang
mirip burungyang menggoda para pelaut untuk
menceburkan diri ke laut ganas dengan nyanyian
yang memesona. Ia menceritakan bagaimana
kapalnya terpaksa harus melewati dua makhluk
mengerikanScylla, monster seram berkepala
enam dan Charybdis, sang penguasa pusaran
air.
Odiseus juga menceritakan bagaimana anak
buahnya telah mengabaikan para dewa dengan
menyembelih ternak milik Dewa Matahari dan
bagaimana, karena penghinaan ini, para dewa
telah mengirim badai untuk menenggelamkan
sisa anak buahnya.
Odiseus menggambarkan pula bagaimana ia
berlayar seorang diri ke pulau milik Dewi Kalipso
dan bagaimana sang dewi menahannya selama
tujuh tahun. Ia menceritakan bagaimana ia
meninggalkan pulau tersebut dan terkatung-
katung di lautan selama dua puluh hari, siang
dan malam, dengan bergantung pada rakit yang
ia buat, hingga akhirnya ia berhasil sampai di
pantai di mana Putri Nausika dan para
pelayannya menemukannya.
Di akhir cerita yang menakjubkan itu, Odiseus
menghela napas penuh kesedihan. Sekarang
aku hanya ingin pulang kembali ke keluargaku,
katanya. Aku ingin pulang.
Setiap orang yang hadir dan mendengarkan
cerita Odiseus terdiam penuh perasaan takjub.
Setelah agak lama, sang raja akhirnya bicara.
Selama bertahun-tahun, pria ini telah terpisah
jauh dari pulau kelahirannya, dan sekarang ia
berharap kita bisa membantunya pulang ke
tanah kelahirannya. Besok pagi, lima puluh
pelaut kita yang terbaik akan mempersiapkan
sebuah kapal dan pada saat matahari terbenam,
kita akan mengantar ia kembali ke tanah
kelahirannya.
* * *
Hari berikutnya, para pelayan Raja Alcinous
mempersiapkan kapal besar yang bagus dengan
dilengkapi pakaian-pakaian indah dan berbagai
hadiah dari emas. Ketika matahari tenggelam,
anak buah raja mengorbankan seekor sapi untuk
Zeus, penguasa Gunung Olimpus yang perkasa.
Semoga para dewa selalu memberkati
keluargamu atas segala kebaikan dan
kemurahan hatimu, kata Odiseus pada sang
raja.
Para pelaut kemudian menggelar sehelai
selimut di atas dek kapal untuk Odiseus. Mereka
meminta Odiseus untuk berbaring di atas
selimut itu dan beristirahat selama perjalanan.
Odiseus berbaring dengan tenang dan menutup
matanya.
Para awak kapal mengambil posisi masing-
masing. Mereka mengangkat jangkar dan mulai
mendayung. Ketika kapal mulai berlayar di senja
hari, Odiseus telah tertidur. Setelah bertempur
selama bertahun-tahun dalam medan perang,
melawan badai serta monster ganas, kini ia tidak
perlu berjuang lagi.
Kapal sang raja melaju bagaikan kuda jantan
yang berlari. Bahkan burung elang pun tak dapat
menandingi kecepatannya saat ia bergerak
membelah ombak yang gelap.
Beberapa saat menjelang pagi, kapal itu
mendekati pelabuhan sebuah pulau. Dikelilingi
oleh tebing-tebing curam, pelabuhan itu terbebas
dari hembusan angin keras. Airnya pun mengalir
tenang.
Para awak kapal menjatuhkan jangkar dan
melompat ke pantai. Odiseus tak terbangun
sama sekali dari tidurnya. Para pelaut itu
membungkus si pejuang yang tengah tertidur
lelap dengan selimut dan perlahan-lahan
mengangkatnya ke pantai. Mereka
membaringkannya di sana, dalam keadaan
tertidur pulas dan damai di bawah pohon zaitun
yang rindang. Di dekatnya, mereka meletakkan
hadiah berupa panci perunggu, piring emas, dan
kain yang ditenun dengan indah. Kemudian,
mereka kembali berlayar.
Setelah dua puluh tahun yang panjang,
akhirnya Odiseus tiba kembali di rumahnya,
Ithaca.
ENAM
P
P
E
E
N
N
G
G
G
G
E
E
M
M
B
B
A
A
L
L
A
A
M
M
I
I
S
S
T
T
E
E
R
R
I
I
U
U
S
S
aat terbangun, Odiseus menemukan dirinya
dikelilingi kabut. Di antara kabut, ia melihat
sebuah jalan aneh yang berkelok-kelok dan
tebing tinggi yang seram. Tak ada satu hal pun
yang ia kenal. Saat melihat tumpukan hadiah
dari sang raja di sampingnya, ia merasa putus
asa.
Mengapa Raja Alcinous memerintahkan anak
buahnya untuk berlayar ke pulau ini? ia
terheran-heran. Mengapa mereka
meninggalkannya seorang diri di sini?
Odiseus berjalan mondar-mandir dengan
kesal. Ia marah pada sang raja karena telah
mengirimnya ke pulau asing ini. Ketika melihat
seorang gembala muda berjalan ke arahnya, ia
segera berlari menuju pria itu.
Salam temanku! teriak Odiseus dari balik
kabut. Tolong jangan takut padaku, tapi
katakanlah yang sebenarnyadi manakah aku
ini? Negeri apakah ini?
Tuan, jika kau tidak tahu nama pulau ini,
kau pasti orang asing, kata si penggembala.
Tempat ini terkenal sampai ke seluruh penjuru
S
bumi sejak dahulu kala. Tempat ini memang
berbatu, tidak bagus untuk berkuda, namun
gandum dan anggur dapat tumbuh. Tempat ini
memiliki curah hujan tinggi sehingga persedian
air selalu terjamin. Padang rumput menjadi
subur untuk menggembalakan kambing dan
ternak lainnya. Bahkan para pengelana dari
tempat jauh seperti Troya pun mengenal tempat
ini: Ithaca.
Odiseus tidak percaya apa yang didengarnya.
Tak mungkin aku tidak mengenal negeriku
sendiri, pikirnya. Ia khawatir bahwa si gembala
mencoba menipunya, maka ia segera mengarang
cerita.
Ah, sudah ku duga, katanya. Aku sendiri
datang ke Ithaca untuk menghindari hukuman
karena telah membunuh seorang pencuri yang
mengambil hartaku pada saat Perang Troya. Ia
menunjuk ke arah tumpukan hadiah yang
berkilauan.
Si penggembala tersenyum. Kemudian dalam
sekejap mata, ia telah berubah menjadi seorang
wanita jangkung mencolok dengan mata
berwarna kelabu cemerlang.
Athena, bisik Odiseus.
Odiseus, kau memang seorang pengarang
cerita yang hebat, kata Athena. Namun, kau
masih belum mengenalku, pengawal dan
penjagamu. Aku datang untuk kembali
menolongmu. Aku tidak ingin ada orang lain
yang tahu tentang kedatanganmu, jadi aku
menyelimutimu dengan kabut. Hal itu membuat
keadaan sekeliling tampak asing bagimu.
Namun, jangan takut; ini memang tanah
kelahiranmu.
Dewi, bagaimana aku tahu bahwa kau
berkata yang sebenarnya? kata Odiseus. Dari
mana aku tahu bahwa aku benar-benar telah
pulang ke rumah?
Athena menggerakkan tongkatnya. Lihatlah
ke sekelilingmu sekarang, Odiseus, katanya.
Kau akan melihat pohon zaitun dengan daun-
daun yang panjang. Kau akan melihat gua-gua
gelap di mana para peri menenun jaring-jaring
berwarna lembayung. Kau akan melihat mata air
yang tak pernah kering. Lihatlahinilah Ithaca.
Pada saat berkata demikian, sang dewi
membuyarkan kabut yang mengelilingi mereka.
Di tengah cuaca yang cerah, Odiseus dapat
melihat segala sesuatu yang di gambarkan sang
dewi. Dengan penuh kegembiraan, ia berlutut
dan mencium tanah.
Ayo, kata Athena, kita harus
menyembunyikan harta ini di gua para peri.
Kemudian, kita menyusun rencana.
Odiseus bersama-sama dengan Athena
menyembunyikan emas, perunggu, dan kain-
kain tersebut di dalam gua. Kemudian, Athena
menggulingkan sebuah batu untuk menutup
jalan masuknya.
Ketika batu besar itu telah menutupi pintu
gua dan harta itu berada di tempat yang aman,
Athena dan Odiseus duduk di tanah, di bawah
pohon zaitun. Kemudian, Athena bercerita
tentang para pelamar yang telah menduduki
rumah Odiseus.
Selama bertahun-tahun, Penelope berjuang
melawan orang-orang jahat itu, katanya.
Akhirnya, ia berjanji untuk menikahi salah
seorang dari mereka, namun sebenarnya ia tidak
memiliki niat seperti itu. Salah seorang pelayan
bercerita tentang tipu daya yang dilakukannya
dan sekarang para pelamar itu sangat marah.
Waktu semakin sempit. Ia sangat berduka
memikirkanmu, namun ia tak pernah kehilangan
harapan.
Odiseus berjuang keras menahan amarah
terhadap orang-orang yang telah menyiksa istri
tercintanya yang sangat setia. Tanpa ribut-ribut,
ia minta bantuan sang dewi. Katakan apa yang
harus ku lakukan, katanya. Berikan aku
kekuatan. Dengan bantuanmu, aku dapat
bertempur melawan tiga ratus orang sekaligus.
Kau akan menghajar mereka, kata Athena.
Namun, sekarang kau tidak boleh mengatakan
pada siapa pun tentang jati dirimu. Bertahanlah
terhadap apa pun yang kau dengar dan lihat
sampai kau mendapat kesempatan untuk balas
dendam.
Namun, apakah tidak mungkin salah seorang
rakyatku akan mengenaliku? tanya Odiseus.
Akan ku usahakan agar hal itu tidak terjadi,
kata Athena. Aku akan menya-markanmu
sebagai seorang pria tua. Aku akan
menghilangkan rambut di kepalamu, membuat
kulitmu menjadi keriput, dan mengaburkan
pandangan matamu. Aku akan memberimu
pakaian compang-camping, seperti yang biasa
dikenakan para pengemis.
Sambil berkata demikian, Athena mengangkat
tongkat dan menggerakkannya di atas Odiseus.
Ia membuat kulit Odiseus yang kencang menjadi
keriput. Ia membuat rambut Odiseus rontok, dan
mengaburkan pandangannya. Ia menyampirkan
sehelai mantel lusuh di bahu Odiseus dan
memberinya tongkat serta tas usang.
Pergilah sekarang, kata sang dewi. Pergilah
ke pondok milik penggembala babimu. Ia sangat
setia dan jujur. Tinggallah bersamanya
sementara aku pergi mencari Telemakus. Aku
akan membawanya pulang dari lautan. Ia sedang
mencari tahu apakah kau masih hidup.
Oh dewi, mengapa kau biarkan putraku
terkatung-katung dalam keputus-asaan
mencariku? tanya Odiseus. Mengapa kau tidak
mengatakan yang sebenarnya padanya?
Jangan khawatir, aku selalu berada di sisinya
selama ia melakukan perjalanan, kata Athena.
Dan meskipun orang-orang jahat itu berencana
untuk membunuhnya, aku berjanji padamu
mereka sendirilah yang akan menemui ajal.
TUJUH
S
S
A
A
N
N
G
G
P
P
E
E
N
N
G
G
G
G
E
E
M
M
B
B
A
A
L
L
A
A
B
B
A
A
B
B
I
I
engan bantuan tongkatnya, Odiseus berjalan
pelan di atas jalan berbatu menjauhi lautan.
Ia berjalan tertatih-tatih melalui hutan dan
mendaki bukit menuju kediamannya.
Akhirnya, Odiseus berhasil mencapai tempat
tinggal si penggembala yang telah bertahun-
tahun merawat ratusan babi miliknya. Orang tua
itu sedang duduk di depan sebuah pondok batu
di dekat kandang babi. Ia sedang membuat
sepasang sandal kulit. Di dekatnya terbaring
empat ekor anjing galak yang menjaga babi-babi
tersebut.
Ketika anjing-anjing itu melihat Odiseus,
mereka berlari ke arahnya sambil menyeringai
dan menggeram.
Odiseus terjatuh ke tanah berikut tongkatnya.
Si penggembala segera berlari mendekat. Ia
mengusir keempat ekor anjing galak itu dengan
batu sambil berteriak.
Kau beruntung, Pak Tua, kata penggembala
itu pada Odiseus. Sebentar lagi mereka pasti
sudah membunuhmu. Bangunlah dan masuklah
ke pondokku. Aku akan memberimu makanan
D
dan anggur. Kemudian, kau dapat bercerita
tentang dirimu dari mana kau datang, dan
peristiwa sedih apa saja yang telah menimpamu.
Sambil menjaga agar anjing-anjing itu tidak
mendekat, si penggembala menuntun Odiseus ke
dalam pondoknya yang sederhana. Ia meyiapkan
tempat duduk dari dahan kayu yang lembut dan
menutupinya dengan kulit kambing yang sudah
dekil. Kemudian, ia mempersilakan Odiseus
duduk.
Kau sungguh baik hati, Tuan, kata Odiseus.
Semoga Zeus yang perkasa memberkatimu
karena keramahanmu. Semoga ia mengabulkan
segala permohonanmu.
Aku hanya punya satu permohonansemoga
tuanku yang tercinta masih hidup, kata si
penggembala. Andai saja ia masih hidup, ia
pasti akan memberiku hadiah karena telah
menjaga babi-babinya. Ia mungkin akan
memberiku rumah, seorang istri, dan sebidang
tanah kecil. Namun, sayang, majikanku yang
baik hati itu telah pergi selama dua puluh tahun.
Ia meninggal jauh dari rumahnya, dalam
perjalanan pulang dari Perang Troya. Badai telah
menghancurkan armada kapal dan anak
buahnya.
Dan apa yang terjadi pada keluarganya?
tanya Odiseus dengan suara lembut.
Ah, istrinya menunggu dengan sia-sia,
sementara beberapa pria mencoba memaksanya
untuk menikahi salah seorang dari mereka.
Ibunda majikanku telah putus asa bertahun-
tahun yang lalu dan meninggal karena sedih.
Ayahnya sekarang juga berharap untuk mati
secepatnya orang tua itu tidak lagi tinggal di
istana, namun tidur seorang diri di kebun
anggur. Sementara putra Odiseus anak yang
malang itu berkelana ke belahan bumi lain
untuk mencari ayahnya. Sungguh
mengenaskan.
Si penggembala yang setia itu menarik napas
dalam-dalam, kemudian berdiri. Biarkan aku
memberimu makan, Tuan, katanya.
Pria itu menyiapkan makanan untuk Odiseus.
Ia menghidangkan daging panas dengan taburan
gandum. Ia memberi Odiseus anggur dalam gelas
kayu.
Pada saat mereka makan dan minum
bersama-sama, si penggembala mengeluh soal
para pelamar yang mengganggu Penelope.
Mereka membantai babi terbaik di peternakan
ini, katanya. Mereka menyembelih ternak dan
merampok persediaan anggur milik tuanku. Dan
yang paling parah, mereka menyiksa istri tuanku
siang dan malam. Mereka memaksanya untuk
melupakan Odiseus dan menikahi salah seorang
dari mereka. Namun, kesetiaan nyonyaku
sungguh tiada tara. Ia menangisi suaminya yang
hilang tetapi tak pernah putus harapan bahwa ia
akan kembali.
Apakah para pelamar itu tidak menghiraukan
apa yang diinginkannya? tanya Odiseus.
Tentu saja tidak, orang-orang itu tidak akan
pernah berhenti mengganggunya! Mereka sangat
kejam dan tak kenal belas kasihan. Aku
mendengar gosip bahwa mereka berencana
membunuh putra Odiseus.
Odiseus tidak berkata apa-apa. Namun, di
dalam kepalanya, telah menggodok sebuah
rencana balas dendam, dan bibit kematian untuk
para pelamar itu telah disemai.
Ketika Odiseus dan si penggembala itu selesai
makan, badai mulai bertiup di luar. Angin
kencang dan hujan memukul atap pondok kecil
tersebut. Si penggembala babi memberi Odiseus
anggur lagi dan memintanya untuk bercerita
tentang dirinya.
Odiseus berbohong. Ia mengatakan bahwa ia
lahir di Kreta dan berkelana dari satu kota ke
kota lain hingga akhirnya sampai di Ithaca.
Namun, aku harus mengatakan hal ini
padamu, katanya. Dalam perjalananku, aku
bertemu seorang raja yang mengatakan bahwa
Odiseus dari Ithaca masih hidup. Raja itu
mengatakan bahwa Odiseus akan pulang
kembali ke rumahnya di tengah malam, di kala
bulan tak tampak. Ia mengatakan bahwa
Odiseus mungkin akan pulang secara terang-
terangan atau kembali secara diam-diam.
Si penggembala menggeleng dengan sedih.
Jangan memberiku harapan, teman, katanya.
Dulu, para pengelana yang lain telah mampir di
Ithaca dengan berbagai berita tentang Odiseus.
Setiap kali, mereka menyiksa sang istri yang
malang itu dengan cerita bohong mereka.
Berkali-kali ia membayangkan akan segera
bertemu dengan suaminya. Dulu pun aku
percaya pada orang yang mengatakan bahwa
majikanku akan kembali di musim panas atau
musim gugur. Namun, Odiseus tidak kembali
dan tak akan pernah kembali. Aku yakin bahwa
ikan-ikan di laut telah menelannya dan tulang-
tulangnya telah terkubur dalam pasir di tempat
yang jauh.
Saat hujan turun dan kegelapan menyelimuti
pondok batu tersebut, si penggembala
menyiapkan tempat tidur dari kulit domba untuk
Odiseus. Ia menggelar mantel tebal untuk
menyelimuti Odiseus.
Kemudian, penggembala yang setia itu
membungkus dirinya sendiri dengan kulit
kambing dan meninggalkan pondok. Ia
melangkah ke luar, ke arah kegelapan malam
yang berangin kencang dan berbaring di bawah
naungan sebongkah batu sambil menjaga babi-
babi milik tuannya.
DELAPAN
K
K
E
E
M
M
B
B
A
A
L
L
I
I
N
N
Y
Y
A
A
S
S
A
A
N
N
G
G
P
P
U
U
T
T
R
R
A
A
ementara Odiseus sedang merencanakan
cara untuk kembali ke rumahnya di Ithaca,
putranya, Telemakus sedang menjadi tamu di
istana raja dan ratu Sparta.
Selama berhari-hari, Telemakus berpikir keras
tentang tindakan apa yang harus diambilnya.
Suatu malam, ketika ia sedang berguling-guling
dengan resah di tempat tidur, Dewi Athena
muncul di kamarnya.
Sebelum Telemakus sempat berbicara, Athena
segera menasihatinya: Jangan berkeliaran di
sini lagi, Telemakus. Pulanglah segera dan
lindungi rumahmu. Namun, hati-hati para
pelamar ibumu berencana membunuhmu. Saat
ini mereka sedang menunggu untuk
menyerangmu di selat antara Pulau Ithaca dan
Pulau Samos.
Apa yang harus ku lakukan? tanya
Telemakus.
Segeralah berlayar melalui jalur itu, jangan
merapat ke pantai mana pun, kata Athena.
Para dewa akan mengirim angin untuk
mempercepat laju kapalmu menuju ke
S
pelabuhan yang aman. Saat merapat, utus awak
kapalmu ke kota. Kemudian, kau sendiri pergilah
ke tempat penggembala babi ayahmu. Utus ia ke
tempat ibumu untuk mengabarkan bahwa kau
telah pulang dengan selamat.
Sebelum Telemakus sempat bertanya tentang
hal lain, Athena telah menghilang dari kamar.
Telemakus segera berpakaian dan lari ke kamar
Raja Menelaus. Tuanku, saya menyesal karena
harus segera pamit. Saya harus segera pulang.
Walau sedih atas kepergian putra Odiseus
yang mendadak, sang raja memberinya izin dan
memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan
kereta kuda untuknya.
Pada saat Telemakus mengucapkan salam
perpisahan kepada Raja Menelaus dan Ratu
Helen, sebuah pemandangan yang aneh muncul
di angkasa. Seekor elang terbang di atas mereka.
Ia mencengkeram seekor angsa besar berwarna
putih di cakarnya.
Kaum wanita dan pria berhamburan di ladang.
Mereka menunjuk ke arah pemandangan yang
aneh tersebut sambil berteriak dengan takjub
dan ngeri.
Pertanda buruk apa ini? teriak salah seorang
dari mereka. Apa kira-kira artinya?
Ratu Helen menjawab dengan tenang. Para
dewa telah memberitahuku arti pertanda ini,
katanya. Sang elang melambangkan Odiseus
dan angsa itu melambangkan rumahnya. Setelah
berkelana bertahun-tahun, Odiseus akan
kembali ke rumahnya di Ithaca dan
membalaskan dendamnya.
Semoga para dewa mengabulkan hal itu,
kata Telemakus. Setelah berkata demikian, putra
Odiseus segera menghentakkan tali kekang
kuda-kudanya dan memulai perjalanan pulang
yang panjang.
Kereta Telemakus melesat di dataran rendah
Sparta, kemudian menuju pelabuhan Pylos. Di
sana, Telemakus bertemu para awak kapal yang
sedang menunggu kedatangannya. Ia segera naik
ke kapal dan memerintahkan anak buahnya
untuk berlayar. Athena mengirimkan angin barat
yang lembut untuk membantu pelayaran mereka.
Dalam perjalanan, Telemakus mengikuti
nasihat Athena dengan cermat. Ia
memerintahkan anak buahnya untuk tidak
berlayar terlalu dekat ke pantai pada saat
melewati selat di antara Pulau Ithaca dan Samos.
Ketika kapal hitam tersebut melaju dengan
aman menuju ke rumahnya, Telemakus teringat
kata-kata Athena. Saat mendarat, utus awak
kapalmu ke kota. Kemudian, kau sendiri pergilah
ke tempat penggembala babi ayahmu
Tepat sebelum mereka mencapai pelabuhan
Ithaca, Telemakus memerintahkan awak
kapalnya untuk menurunkan layar dan
mendayung ke daratan. Ketika kapal telah
berlabuh, para awak kapal pergi ke pantai dan
membuat api untuk memasak daging.
Setelah semua awak kapal selesai bersantap,
Telemakus berbicara kepada mereka. Sekarang
dayunglah ke pelabuhan kota tanpa diriku,
katanya. Aku harus melakukan perjalanan
seorang diri dan mencari penggembala babi
ayahku.
Begitu para awak kapal berangkat dan kapal
berlayar kembali, Telemakus mengikat tali
sandalnya dan mengambil tombak perunggunya
yang kuat. Dengan langkah cepat, ia menuju ke
peternakan babi milik ayahnya.
SEMBILAN
B
B
E
E
R
R
K
K
U
U
M
M
P
P
U
U
L
L
K
K
E
E
M
M
B
B
A
A
L
L
I
I
urya merekah di atas pondok si penggembala
babi. Pria itu telah menyalakan perapian dan
menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan
Odiseus. Ketika ia tengah menuangkan anggur
untuk mereka berdua, anjing-anjing mulai
menyalak di luar. Anjing-anjingmu terdengar
gembira mereka tidak menggeram maupun
menyalak, kata Odiseus kepada si penggembala.
Mereka pasti sedang menyalami seseorang yang
mereka kenal dan percayai.
Sebelum Odiseus berkata lebih lanjut, seorang
anak muda melangkah masuk ke dalam pondok.
Si penggembala terlonjak dan menjatuhkan
cawan anggurnya. Ia berlari ke arah anak muda
itu dan dengan bercucuran air mata
menciumnya. Telemakus! Cahaya yang indah
bagi mataku! kata orang tua itu.
Odiseus menatap ke arah wajah putranya yang
tampan. Ia tak sanggup bergerak atau berbicara.
Terakhir kali ia melihat putranya yang tercinta,
Telemakus masih bayi. Sekarang ia telah tumbuh
menjadi seorang anak muda dengan bahu lebar,
dada bidang, rambut kemerahan, dan mata te
S
rang bercahaya. Ia tampak sangat mirip ayahnya.
Telemakus tersenyum pada si penggembala.
Kau juga merupakan pemandangan yang
menyegarkan mataku! katanya. Pertama-tama,
katakan padaku tentang keadaan ibuku? Apa
yang telah terjadi padanya sepeninggalku?
Ada yang mengatakan padanya bahwa kau
berada dalam bahaya besar, kata si
penggembala. Ia pasti sangat senang saat
mendengar kau telah pulang dalam keadaan
selamat. Ayo masuklah. Makan dan istirahatlah.
Ketika Telemakus mendekati perapian,
Odiseus berdiri pelan-pelan dan menawarkan
tempat duduknya untuk sang putra.
Telemakus menggelengkan kepala. Tetaplah
duduk, Pak Tua, katanya. Aku akan duduk di
tempat lain.
Odiseus mengangguk dan kembali duduk.
Dengan wajah separuh tersembunyi di balik
kerudung mantelnya, ia terus menatap dengan
takjub ke arah anak muda itu.
Si penggembala melemparkan gelondongan
kayu ke dalam perapian dan menggelar sehelai
kulit domba di lantai untuk Telemakus.
Kemudian ia menyiapkan daging sisa hidangan
semalam dan sekeranjang roti. Ia juga
menghidangkan anggur yang diberi madu dalam
cawan kayu.
Ketika ketiga orang itu telah selesai makan,
Telemakus berbicara dengan lembut pada si
penggembala. Katakan, dari mana tamumu
berasal? ia bertanya. Kapal apa dan awak kapal
seperti apa yang telah membawanya ke mari?
Ia datang dari Kreta dan telah menjelajahi
seluruh penjuru dunia. Ku serahkan ia padamu
sekarang. Berikan padanya keramahtamahan di
rumah ayahmu.
Telemakus menggeleng dengan sedih.
Bagaimana aku bisa menerima tamu di rumah
kami? Tempat itu telah dikuasai oleh orang-
orang yang ingin menikahi ibuku. Aku hanya
dapat menawarkan hadiah padanya. Aku akan
memberinya mantel, tunik, sepasang sandal
indah, dan sebilah pedang serta mengantarnya
ke mana pun ia hendak pergi. Namun, pada saat
ini, aku akan menjamunya di sini, sementara
kau segera menemui ibuku. Katakan padanya
bahwa aku telah kembali dengan selamat.
Penggembala itu mengangguk dan berdiri.
Bicaralah pada ibuku secara diam-diam,
kata Telemakus. Jangan sampai ada yang tahu
bahwa aku ada di sini.
Aku mengerti, kata si penggembala.
Kemudian, ia berpamitan dengan Telemakus
serta Odiseus dan berangkat ke istana.
Setelah si penggembala meninggalkan tempat
itu, Odiseus melihat seorang wanita berkulit
putih dan bertubuh tinggi muncul di pintu
pondok. Telemakus tampak tidak menyadari
keberadaannya, namun para anjing penjaga
mendengking dan meringkuk ketakutan.
Wanita tersebut memanggil Odiseus yang
segera beranjak dari depan perapian dan
melangkah ke luar. Ia mengikuti wanita itu ke
sebuah dinding batu. Saat berhadapan dengan
wanita itu di bawah sinar pagi, Odiseus
mendapatkan bahwa wanita itu ternyata Dewi
Athena.
Odiseus, sudah saatnya untuk mengatakan
yang sebenarnya pada putramu, kata sang dewi.
Kemudian kalian berdua harus membuat
rencana balas dendam terhadap para pelamar
dan pergi ke kota bersama-sama. Aku akan
mengikuti dari jarak dekat dan siap membantu
bertempur.
Athena menyentuh Odiseus dengan tong
katnya. Dalam sekejap, pakaian yang compang
camping menghilang dan berubah menjadi tunik
serta mantel yang indah. Ia tampak lebih muda
dan jangkung. Kulit wajahnya berwarna coklat
keemasan; pipinya tampak padat; rambut dan
janggutnya berwarna gelap.
Athena telah mengembalikan Odiseus ke
kondisi fisiknya yang paling sempurna. Sebelum
Odiseus dapat bicara, sang dewi telah
menghilang di tengah sinar pagi.
Odiseus kembali ke pondok. Ketika Telemakus
melihatnya, ekspresi keheranan dan ketakutan
terlukis di wajah anak muda itu. Ia hampir tak
dapat bicara. Hai orang asing kau telah
berubah! katanya terbata-bata. Kau pastilah
seorang dewa dari Gunung Olimpus! Tolong
jangan lukai aku izinkan aku memberikan
persembahan padamu.
Odiseus bicara dengan perlahan-lahan. Aku
bukan seorang dewa, Telemakus, katanya. Aku
adalah orang yang telah membuatmu berkabung,
orang yang telah membuatmu menderita dan
terluka. Aku adalah ayahmu.
Air mata yang telah lama ditahan Odiseus pun
bercucuran membasahi wajah. Namun, Tele
makus menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak,
tak mungkin kau ayahku, kau adalah setan yang
menyaru atau seorang dewa. Tadinya, kau hanya
seorang pria tua dan sekarang kau menjadi
muda.
Aku bukan seorang dewa, kata Odiseus,
namun aku telah diberkati oleh seorang dewi.
Setelah dua puluh tahun mengembara dan
tersiksa, Athena telah membawaku pulang ke
Ithaca. Ia mengubahku menjadi orang tua, dan
sekarang ia mengubahku menjadi muda kembali.
Sangat mudah bagi para dewa untuk menja
tuhkan manusia dan kemudian mengangkatnya
kembali.
Setelah mendengar kata-kata tersebut,
Telemakus mulai menangis. Ia meraih dan
memeluk ayahnya erat-erat. Mereka berdua me
nangis bersama-sama. Tangisan mereka begitu
keras dan memilukan, bagaikan induk elang
kehilangan anak. Setelah dua puluh tahun yang
panjang, ayah dan anak akhirnya berkumpul
kembali.
SEPULUH
R
R
E
E
N
N
C
C
A
A
N
N
A
A
B
B
A
A
L
L
A
A
S
S
D
D
E
E
N
N
D
D
A
A
M
M
ambil duduk bersama di pondok si
penggembala, Odiseus dan Telemakus saling
bertanya. Kapal apa yang membawamu ke mari,
Ayah? tanya Telemakus. Di mana awak
kapalmu?
Odiseus menceritakan bagaimana Raja
Alcinous telah mengantarnya pulang dengan
bantuan para pelaut terbaik di kerajaannya.
Aku tertidur sepanjang perjalanan, katanya.
Ketika terjaga, aku mendapati diriku berada di
pantai sunyi dan dikelilingi harta dari emas dan
perunggu. Dengan bantuan Dewi Athena, aku
menyembunyikan semua harta itu di dalam gua
para peri. Kemudian Athena menyuruhku ke
mari untuk menemuimu. Ia berharap kita berdua
menyusun rencana untuk melawan musuh-
musuh kita.
Mungkin akan sulit bagi kita untuk
menghadapi mereka semua, kata Telemakus.
Kita hanya berdua, dan jumlah mereka hampir
mencapai seratus dua puluh orang.
Aku yakin Athena akan membantu kita, kata
Odiseus. Demikian juga ayahnya, Zeus. Jadi,
S
menurutmu bukankah kita sudah cukup kuat?
Dengan bantuan Zeus dan Athena, kita tentu
akan dapat mengalahkan musuh-musuh kita,
kata Telemakus. Katakan apa yang harus ku
lakukan.
Esok tengah hari, kau harus pulang ke rumah
seorang diri, kata Odiseus. Aku akan kembali
menyamar sebagai pengemis dan pergi ke istana.
Jangan melakukan apa-apa bila para pelamar itu
menganiaya aku. Bahkan bila mereka menghina
atau melemparkan sesuatu padaku. Jangan
membelaku.
Kapan kita akan melawan mereka? tanya
Telemakus.
Saat Athena membisikiku bahwa saatnya
telah tiba, aku akan menganggukkan kepala
padamu. Kau harus mengambil seluruh tombak,
pedang, dan perisai dari aula dan
menyembunyikannya di ruang atas.
Apa yang harus ku katakan bila yang lain
bertanya mengapa aku melakukan hal tersebut?
tanya Telemakus.
Katakan bahwa kau memindahkan senjata-
senjata tersebut supaya tidak rusak oleh asap
perapian. Sisakan senjata hanya untukmu dan
akudua buah pedang, dua buah tombak, dan
dua buah perisai dari kulit. Dan ingat, anakku,
jangan katakan pada siapapun, bahkan juga
pada si penggembala babi, atau salah seorang
pelayan, ayahku, bahkan ibumu....
Dengan berlalunya hari, Odiseus dan
Telemakus membuat rencana selanjutnya.
Meskipun telah kembali ke Ithaca, Odiseus tahu
bahwa ia masih belum dapat beristirahat. Masih
ada satu pertempuran besar yang harus
dilaluinya, namun kali ini ia akan bertempur
bersama putranya.
T
T
E
E
N
N
T
T
A
A
N
N
G
G
H
H
O
O
M
M
E
E
R
R
D
D
A
A
N
N
O
O
D
D
I
I
S
S
E
E
I
I
ada zaman dahulu kala, orang Yunani Kuno
percaya bahwa dunia dikuasai oleh para dewa
dan dewi yang sakti. Oleh orang Yunani, cerita
tentang para dewa dan dewi itu disebut mitos.
Mungkin pada awalnya, mitos diceritakan untuk
menjelaskan berbagai kejadian alam seperti
cuaca, gunung berapi, dan susunan bintang-
bintang di langit. Mitos-mitos itu juga diceritakan
ulang sebagai hiburan.
Mitos Yunani pertama kali ditulis oleh seorang
penyair buta bernama Homer. Homer hidup
kurang lebih tiga ribu tahun yang lalu. Banyak
orang percaya bahwa Homer adalah pengarang
dua puisi kepahlawanan terkenal, Illiad dan
Odisei. Illiad menceritakan tentang Perang Troya.
Odisei menceritakan tentang kisah perjalanan
panjang dari Odiseus, raja Ithaca. Cerita tersebut
banyak berhubungan dengan petualangan
Odiseus ketika ia berada dalam perjalanan
pulang dari Perang Troya.
Dalam menceritakan kisahnya, Homer
sepertinya mengabungkan khayalannya sendiri
dengan mitos-mitos Yunani yang secara lisan
P
telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Sebagian kecil sejarah juga terdapat dalam kisah
Homer karena terdapat bukti-bukti arkeologis
yang menunjukkan bahwa kisah Perang Troya
ditulis berdasarkan perang yang pernah terjadi
lima ratus tahun sebelum Homer lahir.
Selama berabad-abad, kisah Odisei dari Homer
telah memengaruhi ke-susasteraan Barat.
P
P
A
A
R
R
A
A
D
D
E
E
W
W
A
A
D
D
A
A
N
N
D
D
E
E
W
W
I
I
Y
Y
U
U
N
N
A
A
N
N
I
I
K
K
U
U
N
N
O
O
ewa yang paling sakti di antara seluruh
dewa dan dewi Yunani adalah Zeus, Sang
Dewa Petir. Dari puncak Gunung Olimpus yang
berkabut, Zeus berkuasa atas semua dewa dan
manusia. Para dewa dan dewi lainnya adalah
sanak keluarga Zeus. Saudaranya, Poseidon
adalah penguasa lautan, dan saudaranya yang
lain, Hades adalah penguasa alam baka. Anak-
anak Zeus antara lain adalah Dewa Apolo,
Mars, Hermes, serta Dewi Afrodite, Athena, dan
Artemis.
Para dewa dan dewi dari Gunung Olimpus
tidak melulu tinggal di puncak gunung. Mereka
juga turun ke bumi untuk melibatkan diri dalam
kehidupan sehari-hari umat manusia seperti
Odiseus.
D
B
B
E
E
B
B
E
E
R
R
A
A
P
P
A
A
D
D
E
E
W
W
A
A
D
D
A
A
N
N
D
D
E
E
W
W
I
I
U
U
T
T
A
A
M
M
A
A
Zeus Dewa Petir, raja seluruh dewa
Poseidon Dewa Laut dan Sungai, saudara laki-
laki Zeus
Hades Dewa Alam Baka, saudara laki-laki
Zeus
Hera istri Zeus, ratu para dewa dan dewi
Hestia Dewi Perapian, saudara perempuan
Zeus
Athena Dewi Kebijaksanaan, Dewi Perang,
Seni dan Kerajinan Tangan; anak
perempuan Zeus
Demeter Dewi Pangan dan Panen, ibu dari
Persefone
Afrodite Dewi Asmara dan Kecantikan, anak
perempuan Zeus
Artemis Dewi Para Pemburu, anak
perempuan Zeus
Ares Dewa Perang, anak laki-laki Zeus
Apolo Dewa Matahari, Dewa Musik dan
Puisi
Hermes Dewa Pembawa Berita, anak laki-laki
Zeus ahli membuat tipuan
Hefaestus Dewa Pembuat Senjata, anak laki-
laki Hera
Persefone istri Hades, ratu alam baka anak
perempuan Zeus
Dionisus Dewa Anggur dan Kegilaan
C
C
A
A
T
T
A
A
T
T
A
A
N
N
T
T
E
E
N
N
T
T
A
A
N
N
G
G
A
A
S
S
A
A
L
L
-
-
M
M
U
U
A
A
S
S
A
A
L
L
C
C
E
E
R
R
I
I
T
T
A
A
isah Odisei asli ditulis dalam bahasa Yunani
Kuno. Sampai saat ini, cerita Homer ini telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa hingga
mencapai ribuan kopi. Penulis telah mempelajari
sejumlah terjemahan dalam bahasa Inggris,
termasuk yang ditulis oleh Alexander Pope,
Samuel Butler, Andrew Lang, W.H.D. Rouse,
Edith Hamilton, Robert Fitzgerald, Allen
Mandelbaum, dan Robert Fagels.
Odisei karangan Homer terdiri dari 24 buku. Jilid
pertama dari seri ini diambil dari buku
kesembilan dan kesepuluh.
Cerita mengenai keikutsertaan Odiseus untuk
berperang melawan Troya bersumber dari
seorang penulis yang hidup pada abad kedua
setelah Masehi. Nama penulis itu adalah
Hyginus. Catatan tentang kuda Troya bersumber
dari cerita karangan Virgil yang berjudul Aeneid.
Catatan dari Apolodorus tentang jatuhnya Troya
menyebutkan bahwa nama Athena terpahat di
atas kuda kayu tersebut.
K
S
S
A
A
N
N
G
G
P
P
E
E
N
N
G
G
A
A
R
R
A
A
N
N
G
G
ary Pope Osborne adalah pengarang buku
serial paling laris yang berjudul Magic Tree
House Rumah Pohon Ajaib. Ia juga menulis
sejumlah novel sejarah dan menceritakan
kembali mitos-mitos serta cerita rakyat yang
sudah sangat dikenal, termasuk di antaranya
Kate and Beanstalk Kate dan Pohon Kacang
dan New Yorks Bravest Yang Terberani dari
New York. Ia tinggal bersama suaminya di New
York dan Connecticut.
M

You might also like