You are on page 1of 7

M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN MALARIA


MENGGUNAKAN METODE MIKROSKOPIS DENGAN METODE
I MMUNOCHROMATOGRAPHY TEST/ICT 2 PRODUK

(COMPARISON OF EXAMINATION RESULT OF MALARIA USING
MICROSCOPE METHOD WITH IMMUNOCHROMATOGRAPHY
TEST/ICT METHODS 2 PRODUCTS)

Muhammad Hendri Januri
Program Studi D3 Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda
ABSTRACT: Malaria is a disease caused by the plasmodium parasite which is
transmitted by the female Anopheles mosquito. Generally, this study aims to
determine the comparative examination of malaria using microscopic method and
immunochromatography Test methods. This study is a analytic descriptive study that
using data from the malaria examination result through microscopy and RDT during
March-April 2014, with cross sectional approach. The number of samples used as
many as 15 samples with Duplo workmanship. The study was conducted in Abdul
Rival Berau Hospitals. Examination results of malaria using Microscopic methods are
5 positive samples and 10 negative malaria samples. Malaria results using Abon ICT
products are 4 positive samples and 11 negative malaria samples, while other brands
of Carestart ICT products contained 5 malaria positive samples and 10 negative
malaria samples. The results of hypothesis test with Cochran test, where p values
obtained Significance 0.135 greater (>) than the critical value of limit of 0.05. It
showed no difference examination of malaria using Microscopic method with
immunochromatography test methods.
Keywords: Malaria, Microscopic, immunochromatography Test
ABSTRAK: Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan parasit
plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Secara umum penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pemeriksaan malaria menggunakan
metode Mikroskopis dan metode Immunochromatography Test. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan data hasil pemeriksaan
malaria melalui pemeriksaan mikroskop dan RDT selama bulan Maret - April 2014
dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 15
sampel dengan pengerjaan duplo. Penelitian dilakukan di RSUD Abdul Rivai Berau.
Hasil pemeriksaan malaria menggunakan metode Mikroskopis yaitu terdapat 5 sampel
positif malaria dan 10 sampel negatif malaria. Hasil pemeriksaan malaria
menggunakan metode ICT produk Abon terdapat 4 sampel positif malaria dan 11
sampel negatif malaria, sedangkan merk lainnya yaitu ICT produk Carestart terdapat 5
sampel positif malaria dan 10 sampel negatif malaria. Hasil uji hipotesis dengan uji
Cochran ,dimana didapat nilai p Signifikansi 0,135 yang lebih besar (>) dari nilai
batas kritis sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan pemeriksaan
malaria menggunakan metode Mikroskopis dengan metode Immunochromatography
Test.
Kata kunci : Malaria, Mikroskopis, Immunochromatography Test
M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

2

PENDAHULUAN

Malaria merupakan salah satu
penyakit menular yang sangat dominan
di daerah tropis dan sub tropis serta
dapat mematikan atau membunuh lebih
dari satu juta manusia di seluruh dunia
disetiap tahunnya. Penyebaran malaria
berbeda-beda dari satu Negara dengan
Negara lain dan dari satu kabupaten
atau wilayah dengan wilayah lain (1).
Menurut WHO, pada tahun 1990,
80% kasus di Afrika, dan kelompok
potensial terjadinya penyebaran
malaria indigenous di Sembilan
Negara yaitu: India, Brazil, Afganistan,
Sri Langka, Thailand, Indonesia,
Vietnam, Cambodia dan China.
Plasmodium Falciparum adalah spesies
paling dominan dengan 120 juta kasus
baru pertahun, dan lebih dari satu juta
kematian pertahun secara global.
Dalam tahun 1989 yang lalu WHO
kembali mendeklarasi penanggulangan
malaria menjadi prioritas global (2).
Malaria masih merupakan masalah
kesehatan yang serius di Indonesia.
Kejadian luar biasa (KLB) malaria
telah menyerang di 15 provinsi yang
meliputi 84 desa endemis dengan
jumlah penderita 27.000 dan 368
kematian. Menurut survey Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001, terdapat
15 juta kasus malaria dengan 38.000
kematian setiap tahunnya.
Diperkirakan 35% penduduk Indonesia
tinggal di daerah yang beresiko tertular
malaria. Indonesia memiliki 484
Kabupaten/Kota, 338 diantaranya
merupakan wilayah endemis malaria
(3).
Berdasarkan data yang bersumber
dari Ditjen PP & PL Depkes RI pada
tahun 2009, yang memberikan
gambaran mengenai angka API
(Annual Parasite Incidence) di
Indonesia, disebutkan bahwa terdapat
12 Provinsi di Indonesia yang masih
berada diatas angka API nasional
(yang berada di kisaran 1,85 angka
API per 1.000 penduduk pada tahun
2009). Provinsi Kaltim (Kalimantan
Timur) termasuk kedalam salah satu
dari ke-12 provinsi yang memiliki
angka API diatas angka API nasional,
(angka API provinsi Kaltim berada di
kisaran 2,04 per 1.000 penduduk)
bahkan angka ini merupakan yang
tertinggi di wilayah pulau Kalimantan
dan satu satunya provinsi di pulau
Kalimantan yang memiliki angka API
diatas angka API nasional (4).
Malaria masih merupakan masalah
penyakit endemik di wilayah
Indonesia. Salah satu masalah yang
dihadapi adalah kesulitan
mendiagnosis secara cepat dan tepat.
Berdasarkan hasil evaluasi Program
Pemantapan Mutu Eksternal
Laboratorium Kesehatan pada
pemeriksaan mikroskopis malaria,
yang dilakukan oleh Balai
Laboratorium Kesehatan Mataram,
dari 19 laboratorium di Nusa Tenggara
Barat yang men gevaluasi
menggunakan preparat positif malaria,
hanya 79% peteknik laboratorium yang
dapat membaca preparat dengan benar.
Kepentingan untuk mendapatkan
diagnosis yang cepat pada penderita
yang diduga menderita malaria
merupakan tantangan untuk
mendapatkan uji/metode laboratorik
yang tepat, cepat, sensitif, mudah
dilakukan, serta ekonomis (5).
Banyak sekali penelitian yang
membandingkan antara metode
mikroskopis dengan metode
Immunochromatography Test,
misalnya penelitian yang dilakukan
oleh Arum, dkk (2006) di Kabupaten
Lombok Timur terhadap 604
responden menunjukkan bahwa RDT
memiliki sensitivitas 100%, spesifitas
96,7%, nilai duga positif 83,2% dan
nilai duga negatif 100%. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan
bahwa RDT memiliki validitas
reliabilitas yang cukup baik untuk
digunakan sebagai diagnosa malaria.
M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

3

Sedangkan berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilaksanakan oleh
mahasiswi STIKES Wiyata Husada
Samarinda bernama Meri Rahmawati,
diperoleh sensitifitas 100%, spesifisitas
91,3%, nilai prediksi positif 86,7%,
dan nilai prediksi negatif 100 %. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan
bahwa RDT/ICT cukup reliabel dalam
penggunaannya untuk diagnosis
malaria sehari hari (5).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil
pemeriksaan malaria dengan
menggunakan metode mikroskopis
dengan metode Immunochromato
graphy Test/ICT 2 produk.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang
perbedaan antara pemeriksaan RDT
dan mikroskopik, serta kekurangan dan
kelebihan dalam pemeriksaan tersebut
sehingga penegakkan diagnosis
malaria dapat lebih tepat. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat berguna dan
memberikan sumbangan serta masukan
bagi perkembangan teknologi
diagnostik laboratoris malaria.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif
analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini bersifat studi
diagnostik. Penelitian dilakukan pada
bulan Maret - April 2014, dan
dilakukan di Laboratorium Patologi
Klinik RSUD Abdul Rivai Berau.
Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien yang melakukan
pemeriksaan malaria di Laboratorium
Patologi Klinik RSUD Abdul Rivai
Berau dan beberapa pasien Puskesmas
yang ada di Kabupaten Berau.
Sedangkan Sampel dalam penelitian
ini adalah 15 sampel darah pasien
dengan pemeriksaan duplo, tanpa
memperhatikan hasil positif maupun
negatif.


Cara Mengambil Sampel dan Data

Sampel darah diambil dari
penderita yang datang ke Rumah Sakit
Abdul Rivai Berau dan beberapa
Puskesmas yang ada di kabupaten
Berau secara berturut-turut antara
bulan Maret sampai bulan April 2014.
Sampel darah vena diambil dari vena
siku (cubiti) pada penderita yang
memenuhi kriteria penderita peserta,
sebanyak 2 ml, dimasukkan ke dalam
tabung mikro (micro tube) berisi
EDTA, sebagian digunakan untuk
sediaan darah hapus dan sebagian
lainnya untuk uji IC. Pembuatan
sediaan darah tebal dan tipis serta
pembacaan preparat darah tebal dan
tipis dilakukan di Laboratorium
Patologi RSUD Abdul Rivai. Tabung
EDTA yang berisi sisa darah secepat
mungkin diperiksa dengan metode
imunokromatografi.

Pemeriksaan Mikroskopis Malaria

Pengecatan hapusan darah tebal
dan tipis dilakukan dengan cat Giemsa
sesuai standar. pengecatan mikroskopis
laboratorik malaria yang lazim.
Pembacaan hapusan darah dilakukan
oleh peneliti yang didampingi oleh
peteknik (teknisi) laboratorium senior
dari Laboratorium Patologi RSUD
Abdul Rivai Berau.

Pemeriksaan ICT/RDT Malaria

Metode imunokromatografi yang
digunakan berdasarkan asas
pemeriksaan imunologis. Pemeriksaan
metode imunokromatografi dilakukan
di Laboratorium Hepatika. Darah
memakai sampel dari tabung mikro
(micro tube) yang berisi EDTA yang
diambil 10 sampai 15 l menggunakan
mikropipet. dan diletakkan dalam
lubang perangkat peralatan (kit), hasil
M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

4

akan terlihat sekitar 10 sampai 15
menit kemudian dalam bentuk garis
berwarna merah muda. Garis yang
paling atas (garis pertama) merupakan
garis kendali (kontrol). Garis
dibawahnya (garis kedua) merupakan
garis uji untuk Plasmodium vivax.
Garis yang terbawah (garis ketiga)
adalah garis uji untuk Plasmodium
falciparum. Bila hasil uji untuk
Plasmodium falciparum positif, maka
garis kendali (kontrol) dan garis uji
terbawah akan berwarna merah muda,
sedangkan garis tengah tidak terlihat.
Bila untuk Plasmodium vivax positif,
maka garis kendali (kontrol) dan garis
uji kedua saja yang terlihat. Jika
terdapat mixed infections, ketiga garis
akan berwarna merah muda.
Data yang diperoleh kemudian
dilakukan perhitungan nilai
sensitivitas, spesifisitas, nilai duga
positif, nilai duga negatif serta
dilakukan uji statistik Cochran dengan
tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji
Cochran menunjukkan tidak terdapat
perbedaan hasil antara pemeriksaan
malaria metode Mikroskopis dan
metode Immunochromatography Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil kualitatif pemeriksaan
Malaria menggunakan metode
Mikroskopis dan ICT
Metode
Hasil
Total
positif negatif
Mikroskopis 5 10 15
ICT produk abon 4 11 15
ICT produk
carestart
5 10 15
Total 14 31 45

Berdasarkan tabel 1. menunjukkan
bahwa hasil pemeriksaan Malaria
menggunakan metode Mikroskopis
dengan hasil sebanyak 5 sampel positif
dan 15 sampel negatif, dan pada
pemeriksaan malaria menggunakan
metode ICT produk Abon didapat hasil
sebanyak 4 sampel positif dan 11
sampel negatif. Sedangkan pada
pemeriksaan malaria metode ICT
produk Carestart didapat hasil
sebanyak 5 sampel positif dan 10
sampel Negatif. Dari keseluruhan
pemeriksaan terdapat 31 sampel
Negatif dan 14 sampel Positif.
Dari tabel 1. juga diketahui
terdapat beberapa pemeriksaan Malaria
yang mendeteksi parasit Malaria
berdasarkan jenis plasmodium. Untuk
mengetahui jenis Plasmodium yang
menginfeksi penderita malaria dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil pemeriksaan Jenis
Plasmodium menggunakan metode
Mikroskopis dan ICT
N
o
Hasil
Pemeriksaan
Metode pemeriksaan
Mikrosko
pis
ICT
Abo
n
ICT
Care
start
1 P. Falciparum 5 3 4
2 P. Vivax 0 1 1
3
Mixed
Infections
0 0 0
4 Negatif 10 11 10
Total 15 15 15

Berdasarkan tabel 2. menunjukan
bahwa hasil pemeriksaan malaria pada
ketiga metode tersebut mempunyai
hasil yang berbeda. Pada metode
Mikroskopis didapatkan hasil yaitu
didapat 5 infeksi P. Falciparum dari 5
sampel positif, pada metode ICT
dengan produk Abon didapat 3 infeksi
p. Falciparum dan 1 infeksi P. Vivax
dari 4 sampel positif, sedangkan pada
metode ICT dengan produk Carestart
didapat 4 infeksi P. Falciparum dan 1
infeksi P. Vivax.
Setelah itu dilakukan uji statistik
dengan menggunakan uji statistik
Cochran dengan tingkat kepercayaan
95%, didapatkan hasil sebagai berikut :


M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

5


Tabel 3. Hasil uji analisa Cochran
pada data penelitian
Cochran Test Statistics
N 15
Cochran's Q 2.000
a

df 2
Asymp. Sig. .368
a. 2 is treated as a success.

Berdasarkan dari tabel 3. diatas
dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
adalah sebesar 0,368 Apabila taraf
signifikansi yang digunakan adalah
95% maka batas kritis = 0,05. Untuk
menguji hipotesis, aturan yang berlaku
adalah: Hipotesis nol (H
0
) diterima
apabila nilai signifikansi Uji Cochran
lebih besar (>) dari batas kritis 0,05.
Karena nilai signifikansi 0,368 lebih
besar (>) dari 0,05 maka H
0
diterima
(lihat tabel 4.7 untuk lebih jelasnya).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Tidak
ada perbedaan hasil antara
pemeriksaan malaria metode
Mikroskopis dan metode
Immunochromatography Test.
Hasil uji hipotesis yang telah
dilakukan diatas sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arum
dkk (5) pada tahun 2005 dan Aulia dkk
(6) pada tahun 2012, dimana tidak
terdapat perbedaan efektifitas
pemeriksaan RDT dan mikroskopik
pada penderita malaria klinis secara
bermakna. Dari kedua penelitian diatas
dapat disimpulkan bahwa uji
diagnostik dengan metode ICT reliabel
dan dapat dijadikan sebagai alat
diagnostik alternatif pada penderita
malaria.
Dalam penelitian ini dilakukan
perhitungan metode ICT produk Abon
terhadap metode Mikroskopis untuk
mendapatkan nilai sensitivitas,
spesifisitas, nilai prediksi positif, dan
nilai prediksi negatif. Sehingga
diperoleh hasil: Nilai sensitivitas
sebesar 80%, nilai spesifisitas sebesar
100%, nilai prediksi positif sebesar
100%, dan nilai prediksi negatif
sebesar 90,9%. Sedangkan pada
metode ICT merk Carestart diperoleh
nilai sensitivitas sebesar 100%, nilai
spesifisitas sebesar 100%, nilai
prediksi positif sebesar 100%, dan nilai
prediksi negatif sebesar 100%.
Ditemukannya beberapa hasil
pemeriksaan yang berbeda antara
produk RDT yang digunakan
kemungkinan disebabkan oleh
kandungan reagen yang berbeda antara
kedua produk tersebut. Berdasarkan
data yang didapat, ICT produk Abon
mengandung reagen anti-HRP2 dan
anti-aldolase. Sedangkan ICT produk
carestart mengandung reagen anti-
HRP2 dan anti-pLDH. Perbedaan
kedua reagen tersebut memungkinkan
terjadinya perbedaan hasil antara
kedua produk ICT tersebut. Selain itu,
kondisi alat RDT yang digunakan juga
berpengaruh terhadap perbedaan hasil.
Kondisi RDT yang buruk bisa
disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya penyimpanan alat RDT yang
kurang tepat. Penyimpanan RDT yang
baik ialah dengan menyimpannya pada
lemari penyimpanan dengan suhu
antara 2 30 C dalam kondisi kering.
Selain itu, proses analitik yang kurang
cermat pada tahap pra-analitik,
analitik, dan pasca-analitik.
Menurut Utami, dkk (7) ada
beberapa antigen malaria yang dapat
digunakan sebagai sasaran (target)
pemeriksaan RDT, yaitu: Histidine
Rich Protein 2 (HRP-2), Parasite
Lactate Dehydrogenase (p-LDH) , dan
Plasmodium aldolase. HRP-2 adalah
protein larut air yang dihasilkan pada
tahap aseksual dan gametosit
Plasmodium falciparum dan
diekspresikan di membran sel eritrosit.
HRP-2 banyak dihasilkan oleh
Plasmodium falciparum, sehingga
merupakan sasaran (target) antigen
utama dalam membuat uji diagnostik
cepat malaria. pLDH adalah enzim
glikolitik di Plasmodium sp, yang
M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

6

dihasilkan pada tahap seksual dan
aseksual parasit.
Kelebihan diagnosis malaria
berdasarkan RDT dibandingkan
pemeriksaan mikroskopis adalah (7):
RDT dapat dilakukan dengan cepat
rata-rata waktu yang digunakan sekitar
3 sampai 8 menit, dibandingkan
dengan pemeriksaan mikroskopis yang
memerlukan rata-rata waktu sekitar 13
sampai 60 menit; tidak memerlukan
analis yang terlatih; serta Prosedur
diagnosis sederhana dan mudah
penyimpulkan. Kekurangan diagnosis
malaria berdasarkan RDT
dibandingkan diagnosis mikroskopis
adalah RDT tidak dapat digunakan
untuk mengetahui kapadatan parasit
(densitas parasit) dalam darah (7).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pemeriksaan RDT dapat
digunakan sebagai metode diagnostik
alternatif pada penderita malaria klinis
tetapi masih belum dapat dijadikan
sebagai pengganti pemeriksaan
mikroskopis sebagai gold standard
pemeriksaan malaria.

PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini
ialah dari 15 pemeriksaan malaria yang
menggunakan metode mikroskopis,
terdapat 10 sampel malaria negatif, 5
sampel malaria P. Falciparum tanpa
ada sampel malaria P. Vivax maupun
Mixed Infections.
Pada pemeriksaan malaria
menggunakan metode Immuno
chromatography Test (ICT) dengan
produk Abon, diperoleh 11 sampel
malaria negatif, 3 sampel malaria P.
Falciparum dan 1 sampel malaria P.
Vivax tanpa ada sampel malaria Mixed
Infections. Sedangkan Pada
pemeriksaan malaria menggunakan
metode Immunochromatography Test
(ICT) dengan produk Carestart,
diperoleh 10 sampel malaria negatif, 4
sampel malaria P. Falciparum dan 1
sampel malaria P. Vivax tanpa ada
sampel malaria Mixed Infections.
Statistik Uji Cochran menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara hasil pemeriksaan
metode Mikroskopis dan metode
Immunochromatography Test/ICT 2
produk. Berdasarkan perbandingan
hasil dengan metode mikroskopis,
RDT produk Abon memiliki nilai
sensitivitas sebesar 80%, nilai
spesifisitas sebesar 100%, nilai
prediksi positif sebesar 100%, dan nilai
prediksi negatif sebesar 90,9%.
Sedangkan RDT produk Carestart
memiliki nilai sensitivitas sebesar
100%, nilai spesifisitas sebesar 100%,
nilai prediksi positif sebesar 100%, dan
nilai prediksi negatif sebesar 100%.
Hal ini menunjukkan produk yang
memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih tinggi memiliki performa
yang lebih baik.
Oleh karena pemeriksaan
imunokromatografis yang positif tidak
selalu menunjukkan adanya infeksi
malaria yang aktif, maka perlu
dilakukan penelitian atau tindak lanjut
dari hasil ini dengan menggunakan
metode PCR.

UCAPAN TERIMA KASIH

Akhirnya para peneliti
menyampaikan terima kasih kepada
Staf Laboratorium RSUD Abdul Rivai
Berau yang telah membantu
pelaksanaan pengambilan sampel dan
bimbingannya selama peneliti
melakukan penelitian. Juga ucapan
terima kasih disampaikan kepada
pimpinan Laboratorium Patologi Klinis
RSUD Abdul Rivai Berau atas bantuan
perangkat alat penelitian beserta tenaga
teknik laboratorium terkait.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harijanto, P.N. 2009. Malaria:
Epidemiolog, Patogenesis,
M. Hendri Januri. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria. . .

7

Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran EGC: Jakarta
2. WHO. 1999. New Perspective
Malaria Diagnosis. Reports of a
Joint WHO/US Aid Informal
Consultation: Geneva
3. Depkes RI. 2008. Indonesia Masih
Berisiko Malaria. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI: Jakarta
4. Depkes RI. 2011. Jendela Data dan
Informasi Kesehatan: Epidemiologi
Malaria di Indonesia. Pusat Data
dan Informasi Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
5. Arum, Ima, Purwanto AP, Arfi S,
dkk. 2006. Uji Diagnostik
Plasmodium Malaria
Menggunakan Metode
Imunokromatografi
Diperbandingkan dengan
Pemeriksaan Mikroskopis.
Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory:
Jakarta
6. Aulia, Rakhman., Istiana, dan
Nelly Al Audhah. 2012.
Perbandingan Efektifitas Rapid
Diagnostic Test (RDT) dengan
Pemeriksaan Mikroskop pada
Penderita Malaria Klinis Di
Kecamatan Jaro. Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat: Banjarmasin
7. Utami BS, Estiana L, Tuti S. 2008.
Penggunaan Rapid Diagnostik Test
(RDT) oleh Kader sebagai Alat
Bantu dalam Penemuan Kasus
Malaria di Desa Guntur,
Kecamatan Bener, Kabupaten
Purworejo. Jurnal Ekologi
Kesehatan: Jakarta

You might also like