You are on page 1of 40

ANTRAKS PADA MANUSIA

PENDAHULUAN
Bacillus anthracis
Soil Borned Disease
Zoonosis
Nama lain :
- Radang Kura, Radang Limpa,
- Malignant Pustula,
- Malignant edema,
- Woolsosters Disease,
- Ragpickers Disease atau Splenic Fever
ANTRAKS
Batu bara ( Yunani )
Menyerang hewan : sapi, kambing,
kerbau, domba, kuda, babi dll yang
makan sesuatu yg tercemar spora
B. anthracis
B. Anthracis : ( Gb 1 )
- batang gram positif
- vegetatif : 1,0 1,5 m x 3,0 5,0 m
tidak tahan suhu tinggi dan desinfektan
- spora : 1,0 m x 1,5 m
tahan kering, basah dan lembab
- bersifat aerob, nonmotile dan berkapsul
- koloninya tumbuh 16 18 jam pada agar darah
domba ( Sheep Blood Agar /SBA )
1a 1b
1c 1d
Gambar 1a. Spora B. anthracis berwarna biru, sel vegetatif berwarna merah muda
1b. Pewarnaan kapsul B. anthracis : kapsul berwarna merah muda, sel bakteri berwarna ungu

1c. Pewarnaan gram B. anthracis dari cairan serebrospinal

1d. Pewarnaan gram B. anthracis. Sel berbentuk batang. Spora berbentuk lonjong dan terletak di tengah
serta tahan pewarnaan
EPIDEMIOLOGI
Antraks berjangkit di Amerika Selatan, Amerika Tengah,
Eropa bagian Selatan dan Utara, Asia, Afrika,
Pulau Karibia dan Timur Tengah
Berdasarkan daerah penularan, dibagi 3 macam :
1. Antraks daerah pertanian ( Agricultur Anthrax )
2. Antraks daerah perindustrian ( Industrial Anthrax )
3. Antraks yang terjadi di laboratorium
Cara penularan :
1. Kontak langsung
2. Menghirup spora antraks
3. Memakan daging hewan yang sakit
4. Gigitan serangga penghisap darah ( Tabanus sp. )
Penyakit antraks
- sudah ada sejak zaman Mesir Kuno
- 1613, Eropa : 60 ribu orang tewas
- Sverdlovsk, Uni Soviet 86 orang meninggal
- 1970 WHO : 50 kg B. Anthracis disebarkan dari
udara di kota berpenduduk 5 juta orang
kematian : 250.000 orang
dimana 100.000 meninggal sebelum
mendapatkan pengobatan

1993 Office of Technology Assessment ( OTA ) USA
memperkirakan kematian > 3 juta jika 100 kg
B. anthracis disebarkan di Washington DC
September 2001
22 kasus antraks ( bioterorisme ) di USA
- 11 orang menderita antraks inhalasi
- 11orang menderita antraks kulit
- 5 orang meninggal dunia
Antraks di Indonesia :
jaman penjajahan Belanda 1884 di Teluk Betung
2001 di Bogor : 23 kasus 2 orang meninggal
Daerah endemis antraks Direktur J endral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan ( PPM dan PL ) Depkes Prof. Dr. Umar
Fachmi Achmadi, MPH meliputi 11 propinsi :
- Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
- NTB, NTT, Sumbar, Jambi, SumSel, Lampung,
- Sulawesi Tenggara dan DKI Jakarta
PATOGENESIS
B. anthracis 2 golongan faktor virulen, yaitu :
1. Kapsul poli d-glutamat
faktor anti fagositik terhadap lekosit netrofil
dan makrofag ( dihasilkan oleh gen pXO2 )
2. Antigen Protektif ( PA )
pengantar terhadap Faktor Lethal ( LF ) dan
Faktor Edema ( EF ) ( dihasilkan oleh pXO1 )
Mekanisme kerjanya : ( gb 2 )
- PA + LF / EF + reseptor permukaan sel inang
- kemudian masuk ke sel inang ( sel endosom ),
membentuk pori melepas EF atau LF
- kedua molekul ini ( EF dan LF ) toksin edema
dan toksin letal
EF
mengubah molekul ATP c-AMP
akibatnya terjadi edema seluler, hipotensi, syok
dan akhirnya kematian sel

Untuk ekspresi sitotoksisitasnya LF dan EF
memerlukan proses sintesis protein
- makrofag mensintesis protein interleukin 1 (IL-1)
dan faktor nekrosis tumor alfa ( TNF- )
- Interleukin 1 kematian dan syok pada penderita
- Interleukin 6 dan TNF- kadar c-AMP
intraseluler syok dan kematian
Gambar 2. Patogenesis B. Anthracis
Patogenesis Antraks Inhalasi
- Endospora ( inhalasi ) alveoli difagositosis
makrofag kelenjar limfe regional vegetatif
memperbanyak diri masuk ke aliran darah
syok, septik dan toksemia ke otak meningitis
hemorhagik
- Limphadenitis limfatik regional ( mediastinal dan
peribronkial ) mediastinitis hemorhagik
- Aliran limfatik paru akan terhambat udem paru
- Umumnya terjadi efusi pleura bisa menjadi masif
- Penyebab kematian : kompresi paru dan syok septik
Patogenesis Antraks Kulit
- Endospora masuk melalui kulit lesi pada kulit
atau abrasi pada kulit nekrosis terlokalisir
( eschar ), udem jaringan lunak & jaringan mukosa
- Endospora difagositosis makrofag kelenjar
limfe regional limpadenopathi ( nyeri ) dan
limphangitis
- Penjalaran hematogen toksemia ( jarang )
- Gigitan Tabanus sp ( lalat penghisap darah ) yang
terinfeksi B. Anthracis malignant pustules
- Tercatat seorang laki-laki mengubur sapi yang
terinfeksi antraks gigitan lalat belakang
lehernya berkembang menjadi malignant pustule
di daerah gigitan tersebut
Patogenesis Antraks Gastrointestinal
- Belumlah jelas karena jarang
- Ada dua bentuk antraks gastrointestinal yaitu :
orofaringeal dan gastrointestinal
- Pada antraks orofaringeal tempat masuk :
mukosa mulut atau mukosa faring timbul ulkus
mukosa limphadenopati regional dan udem yang
terlokalisir
- Pada antraks gastrointestinal tempat masuk :
ileum terminalis dan cecum lesi
pada intestinal limphadenopati regional
- Terjadi udem pada dinding usus besar dan
kadang-kadang bisa terjadi asites
- Penjalaran hematogen akan menimbulkan toksemia.
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis, foto rontgen
dan uji laboratorium

Penyakit dipastikan :
- ditemukannya bakteri atau spora B. anthracis
- dengan mengukur kadar antibodi spesifik didalam
darah penderita yang dicurigai terkena penyakit
antraks
GEJALA KLINIS
1. Antraks Kulit ( Cutaneous Anthrax )
- Masa inkubasi berkisar 1 7 hari
- demam subfebris, sakit kepala
- muka, leher, lengan dan tangan papel, vesikel
berisi cairan dan jaringan nekrotik berbentuk ulkus
yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam, kering
disebut eschar ( pathognomonik ) (gambar 3 )
- eritema dan udem tidak lunak dan tidak lekuk bila
ditekan ( non pitting udem ) malignant pustule
- 80 % - 90 % lesi akan membaik
- CFR (Case Fatality Rate) sekitar 20 %.
Gambar 3. Berbagai bentuk anthraks kulit
2. Antraks Gastrointestinal ( Gastrointestinal Anthrax )
- sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan,
demam, konstipasi atau diare, hematemesis
- pemeriksaan fisik : perut membesar, keras, asites
dan udem skrotum
- Gejala 2 5 hari setelah makan daging hewan yang
terinfeksi endospora B. Anthracis
- terlihat udem & ulkus pada mukosa gastrointestinal
(gambar 4 )
- Kematian akibat perforasi intestinal atau terjadi
toksemia antraks
- CFR nya bervariasi antara 5 % - 75 %
- Antraks orofaringeal :
udem servikal dan limphadenopathi lokal
disfagia dan kesulitan bernafas
Lesi di orofaring : tampak ulkus pseudomembran
prognosanya lebih baik
Gambar 4. Udem pada mukosa intestinal manusia
3. Antraks Inhalasi
- Jarang terjadi
- akibat perluasan antraks kulit atau menghirup udara
yang mengandung spora antraks
- Masa inkubasi 2 43 hari
- demam subfebris, batuk non produktif, lesu, lemah
dalam 2 4 hari gangguan pernafasan menjadi
hebat disertai suhu yang meningkat, sianosis,
dispneu, keringat berlebihan, Confusion, detak
jantung menjadi lebih cepat, stridor dan
gangguan respirasi berat
dalam waktu 24 jam, biasanya akan syok dan
meninggal
- CFR pada wabah di Sverdlovsk 86 %, dan di Amerika
Serikat sebesar 45 %

- Pemeriksaan fisik : udem subkutan di daerah dada,
leher, melebarnya mediastinum, membesarnya
kelenjar limfe dan efusi pleura akan terlihat pada
rongent foto thoraks dan CT thoraks ( gambar 5,6 )
B
Gambar 5 A. Tampak pelebaran mediastinum ( tanda ) dengan efusi pleura
kanan
B. Tampak pelebaran mediatinum dan sedikit efusi pleura sinistra
Gambar 6 A. CT Thoraks menunjukkan adanya efusi pleura dan konsolidasi pulmonal bilateral

B. CT scan spiral tanpa kontras memperlihatkan pembesaran dan hiperdense kelenjar limfe
hilus kanan ( tanda panah putih ), efusi pleura bilateral ( tanda panah hitam ) dan udem dari
lemak mediastinum

C. CT Thoraks menunjukkan adenopathy mediastinal dan efusi pleura bilateral yang minimal
A
C
4. Antraks Meningitis
- komplikasi dari antraks
- Umumnya jalan masuk melalui kulit, gasrointestinal
maupun inhalasi menyebar ke sistem saraf pusat
jalur hematogen dan jalur limfatik
- tanda-tanda meningeal : penurunan kesadaran,
kaku kuduk, demam, fatigue, mialgia, sakit kepala,
mual, muntah, gelisah, kejang serta delirium
- Pada pemeriksaan patologi meningitis hemoragik
( Cardinals cap ) leptomeningen mengalami udem
dan terjadi infiltrasi peradangan sejumlah besar
B. anthracis ( Gambar 7 )
Gambar 7. Meningitis hemoragik karena anthraks Inhalasi
- Cairan serebrospinal sering berdarah dan
mengandung banyak bakteri tersebut
- Antraks meningitis hampir selalu fatal kematian
terjadi 1 - 6 hari setelah terpapar walaupun telah
diberikan terapi antibiotik yang intensif
- CFR > 90 % dan 75 % pasien meninggal dalam 24
jam setelah terpapar
Sampel yang diambil untuk pemeriksaan adalah :
- pemeriksaan gram dan kultur ulkus, dahak,
darah, cairan efusi, cairan asites dan cairan
serebrospinal
Kelompok bacilli terdiri dari B. cereus, B. anthracis,
B. thuringiensis dan B. Mycoides
susah dibedakan perlu tes khusus
B. Anthracis ( Gambar 8 )
- tidak resisten terhadap penicillin
- terlihat seperti dasar gelas ( like ground glass )
- agar yang mengandung 0,7 % bicarbonat dengan
suhu 37C dan CO2 5% 20% kapsul poly-D-
glutamic acid yang khas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gambar 8 a. Koloni dari B. cereus disebelah kiri ; koloni dari B.anthracis disebelah kanan. Koloni B. cereus lebih
besar, lebih mukoid da tampak zona hemolisis pada agar darah
b. Lisis B. anthracis oleh lytic phage gamma. Plak ( daerah terang ) tampak didaerah pertumbuhan
dimana gamma phage diletakkan, Plak ini akibat terjadinya lisis sel bakteri. Gamma phage ini
karakteristik bagi B. anthracis karena tidak menimbulkan lisis pada B. thurigiensis atau B. Cereus
c. Koloni mukoid B. anthracis. Kultur ini diikubasi denga meningkatkan tekanan CO2 ( CO2 5 % )
sehingga meningkatkan prodiksi kapsul poly-D-glutamyl dan terjadi koloni tipe mukoid
d. Dua tehnik mikroskopik tampak adanya kapsul poly-D-glutamyl dari B. anthracis. Sebelah kiri dengan
pewarnaan India ink pembesaran 1000X. Sebelah kanan dengan kapsul fluorescent-antibody yang
bereaksi khas terhadap pewarnaan fluorescent-FA pembesaran 1000X
e. Gambaran khas dari koloni B. anthracis dengan kepala Medusa
f. Gambaran khas dari koloni B. anthracis : gambaran seperti dasar gelas
a b c
d e
f
Pasien meninggal sebelum kultur darah positif
diagnosis dan penanganan dini mutlak diperlukan

Polymixin-lysozyme-EDTA-thallus acetate agar
digunakan sebagai medium seletif untuk B. Anthracis
Kultur darah biasanya selalu positif
kultur jaringan dari lesi kulit : 60 % - 65 % positif

Specific enzyme-linked immunosorbent assays
( ELISAs) : alat diagnostik Sensitivitas ELISA :
- 72 % untuk Protective Agent ( PA )
- 95 % - 100 % untuk antigen kapsul
- 42 % untuk Lethal Factor ( LF )
- 26 % untuk Edema Factor ( EF )
Anthraxin skin test
injeksi subdermal ekstraks kimia yang
mengandung strain B. Anthracis
digunakan untuk diagnosa akut dan berat
Studi : - 82 % kasus, 13 hari setelah timbul gejala
- 99 % kasus pada akhir minggu keempat

Polymerase Chain Reaction ( PCR )
tehnik diagnostik terbaru yang spesifik untuk
B. Anthracis
Terdapat 2 marker : vrrA dan Ba813
Metode ini sangat berguna diagnosis dini
Penisilin dan Doksisiklin penanganan antraks
Pemberian intravena direkomendasikan pada :
- kasus antraks inhalasi, antraks gastrointestinal dan
antraks meningitis
- Antraks kulit dengan gejala sistemik,
- udem yang hebat atau lesi di kepala dan leher
Terapi antibiotik sampai 14 hari gejala mereda
alergi penisilin Kloramfenikol, eritromisin,
tetrasiklin atau ciprofloksasin
resisten penisilin dan doksisiklin ciprofloksasin
Pada tabel 1 terdapat terapi farmakologis yang dapat
diberikan pada antraks
PENATALAKSANAAN
Tabel 1. Terapi farmakologi B. anthracis
Pada antraks kulit
- kontraindikasi dilakukan eksisi eschar
menimbulkan penjalaran ke sistemik
- lesi harus ditutup dengan kasa steril dan diganti
setiap hari
Pada kasus berat udem yang hebat, meningitis,
atau pembengkakan di daerah kepala dan leher
diberikan terapi kortikosteroid
Terapi suportif harus dimulai untuk mencegah
syok septik, gangguan elektrolit dan cairan
serta mempertahankan pernafasan
Tabel 2 & 3 : Penanganan antraks kulit dan antraks
inhalasi
Tabel 2. Penanganan penderita dengan kemungkinan Anthraks kulit
Tabel 3. Penanganan penderita dengan kemungkinan Anthraks Inhalasi
Hindari kontak langsung dengan bahan atau makanan
yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena
antraks
Tidak perlu dikarantina tidak ada terjadi penularan
antraks dari manusia ke manusia
Profilaksis Doksisiklin atau Ciprofloksasin selama
6 minggu
Di Amerika Serikat : vaksin antraks
rutin diberikan kepada orang yang beresiko
terpapar spora antraks
saat ini digunakan pada semua anggota militer
PENCEGAHAN
Antraks Vaccine Adsorbed ( AVA / Biothrax )
- filtrat kultur steril strain B. anthracis yang
dilemahkan, non infeksius, dengan aluminium
hidroksida sebagai ajuvan
- mengandung Protektif Antigen (PA)
- diberikan pada individu sehat umur 18 65 tahun
- tidak bisa diberikan pada wanita hamil
- diberikan subkutan dgn dosis 0,5 cc yg diulang
pada minggu ke 2, 4 dan bulan ke 6, 12 dan 18
- Boster diberikan setiap tahun
Pada kasus tersangka antraks
antibiotik profilaksis dan vaksin AVA
Efikasi AVA respon imun :
- 83 % setelah pemberian dosis pertama
- 91 % setelah dosis ke dua atau lebih
Alat-alat yang tercemar spora antraks dapat
dimusnahkan ( dekontaminasi ) dengan formaldehyde

Spora B. anthracis dapat dimusnahkan :
- uap air basah bersuhu 90 C selama 45 menit
- air mendidih atau uap air basah bersuhu 100 C
selama 10 menit
- panas kering pada suhu 120 C selama satu jam.
KESIMPULAN
Antraks adalah penyakit hewan yang dapat menular
ke manusia ( Zoonosis ) dan bersifat akut
Penyebabnya bakteri B. Anthracis
Penularan pada manusia kontak langsung,
mengkonsumsi produk hewan yang terkena dan
melalui udara yang mengandung spora B. Anthracis
Diagnosis antraks dibuat berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan laboratorium, radiologis dan menilai
kadar antibodi spesifik pada darah penderita
Terdapat 4 jenis antraks yaitu antraks kulit, antraks
gastrointestinal, antraks inhalasi dan antraks
meningitis
Penanganan antraks dapat diberikan antibiotik
seperti penisillin, tetrasiklin atau fluoroquinolone dan
diberikan selama 6 minggu atau lebih

Antraks dapat dicegah dengan :
- penguburan bangkai ternak yang terinfeksi
- vaksinasi ternak
- pemberian vaksin antraks pada individu yang
mempunyai resiko terpapar penyakit ini
- diberikan antibioktik profilaksis

You might also like